Anda di halaman 1dari 34

ASKEP PERILAKU KEKERASAN PADA ANAK

DI KELUARGA

Nama Kelompok :

1.Juventus Prianto Kohelnesi


2.Faishol Hammamy
3.Hepfi Sofiana
4.Pheby Alfimay Natysya Putri
5.Sulastri
Perilaku Kekerasan

Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik
maupun psiklogis.
Jadi, perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan individu yang melakukan tindakan yang dapat
membahayakan/mencederai diri sendiri, orang lain bahkan dapat merusak lingkungan sakitarnya.
Proses kemarahan
Stress, cemas, marah merupakan bagian kehidupan sehari-hari yang harus dihadapi oleh setiap individu.
Respon terhadap marah dapat di ungkapkan melalui 3 cara yaitu:
1. Mengungkapkan secara verbal
2. Menekan
3. Menantang
 Etiologi
1. Adanya stressor yang berasal dari internal atau eksternal.
a. Stressor internal seperti penyakit, hormonal, dendam, kesal
b. Stressor eksternal bisa berasal dari ledekan, cacian, makian, hilangnya benda berharga, tertipu, penggusuran, bencana, dan
sebagainya
1. Kehilangan harga diri karena tidak dapat memenuhi kebutuhan sehingga individu tidak berani bertindak, cepat tersinggung,
dan lekas marah.
2. Frustasi akibat tujuan tidak tercapai atau terhambat, sehingga individu merasa cemas dan terancam.
3. Kebutuhan aktualisasi diri yang tidak tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan membuat individu cepat
tersinggung.
Faktor-Faktor Terjadinya Perilaku Kekerasan
 Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2010), faktor predisposisi klien dengan perilaku kekerasan adalah:
1) Teori Biologis
a) Neurologic Faktor
b) Genetic Faktor
c) Cycardian Rhytm
d) Faktor Biokimia
e) Brain Area Disorder

2) Teori Psikogis

a) Teori Psikoanalisa
b) Imitation, modelling and information processing theory
c) Learning Theory

• Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan seringkali berkaitan dengan :


a) Ekpresi diri
b) Ekspresi dari terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi
c) Adanya riwayat perilaku anti sosial
d) Kematian anggota keluarga yang terpenting
 Rentang respon marah
Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik.
Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu

Respon adaptif respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif PK

Klien mampu Klien gagal Klien merasa tidak Klien Perasaan marah dan
mengungkapkan rasa mencapai tujuan dapat mengekspresikan bermusuhan yang
marah tanpa kepuasan saat marah menungkapkan secara fisik , tetapi kuat dan hilang
menyalahkan orang dan tidak dapat perasaannya, tidak masih terkontrol , kontrol disertai
lain dan memberikan menemukan berdaya dan mendorong orang amuk , merusak
kelegaan alternatifnya. menyerah lain dengan ancaman lingkungannya
 PATOFISIOLOGI
Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah merupakan bagian kehidupan sehari -hari
yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak
menyenangkan dan terancam. Kecemasan dapat menimbulkan kemarahan yang mengarah pada perilaku kekerasan
Apabila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku kekerasan, biasanya dilakukan individu karena ia
merasa kuat. Cara demikian tentunya tidak akan menyelesaikan masalah bahkan dapat menimbulkan kemarahan yang
berkepanjangan dan dapat menimbulkan tingkah laku destruktif, seperti tindakan kekerasan yang ditujukan kepada
orang lain maupun lingkungan.
destruktif yang ditujukan kepada diri sendiri.

MANIFESTASI KLINIK
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah sebagai berikut:
1.Fisik
2.Verbal
3.Perilaku
4. Emosi
5. Intelektual
6. Spiritual
7. Sosial
8. Perhatian
 Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien marah untuk melindungi diri antara lain:
a. Proyeksi
Menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.
b. Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia artinya di mata masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami
hambatan penyalurannya secara normal.
c. Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau membahayakan masuk ke alam sadar.
d. Displacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan, pada obyek yang tidak begitu berbahaya seperti yang
pada mulanya yang membangkitkan emosi itu.
e. Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila diekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang
berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan.
3. Sumber Koping

a. Aset ekonomi
b. Kemampuan dan keahlian
c. Tehnik defensif
d. Sumber sosial dll.
 Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
1. Obat anti psikosis : Phenotizin (CPZ/HLP)
2. Obat anti depresi : Amitriptyline
3. Obat anti ansietas : Diazepam, bromozepam, clobozam
4. Obat anti insomnia : Phneobarbital
b. Terapi Modalitas
1) Terapi Okupasi
2) Peran serta keluarga
3) Terapi somatic
4) Terapi kejang listrik
5) Terapi kelompok
6) Terapi musik
B. Kekerasan Pada Anak
1.Konsep Anak
Tidak ada batasan yang seragam tentang berapa usia seorang jndividu disebut sebagai anak.
Secara psikologi, usia anak dapat didentifikasi sebagai berikut
1).Usia kelompok, dimana anak mulai mempelajari dasar perilaku sosial
2).Usia menjelajah/bertanya, anak mulai ingin tahu tentang keadaan di lingkungan sekitarnya
3).Usia meniru/kreatif, anak menirukan perilaku orang lain dan memasukkannya dalam permainannya.
2. Konsep Kekerasan
Ada perbedaan ruang lingkup kekerasan yang diatur dalam KUHP dan Undang-Undang No.23 tahun 2004
(Undang_Undang tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumahtangga).
Mansoer Fakih mendefinisikan kekerasan juga dalam artinya yang luas, yaitu berupa serangan atau invasi (assault)
terhadap pisik maupun integritas mental psikologis seseorang.
3. Konsep Kekerasan terhadap Anak
Pasal 13 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU Perlindungan Anak”)
sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (“UU 35/2014”) yang menyatakan bahwa setiap anak selama dalam pengasuhan orang tua,
wali, atau pihak lain mana pun yang bertanggung jawab atas pengasuhan, berhak mendapat perlindungan dari perlakuan:
a. diskriminasi;
b. eksploitasi, baik ekonomi maupun seksual;
c. penelantaran;
d. kekejaman, kekerasan, dan penganiayaan;
e. ketidakadilan; dan
f. perlakuan salah lainnya.
4. Jenis-Jenis Kekerasan Terhadap Anak
Terry E. Lawson (dalam Huraerah, 2007), psikiater internasional yang merumuskan definisi tentang child abuse,
1. Physical abuse,terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak memukul anak (ketika anak sebenarnya
memerlukan perhatian).
2. Kekerasan Emosional (emotional abuse)
Emotional abuse terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak setelah mengetahui anaknya meminta
perhatian, mengabaikan anak itu.
3. Kekerasan secara Verbal (verbal abuse)
Biasanya berupa perilaku verbal dimana pelaku melakukan pola komunikasi yang berisi penghinaan, ataupun kata-
kata yang melecehkan anak.
4. Kekerasan Seksual (sexual abuse)
Sexual abuse meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup
rumah tangga tersebut (seperti istri, anak dan pekerja rumah tangga).
Indikator Kekerasan Pada Anak
Secara umum ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan adalah sebagai berikut :
• Menunjukkan perubahan pada tingkah laku dan kemampuan belajar di sekolah.
• Tidak memperoleh bantuan untuk masalah fisik dan masalah kesehatan yang seharusnya menjadi perhatian
orang tua.
• Memiliki gangguan belajar atau sulit berkonsentrasi, yang bukan merupakan akibat dari masalah fisik atau
psikologis tertentu.
• Selalu curiga dan siaga, seolah-olah bersiap-siap untuk terjadinya hal yang buruk.
• Kurangnya pengarahan orang dewasa.
• Selalu mengeluh, pasif atau menghindar.
• Datang ke sekolah atau tempat aktivitas selalu lebih awal dan pulang terakhir, bahkan sering tak mau pulang ke
Sedangkan ciri-ciri umum orang tua yang melakukan kekerasan pada anak adalah:
- Tak ada perhatian pada anak.
- Menyangkal adanya masalah pada anak baik di rumah maupun sekolah, dan menyalahkan anak untuk semua
masalahnya.
- Meminta guru untuk memberikan hukuman berat dan menerapkan disiplin pada anak.
- Menganggap anak sebagai anak yang bandel, tak berharga, dan susah diatur.
- Menuntut tingkat kemampuan fisik dan akademik yang tak terjangkau oleh anak.
- Hanya memperlakukan anak sebagai pemenuhan kepuasan akan kebutuhan emosional untuk mendapatkan
perhatian dan perawatan.
Ciri-ciri umum orang tua dan anak yang menjadi pelaku dan korban tindak kekerasan
- Jarang bersentuhan fisik dan bertatap mata.
- Hubungan diantara keduanya sangat negatif.
- Pernyataan bahwa keduanya tak suka/membenci satu sama lain.
Ciri kekerasan terhadap anak secara khusus berdasarkan penjelasan sebelumnya terbagi menjadi empat
tipe yaitu :
Tanda Kekerasan Fisik Tanda Penelantaran Tanda Kekerasan Seksual Tanda Kekerasan
Emosional
Pada Anak :
Pada Anak : Pada anak : - Kesulitan saat duduk dan Pada Anak :
Bila anak mengalami tanda- Sering absen sekolah. berjalan. Menunjukkan tingkah laku
tanda lebih dari satu, Tak terpenuhi kebutuhan - Tiba-tiba menolak untuk yang ekstrim, terlalu
berikan perhatian lebih medis, perawatan gigi ganti baju di gym dan menuntut, terlalu mencela,
teliti. maupun perawatan kegiatan lainnya. terlalu pasif atau terlalu
Mengalami luka bakar, matanya. - Mengompol dan bermimpi agresif.
gigitan, lebam, patah Meminta-minta/mencuri buruk. Terlalu bersikap dewasa
tulang, mata bengkak uang dan makanan. - Perubahan selera (mengasuh anak lain) atau
menghitam tanpa sebab. Sering dalam keadaan kotor makan/kehilangan selera terlalu kekanakan
Memiliki bekas lebam, atau dan berbau. makan. (membenturkan kepala ke
bekas luka lain yang masih Tak berpakaian yang tembok, dsb)
-Menunjukkan pengetahuan dan
terlihat setelah absen sewajarnya/secukupnya -Terlambat perkembangan
tingkah laku yang berbau
sekolah. sesuai musim. fisik dan emosionalnya.
seksual yang tak sewajarnya
Kelihatan sangat takut Mengonsumsi alkohol dan Mencoba bunuh diri.
dan tak sesuai dengan
kepada orang tuanya, dan menggunakan obat usianya. Kurangnya kedekatan
menangis atau berteriak terlarang. Menyatakan - Menjadi hamil, atau dengan orang tua.
saat waktu untuk pulang. bahwa tak ada mengidap penyakit seksual
Ketakutan saat seorangpun di rumah yang terutama di bawah usia 14
didatangi/didekati merawatnya. tahun.
Pada Orang Tua dan Pengasuh Pada Orang Tua dan Pengasuh Pada Orang Tua dan Pengasuh Pada Orang Tua dan Pengasuh
(sebagai pelaku) : (sebagai pelaku) : (sebagai pelaku) : (sebagai pelaku) :

Tak dapat menjelaskan, Orang tua tak acuh pada anak. -Over protektif terhadap anak, Selalu menyalahkan,
memberikan penjelasan yang Menunjukkan sikap apatis dan atau membatasi kontak anak mencemooh, atau
tak masuk akal atau depresi. dengan anak lain yang memarahi anak.
penjelasan yang berganti-ganti Tingkah laku tak rasional dan berlainan jenis kelamin. Tak memperhatikan anak dan
terhadap berlebihan. Sembunyi-sembunyi dan tak mau membantu anak
luka yang diderita anak. Penyalahgunaan alkohol dan mengasingkan diri. mengatasi persoalannya.
Menggambarkan anak sebagai obat terlarang Iri hati dan menguasai anggota Menolak anak secara terang-
sulit diatur atau gambaran lain keluarga yang lain. terangan.
yang sangat negatif.
Menggunakan kekerasan
dalam menerapkan disiplin
kepada anak.
Mempunyai sejarah sebagai
korban kekerasan di masa
kecilnyaPada Orang Tua dan
Pengasuh (sebagai pelaku) :
Tak dapat menjelaskan,
memberikan penjelasan yang
tak masuk akal atau
penjelasan yang berganti-ganti
terhadap
luka yang diderita anak.
Menggambarkan anak sebagai
sulit diatur atau gambaran lain
5. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Terhadap Anak
Penyebab Terjadinya Child Abuse
Menurut Helfer dan Kempe dalam Pillitery ada 3 faktor yang menyebabkan child abuse, yaitu:
Orang tua memiliki potensi untuk melukai anak-anak.
Menurut pandangan orang tua anak terlihat berbeda dari anak lain.
Adanya kejadian khusus : Stress.
Stress yang berasal dari anak.
Stress keluarga
Stress berasal dari orang tua
6. Dampak dari Kekerasan pada Anak
Dampak kekerasan pada anak yang diakibatkan oleh orangtuanya sendiri atau orang lain sangatlah buruk antara lain:
1.Agresif
2.Murung/Depresi
3.Mudah Menangis
4.Melakukan Tindak Kekerasan Terhadap Orang Lain
7. Solusi Mencegah Terjadinya Kekerasan pada Anak
1.Jangan sering mengabaikan anak
2.Tanamkan sejak dini pendidikan agama pada anak.
3.Sesekali bicaralah secara terbuka pada anak dan berikan dorongan pada anak agar bicara apa adanya/berterus
terang.
4.Ajarkan kepada anak untuk bersikap waspada seperti jangan terima ajakan orang yang kurang dikenal dan lain-
lain.
5.Sebaiknya orang tua juga bersikap sabar terhadap anak.
8. Cara Pencegahan Dan Penanggulangan Primer,Sekunder,dan Tersier Kekerasan Pada Anak
Pencegahan dan penanggulangan penganiayaan dan kekerasan pada anak adalah melalui:
1.Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan dapat melakukan berbagai kegiatan dan program yang ditujukan pada individu, keluarga, dan
masyarakat.
Prevensi primer-tujuan: promosi orangtua dan keluarga sejahtera.
Prevensi sekunder-tujuan: diagnosa dan tindakan bagi keluarga yang stress
Prevensi tertier-tujuan: redukasi dan rehabilitasi keluarga dengan kekerasan
2. Rehabilitasi
a.Sistem Dasar Perubahan
b.Pengembangan Kebijakan

C. Askep Perilaku Kekerasan Pada Anak di Keluarga

1.Pengkajian
Perawat seringkali menjadi orang yang pertama kali menemui adanya tanda adanya kekerasan pada anak. Saat abuse
terjadi, penting bagi perawat untuk mendapatkan seluruh gambarannya, bicaralah dahulu dengan orang tua tanpa
disertai anak, kemudian menginterview anak.
a) Identifikasi orang tua yang memiliki anak yang ditempatkan di rumah orang lain atau saudaranya untuk beberapa waktu.
b) Identifikasi adanya riwayat abuse pada orang tua di masa lalu, depresi, atau masalah psikiatrik.
c) Identifikasi situasi krisis yang dapat menimbulkan abuse
d) Identifikasi bayi atau anak yang memerlukan perawatan dengan ketergantungan tinggi (seperti prematur, bayi berat lahir
rendah, intoleransi makanan, ketidakmampuan perkembangan, hiperaktif, dan gangguan kurang perhatian)
e) Monitor reaksi orang tua observasi adanya rasa jijik, takut atau kecewa dengan jenis kelamin anak yang dilahirkan.
f) Kaji pengetahuan orang tua tentang kebutuhan dasar anak dan perawatan anak.
g) Kaji respon psikologis pada trauma
h) Kaji keadekuatan dan adanya support system
i) Situasi Keluarga.
Fokus pengkajian secara keseluruhan untuk menegakkan diagnosa keperawatan berkaitan dengan child abuse, antara
lain:
a.Psikososial
-Melalaikan diri (neglect), baju dan rambut kotor, bau
-Gagal tumbuh dengan baik
-Keterlambatan perkembangan tingkat kognitif, psikomotor, dan psikososial
-With drawl (memisahkan diri) dari orang-orang dewasa.
b.Muskuloskeletal
-Fraktur
-Dislokasi
-Keseleo (sprain)
c.Genito Urinaria
-Infeksi saluran kemih -Perdarahan per vagina
-Luka pada vagina/penis -Nyeri waktu miksi -Laserasi pada organ genetalia eksternal, vagina, dan anus.
d. Integumen
-Lesi sirkulasi (biasanya pada kasus luka bakar oleh karena rokok)
-Luka bakar pada kulit, memar dan abrasi -Adanya tanda2 gigitan manusia yang tidak dapat dijelaskan
-Bengkak.
Tanda Kekerasan Fisik Tanda Penelantaran Tanda Kekerasan Seksual Tanda Kekerasan Emosional
Pada Anak :
- Bila anak mengalami tanda- tanda lebih dari satu, berikan perhatian lebih teliti.
- Mengalami luka bakar, gigitan, lebam, patah tulang, mata bengkak menghitam tanpa sebab.
- Memiliki bekas lebam, atau bekas luka lain yang masih terlihat setelah absen sekolah.
- Kelihatan sangat takut kepada orang tuanya, dan menangis atau berteriak saat waktu untuk pulang.
- Ketakutan saat
didatangi/didekati orang dewasa.
- Ada laporan terluka karena kecelakaan oleh orang tua atau orang yang mengasuhnya Pada anak :
- Sering absen sekolah.
- Tak terpenuhi kebutuhan medis, perawatan gigi maupun perawatan matanya.
- Meminta-minta/mencuri uang dan makanan.
- Sering dalam keadaan kotor dan berbau.
- Tak berpakaian yang sewajarnya/secukupnya sesuai musim.
- Mengonsumsi alkohol dan menggunakan obat terlarang. Menyatakan bahwa tak ada seorangpun di rumah yang
merawatnya. Pada Anak :
- Kesulitan saat duduk dan berjalan.
- Tiba-tiba menolak untuk ganti baju di gym dan kegiatan lainnya.
- Mengompol dan bermimpi buruk.
- Perubahan selera makan/kehilangan selera makan.
- Menunjukkan pengetahuan dan tingkah laku yang berbau seksual yang tak sewajarnya dan tak sesuai dengan usianya.
- Menjadi hamil, atau mengidap penyakit seksual terutama di bawah usia 14 tahun.
- Lari dari rumah.
- Melaporkan kekerasan seksual dari salah satu orang tua atau pengasuh
orang dewasa.
Pada Anak :
-Menunjukkan tingkah laku yang ekstrim, terlalu menuntut, terlalu mencela, terlalu pasif atau terlalu agresif.
-Terlalu bersikap dewasa (mengasuh anak lain) atau terlalu kekanakan (membenturkan kepala ke tembok, dsb)
-Terlambat perkembangan fisik dan emosionalnya.
-Mencoba bunuh diri.
- Kurangnya kedekatan dengan orang tua.

2. Diagnosa

Resiko cedera b.d fisik (kekerasan orang tua)


Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri rendah
Resiko trauma b.d kekerasan fisik
Ketakutan b.d kondisi fisik/ lingkungan
Cemas b.d perlakuan salah yang berulang-ulang, ketidakberdayaan dan potensi kehilangan orang tua
Resiko terhadap kerusakan kedekatan orang tua/ anak/ bayi b.d perilaku kekerasan
No . Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Resiko cedera -Klien dapat membina 1)Bina hubungan saling percaya. 1)Hubungan saling percaya
berhubungan dengan hubungan saling percaya. 2)Beri kesempatan pada klien untuk memungkinkan terbuka pada
perilaku kekerasan -Klien dapat mengidentifikasi mengugkapkan perasaannya. perawat dan sebagai dasar untuk
penyebab perilaku kekerasan. 3)Bantu untuk mengungkapkan intervensi selanjutnya.
-Klien dapat mengidentifikasi penyebab perasaan jengkel / kesal 2)Informasi dari klien penting bagi
tanda-tanda perilaku kekerasan. 4)Anjurkan klien mengungkapkan perawat untuk membantu kien
-Klien dapat mengidentifikasi dilema dan dirasakan saat jengkel. dalam menyelesaikan masalah yang
perilaku kekekerasan yang 5)Observasi tanda perilaku kekerasan konstruktif.
biasa dilakukan. pada klien. 3)Pengungkapan perasaan dalam
-Klien dapat mengidentifikasi 6)Simpulkan bersama tanda-tanda suatu lingkungan yang tidak
akibat perilaku kekerasan. jengkel / kesan yang dialami klien. mengancam akan menolong pasien
-Klien dapat melakukan cara 7)Anjurkan klien untuk untuk sampai kepada akhir
berespons terhadap kemarahan mengungkapkan perilaku kekerasan penyelesaian persoalan.
secara konstruktif. yang biasa dilakukan. 4)Pengungkapan kekesalan secara
-Klien dapat 8)Bantu klien bermain peran sesuai konstruktif untuk mencari
mendemonstrasikan sikap dengan perilaku kekerasan yang biasa penyelesaian masalah yang
perilaku kekerasan. dilakukan. konstruktif pula.
-Klien dapat dukungan Melatih Asertif Secara Verbal.Hal 1- 5).mengetaui perilaku yang
keluarga dalam mengontrol 16) dilakukan oleh klien sehingga
perilaku kekerasan. memudahkan untuk intervensi.
-Klien dapat menggunakan 6)memudahkan klien dalam
obat yang benar. mengontrol perilaku kekerasan.
7)memudahkan dalam pemberian
tindakan kepada klien.
8)mengetahui bagaimana cara klien
9)Bicarakan dengan klien 9)membantu dalam
apakah dengan cara yang memberikan motivasi untu
klien lakukan masalahnya menyelesaikan masalahnya
selesai. 10)mencari metode koping
10)Bicarakan akibat / yang tepat dan konstruktif.
kerugian dan perilaku 11)mengerti cara yang
kekerasan yang dilakukan benar dalam mengalihkan
klien. perasaan marah.
11)Bersama klien 12)menambah pengetahuan
menyimpulkan akibat dari klien tentang koping yang
perilaku kekerasan yang konstruktif.
dilakukan. 13)mendorong pengulanga
12)Tanyakan pada klien perilaku yang positif,
“apakah ia ingin meningkatkan harga diri
mempelajari cara baru yang klien.
sehat”. 14)dengan cara sehat dapat
13)Berikan pujian jika klien dengan mudah mengontrol
mengetahui cara yang kemarahan klien.
sehat. 15)memotivasi klien dalam
14)Diskusikan dengan klien mendemonstrasikan cara
cara lain yang sehat. mengontrol perilaku
Secara fisik : tarik nafas kekerasan.
dalam / memukul botol / 16)mengetahui respon klien
kasur atau olahraga atau terhadap cara yang
pekerjaan yang diberikan.
memerlukan tenaga. 17)mengetahui kemampuan
Secara verbal : katakan klien melakukan cara yang
bahwa anda sering jengkel / sehat.
Secara sosial : lakukan 18)meningkatkan harga
dalam kelompok cara-cara diri klien.
marah yang sehat, latihan 19)mengetahui
asertif, latihan manajemen
kemajuan klien selama
perilaku kekerasan.
Secara spiritual : anjurkan diintervensi.
klien berdua, sembahyang, 21)menambah
meminta pada Tuhan agar pengetahuan bahwa
diberi kesabaran.( Upaya keluarga sangat
Penurunan Risiko Perilaku berperan dalam
Kekerasan Pada Dengan perubahan perilaku
Melatih Asertif Secara klien.
Verbal.Hal 1-16)
22)meningkatkan
15)Bantu klien memilih
cara yang paling tepat pengetahuan keluarga
untuk klien. dalam merawat klien
16)Bantu klien secara bersama.
mengidentifikasi manfaat 23)mengetahui sejauh
yang telah dipilih. mana keluarga
17)Bantu klien untuk menggunakan cara yang
menstimulasikan cara dianjurkan.
tersebut.
18)Beri reinforcement
positif atas keberhasilan
klien menstimulasi cara -
tersebut.
19)Anjurkan klien untuk
menggunakan cara yang
19)Anjurkan klien untuk 24)mengetahui respon
menggunakan cara yang telah keluarga dalam merawat
dipelajari saat jengkel / marah. klien.
20)Identifikasi kemampuan
keluarga dalam merawat klien
25)menambah pengetahuan
dari sikap apa yang telah klien dan keluarga tentang
dilakukan keluarga terhadap obat dan fungsinya.
klien selama ini. 26)memberikan informasi
21)Jelaskan peran serta pentingnya minum obat
keluarga dalam merawat klien. dalam mempercepat
22)Konseling cara-cara penyembuhan.
kognitif perilaku dengan teknik
asertif terkait dengan cara
mengontrol perilaku kekerasan
secara konstruktif.
Sikap tenang, bicara tenang
dan jelas.
23)Bantu keluarga
mendemonstrasikan cara
merawat klien.
24)Bantu keluarga
mengungkapkan perasaannya
setelah melakukan
demonstrasi.
25)Jelaskan pada klien dan
keluarga jenis-jenis obat
yang diminum klien seperti :
CPZ, haloperidol, Artame.
26)Diskusikan manfaat
minum obat dan kerugian
berhenti minum obat tanpa
seizin dokter.
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

2. Perilaku kekerasan -Klien dapat membina 1.Bina hubungan saling percaya 1.hubungan saling percaya
berhubungan hubungan saling percaya. dengan menggunakan prinsip memungkinkan klien terbuka pada
dengan harga diri
rendah -Klien dapat mengidentifikasi komunikasi terapeutik. perawat dan sebagai dasar untuk
kemampuan dan aspek yang 2.Diskusikan kemampuan dan aspek intervensi selanjutnya.
positif yang dimiliki. positif yang dimiliki klien. 2.mengidentifikasi hal-hal positif yang
-Klien dapat menilai 3.Setiap bertemu klien dihindarkan masih dimiliki klien.
kemampuan yang digunakan. dari memberi penilaian negatif. 3.pemberian penilaian negatif dapat
-Klien dapat menetapkan dan 4.Utamakan memberi pujian yang menurunkan semangat klien dalam
merencanakan kegiatan sesuai realistik pada kemampuan dan aspek hidupnya.
kemampuan yang dimiliki. positif klien. 4.meningkatkan harga diri klien.
-Klien dapat melakukan 5.Diskusikan dengan klien 5.mengidentifikasi kemampuan yang
kegiatan sesuai kondisi sakit kemampuan yang masih dapat masih dapat digunakan.
dan kemampuannya. digunakan. 6.mengidentifikasi kemampuan yang
-Klien dapat memanfaatkan 6.Diskusikan kemampuan yang dapat masih dapat dilanjutkan.
sistem pendukung yang ada. dilanjutkan penggunaannya di rumah 7.meningkatkan harga diri dan merasa
sakit. diperhatikan.
9.Bantu klien 9.menuntun klien dalam
melakukannya jika melakukan kegiatan.
perlu beri contoh. 10.meningkatkan
10.Beri pujian atas motivasi untuk berbuat
keberhasilan klien. lebih baik.
11.Diskusikan jadwal 11.mengidentifikasi
kegiatan harian atas klien agar berlatih
kegiatan yang telah secara teratur.
dilatih. 12.tujuan utama dalam
12.Beri kesempatan penghayatan pasien
pada klien untuk adalah membuatnya
mencoba kegiatan yang menggunakan respon
telah direncanakan. koping mal adaptif
13.Beri pujian atas dengan yang lebih
keberhasilan klien. adaptif.
14.Diskusikan 13.meningkatkan harga
kemungkinan diri klien.
pelaksanaan dirumah. 14.mendorong
pengulangan perilaku
yang diharapkan.
Isolasi social -Klien dapat membina 1.Bina hubungan saling percaya 1.hubungan saling percaya
berhubungan dengan -Buat kontrak dengan klien :
perilaku kekerasan, hubungan saling percaya memperkenalkan nama perawat dan memungkinkan klien terbuka pada
keluarga yang tidak -Klien dapat berkomunikasi waktu interaksi dan tujuan. perawat dan sebagai dasar untuk
harmonis. -Ajak klien bercakap-cakap dengan
dengan perawat memanggil nama klien, untuk intervensi selanjutnya.
-Klien dapat mengenali diri menunjukkan penghargaan yang 2.Untuk mengetahui apa yang sebenarnya
tulus.
sendiri dan kelebihannya. -Jelaskan kepada klien bahwa terjadi pada pasien dan bagaimana
-Klien dapat mengurangi informasi tentang pribadi klien tidak perasaannya.
akan diberitahukan kepada orang lain
kecemasannya. yang tidak berkepentingan. 3.Untuk melatih klien dalam
-Berikan Health Education -Selalu memperhatikan menggunakan koping yang asertif
kebutuhan klien.
kepada klien dan keluarga. 2.Berkomunikasi dengan klien secara 4.Untuk mengurangi kecemasan klien
-Kegiatan klien dapat jelas dan terbuka 5.Untuk melatih klien dalam hal hal yang
-Bicarakan dengan klien tentang
dimasukkan ke jadwal sesuatu yang nyata dan pakai istilah positif
sehari-hari. yang sederhana 6.Untuk melatih klien melakukan
-Gunakan komunikasi verbal dan
-Klien di berikan Terapi non verbal yang sesuai, jelas dan kegiatan sehari-hari yang biasanya
Somatik teratur. diilakukan
-Bersama klien menilai manfaat dari
-Klien di berikan Terapi pembicaraannya dengan perawat. 7.Untuk membantu proses penyembuhan
Lingkungan. -Tunjukkan sikap empati dan beri klien
kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaanya
3.Kenal dan dukung 8.Untuk memberikan
kelebihan klien keamanan pada klien
-Tunjukkan cara
penyelesaian masalah
(koping)
yang bisa digunakan klien,
cara menceritakan
perasaanya kepada orang
lain yang
terdekat/dipercaya.
-Bahas bersama klien
tentang koping yang
konstruktif
-Dukung koping klien yang
konstruktif
-Anjurkan klien untuk
menggunakan koping yang
konstruktif.
4.Bantu klien mengurangi
cemasnya ketika hubungan
interpersonal
-Batasi jumlah orang yang
berhubungan dengan klien
pada awal terapi.
-Lakukan interaksi dengan
klien sesering mungkin.
-Temani klien beberapa
saat dengan duduk
disamping klien.
-Libatkan klien dalam
berinteraksi dengan orang
lain secara bertahap,
dimulai dari klien dengan
perawat, kemudian dengan
dua perawat, kemudian
ditambah dengan satu klien
dan seterusnya.
-Libatkan klien dalam
aktivitas kelompok.
5.Pendidikan kesehatan
-Jelaskan kepada klien cara
mengungkapkan perasaan
selain dengan kata-kata
seperti dengan menulis,
menangis, menggambar,
berolah-raga, bermain
musik, cara berhubungan
dengan orang lain :
keuntungan berhubungan
dengan orang lain.
-Bicarakan dengan klien
peristiwa yang
menyebabkan menarik diri.
-Jelaskan dan anjurkan
kepada keluarga untuk
tetap mengadakan
hubungan dengan klien.
-Anjurkan pada
keluarga agar
mengikutsertakan klien
dalam aktivitas
dilingkungan
masyarakat.
6.Kegiatan hidup sehari-
hari
-Bantu klien dalam
melaksanakan
kebersihan diri sampai
dapat melaksanakannya
sendiri.
-Bimbing klien
berpakaian yang
rapi
-Batasi kesempatan untuk
tidur
-Sediakan sarana informasi
dan hiburan seperti :
majalah, surat kabar, radio
dan televisi.
-Buat dan rencanakan jadwal kegiatan
bersama-sama klien.
7.Terapi Somatik
-Beri obat sesuai dengan prinsip lima
benar (benar klien, obat,dosis, waktu dan
cara)
-Pantau reaksi obat
-Catat pemberian obat antipsikotik yang
telah dilaksanakan.
-Pastikan apakah obat yang telah
diminum, periksa tempat-tempat yang
memungkinkan klien menyimpan
obat.
8.Lingkungan Terapeutik
-Pindahkan barang-barang yang dapat
membahayakan klien maupun orang lain
dari ruangan.
-Cegah agar klien tidak berada didalam
ruangan yang sendiri dalam jangka waktu
yang lama.
-Beri rangsangan sensori seperti : suara
musik, gambar hiasan di ruangan.
Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

Perilaku kekerasan -Mengidentifikasi Klien 1.Identifikasi dengan 1.Keluarga mengenal dan


berhubungan dengan dan keluarga tentang keluarga tentang prilaku mengungkapkan serta menerima
koping keluarga perilaku maladaptif. maladaptif. perasaannya sehingga
inefektif -Klien dibeikan 2.Beri reinforcement positif mempermudah pemberian
reinforcement positif atas tindakan keluarga yang asuhan kepada anak dengan
atas tindakan keluarga adaptif. benar.
yang adaptif. 3.Diskusikan dengan 2.Untuk memotivasi keluarga
- Mendiskusikan dengan keluarga dalam mengasuh anak secara
keluarga tentang tentang tindakan yang baik dan benar tanpa
tindakan yang semestinya terhadap anak menghakimi dan menyalahkan
semestinya terhadap 4.Diskusikan dengan anak atas keadaan yang buruk.
anak keluarga tentang pentingnya 3.Memberikan gambaran tentang
- Mendiskusikan dengan peran orang tua sebagai tindakan yang semestinya dapat
keluarga tentang status pendukung dalam dilaksanakan keluarga terhadap
pentingnya peran orang proses tumbuh kembang anak.
tua sebagai status anak. 4.Memberikan kejelasan dan
pendukung dalam 5.Kolaborasi dalam memotivasi keluarga untuk
proses tumbuh kembang pemberian pendidikan meningkatkan peran sertanya
anak. keluarga terhadap orang dalam pengasuhan dan proses
- Kolaborasi dalam tua. (Pengaruh Psikoedukasi tumbuh kembang anaknya.
pemberian pendidikan Terhadap Kemampuan 5.Dapat meningkatkan
keluarga terhadap orang Keluarga Dalam Merawat pengetahuan dan pemahaman
tua. Klien Isolasi Sosial. keluarga (orang tua), tentang
Jurnal Keperawatan Soedirman pentingnya peran orang tua dalam
(The Soedirman Journal of tumbuh kembang anak, memiliki
Nursing).Volume 5, No.2,Hal.85-94 pengetahuan tentang metode pengasuhan
yang baik, dan menanamkan kesadaran
untuk menerima anaknya dalam keadaan
apapu

Anda mungkin juga menyukai