Anda di halaman 1dari 13

Materi SAP

1. Pengertian Pencegahan Infeksi


Pencegahan infeksi merupakan upaya untuk mencegah dan meminimalkan terjadinya infeksi
pada pasien, petugas, pengunjung, dan masyarakat sekitar fasilitas pelayanan kesehatan (
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017).

2. Tujuan Pencegahan Infeksi


a. Membantu mengurangi penyebaran infeksi yang terkait dengan pelayanan kesehatan
b. Menurunkan resiko penularan penyakit yang mematikan
c. Mendukung promosi kualitas pelayanan kesehatan yang aman bagi pasien, petugas
kesehatan, dan orang lain dalam perawatan kesehatan dan lingkungan

3. Macam Pencegahan Infeksi


A. Cuci Tangan
a. Pengertian
Cuci tangan adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanis dari kedua belah
tangan dengan memakai sabun dan air atau bahan alkohol lainnya (Dahlan & Umrah,
2013). Beberapa contoh kuman yang dapat dihilangkan dengan cuci tangan yaitu
Staphylococcus aureus, Streptococci, Pseudomonas, E.Coli.

b. Tujuan
Tujuan dilakukan cuci tangan adalah untuk menghilangkan kuman (Zulpahiyana, 2013).
Cuci tangan dilakukan untuk menghilangkan kotoran dan membunuh kuman yang
terkontaminasi di tangan yang diperoleh karena kontak dengan pasien dan kontak dengan
permukaan lingkungan pasien. Tujuan dilakukan cuci tangan yaitu:
Menekan atau mengurangi jumlah dan pertumbuhan bakteri pada tangan
Menurunkan jumlah kuman yang tumbuh ditangan
Mengurangi risiko penularan kuman ke pasien atau orang lain serta kontaminasi
silang kepada pasien lain, anggota keluarga, dan tenaga kesehatan lain
Memberikan perasaan segar dan bersih (Malini, Susanti, & Edward, 2008).

c. Indikasi
Cuci tangan dilakukan menggunakan sabun dan air mengalir bila tangan jelas kotor atau
terkena cairan tubuh atau menggunakan alcohol (alcohol-based handrubs) bila tangan
tidak tampak kotor. Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan dibilas dengan air
mengalir, dilakukan saat:
- Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan tubuh,
walaupun telah memakai sarung tangan
- Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang bersih,
walaupun pada pasien yang sama
Indikasi cuci tangan:
- Sebelum kontak dengan pasien
- Sebelum tindakan aseptic
- Setelah kontak darah dan cairan tubuh
- Setelah kontak dengan pasien
- Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien

d. Teknik cuci tangan


Menurut WHO (2009) langkah-langkah cuci tangan sebagai berikut:
1) Teknik cuci tangan dengan handrubbing menggunakan bahan berbasis alkohol

a) Berikan alkohol secukupnya pada tangan


b) Ratakan alkohol keseluruh permukaan tangan
c) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
d) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri beserta ruas-ruas jari,
begitu juga sebaliknya
e) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari saling
terkait
f) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
g) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu sebaliknya
h) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada telapak kanan dan
sebaliknya
i) Keringkan tangan.
j) Waktu yang diperlukan yaitu sekitar 20-30 detik.

2) Teknik cuci tangan dengan mencuci tangan (handwashing)

a) Basahkan tangan dengan air


b) Berikan sabun secukupnya, dan ratakan ke seluruh permukaan tangan
c) Gosok telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan
d) Telapak tangan kanan digosokkan kepunggung tangan kiri beserta ruas-ruas jari,
begitu juga sebaliknya
e) Gosok telapak tangan kanan dengan telapak tangan kiri dengan jari-jari saling
terkait
f) Letakkan punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
g) Jempol kanan digosok memutar oleh telapak tangan kiri, begitu sebaliknya
h) Jari kiri menguncup, gosok memutar kekanan dan kekiri pada telapak kanan dan
sebaliknya
i) Keringkan tangan.
j) Mencuci tangan memerlukan waktu sekitar 40-60 detik.

B. Penggunaan Masker
Masker digunakan untuk melindungi wajah dan mulut dari cipratan darah dan cairan
tubuh dari pasien atau permukaan lingkungan udara dari petugas pada saat batuk atau
bersin. Masker yang digunakan harus menutupi hidung dan mulut serta melakukan Fit
Test (penekan dibagian hidung).
Terdapat tiga jenis masker, yaitu:
- Masker bedah, untuk tindakan bedah atau mencegah penularan melalui droplet
- Masker respiratorik, untuk mencegah penularan melalui airbone
- Masker rumah tangga, digunakan dibagian gizi atau dapur

Gambar. Masker rumah tangga Gambar.Masker Respiratorik

Gambar.Masker bedah
Cara penggunaan masker:
Berikut langkah-langkah penggunaan masker yang benar :
1) Ambil sebuah masker dan pastikan tidak ada noda kotoran atau lubang/sobekan
pada setiap sisi masker.
2) Tentukan sisi atas masker yang ditandai dengan adanya kawat hidung (nose piece)
dan tempatkan pada bagian atas.
3) Tentukan yang mana sisi luar dan sisi dalam masker, sisi luar biasanya ditandai
dengan bagian yang berwarna dan memiliki permukaan yang lebih kasar serta arah
lipatan menghadap ke bawah, sedangkan sisi dalam biasanya berwarna putih dan
memiliki permukaan yang lebih halus.
4) Ikuti instruksi di bawah ini untuk berbagai tipe masker yang digunakan:
Masker dengan karet telinga: gantung masker dengan melingkarkan karet pada
setiap telinga

Masker dengan tali pengikat: Letakkan sisi atas masker pada batas atas hidung
dan ikatkan tali bagian atas pada belakang atas kepala Anda.

Masker respiratorik:
- Genggam masker dengan satu tangan, biarkan tali menjuntai
- Posisikan masker dibawah dagu dan sisi untuk hidung diatas
- Tariklah tali pengikat respirator yang atas dan posisikan tali agak tinggi
dibelakang kepala diatas telinga. Tarik tali pengikat yang bawah dan posisikan
tali pada kepala bagian atas (tali menyilang)
- Tekan sisi logam di bagian hidung, tekan dengan menggunakan dua jari dari
masing-masing tangan
5) Tempelkan dan bentuk kawat hidung (nose piece) mengikuti lekuk hidung Anda.
6) Jika menggunakan masker dengan tali pengikat, ikatkan tali bagian bawah pada
belakang leher.
7) Tarik bagian bawah masker sampai menutupi seluruh mulut dan dagu Anda.
8) Perhatian kawat masker posisi diatas dan lipatan dibawah

C. Etika Batuk
a. Pengertian
Etika batuk merupakan tata cara batuk yang baik dan benar, dengan cara menutup
hidung dan mulut dengan tissue atau lengan baju agar bakteri tidak menyebar ke
udara dan tidak menular ke orang lain (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
2018)

b. Tujuan
Mencegah penyebaran suatu penyakit yang luas melalui udara bebas (droplets) dan
membuat kenyamanan pada orang disekitar. Droplet dapat mengandung kuman
infeksius yang dapat menular ke orang lain melalui udara pernapasan (Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, 2018).
c. Kebiasaan batuk yang salah (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2018)
- Tidak menutup mulut saat batuk atau bersin di tempat umum
- Tidak mencuci tangan setelah digunakan untuk menutup mulut atau hidung saat
batuk dan bersin
- Membuang ludah batuk disembarang tempat
- Membuang atau meletakkan tissue yang sudah dipakai disembarang tempat
- Tidak menggunakan masker saat flu atau batuk

d. Tatacara batuk yang benar


- Menutup hidung dan mulut dengan tisu atau saputangan atau lengan atas.
- Tisu dibuang ke tempat sampah infeksius dan kemudian mencuci tangan.

D. Pengelolaan Limbah
a. Pengertian Limbah
Limbah dibagi menjadi dua yaitu limbah medis dan non medis. Limbah
medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi, veterinari,
farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang
menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan
kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu (Depkes, 2009).
Limbah non medis ini bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit
pelayanan (berupa karton, kaleng, botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan
buangan; sampah dapur (sisa pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur
dan lain-lain) (Arifin, 2009).
b. Tujuan Pengelolaan Limbah
1) Melindungi pasien, petugas kesehatan, pengunjung, dan masyarakat sekitar
fasilitas pelayanan kesehatan dari penyebaran infeksi dan cedera
2) Membuang bahan-bahan berbahaya (sitotoksik, radioaktif, gas, limbah
infeksius, limbah kimiawi, dan farmasi) dengan aman
c. Jenis Jenis Limbah
1. Limbah Medis:
a) Limbah benda tajam
Limbah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi,
ujung atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti
jarum hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas,
pisau bedah. Semua benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat
menyebabkan cedera melalui sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang
terbuang mungkin terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan
mikrobiologi, bahan beracun atau radioaktif.

b) Limbah infeksius
Limbah infeksius mencakup pengertian sebagai yaitu; limbah yang berkaitan
dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular (perawatan
intensif), Limbah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan
mikrobiologi dari poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.
c) Limbah jaringan tubuh
Limbah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan
tubuh, biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.
d) Limbah sitotoksik
Limbah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin
terkontaminasi dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau
tindakan terapi sitotoksik. Limbah yang terdapat limbah sitotoksik
didalamnya harus dibakar dalam incinerator dengan suhu diatas 1000oc
e) Limbah farmasi
Limbah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang
terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang
terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh
masyarakat, obat-obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang
bersangkutan dan limbah yang dihasilkan selama produksi obat-obatan.

f) Limbah kimia
Limbah kimia adalah limbah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia
dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.
g) Limbah radioaktif
Limbah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop
yang berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Limbah ini
dapat berasal dari antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-
imunoassay dan bakteriologis; dapat berbentuk padat, cair atau gas. Limbah
cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik,
kimia dan biologi.
h) Limbah Plastik
Limbah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit
dan sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang
terbuat dari plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.
2. Limbah Non Medis
Sampah padat non medis adalah semua sampah padat diluar sampah padat medis
yang dihasilkan dari berbagai kegiatan, seperti berikut (Anies, 2006: 43):
a) Kantor/administrasi
b) Unit perlengkapan
c) Ruang tunggu
d) Ruang inap
e) Unit gizi atau dapur
f) Halaman parkir dan taman
g) Unit pelayanan

d. Pemisahan Limbah
Memudahkan pengenalan jenis limbah adalah dengan cara menggunakan
kantong berkode (umumnya dengan kode berwarna). Kode berwarna yaitu kantong
warna hitam untuk limbah domestik atau limbah rumah tangga biasa, kantong
kuning untuk semua jenis limbah yang akan dibakar (limbah infeksius), kuning
dengan strip hitam untuk jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi bisa juga
dibuang ke sanitary landfill bila dilakukan pengumpulan terpisah dan pengaturan
pembuangan, biru muda atau transparan dengan strip biru tua untuk limbah
autoclaving (pengolahan sejenis) sebelum pembuangan akhir (Adisasmito, 2009).
Jenis Wadah dan label Limbah Medis Padat Sesuai Kategorinya

NO Kategori Warna Kontainer Lambang Keterangan

1 Radioakt Merah Kantong boks timbal


if dengan simbol
radioaktif
2 Sangat Kuning Kantong plastik
Infeksius kuat, anti bocor, atau
kontainer yang dapat
disterilisasi dengan
otoklaf

3 Limbah Kuning Kantong plastik kuat


infeksius dan anti bocor, atau
, patologi kontainer
dan
anatomi

4 Sitotoksi Ungu Kontainer plastik


s kuat dan anti bocor

5 Limbah Coklat Kantong plastik atau


kimia kontainer
-
dan
farmasi
Daftar Pustaka

Depkes RI. 2009. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan Fasiltas
Pelayanan Kesehatan Lainnya. SK Menkes No 382/Menkes/2007. Jakarta: Kemenkes RI

Depkes RI. 2017. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan. SK Menkes No 857/2017. Jakarta: Kemenkes RI

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Ayo Gunakan Etika Ketika Batuk. PMN RS
Mata Cidendo

Malini, H., Susanti, M., & Edward, Z. (2008). Upaya Penyebaran HIV/AIDS di Masyarakat
Melalui Sosialisasi Penerapan Kewaspadaan Universal Pda Petugas Kesehatan. Warta
Pengabdian Andalas, XV, pp.94-.
WHO. (2009). Guidelines on Hand Hygiene in Health Care.
Zulpahiyana. (2013). Efektivitas Simulasi Hand Hygiene Pada Handover keperawatan Dalam
Meningkatkan Kepatuhan Hand Hygiene Perawat. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai