KEKERASAN
DISUSUN OLEH :
2. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan yaitu :
a. Faktor psikologis
Psychoanalytical theory: teori ini mendukung bahwa
perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud
berpendapat bahwa perilaku anusia dipengaruhi oleh dua insting.
Kesatu insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas dan
kedua insting kematian yang di ekspresikan dengan agresivitas.
3. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering
kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap
4. Jenis
a. Kekerasan fisik: yaitu jenis kekerasan yang kasat mata. Artinya,
siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku
dengan korbannya. Contohnya adalah: menampar, menimpuk,
menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan
barang, dll.
b. Kekerasan non fisik: yaitu jenis kekerasan yang tidak kasat mata.
Artinya, tidak bisa langsung diketahui perilakunya apabila tidak jeli
memperhatikan, karena tidak terjadi sentuhan fisik antara pelaku
dengan korbannya. Kekerasan non fisik ini dibagi menjadi dua, yaitu;
1) Kekerasan verbal: kekerasan yang dilakukan lewat kata-kata.
Contohnya: membentak, memaki, menghina, menjuluki,
meneriaki, memfitnah, menyebar gosip, menuduh, menolak dengan
kata kata kasar, mempermalukan didepan umum dengan lisan, dll
2) Kekerasan psikologis/psikis : kekerasan yang dilakukan lewat
bahasa tubuh, contohnya memandang sinis, memandang penuh
ancaman, mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan,
memandang yang merendahkan, mencibir dan memelototi.
5. Fase Fase
Fase- fase perilaku kekerasan
a. Triggering incidents
Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien.
Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian:
provokasi, responterhadap kegagalan, komunikasi yang buruk,
situasi yang menyebabkan frustrasi, pelanggaran batas terhadap
jarak personal, dan harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini
klien dan keluarga baru datang.
b. Escalation phase
Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan
dengan respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien
memuncak, dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari
perilaku agresif klien gangguan psikiatrik bervariasi misalnya:
halusinasi, gangguan kognitif, gangguan penggunaan zat,
kerusakan neurologi/kognitif, bunuh diri dan koping tidak efektif.
c. Crisis point
Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de
escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah
melakukan tindakan kekerasan.
d. Settling phase
Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi
marahnya. Mungkin masih ada rasa cemas dan marah dan
berisiko kembali ke fase awal.
e. Post crisis depression
Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan
berfokus pada kemarahan dan kelelahan.
f. Return to normal functioning
Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas,
depresi, dan kelelahan.
6. Rentang Respon
Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan ( panik ).
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/
keinginan tidak baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkansikap atau perilaku yang
berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang
berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan
bermusuhan pada objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka
yang berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang
yang dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut
tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang harga diri
rendah (HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain.
Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat
diatasi maka akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau
bayang- bayangan yang meminta klien untuk melakukan
kekerasan. Hal ini data berdampak pada keselamatan dirinya
dan orang lain (resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan).
g. Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan
keluarga yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien
dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga
tidak efektif). Hal ini yang menyebabkan klien sering keluar
masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan
keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data Subjektif (DS) :
Keluarga pasien mengatakan di rumah pasien marah-marah,
sering membanting barang, mengeluarkan kata-kata kotor dan
mengancam akan membakar rumah
Pasien mengatakan malas minum obat karena bosan minum obat
teratur pun tidak sembuh-sembuh
Pasien mengatakan sudah tau cara mengontrol marah
Pasien mengatakan malas melakukannya karena tidak ada
pengaruh
b. Data Objektif (DO) :
Mata pasien tampak melotot
Suara pasien tampak tinggi serta sering berteriak serta memaki
orang yang melihatnya
Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak-
acakan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus
Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik pertama.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab PK
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat PK
e. Menyebutkan cara mengontrol PK
f. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol fisik I (tarik
nafas dalam) dan fisik II (Pukul bantal/kasur)
g. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian
“Waaah jadi ibu sudah tau ya caranya, dengan cara tarik nafas dalam
dan memukul bantal”
“Kenapa ibu harus malas?” apa yang ibu rasakan setelah melakukan
cara seperti tadi?”
6. “Begini bu, jika tanda-tanda marah sudah ibu rasakan, maka ibu
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan
napas perlahan – lahan melalui mulut sambil membayangkan bahwa
ibu sedang mengeluarkan kemarahan. Silahkan ibu mencoba
melakukannya. Bagus...coba ibu lakukan sampai lima kali.bagus
sekali ibu sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaanya?”
“nah ibu selain dengan napas dalam, ibu juga bisa mengontrolnya
dengan memukul kasur atau bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Nah, mana
kamar ibu? Jadi, jika nanti ibu merasa kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul bantal atau kasur. Nah, coba ibu lakukan. Bagus... ibu dapat
melakukannya.”
“Kekesalan dilampiaskan pada kasur dan bantal.”
7. “Nah, sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga jika
sewaktu-waktu rasa marahnya muncul, ibu sudah terbiasa
melakukannya.”
TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan ibu?”
b. Evaluasi Perawat (Objektif)
” Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi.
Bagus!”
2. Rencana tindak Lanjut
“Sekarang mari kita masukkan jadwal latihan tarik nafas dalam dan
memukul bantal dalam aktivitas ibu. Lalu bila ada keinginan marah
sewaktu-waktu segera gunakan kedua cara tadi ya bu.”
3. Kontrak topik yang akan datang
a. Topik
”Baik ibu besok saya akan kembali lagi ke sini, besok kita akan
membahas bagaimana caranya mengontrol perilaku kekerasan
dengan minum obat”
b. Waktu
“untuk waktunya nanti jam 08.00 pagi ya bu, bagaimana apakah
ibu bersedia?
c. Tempat
“untuk tempatnya nanti kita bisa melakukannya di sini saja.”
“kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Assalamualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN (SP 2)
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data Subjektif (DS):
Keluarga pasien mengatakan di rumah pasien marah-marah,
sering membanting barang, mengeluarkan kata-kata kotor dan
mengancam akan membakar rumah
Pasien mengatakan malas minum obat karena bosan minum obat
teratur pun tidak sembuh-sembuh
Pasien mengatakan sudah tau cara mengontrol marah
Pasien mengatakan malas melakukannya karena tidak ada
pengaruh
b. Data Objektif (DO) :
Mata pasien tampak melotot
Suara pasien tampak tinggi serta sering berteriak serta memaki
orang yang melihatnya
Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak-
acakan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus
Membantu pasien dengan menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengavaluasi jadwal kegiatan pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan minum obat
c. Mengajurkan pasien memasukan jdalam jadwal kegiatan harian
TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang
cara minum obat bu?”
b. Evaluasi Perawat (Objektif)
“ coba ibu sebutkan obat dan aturan minum obat ibu yang tadi
apakah ibun masih ingat? Iyaa bagus benar ibu “
2. Rencana tindak Lanjut
“Nah nanti ibu bisa pelajari tentang obatnya saya berikan catatan
untuk ibu memepelajarinya yah”
3. Kontrak topik yang akan datang
a. Topik
”Baik ibu besok saya akan kembali lagi ke sini, berbincang
bincang dan kita akan mempraktekan bagaimana caranya melatih
ibu secara verbal”
b. Waktu
“untuk waktunya nanti jam 08.00 pagi ya bu, bagaimana apakah
ibu bersedia?
c. Tempat
“untuk tempatnya nanti kita bisa melakukannya disini lagi.”
“kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Assalamualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN III RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif:
Klien mengatakan perasaanya senang
Klien mengatakan masih ingat dengan yang diajarkan
sebelumnya
Data Objektif:
Klien nampak tegang saat berinteraksi.
Mata klien tampak melotot dan kesal.
Klien menjawab pertanyaan dengan singkat.
Klien tampak bermusuhan.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/mengendalikan Pknya secara verbal
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi:
“Selamat pagi bu, kemarin sudah kita pelajari bahwa jika ibu marah dan
muncul perasaan kesal, berdeba-debar, mata melotot, ibu juga bisa
memukul bantal atau kasur.”
“Bagaimana perasaan ibu setelah melakukannya?”
“Coba saya liat jadwal kegiatannya. Bagus! Nah, jika kegiatan napas
dalam dan latihan memukul bantal tulis M (Mandiri). Jika diingatkan
perawat tulis B (dengan bantuan). Jika tidak dilakukan tulis T (belum bisa
melakukan).”
“Sesuai janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi untuk berdiskusi
dengan ibu, tentang mengontrol amarah dengan belajar bicara yang baik.”
“Bagaimana pak? Berapa lama? Disini saja ya?”
2. Kerja:
“Jika rasa marah sudah disalurkan dengan cara bernapas dalam atau
memukul kasur, setelah lega kita berbicara kepada orang yang membuat
kita marah, ada tiga caranya yaitu:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar
b. Menolak dengan baik, bila ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakan: maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan. Coba ibu praktekkan. Bagus!
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal, katakan: saya jadi ingin marah dengan perkataan
mu itu, tetapi tidak dengan nada kasar apalagi mengancam. Coba
ibuk praktekkan. Bagus, bu!”
3. Terminasi:
“ Nah, bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
mencegah marah dengan berbicara yang baik?”
“ Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang sudah kita pelajari.
Bagus.”
“ bagaimana jika besok kita bertemu lagi untuk membicarakan cara
mengatasi marah yang lain, yaitu dengan cara berdoa ya bu? Berapa
lama? Disini saja? Baik sampai jumpa”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN RESIKO
A. Proses Keperawatan
5. Kondisi klien
a. Data Subjektif (DS) :
Pasien mengatakan jarang shalat
Pasien mengatakan perasaannya senang
Pasien mengatakan masih ingat dengan yang di ajarkan
sebelumnya
b. Data Objektif (DO) :
Mata pasien tampak melotot
Suara pasien tampak tinggi serta sering berteriak serta memaki
orang yang melihatnya
Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak-
acakan
6. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
7. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/mengendalikan Pknya secara spiritual
8. Tindakan Keperawatan
d. Mengevaluasi Jadwal kegiatan harian pasien
e. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
f. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian
“Apakah ibu sudah melakukan cara mengontrol marah yang sudah kita
pelajari sebelumnya? Wah hebat sekali bu, Coba saya lihat jadwalnya?
Bagus bu!”
3. Kontrak
a. Topik
“Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berlatih cara mengontrol
amarah dengan cara beribadah, Apakah ibu bersedia?.”
b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 10
menit?”
c. Tempat
“ibu ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika kita
berbincang-bincang di Ruang Tamu?
g. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang – bincang saat ini adalah agar ibu dapat
mencegah/mengontrol perilaku kekerasan dengan beribadah”
TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tentang cara
mengendalikan marah dengan cara melakukan kegiatan ibadah?”
1. Pengkajian Psikososial
1. Nama pasien : Ny. J
2. Umur : 28 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status Perkawinan : Belum menikah
5. Orang yang berarti : Orangtua
6. Pekerjaan : Tidak bekerja
7. Pendidikan : SLTA
8. Tanggal Masuk : 25 agustus 2021
9. Tanggal pengkajian : 01 september 2021
10. Diagnosa medic : Perilaku Kekerasan
11. Penampilan : Pasien tampak tidak rapih, berbau dan
rambut acak-acak kan
A. PERSEPSI DAN HARAPAN
1. Pasien
Pasien mengatakan bosan minum obat karena minum obat teratur pun
tidak sembuh-sembuh.
Pasien mengatakan sudah tau cara mengontrol dengan fisik satu tarik
nafas panjang lalu pukul bantal, tapi pasien malas melakukanya karena
tidak ada pengaruhnya.
2. Keluarga
Keluarga merasa khawatir dengan kondisi pasien saat ini, karena pasien
sering marah-marah, membanting barang dan mengeluarkan kata-kata
kotor serta mengancam akan membakar rumah.
B. STATUS MENTAL
1. Emosi
Mata melotot, suara tinggi, sering berteriak,serta memaki orang yang di
lihatnya
2. Konsep Diri
Citra Tubuh
Pasien mengatakan jika tidak ada bagian tubuhnya yang di senangi
maupun yang tidak disenangi.
Identitas diri
Pasien anak ke dua 3 dari 5 bersaudara
Fungsi Peran
pasien mengatakan didalam atau di rumah dirinya sebagai seorang
anak
Ideal diri
Pasien mengatakan ingin sekali sembuh dan bisa mengontrol
marahnya
Harga diri
Pasien mengatakan malu dengan keadaan sekarang karena sering
bereriak dan memaki-maki orang yang di lihatnya.
3. Pola Interaksi
Pasien kooperatif tetapi kurang dalam berkontak mata saat berbicara dan
selalu melotot, suara tinggi dan sering berteriak serta mengeluarkan kata-
kata kotor
4. Gaya Komunikasi
Pasien berbicara dengan suara tinggi , marah-marah dan mengeluarkan
kotor
C. LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA
1. Pekerjaan
Pasien mengatakan jika dirinya tidak memiliki pekerjaan
2. Hubungan Sosial
Orang yang berarti :
Ayah dan Ibu
Hubungan dengan keluarga :
Baik
Hubungan dengan oranglain :
Pasien tidak terlalu sering berinteraksi dengan orang lain karena
sering berteriak serta memaki jika melihat orang.
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien sering memaki orang yang di lihatnya dengan mata melotot,
suara tinggi bahkan berteriak
3. Sosio-budaya
Pasien sering melakukan aktivitas seperti beres-beres rumah dan
membersihkan kamar mandi
4. Gaya hidup
Pasien jarang berolahraga untuk meningkatkan system tubuhnya
D. RIWAYAT KELUARGA
1. Genogram
Laki-laki
Perempuan
Sudah meni
nggal
Klien
2. Masalah Keluarga dan Krisis
Pasien tidak mengalami masalah keluarga dan keadaan ekonomi pasien
cukup stabil
3. Interaksi dalam Keluarga
Pasien seriang marah-marah, berteriak, serta membanting barang yang
menyebabkan jarang berinteraksi dengan keluarganya
E. PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat Penyakit
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
2. Kebiasaan yang Berhubungan dengan Status Kesehatan
Pasien senang marah-marah, bereriak, membanting barang, serta memaki
orang yang di lihatnya. Kebiasaan tersebut bisa mempengaruhi status
kesehatan pasien terutama kesehatan mental.
3. Merokok : klien tidak pernah merokok
4. Alkohol / Obat-obatan : klien tidak pernah mengonsumsi obat obatan dan
alkohol
5. Istirahat dan Tidur : Pasien tidur siang selama 30-60 menit sehari namun
tidak sering, dan tidur malam hari selama kurang lebih 7-8 jam/hari
6. Nutrisi : Eleminasi : BAB : Pasien buang air besar 1-2 x sehari, dengan
konsistensis lembek. BAK : Pasien buang air kecil 3-4 x sehari
7. Orientasi : Pasien tidak mengalami orientasi
8. Tingkat Aktifitas : klien melakukan aktifitas dengan beres-beres rumah
dan membersihkan kamar mandi
9. Tingkat Energi : klien selalu bereteriak serta marah-marah bahkan
sesekali membersihkan rumah
2 Format pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. A (P) Tanggal Pengkajian : 20 - 08 -
2021
Umur : 28 Tahun RM No : 12345
B. ALASAN MASUK
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering marah-marah dirumah,
membanting barang, mengeluarkan kata-kata kotor, serta malas minum
obat.
C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu ?
√ Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil √Kurang Berhasil Tidak
Berhasil
3. Trauma
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekelasan dlm klg
Tindakan Kriminal
4. Anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa ?
Ada √
Tidak
5. Pengalaman masa lalu yangg tidak menyenangkan?
Tidak ada
D. PEMERIKSAAN F I S I K
Tanda vital :
TD : 110/90 mmHg
N : 80 x/m
S : 36.5
RR : 20 x/m
TB: 160 cm
BB : 57 kg
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Laki-laki
Perempuan
Sudah meni
nggal
Klien
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Pasien mengatakan jika tidak ada bagian tubuhnya yang di
senangi maupun yang tidak disenangi
b. Identitas diri
Pasien anak ke 3 dari 5 bersaudara
c. Fungsi peran
Pasien mengatakan didalam atau di rumah dirinya sebagai
seorang anak
d. Ideal diri
Pasien mengatakan jika dirinya ingin mempunyai pekerjaan
seperti saudaranya
e. Harga diri
-
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti / orang terdekat
Saat di rumah klien menagtakan dekat dengan ayahnya dan klien
mengatakan tidak mempunyai teman dekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Saat di rumah klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
kelompok atau masyarakat di lingkungan. Saat di RS klien
mengikuti kegiatan harian seperti: senam, bersih bersih
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Saat di rumah kalien sering marah-marah , membanting barang
dan mengeluarkan kata kotor serta mengancam akan bakar rumah
ini menyebabkan hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain karena oranglain akan merasa terancam dan takut
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam, klien mengatakan tidak tepat
dalam beribadah 5 waktu
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa ia sering melakukan ibadah sholat
tetapi dengan jarang-jarang
c. Kepuasan dalam menjalankan keyakinan
Pasien belum merasa baik dalam menjalankan ibadahnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien tampak tidak rapih , berbau dan rambut acak-acakan
2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan suara kencang mengeluarkan kata-kata kotor
serta mengancam
3. Aktifitas motoric
Lesu
4. Jelaskan: Klien tidak mau berinteraksi dan selalu menyendiri
G. Masalah keperawatan Tidak ada masalah
H. Alam perasaan
Pasien marah-marah , membanting barang dan mengeluarkan kata-kata
kotor serta mengancam akan membakar rumah dan juga setelah pulang
dari rumah sakit pasien tidak teratur minum obat karena tidak ada yang
mengawasinya.
Afek
Pasien tampak marah-marah
Interaksi selama wawancara
Pasien tidak dapat berinteraksi dengan baik selama wawancara, kontaka
mata pasien lebih banyak marah-marah dan membanting barang-barang
Persepsi
Tidak ada gangguan perseosi
Proses Fikir
Sirkumtansial
Jelaskan
Klien berbicara sesuai realita yang ada walaupun marah-marah
Masalah keperawatan Tidak ada masalah
Isi Fikir
Pasien mengatakan bahwa minum obat tidak ada perubahannya selama ini
Tingkat Kesadaran
Stupor
Disorentasi
Waktu : klien mengetahui tanggal, bulan ,tahun
Tempat : klien mengetahui bahwa dirinya sedang dalam perawatan rumah
sakit jiwa dan dirumah
Jelaskan
Klien selalu marah-marah , membanting barang mengeluarkan kata-kata
kotor serta mengancam akan membakar rumah
Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka Panjang,
pendek, maupun saat ini, karena klien mampu menjawab tentang
pertanyaan hari ini, tanggal dan tahun klien mengingat kegiatan yang
pernah dilakukan
Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mampu berkontsentrai secara penuh, karena klien
terlihat bingung dan sering berpaling muka saat diajak berbicara, klien
dapat berhitung dengan pertanyaan yang sederhana
Kemampuan penilaian
Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan atau
membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi
2. BAK/BAB
√ Bantuan minimal Bantuan total
3. Mandi
√ Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakain/berhias
√ Bantuan minimal Bantuan total
7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √
Sistem pendukung √
3 Klasifikasi Data
1. Analisis Data
TANGGAL DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN
prinsip 6 3. Tanyakan
benar bagaimana perasaan
4. Mengontrol & 2.
dengan
SP 2 Pasien : Melatih
cara
cara mengontrol
spiritual
Perilaku Kekerasan
dengan cara 6 benar
minum obat
1. Evaluasi cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
latihan fisik 1 &
2
2. Menjelaskan
cara mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
minum obat (6
benar)
3. Tanyakan
bagaimana
perasaan klien
setelah
melakukan
kegiatan.
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan
harian minum
obat (6 benar)
SP 3 Pasien :
Mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan
Cara Verbal
1. Evaluasi cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
latihan fisik 1 &
2 dan minum
obat (6 benar)
2. Menjelaskan
dan melatih cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
verbal:
mengungkapkan,
meminta, dan
menolak dengan
benar
3. Tanyakan
bagaiaman
perasaan klien
setelah
melakukan
kegiatan
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan
harian
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
verbal
SP 4 Pasien :
Mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan
cara Spiritual
1. Evaluasi cara
mengontrol
perilaku
kekerasan dengan
cara latihan fisik 1
& 2, minum obat
6 benar, dan cara
verbal
2. Menjelaskan cara
mengontrol
perilaku
kekerasan cara
spiritual (latih 2
kegiatan)
3. Tanya perasaan
klien setelah
melakukan
kegiatan
4. Memasukkan
pada jadwal
kegiatan harian
untuk latihan
mengontrol
perilaku
kekerasan dengan
cara spiritual
3. Implementasi & Evaluasi Keperawatan
Nama: Ny.J Ruangan: Merpati
No. MR: 03.05.36
P: Lanjutkan SP
3 Perilaku
kekerasan dan
evaluasi kegiatan
1 dan 2