CEDERA
Topik : Cedera
Waktu : 70 menit
Pertemuan ke : 1
responden dapat:
6. Mengetahui dan memahami hal apa yang tidak boleh dilakukan saat
cedera
7. Mengetahui dan memahami cara penanganan cedera dengan metode
PRICE
II. Metode
III. Media
1. Booklet
2. Gambar
3. Katung berisi es
4. Handuk/kain bersih
5. Bantalan/penyangga kaki
Susunan kegiatan
1. Persiapan responden
3. Kegiatan inti
No Kegiatan Waktu
1. Menyampaikan tujuan dan maksud dari pendidikan 3 menit
kesehatan
1) Menjelaskan kontrak waktu dan susunan
pendidikan kesehatan
2) Menanyakan peserta tentang persetujuan kontrak
pendidikan kesehatan yang akan dilakukan
2. Tahap Menyampaikan materi 40 menit
1) Fasilitator menyampaikan materi pendidikan
kesehatan tentang pengertian cedera, jenis cedera,
tanda dan gejala cedera, komplikasi cedera, dan
cara pencegahan cedera
2) Fasilitator menunjukkan gambar mengenai jenis
cedera
3) Fasilitator menyampaikan materi pendidikan
kesehatan mengenai cara penanganan cedera
menggunakan metode PRICE
4) Fasilitator menunjukkan gambar mengenai
penanganan cedera dengan metode PRICE, dan
meminta bantuan satu peserta untuk melakukan
penanganan cedera dengan metode PRICE
3. Tahap Diskusi dan Game 24 menit
1) Fasilitator membagi peserta menjadi beberapa
kelompok dalam satu kelompok berisi 5 orang
2) Fasilitator memberikan gulungan kertas yang berisi
pertanyaan mengenai materi cedera dan
penanganan PRICE, kemudian perwakilan
kelompok mengambil gulungan kertas dan
berdiskusi tentang pertanyaan yang ada pada
gulungan
3) Fasilitator menyampaikan jika setelah berdiskusi
akan dilakukan game
4) Game berbentuk setiap kelompok menjawab secara
cepat saat fasilitator memberi pertanyaan
4. Penutup 3 menit
1) Fasilitator melakukan evaluasi terhadap
pembelajaran yang dilakukan
2) Fasilitator memberikan kesimpulan dari
pembelajaran yang dilakukan
V. Evaluasi
direncanakan
3. Responden aktif
4. Suasana kondusif
5. Hasil
mengalami cedera
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
CEDERA
Topik : Cedera
Sub Topik : Penanganan cedera (dislokasi, kram otot, patah tulang, memar,
Waktu : 70 menit
Pertemua ke :2
responden dapat:
II. Metode
1. Gambar
2. Booklet
3. Mitela
4. Elastic Bandage
Susunan kegiatan
1. Persiapan responden
3. Kegiatan inti
No Kegiatan Waktu
1. Menyampaikan tujuan dan maksud dari pendidikan 3 menit
kesehatan
1) Menjelaskan kontrak waktu dan susunan
pendidikan kesehatan
2) Menanyakan peserta tentang persetujuan kontrak
pendidikan kesehatan yang akan dilakukan
2. Tahap Menyampaikan materi 30 menit
1) Fasilitator menyampaikan materi pendidikan
kesehatan tentang dislokasi, kram otot, patah
tulang, memar, sprain, dan strain
2) Fasilitator menunjukkan gambar tentang
penanganan dislokasi, kram otot, patah tulang,
memar, sprain, dan strain
3) Fasilitator menyampaikan materi pendidikan
kesehatan mengenai cara penanganan dislokasi,
kram otot, patah tulang, memar, sprain, dan strain
4) Fasilitator menunjukkan gambar mengenai
penanganan cedera dislokasi, kram otot, patah
tulang, memar, sprain, dan strain, dan meminta
bantuan satu peserta untuk melakukan penanganan
sesuai dengan cedera
3. Tahap Diskusi dan Game 15 menit
1) Fasilitator meminta responden berkumpul dengan
kelompok yang sudah dibentuk dipertemuan 1
2) Fasilitator memberikan gulungan kertas yang berisi
pertanyaan mengenai materi dislokasi, kram otot,
patah tulang, memar, sprain, dan strain, kemudian
perwakilan kelompok mengambil gulungan kertas
dan berdiskusi tentang pertanyaan yang ada pada
gulungan
3) Fasilitator menyampaikan jika setelah berdiskusi
akan dilakukan game
4) Game berbentuk setiap kelompok menjawab secara
cepat saat fasilitator memberi pertanyaan
4. Tahap Tournament 14 menit
1) Setelah game dilakukan tournament,
diperlombakan antar kelompok yang memiliki nilai
unggul
2) Fasilitator memberikan pertanyaan yang dijawab
oleh tim secara cepat dan berebut
5. Penutup 3 menit
1) Fasilitator melakukan evaluasi terhadap
pembelajaran yang dilakukan
2) Fasilitator memberikan kesimpulan dari
pembelajaran yang dilakukan
V. Evaluasi
direncanakan
3. Responden aktif
4. Suasana kondusif
5. Hasil
dan strain.
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
(Pertemuan ke-1)
1. Pengertian Cedera
tubuh yang akan mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan
terjadi disfungsi pada otot, tendon, ligament, persendian atau tulang yang
diakibatkan karena aktifitas gerak yang berlebih atau terjadi kecelakaan saat
beraktivitas.
2. Jenis-jenis Cedera
1) Memar
pada bagian tubuh yang biasanya menjadi cedera akut. Respon tubuh akibat
memar biasanya berupa rasa sakit, bengkak, nyeri saat ditekan dalam waktu
Gambar Memar
(Sumber:Kerkar, 2018)
2) Kram Otot (muscle crams)
Kram otot adalah terjadinya kontraksi otot yang secara tiba-tiba diluar
koordinasi kontraksi serat-serat otot dan dapat terjadi pada semua otot
tubuh, sering terjadi pada otot tungkai hingga kaki saat atlet melakukan
tubuh dari kaki bawah, atau otot yang terlalu kencang, kekurangan jenis
mineral, kelelahan karena terbatasnya suplai darah yang tersedia pada otot
(Taylor, 2002). Tanda kram otot, adanya spasme tak terkontrol, nyeri,
keterbatasan gerakan.
Gambar Kram
(Sumber: Kerkar, 2018)
3) Perdarahan
Dapat terjadi akibat goresan benda tajam pada kulit yang menyebabkan
perdarahan:
Gambar Perdarahan
(Sumber: Kerkar, 2019)
4) Dislokasi
dislokasi. Clifford & Elizabeth (2010) pergangan otot secara berulang akan
peregangan dan dapat menjadi faktor risiko terjadi dislokasi bahu total.
Gambar Dislokasi
(Sumber:Kerkar, 2018)
5) Lecet
Kecelakaan yang sering terjadi dirumah seperti tergores pisau atau benda
tajam secara sengaja maupun tidak sengaja. Orang yang mengalami luka
lecet akan merasa perih pada bagian yang terluka, tergantung dalam
Gambar Lecet
(Sumber: Rodi, 2018)
6) Patah tulang
Patah tulang adalah putusnya tulang yang terjadi ketika adanya tekanan
pada tulang yang berlebihan baik karena benturan yang keras secara
nyeri ketika ditekan bahkan saat bergerak diikuti dengan penurunan fungsi
gerak.
disekitarnya.
1. Sprain
lelah atau peregangan secara tiba-tiba saat tubuh belum siap untuk
diikuti rasa nyeri pada persendian baik saat ditekan atau digerakan. Lokasi
yang sering terjadi sprain yaitu pada bagian pergelangan kaki, pergelangan
tangan, lutut. Berdasarkan tingkat berat ringan sprain (Intan, 2009) dibagi
menjadi:
1) Tingkat I
2) Tingkat II
3) Tingkat III
terpisah. Persendian yang cedera terasa sakit dan dapat terjadi perdarahan
berulang saat otot belum siap melakukan latihan ataupun saat tubuh sudah
jaringan otot atau tendon. Karantas (2011), Strain otot timbul diakibatkan
adanya trauma tidak langsung karena peregangan yang berlebihan selama
akselerasi cepat atau lambat hal ini yang berkaitan dengan pemanasan
yang tidak tepat saat sebelum latihan. Gejala yang dapat timbul karena
1) Pembengkakan
3) Adanya rasa sakit saat beristirahat atau ketika otot terluka atau
1) Tingkat I
Terjadi regangan yang hebat, belum ada robekan pada jaringan otot atau
tendon.
2) Tingkat II
Terdapat robekan pada otot atau tendon. Menimbulkan rasa nyeri dan
3) Tingkat III
Telah terjadi robekan total pada otot dan tendon. Biasanya hal ini
Graha & Priyonadi (2009) terdapat gejala saat terjadi cedera, antara lain:
perdarahan
4) Adanya rasa nyeri (Dolor), akibat adanya penekanan pada saraf karena
yang parah
4. Komplikasi Cedera
penanganan adalah adanya tekanan dari edema dan hemorargi, emboli lemak,
neural.
Cedera yang ditangani secara tepat akan sembuh tanpa adanya komplikasi.
Contoh komplikasi akut antara lain cedera pada kulit, pembuluh darah, syaraf,
otot, organ tubuh, perdarahan. Sedangkan komplikasi lambat akan terjadi kaku
1) Heat
Menghindari panas, seperti mandi dengan air hangat atau dengan suhu air yang
tinggi seperti sauna atau spa. Diusahakan tidak memberikan obat gosok yang
2) Alcohol
3) Running
4) Massage
Jangan melakukan pemijatan pada area yang mengalami cedera karena dapat
6. Pencegahan Cedera
1) Proctection (Proteksi)
pergerakan bagian otot yang cedera. Proteksi dapat menggunakan air splint
2) Rest
gunakan pada sisi yang tidak mengalami cedera, sehingga pasien dapat
bersandar menjauh dari melepaskan beban pada tungkai yang cedera. (Lemone,
2011).
2) Kompres es pada daerah yang cedera tidak boleh lebih 20 menit, dilakukan
digerakkan.
4) Compression (kompresi)
cedera.
Gambar Compression Socks
(Sumber: Kerkar, 2018)
5) Elevation (elevasi)
Dilakukan untuk menompang yang terkena cedera dengan alat agar daerah
yang cedera lebih tinggi dari permukaan jantung. Bertujuan untuk membantu
6) Support
Dilakukan dengan cara memakai kinesio tape dan straps. Bertujuan untuk
Sumber:
MATERI PENDIDIKAN KESEHATAN
(Pertemuan ke-2)
1. Dislokasi
degenerasi sendi (Armis, 2004). Reposisi dilakukan setelah cedera dan sebelum
adnya respon peradangan dapat dilakukan dengan mudah. Pada keadaan respon
peradangan telah terjadi, reposisi biasanya sulit untuk dilakukan. Sehingga harus
therapy pada bagian proximal dan distal daerah yang mengalami dislokasi agar
reposisi, sendi difiksasi selama 3-6 minggu untuk mengurangi resiko terjadinya
dislokasi ulang. Rasa nyeri sudah minimal, dapat dilakukan exercise therapy
1) Pasang bidai bila perlu (pada bahu dapat dilakukan dengan meletakkan kain
yang dilipat atau digulung). Kemudian stabilkan bahu pada posisi yang nyaman
Dilakukan untuk menompang yang terkena cedera dengan alat agar daerah
yang cedera lebih tinggi dari permukaan jantung. Bertujuan untuk membantu
2) Menahan otot waktu berkontraksi supaya myiosin filament dan actin myosin
3. Patah tulang
Saryati (2005) dalam Usra (2012) penanganan patah tulang terdiri dari:
2) Pertolongan pertama dilakuka reposisi oleh tim medis dalam waktu kurang
3) Dipasang spalk tekan yang bertujuan untuk mempertahankan posisi dan untuk
menghentikan perdarahan
tulang ke posisi anatomis). Reduksi ada dua jenis yaitu terbuka dengan traksi dan
imobilisasi untuk mempertahankan posisi dalam posisi yang benar sampai tulang
menyatu. Imobilisasi dilakukan dengan dua jenis fiksasi yaitu fiksasi interna
dengan plate, screw, nails. Fiksasi eksterna yaitu dengan pembidaian, gips, dan
pembalutan atau bebat. Penanganan ketiga dilakukan rehabilitasi dengan latihan
1) Bidai keras
Bidai dengan bahan kayu, aluminium, dan bahan lain yang kuat dan ringan.
2) Bidai traksi
Bidai dengan bentuk sudah jadi, pada umumnya digunakan untuk patah tulang
bagian paha
3) Bidai improvisasi
Bidai dengan bahan yang cukup kuat dan ringan jika tidak ada kayu dilokasi
4) Bebat
cedera.
1) Harus melewati dua sendi, pada sendi di atas dan dibawah lokasi yang terkena
cedera
2) Luruskan daerah yang mengalami cedera, jika sulit pembidaian tetap dengan
4) Saat pembidaian jangan diikat terlalu ketat dan jangan terlalu kendor. Jangan
Gambar Pembidaian
(Sumber: Diklat PMI Yogyakarta 2014)
4. Memar
kapiler
1. Rest
semakin parah dan mengurangi aliran darah yang menuju ke lokasi cedera.
2. Ice
3) Jika penderita merasa kesemutan atau terlihat pucat yang merupakan tanda
3. Compression
cedera.
4. Elevation
Dilakukan untuk menompang yang terkena cedera dengan alat agar daerah
yang cedera lebih tinggi dari permukaan jantung. Bertujuan untuk membantu