Anda di halaman 1dari 28

Laporan pendahuluan,

Strategi Pelaksanaa Tindakan Keperawatan Pasien


Risiko Perilaku Kekerasan
Diajukan guna memenuhi tugas M.K Keperawatan Jiwa
Pengampu : Lailatul Fadilah,S.Kep,Ners, M.Kep

Disusun Oleh :

Fani Loliana
(P27901118067)

REGULER / SEMESTER : 3B SEMESTER 5

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN
TANGERANG
2020
LAPORAN PENDAHULIAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Risiko Perilaku Kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Definisi
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri
maupun orang lain. Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana
seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan
motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2007).
Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Budi Ana Keliat,
2005).
Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk
melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan
datangnya tingkah laku tersebut (Purba dkk, 2008)

B. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang menyebabkan timbulnya Risiko perilaku Kekerasan
meliputi:
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang
kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya :
pada masa anak-anak yang mendapat perilaku kekerasan cenderung
saat dewasa menjadi pelaku perilaku kekerasan.
2) Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka
kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut
akan diadopsi dan dijadikan perilaku yang wajar.
3) Sosial Budaya

1
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti
terhadap pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan
adalah hal yang wajar.
4) Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik,
lobus frontal, lobus temporal, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter ikut menyumbang terjadi perilaku kekerasan.

C. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi yang menimbulkan Risiko Perilaku Kekerasan antara lain:
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta
tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung
melalukan kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat
menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.

D. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan
adalah sebagai berikut:
1. Fisik
a. Muka merah dan tegang

2
b. Mata melotot/ pandangan tajam
c. Tangan mengepal
d. Rahang mengatup
e. Postur tubuh kaku
2. Verbal
a. Bicara kasar
b. Suara tinggi, membentak atau berteriak
c. Mengancam secara verbal atau fisik
d. Mengumpat dengan kata-kata kotor
e. Suara keras
3. Perilaku
a. Melempar atau memukul benda/orang lain
b. Menyerang orang lain
c. Melukai diri sendiri/orang lain
d. Merusak lingkungan
e. Amuk/agresif
4. Emosi
a. Tidak adekuat
b. Tidak aman dan nyaman
c. Rasa terganggu, dendam dan jengkel
d. Tidak berdaya
e. Bermusuhan
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
6. Spiritual
Serasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
8. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual

3
E. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi
mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan
suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri,
orang lain dan lingkungan

F. Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. Obat anti psikosis : Phenotizin
b. Obat anti depresi : Amitriptyline
c. Obat anti ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozam
d. Obat anti insomnia : Phneobarbital
2. Terapi modalitas
a. Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi
masalah klien dengan memberikan perhatian :
1) BHSP
2) Jangan memancing emosi klien
3) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan
keluarga
4) Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat
5) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan
masalah yang dialami
b. Terapi kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan
social atau aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien karena masalah sebagian orang
merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain.
c. Terapi music
Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien.

4
G. Rentang Respon Marah
Marah yang dialami setiap individu memiliki rentang dimulai dari
respon adaptif sampai maladaftif. Sekarang marilah kita bersama-sama
mempelajarinya untuk mempermudah pemahaman Anda dibawah ini akan
digambarkan rentang respon perilaku kekerasan.
Respon adaptif Respon maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan :

Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.

Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realistis/ terhambat.

Pasif : Respon lanjutan dimana pasien tidak mampu mengungkapkan


perasaannya.

Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.

Amuk : Perilaku destruktif dan tidak terkontrol.

H. Mekanisme Koping
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada pasien marah untuk
melindungi diri antara lain: ((Mukhripah Damaiyanti, 2012: hal 103).

1) Sublimasi
Menerima suatu sasaran pengganti yang mulia. Artinya dimata
masyarakat unutk suatu dorongan yang megalami hambatan
penyalurannya secara normal. Misalnya seseorang yang sedang marah
melampiaskan kemarahannya pada objek lain seperti meremas remas
adona kue, meninju tembok dan sebagainya, tujuannya adalah untuk
mengurangi ketegangan akibat rasa amarah.
2) Proyeksi

5
Menyalahkan orang lain kesukarannya atau keinginannya yang
tidak baik, misalnya seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terdadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayu, mencumbunya.
3) Represi
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau bahayakan masuk
kedalam sadar. Misalnya seorang anak yang sangat benci pada orang
tuanya yang tidak disukainya. Akan tetapi menurut ajaran atau didikan
yang diterimanya sejak kecil bahwa membenci orang tua merupakan hal
yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan. Sehingga perasaan benci itu
ditekannya dan akhirnya ia dapat melupakanya.
4) Reaksi formasi
Mencegah keinginan yang berbahaya bila di ekspresika dengan
melebih lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakan
sebagai rintangan misalnya sesorangan yang tertarik pada teman
suaminya,akan memperlakukan orang tersebut dengan kuat.
5) Deplacement
Melepaskan perasaan yang tertekan biasanya bermusuhan pada
objek yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya yang
membangkitkan emosi itu ,misalnya: timmy berusia 4 tahun marah
karena ia baru saja mendapatkan hukuman dari ibunya karena
menggambar didinding kamarnya. Dia mulai bermai perang-perangan
dengan temanya.
.

III. A. POHON MASALAH


Berdasarkan hasil pengkajian dapat dibuat pohon masalah sebagai berikut:

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan


Resiko perilaku kekerasan


Perilaku kekerasan
6
A. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
 Masalah keperawatan :
Risiko Perilaku Kekerasan
 Data yang perlu dikaji :
1) Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama,
tanggal MRS (masuk rumah sakit), informan, tanggal pengkajian, No
Rumah Sakit dan alamat klien.
2) Keluhan utama
Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan
keluarga datang ke rumah sakit. Yang telah dilakukan keluarga untuk
mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.
3) Faktor predisposisi
Tanyakan pada klien/keluarga, apakah klien pernah mengalami
gangguan jiwa pada masa lalu, pernah melakukan atau mengalami
penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan
dalam keluarga dan tindakan criminal. Dan pengkajiannya meliputi
psikologis, biologis, dan social budaya.
4) Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tanda-tanda vital (TD, Nadi, Suhu, Pernafasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien.
5) Aspek psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri
c. Hubungan social dengan orang lain yang terdekat dalam
kehidupan, kelompok, yang diikuti dalam masyarakat
d. Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah
6) Status mental
Nilai klien rapi atau tidak, amati pembicaraan klien, aktivitas motorik
klien, afek klien, interaksi selama wawancara, persepsi, proses pikir,

7
isi pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi, dan
berhitung.
7) Kebutuhan persiapan pulang
a. Kemampuan makan klien dan menyiapkan serta merapikan
alat makan kembali.
b. Kemampuan BAB, BAK, menggunakan dan membersihkan
WC serta membersihkan dan merapikan pakaian.
c. Mandi dan cara berpakaian klien tampak rapi.
d. Istirahat tidur kilien, aktivitas didalam dan diluar rumah.
e. Pantau penggunaan obat dan tanyakan reaksinya setelah
diminum.
8) Mekanisme koping
Malas beraktivitas, sulit percaya dengan orang lain dan asyik dengan
stimulus internal, menjelaskan suatu perubahan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
9) Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah berkenaan dengan ekonomi, dukungan kelompok,
lingkungan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, dan pelayanan
kesehatan.
10) Pengetahuan
Didapat dengan wawancara klien dan disimpulkan dalam masalah.
11) Aspek medic
Diagnose medis yang telah dirumuskan dokter, therapy farmakologi,
psikomotor, okopasional, TAK dan rehabilitas.
12) Daftar masalah keperawatan
a. Perilaku kekerasan
b. Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
c. Perubahan persepsi sensori: halusinasi
d. Harga diri rendah kronis
e. Isolasi social
f. Berduka disfungsional
g. Penatalaksanaan regimen teurapeutik inefektif

8
h. Koping keluarga inefektif

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Risiko Perilaku kekerasan

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

PERENCANAAN
DX.KEP
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
Risiko Perilaku Selama perawatan Setelah … x SP I:
Kekerasan diruangan, pasien tidak pertemuan pasien 1. Diskusikan
memperlihatkan perilaku mampu : penyebab, tanda
kekerasan, dengan dan gejala, bentuk
1. Pasien Percaya
kriteria hasil : dan akibat PK yang
kepada perawat
1. Dapat membina dilakukan pasien
2. Paisen dapat
hubungan saling serta akibat PK.
menyebutkan hal
percaya 2. Latih pasien
yangmenyebabkan
2. Dapat mencegah PK
marah, tanda dan
mengidentifikasi dengan cara: fisik
gejala marah dan
penyebab, tanda dan (tarik nafas dalam
akibat dari PK.
gejala, bentuk dan & memukul
3. Pasien mampu
akibat PK yang sering bantal).
melakukan cara
dilakukan. 3. Masukkan dalam
untuk mengontrol
3. Dapat jadwal harian
PK.
mendemonstrasikan
4. Pasien dapat
cara mengontrol PK SP II:
meminum obat
dengan cara : 1. Diskusikan jadwal
secara teratur
harian
 Fisik 5. Pasien dapat
2. Latih pasien
 Social dan verbal memilih cara
mengntrol PK
 Spiritual mengontrol Pk
dengan cara sosial.
4. Minum obat teratur yang di ajarkan
3. Latih pasien cara
5. Dapat menyebutkan dengan efektif dan

9
danmendemonstrasi sesuai. menolak dan
kan cara mencegah 6. Paisen dapat meminta yang
PK yang sesuai. terlibat aktifitas di asertif.
6. Dapat memelih cara luar ruangan. 4. Masukkan dalam
mengontrol PK yang 7. Pasien dapat jadwal kegiatan
efektif dan sesuai. mmenuliskan harian
7. Dapat melakukan setiap kegiatan
cara yang sudah yang dilakukan di SP III:

dipilih untuk buku harian 1. Diskusikan jadwal

mengontrl PK. 8. Pasien mendapat harian.

8. Memasukan cara dukungan dari 2. Latih cara spiritual

yang sudah dipilih keluarga. untuk mencegah

dalam kegitan PK.

harian. 3. Masukkan dalam

9. Mendapat dukungan jadawal kegiatan

dari keluarga untuk harian.

mengontrol PK.
10.Dapat terlibat dalam
kegiatan diruangan SP IV:
1. Diskusikan jadwal
harian.
2. Diskusikan tentang
manfaat obat dan
kerugian jika tidak
minum obat secara
teratur.
3. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
harian

VI. SUMBER

10
AzizR, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino
Gonohutomo, 2003

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., 2005, Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat (terjemahan),
Widya Medika, Jakarta

Keliat, B.A., 2005, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga
University Press.

11
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK) RISIKO PERILAKU KEKERASAN

SP I

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

DS :

- Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam


- Klien mengungkapkan perasaan jengkel
- Klien mengungkapkan adanya keluhan fisik seperti berdebar-debar, rasa tercekik
dan bingung.

DO :

- Wajah klien tampak merah dan tegang


- Pandangan tajam
- Mengatupkan rahang dengan kuat
- mengepalkan tangan

Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan


2. Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
3. Klien dapat menyebutkan akibat dan perilaku kekerasan yang dilakukannya
4. Klien dapat menyebutkan cara mencegah/ mengontrol perilaku kekerasan dengan
latihan fisik (nafas dalam dan pukul kasur/bantal).

Tindakan keperawatan :

12
1. Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan
2. Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
3. Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
4. Melatih fisik 1 (menarik nafas dalam)
5. Melatih fisik 2 (pukul kasur/bantal)
6. menganjurkan klien memasukkan latihan ke dalam kegiatan harian

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi bu. Saya suster Fani Loliana , ibu bisa memanggil
saya suster fani. Saya perawat yang dinas pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00
nanti dan saya yang akan merawat ibu. Nama ibu siapa? Mba senangnya dipanggil
apa?.oh baiklah saya akan memangil ibu sisi”.
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana keadaan ibu hari ini ? apa ada yang dirasakan ?”
3. Kontrak :
a. Topik
“Baiklah bu, kita akan berdiskusi tentang penyebab masalah itu dan cara
mengontrol marah yang ibu rasakan dengan baik”
b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang? Bagaimana kalau ± 10 menit?”
c. Tempat
“Dimana kita akan duduk untuk berbincang? Bagaimana jika di kamar Ibu
saja?.”
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang saat ini untuk mengetahui penyebab marah dan cara
menyalurkan marah yang Ibu rasakan dengan kegiatan fisik yaitu nafas dalam
dan pukul kasur/bantal.”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

13
1. “Apa yang menyebabkan Ibu marah?” “Apa yang Ibu rasakan saat Ibu marah?”
“Jadi saat ibu marah Ibu merasakan dada Ibu berdebar-debar, Selain itu ada lagi
Bu? kalau mata melotot rahang tertutup rapat dan tangan mengepal, Apakah
ibu merasakannya? Setelah itu apa yang ibu lakukan agar rasa marah Ibu bisa
hilang?”
2. “Jadi ibu memecahkan piring? Apa dengan memecahkan piring rasa marah Ibu
hilang?”
3. “Menurut Ibu apa kerugian yang ibu lakukan? Betul, piring ibu jadi pecah.”
“Menurut ibu itu adalah cara yang lebih baik?”
4. “Bagaimana jika kita belajar mengontrol marah tanpa menimbulkan kerugian?”
5. “Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan Ibu salah satunya adalah
dengan cara latihan fisik, Jadi melalui kegiatan latihan fisik rasa marah Ibu akan
disalurkan.”
6. “Ada dua cara ya Bu, yang pertama dengan tarik napas dalam dan dengan
pukulan kasur/bantal.”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap tentang perasaan ibu dalam
mengontrol rasa marah. dengan tarik nafas dalam dan memukul kasur
/bantal?.”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
““Bagaimana perasaan Ibu setelah kita bercakap tentang perasaan ibu dalam
mengontrol rasa marah. dengan tarik nafas dalam dan memukul kasur
/bantal?.””
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
a. “Sekarang kita masukkan ke dalam jadwal kegiatan harian ya bu? Berapa kali
ibu ingin melakukan latihan keduanya? Dan jam berapa saja bu? Oh ya baik bu,
jika ingin sehari sekali.” (sesuai kesepakatan klien)

14
4. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“Setelah kita berbincang, ibu menyatakan merasa senang. Bagaimana kalau
besok pagi kita bertemu kembali? Apakah ibu bersedia? Baiklah bu.”
b. Waktu
“Baiklah bu, kalau begitu kita akan bertemu kembali besok jam 11.00 ya.”

c. Tempat

“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di kamar ibu? Baiklah


kalau begitu kita akan bertemu kembali besok pagi pukul 11.00 di kamar ibu
untuk melatih mengontrol marah dan minum obat teratur. Saya permisi dulu
ya bu. Assalamualaikum.”

15
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK) RISIKO PERILAKU KEKERASAN

SP II

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

DS :

- Klien mengatakan benci dan kesal dengan seseorang


- Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
- Klien mengeluh perasaan tidak berguna
- Klien sering mendengar suara yang menyuruh melukai diri, orang lain dan
lingkungan
- Klien merasa semua orang ingin menyerangnya
- Adanya keluhan fisik, dada berdebar, sesak rasa tercekik dan bingung

DO :

- Muka merah dan tegang


- Pandangan tajam
- Mengungkapkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Jalan mondar-mandir
- Bicara kasar, suara tinggi/ berteriak
- Mengancam secara verbal/fisik
- Melempar/memukul benda atau orang lain.

Tujuan Khusus :

16
1. Klien dapat mengontrol marah dengan cara meminum obat dengan prinsip 6
benar.

Tindakan keperawatan :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.


2. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal, menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
3. Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan klien, mengungkapkan marah
secara verbal.

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum, selamat pagi ibu . Masih ingat dengan saya ? Ya, betul sekali.
Saya suster fani, bu. Seperti kemarin, pagi ini dari pukul 07.00 sampai 14.00 nanti
dan saya yang akan merawat ibu.”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Apakah ibu sudah melakukan latihan nafas
dalam dan pukul kasur atau bantal?”
3. Kontrak :
a. Topik
“Baiklah bu, sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berbincang tentang cara
mengontrol marah yang ke-2 yaitu dengan minum obat yang teratur”
b. Waktu
“Berapa lama kita kan berbincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
c. Tempat
“Dimana kita kan berbincang? Bagaimana kalau di sini saja Bu?.”
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang-bincang saat ini supaya ibu dapat mengontrol marah
dengan cara meminum obat dengan prinsip 6 benar.”

17
KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Ibu sudah dapat obat dari dokter?”


2. “Berapa macam obat yang ibu minum? Warnanya apa saja? Jam berapa ibu
meminumnya? Bagus.”
3. “Obatnya ada 3 macam ya bu. Yang warnanya orange namanya CP 2 gunanya agar
pikiran tenang. Yang putih ini namanya THP agar rileks dan tenang. Yang merah
jambu itu namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semua
ini harus ibu minum 3x sehari pada pukul 07.00, pagi pukul 1 siang dan 10
malam.”
4. “Bila nanti setelah minum obat mulut ibu terasa kering, ibu dapat menghisap es
batu, bila mata ibu terasa berkunang-kunang ibu sebaiknya beristirahat dan
jangan beraktivitas dulu. “Sebelum minum obat ini ibu lihat dulu label di kotak
obat apakah nama obatnya sudah benar?” Jangan pernah menghentikan minum
obatnya sebelum berkonsultasi dengan dokter ya bu, karena dapat terjadi
kesalahan.”
5. “Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya ke dalam jadwal ya bu. Kalau ibu
minum obat tanpa diingatkan beri tanda (N) bila diingatkan oleh perawat (B)
dan jika tidak minum beri tanda (T). Apa ibu mengerti?”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap tentang cara mengontrol
marah dengan cara minum obat yang benar?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Coba ibu sebutkan lagi jenis obat yang Ibu minum, bagaimana cara minum
obat yang benar?.” “Nah, sudah berapa cara mengontrol rasa marah yang kita
pelajari? ya benar.”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)

18
a. “Jadwal minum obatnya sudah kita buat yaitu jam 7 pagi, 1 siang dan 7
malam bu. Sekarang kita masukkan kedalam jadwal minum obat yang telah
kita buat tadi ya bu. Jangan lupa laksanakan dengan teratur ya bu.”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“Baiklah bu saya besok akan kembali lagi untuk jadwal kegiatan harian ibu dan
sejauh mana ibu dapat mencegah rasa marah.”
“Dan juga kita akan latihan cara untuk mengontrol rasa marah dengan cara
berbicara yang baik. Apa Ibu bersedia?”
b. Waktu
“Jam berapa kita akan berbincang? Bagaimana kalau jam 10.00?”
c. Tempat
“Dimana Ibu mau kita berbincang? Bagaimana kalau di taman belakang?”
“Baik Bu, besok kita bertemu di taman belakang Jam 10.00. Sampai jumpa
besok ya bu. Assalamualaikum.”
d.

19
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK) RISIKO PERILAKU KEKERASAN

SP III

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

DS :

- Klien mengatakan benci dan kesal dengan seseorang


- Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
- Klien mengeluh perasaan tidak berguna
- Klien sering mendengar suara yang menyuruh melukai diri, orang lain dan lingkungan
- Klien merasa semua orang ingin menyerangnya
- Adanya keluhan fisik, dada berdebar, sesak rasa tercekik dan bingung

DO :

- Muka merah dan tegang


- Pandangan tajam
- Mengungkapkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan
- Jalan mondar-mandir
- Bicara kasar, suara tinggi/ berteriak
- Mengancam secara verbal/fisik
- Melempar/memukul benda atau orang lain

Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat mengontrol marah dengan cara berbicara yang baik.

20
2. Klien dapat menyatakan secara asertif rasa marahnya.

Tindakan keperawatan :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.


2. Melatih mengungkapkan rasa marah secara verbal, menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
3. Menganjurkan klien memasukkan jadwal kegiatan klien, mengungkapkan marah
secara verbal.

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
Assalamualaikum. Selamat pagi bu, masih ingat dengan saya? Ya betul”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Apakah ibu sudah melakukan cara mengontrol marah yang sudah kita pelajari
sebelumnya? Wah hebat sekali bu. Coba saya lihat jadwalnya? Bagus!”.
3. Kontrak :
a. Topik
“Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berlatih cara mengontrol marah
dengan cara berbicara yang baik. Apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit?”
c. Tempat
“Sesuai janji kita kemarin, kita berbincang di taman ya bu?”
d. Tujuan interaksi
“tujuan kita berbincang bincang agar ibu dapat mengontrol marah dengan
cara berbicara yang baik dan menyatakan secara asertif rasa marahnya”

21
KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Baiklah sekarang kita akan latihan cara berbicara yang baik untuk mencegah
perasaan marah.”
2. “Sekarang saya akan menjelaskan tentang cara berbicara yang baik bila ibu sedang
marah”
3. “Ada 3 cara bu: yang pertama, meminta dengan baik tanpa marah dengan suara
rendah serta tidak menggunakan kata-kata kasar. Misalnya ‘Bu, saya mau minta
makan!’. Coba praktekan! Bagus ibu.
4. “Yang kedua, menolak dengan baik jika ada yang menyuruh ibu dan ibu tidak ingin
melakukannya karena sedang ada pekerjaan.
5. “Katakan ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada pekerjaan. Coba
ibu praktekan. Bagus bu.. Yang
6. “ketiga, mengungkapkan perasaan kesal dengan baik. Jika ada perlakuan orang
lain yang membuat kesal, ibu dapat mengatakan ‘Saya marah karena
perkataanmu’. Coba ibu praktekan. Bagus sekali bu.”

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang? Apakah mengendalikan
marah dengan baik?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Coba ibu sebutkan dan praktekan kembali cara yang tadi kita pelajari? Bagus
ibu.”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
a. “Sekarang kita masukan ke dalam jadwal ya bu.”
b. “berapa kali ibu mau melakukan?
c. “Bagaimana kalau 2 kali? Baiklah.”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik

22
“Baik bu, besok kita lakukan dengan cara yang ke-4 yaitu dengan ibadah?
Apakah ibu bersedia? Baiklah bu.”
b. Waktu
“Jam berapa kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau jam 10.00? Baik
bu.”
c. Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalu dirung tamu? Baiklah,
besok kita bertemu jam 10.00 diruang tamu ya bu. Saya permisi dulu bu.
Assalamualaikum.”

23
STRATEGI PELAKSANAA TINDAKAN KEPERAWATAN

(SPTK) RISIKO PERILAKU KEKERASAN

SP IV

Proses Keperawatan

Kondisi Klien :

DS :

- Klien mengatakan benci dan kesal dengan seseorang


- Klien mengeluh perasaan terancam, marah dan dendam
- Klien mengeluh perasaan tidak berguna
- Klien sering mendengar suara yang menyuruh melukai diri, orang lain dan
lingkungan
- Klien merasa semua orang ingin menyerangnya
- Adanya keluhan fisik, dada berdebar, sesak rasa tercekik dan bingung

DO :

- Muka merah dan tegang


- Pandangan tajam
- Mengungkapkan rahang dengan kuat
- Mengepalkan tangan

Diagnosa Keperawatan : Risiko Perilaku Kekerasan

Tujuan Khusus :

Klien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasan dengan beribadah.

Tindakan keperawatan :

1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien.

24
2. Melakukan kegiatan ibadah yang pernah dilakukan klien.
3. Melatih mengontrol marah denagn melakukan kegiatan ibadah yang bisa dilakukan
klien.
4. Menganjurkan klien memasukan jadwal kegiatan ibadah.

Proses Komunikasi dalam Pelaksanaan Tindakan

ORIENTASI

1. Salam Terapeutik
“Assalamu’alaikum wr.wb selamat pagi ibu?”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
“Apakah ibu sudah melakukan cara mengontrol marah yang sudah kita pelajari
sebelumnya? Wah hebat sekali bu. Coba saya lihat jadwalnya? Bagus bu!”.

Kontrak :

a. Topik
“Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berlatih cara mengontrol amarah
dengan cara beribadah. Apakah ibu bersedia?”
b. Waktu
“Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit? Baik
bu.”
c. Tempat
“Dimana kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau di ruang tamu bu?
Baiklah.”
d. Tujuan interaksi
“tujuan kita latihan saat ini untuk dapat mencegah/mengontrol perilaku
kekerasan dengan beribadah”

KERJA (Langkah – langkah tindakan keperawatan)

1. “Baiklah bu, coba ibu ceritakan kegiatan ibdah yang biasa ibu lakukan?”
2. “Baik bu, yang mana yang ingin ibu coba?”

25
3. “Nah, kalau ibu sedang marah. Coba ibu duduk dan tarik nafas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholat.”
4. “Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
5. “Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana bu? Coba
ibu sebutkan caranya? Bagus bu.” (untuk muslim)

TERMINASI

1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tentang cara
mengendalikan marah dengan cara melakukan kegiatan ibadah?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Coba ibu sebtkan berapa cara mengendalikan marah yang sudah kita pelajari?
Bagus sekali.”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yang
telah dilakukan)
a. “Sekarang mari kita masukan kegiatan ibadah ke dalam jadwal ya bu. Berapa
kali ibu ingin melakukan sholat? Baiklah kita masukin sholat … dan sholat ....”
(sesuai kesepakatan klien)
b. “Setelah ini coba ibu lakukan jadwal kegiatan beribadah sesuai jadwal ya bu.”
c. “Baik bu, saya rasa cukup berbincangnya. Jangan lupa mengisi jadwal kegiatan
hariannya. Sudah mengerti kan cara mengisinya? Ya bagus!”
d. “Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, ibu bisa istirahat kembali. Permisi bu,
assalamualaikum.”
3. Kontrak Topik yang akan datang :
a. Topik
“Baiklah bu saya besok akan kembali lagi untuk jadwal kegiatan harian ibu dan
sejauh mana ibu dapat mencegah rasa marah.”
b. Waktu
“Jam berapa kita akan berbincang? Bagaimana kalau jam 10.00?”
c. Tempat

26
“Dimana Ibu mau kita berbincang? Bagaimana kalau di taman belakang?”
“Baik Bu, besok kita bertemu di taman belakang Jam 10.00. Sampai jumpa
besok ya bu. Assalamualaikum.”

27

Anda mungkin juga menyukai