Anda di halaman 1dari 52

TUGAS INDIVIDU KEPERAWATAN JIWA

KEKERASAN

Dosen Pengampu : Lailatul Fadilah,S.Kep,Ners, M.Kep

Disusun Untuk Memenuhi


Tugas Individu Keperawatan Jiwa

DISUSUN OLEH :

NAMA : ABDURAHMAN GIBRAN RAFFANI


NIM : P27901119001
TINGKAT : 3A D3 KEPERAWATAN
MK : KEPERAWATAN JIWA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
TANGGERANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perilaku Kekerasan

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Pengertian
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain. Sering disebut juga
gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap
suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol
(Yosep, 2009).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
dimana hal tersebut untuk mengungkapkan perasaan kesal atau
marah yang tidak konstruktif (Stuart & Sundeen, 2005).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana
seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara
fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan
(Fitria, 2010).
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis
(Depkes, RI, 2000).

2. Faktor Predisposisi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku
kekerasan yaitu :
a. Faktor psikologis
Psychoanalytical theory: teori ini mendukung bahwa
perilaku agresif merupakan akibat dari instinctual drives. Freud
berpendapat bahwa perilaku anusia dipengaruhi oleh dua insting.
Kesatu insting hidup yang di ekspresikan dengan seksualitas dan
kedua insting kematian yang di ekspresikan dengan agresivitas.

Frustation-aggresion theory: teori yang dikembangkan


oleh pengikut freud ini berawal dari asumsi, bahwa bila usaha
seseorang untuk mencapai suatu tujuan mengalami hambatan
maka akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya akan
memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang atau
objek yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang
yang melakukan tindakan agrresif mempunyai riwayat perilaku
agresif.
Pandangan psikologi lainnya mengenai perilaku agresif,
mendukung pentingnya peran dari perkembangan presdiposisi
atau pengalaman hidup. Ini menggunakan pendekatan bahwa
manusia mampu memilih mekanisme koping yang sifatnya tidak
merusak. Beberapa contoh dari pengalaman tersebut:
1) Kerusakan otak organik, retardasi mental sehingga tidak
mampu untuk menyelesaikan secara efektif.
2) Severe emotional deprivation atau rejeksi yang berlebihan
pada masa kanak-kanak,atau seduction parental, yang
mungkin telah merusak hubungan saling percaya dan
harga diri.
3) Terpapar kekerasan selama masa perkembangan, termasuk
child abuse atau mengobservasi kekerasan dalam keluarga,
sehingga membentuk pola pertahanan atau koping.
b. Faktor soosial budaya
Social-Learning Theory: teory yang dikembangkan oleh
Bandura (1977) dalam Yosep (2009) ini mengemukakan bahwa
agresi tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Agresi
dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin
sering mendapatkan penguatan maka semakin besar
kemungkinan untuk terjadi. Jadi seseorang akan berespon
terhadap kebangkitan emosionalnya secara agresif sesuai dengan
respon yang dipelajarinya. Pelajaran ini bisa internal atau
eksternal.
Kultural dapat pula mempengaruhi perilaku kekerasan.
Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi agresif
mana yang dapat diterima atau tidak dapat diterima. Sehingga
dapat membantu individu untuk mengekspresikan marah dengan
cara yang asertif.
c. Faktor biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan
agrsif mempunyai dasar biologis. Penelitian neurobiologi
mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan
pada hipotalamus bidatang ternyata menimbulkan perilaku
agresif. Rangsangan yang diberikan terutama pada nukleus
periforniks hipotalamus dapat menyebabkan seekor kucing
mengeluarkan cakarnya, mengangkat ekornya, mendesis dll.
Jika kerusakan fungsi sistem limbik (untuk emosi dan
perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional) dan lobus
temporal. Neurotransmiter yang sering dikaitkan dengan
perilaku agresif: serotonin, dopamin, norepineprine, acetilkolin
dan asam amino GABA.
Faktor-faktor yang mendukung:
1) Masa kanak-kanak yang mendukung
2) Sering mengalami kegagalan
3) Kehidupan yang penuh tindakan agresif
4) Lingkungan yang tidak kondusif (bising, padat)

3. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering
kali berkaitan dengan (Yosep, 2009):
a. Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol
solidaritas seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola,
geng sekolah, perkelahian masal dan sebagainya.
b. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi
sosial ekonomi.
c. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga
serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah
cenderung melalukan kekerasan dalam menyelesaikan
konflik.
d. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan
ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
e. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan
obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya
pada saat menghadapi rasa frustasi.
f. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan
pekerjaan, perubahan tahap

4. Jenis
a. Kekerasan fisik: yaitu jenis kekerasan yang kasat mata. Artinya,
siapapun bisa melihatnya karena terjadi sentuhan fisik antara pelaku
dengan korbannya. Contohnya adalah: menampar, menimpuk,
menginjak kaki, menjegal, meludahi, memalak, melempar dengan
barang, dll.
b. Kekerasan non fisik: yaitu jenis kekerasan yang tidak kasat mata.
Artinya, tidak bisa langsung diketahui perilakunya apabila tidak jeli
memperhatikan, karena tidak terjadi sentuhan fisik antara pelaku
dengan korbannya. Kekerasan non fisik ini dibagi menjadi dua, yaitu;
1) Kekerasan verbal: kekerasan yang dilakukan lewat kata-kata.
Contohnya: membentak, memaki, menghina, menjuluki,
meneriaki, memfitnah, menyebar gosip, menuduh, menolak dengan
kata kata kasar, mempermalukan didepan umum dengan lisan, dll
2) Kekerasan psikologis/psikis : kekerasan yang dilakukan lewat
bahasa tubuh, contohnya memandang sinis, memandang penuh
ancaman, mempermalukan, mendiamkan, mengucilkan,
memandang yang merendahkan, mencibir dan memelototi.

5. Fase Fase
Fase- fase perilaku kekerasan
a. Triggering incidents
Ditandai dengan adanya pemicu sehingga muncul agresi klien.
Beberapa faktor yang dapat menjadi pemicu agresi antara laian:
provokasi, responterhadap kegagalan, komunikasi yang buruk,
situasi yang menyebabkan frustrasi, pelanggaran batas terhadap
jarak personal, dan harapan yang tidak terpenuhi. Pada fase ini
klien dan keluarga baru datang.
b. Escalation phase
Ditandai dengan kebangkitan fisik dan emosional, dapat diseterakan
dengan respon fight or flight. Pada fase escalasi kemarahan klien
memuncak, dan belum terjadi tindakan kekerasan. Pemicu dari
perilaku agresif klien gangguan psikiatrik bervariasi misalnya:
halusinasi, gangguan kognitif, gangguan penggunaan zat,
kerusakan neurologi/kognitif, bunuh diri dan koping tidak efektif.
c. Crisis point
Sebagai lanjutan dari fase escalasi apabila negosiasi dan teknik de
escalation gagal mencapai tujuannya. Pada fase ini klien sudah
melakukan tindakan kekerasan.
d. Settling phase
Klien yang melakukan kekerasan telah melepaskan energi
marahnya. Mungkin masih ada rasa cemas dan marah dan
berisiko kembali ke fase awal.
e. Post crisis depression
Klien pada fase ini mungkin mengalami kecemasan dan depresi dan
berfokus pada kemarahan dan kelelahan.
f. Return to normal functioning
Klien kembali pada keseimbangan normal dari perasaan cemas,
depresi, dan kelelahan.

6. Rentang Respon
Menurut Yosep ( 2007 ) perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu
akibat yang ekstrim dari marah atau ketakutan ( panik ).

Respon Adaptif Respon Maladaptif

 Asertif Frustasi Pasif


Agresif Kekerasan

Setiap orang mempunyai kapasitas berperilaku asertif, pasif dan


agresif sampai kekerasan. Dari gambar tersebut dapat disimpulkan
bahwa :
a. Asertif : individu dapat mengungkapkan marah tanpa
menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan.
b. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah
dan tidak dapat menemuka alternatif.
c. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perasaannya.
d. Agresif : perilaku yang menyertai marah terdapat dorongan
untuk menuntut tetapi masih terkontrol.
e. Kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta
hilangnya kontrol. Perilaku kekerasan merupakan suatu rentang
emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanivestasikan dalam
bentuk fisik. Kemarahan tersebut merupakan suatu bentuk
komunikasi dan proses penyampaian pesan dari individu. Orang
yang mengalami kemarahan sebenarnya ingin menyampaikan
pesan bahwa ia ”tidak setuju, tersinggung, merasa tidak
dianggap, merasa tidak dituruti atau diremehkan.” Rentang
respon kemarahan individu dimulai dari respon normal (asertif)
sampai pada respon yang tidak normal (maladaptif).

7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang biasa digunakan adalah:
a. Sublimasi, yaitu melampiaskan masalah pada objek lain.
b. Proyeksi, yaitu menyatakan orang lain mengenal kesukaan/
keinginan tidak baik.
c. Represif, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkansikap atau perilaku yang
berlawanan.
d. Reaksi formasi, yaitu mencegah keinginan yang berbahaya bila
diekspresikan dengan melebihkan sikap perilaku yang
berlawanan.
e. Displecement, yaitu melepaskan perasaan tertekan dengan
bermusuhan pada objek yang berbahaya.
f. Perilaku kekerasan biasanya diawali dengan situasi berduka
yang berkepanjangan dari seseorang karna ditinggal oleh orang
yang dianggap berpangaruh dalam hidupnya. Bila kondisi tersebut
tidak teratasi, maka dapat menyebabkan seseorang harga diri
rendah (HDR), sehingga sulit untuk bergaul dengan orang lain.
Bila ketidakmampuan bergaul dengan orang lain tidak dapat
diatasi maka akan muncul halusinasi berupa suara-suara atau
bayang- bayangan yang meminta klien untuk melakukan
kekerasan. Hal ini data berdampak pada keselamatan dirinya
dan orang lain (resiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan).
g. Selain diakibatkan oleh berduka yang berkepanjangan, dukungan
keluarga yang kurang baik dalam mengahadapi kondisi klien
dapat mempengaruhi perkembangan klien (koping keluarga
tidak efektif). Hal ini yang menyebabkan klien sering keluar
masuk RS atau menimbulkan kekambuhan karena dukungan
keluarga tidak maksimal (regimen terapeutik inefektif).

III. A. Pohon Masalah

Resiko mencederi diri sendiri, urang Akibat


lain dan lingkungan

Resiko mencederi diri sendiri, urang


lain dan lingkungan Masalah
utama

Resiko mencederi diri sendiri, urang


lain dan lingkungan Penyebab

B Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji


No Data Masalah
1 Subjektif Resiko perilaku
- Mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan
kekerasan
- Infornasi dari keluarga tentang tindak
kekerasan yang dilakukan oleh pasien
- Mendengar suara suara
- Merasa orang lain mengancam
- Menganggap orang lain jahat
Objektif
- Ada tanda / jejas perilaku kekerasan
pada anggota tubuh
- Tampak tegang saat bicara
- Pembicaraan kasar ketika menceritakan
marahnya

IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Risiko perilaku kekerasan

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


1. Tujuan Umum :
Klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkunganya.
2. Tujuan Khusus:
Tindakan
1) Klien dapat membina hubungan salingpercaya.
Rasional: Hubungan saling percaya merupakan dasar
untuk kelancaran interaksi
a) Bina hubungan saling percaya :
(1) Beri salam terapeutik
(2) Perkenalkan diri
(3) Tanyakan nama dan nama panggilan
(4) Jelaskan tujuan interaksi
(5) Buat kontrak setiap interaksi (topik, waktu, tempat
(6) Bicara dengan rileks dan tenang tanpa menantang
b) Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
c) Lakukan kontak singkat tetapi sering
2) Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan.
Rasional: Setelah diketahui penyebabnya, maka dapat
dijadikan Tindakan Titik awal penanganan:
a) Beri kesempatan mengungkapkan perasaan jengkel
/ kesal
b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab
perasaan
 jengkel/kesal
c) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan
bermusuhan dengan sikap tenang
3) Klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku
kekerasan.
Rasional: Untuk mengetahui hal yang dialami dan
dirasakan saat melakukan perilaku kekerasan. Tindakan
a) Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami
dan dirasakannya saat jengkel/marah.
b) Observasi tanda dan gejala perilaku kekerasan pada
klien
c) Simpulkan bersama klien tanda dan gejala jengkel/kesal
yang dialami klien.
4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang
biasa dilakukan
Rasional: Untuk mengetahui perilaku kekerasan yang
biasa klien lakukan dan dengan bantuan perawat bisa
membedakan perilaku konstruktif dengan destruktif
Tindakan:
a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal, pada
orang lain, pada lingkungan dan pada diri sendiri)
b) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan.
c) Bicarakan dengan klien apakah dengan cara yang
klien lakukan masalahnya selesai
5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan
Rasional: Dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan
diharapkan klien dapat mengubah perilaku destruktidf
menjadi konstruktif. Tindakan:
a) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang telah
dilakukan klien
b) Bersama klien simpulkan akibat cara yang
digunakan oleh klien.
c) Tanyakan pada klien apakah ”apakah ingin
mempelajari cara baru yang sehat” 
6) Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk
mencegah perilaku kekerasan.
Rasional: Penyaluran rasa marah yang konstruktif
dapat menghindari perilaku kekerasan Tindakan:
a) Diskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien.
b) Beri reinforcement positif atas kegiatan fisik yang
biasa dilakukan klien.
c) Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah
dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan, yaitu:
tarik nafas dalam dan pukul kasur dan bantal.
d) Diskusikan cara melakukan tarik nafas dalam dengan
klien
e) Beri contoh kepada klien tentang cara menarik nafas
dalam
f) Minta klien untuk mengikuti contoh yang diberikan
sebanyak 5 kali
g) Beri pujian positif atas kemampuan klien
mendemonstrasikan cara menarik nafas dalam
h) Diskusikan dengan klien mengenai frekuensi latihan
yang akan dilaksanakan sendiri oleh klien
i) Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah
dipelajari
j) Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara
pencegahan perilakukekerasan yang telah dilakukan
dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self
evaluation) 
7) Klien dapat mendemonstrasikan cara sosial untuk
mencegah perilaku kekerasan.
Rasional: dengan berbicara yang baik (meminta, menolak
dan mengungkapkan perasaan) dapat menhindari perilaku
kekerasan. Tindakan
a) Diskusikan cara bicara yang baik pada klien.
b) Beri contoh cara bicara yang baik: meminta dengan
baik, menolak dengan baik dan mengungkapkan
perasaan yang baik).
c) Minta klien mengikuti contoh cara bicara yang baik.
d) Diskusikan dengan klien tentang waktu dan kondisi
cara bicara yang dapat dilakukan diruangan.
e) Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara
yang baik dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self
evaluation) 

8) Klien dapat mendemonstrasikan cara spiritual untuk


mencegah perilaku kekerasan
Rasional: ibadah yang biasa dilakukan dapat digunakan
untuk menetramkan jiwa sehingga perilaku kekerasan
dapat terhindar Tindakan:
a) Diskusikan dengan klien tentang kegiatan ibadah yang
pernah dilakukan
b) Bantu klien menilai kegiatan ibadah yang dapt
dilakukan
c) Diskusikan dengan klien tentang waktu pelaksanan
kegiatan ibadah
d) Klien mengevaluasi pelaksanaan kegiatan ibadah
dengan mengisi jadwal kegiatan harian (self
evaluation) 
9) Klien mendemonstrasikan kepatuhan minum obat
untuk mencegah perilaku kekerasan.
Rasional: Klien dapat memiliki kesadaran pentingnya
minum obat dan bersedia minum obat dengan kesadaran
sendiri. Tindakan:
a) Diskusikan dengan klien tentang jenis obat yang
diminumnya (nama, warna, besar); waktu minum
obat;cara minum obat.
b) Diskusikan dengan klien tentang manfaat minum
obat secara teratur.
c) Jelaskan prinsip benar minum obat (nama, dosis,
waktu, cara minum).
d) Anjurkan klien minta obat dan minum obat tepat waktu.
e) Anjurkan klien melapor kepada
perawat/ dokter bila merasakan efek yang tidak
menyenangkan.
f) Berikan pujian pada klien bila minum obat dengan
benar.
10) Klien dapat mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK): stimulasi persepsi pencegahan perilaku
kekerasan.
Rasional: dengan mengikuti TAK klien bisa
mengungkapan perasaan yang berhubungan dengan
perilaku kekerasan kepada temen dan perawat.
Tindakan:
a) Anjurkan klien untuk ikut TAK: stimulasi persepsi
pencegahan perilaku kekerasan.
b) Fasilitasi klien untuk mempraktikan hasil kegiatan
TAK dan beri pujian atas keberhasilanya.
11) Klien mendapatkan dukungan keluarga dalam melakukan
pencegahan perilaku kekerasan.
Rasional: Keluarga adalah orang yang terdekat dengan
klien, dengan melibatkan keluarga, maka mencegah
klien kambuh. Tindakan:
a) Identifikasi kemampuan keluarga dalam merawat
klien sesuai dengan yang telah dilakukan keluarga
terhadap klien selama ini
b) Jelaskan cara-cara merawat klien: terkait dengan
cara mengontrol perilaku marah secara konstruktif,
sikap dan cara bicara.
c) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda-tanda
marah, penyebab marah dan cara menghadapi klien
saat marah
d) Beri reinforcement positif pada hal-hal yang dicapai
keluarga
VI. SUMBER

Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan


LP dan SP . Jakarta: Selemba Medika

Said, S.2013. Laporan Pendahuluan Perilaku


Kekerasan.
Sembiring, E.2011.Perilaku Kekerasan.

Sertiawan, L. B.2013.Keperawatan Jiwa :


Yosep. 2009. Keperawatan jiwa edisi
refisi.  Bandung: PT.Refika Adita
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN
(SP 1)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data Subjektif (DS) :
 Keluarga pasien mengatakan di rumah pasien marah-marah,
sering membanting barang, mengeluarkan kata-kata kotor dan
mengancam akan membakar rumah
 Pasien mengatakan malas minum obat karena bosan minum obat
teratur pun tidak sembuh-sembuh
 Pasien mengatakan sudah tau cara mengontrol marah
 Pasien mengatakan malas melakukannya karena tidak ada
pengaruh
b. Data Objektif (DO) :
 Mata pasien tampak melotot
 Suara pasien tampak tinggi serta sering berteriak serta memaki
orang yang melihatnya
 Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak-
acakan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus
Membantu pasien melatih mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara
fisik pertama.
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengidentifikasi penyebab PK
b. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
c. Mengidentifikasi PK yang dilakukan
d. Mengidentifikasi akibat PK
e. Menyebutkan cara mengontrol PK
f. Membantu pasien mempraktekan latihan cara mengontrol fisik I (tarik
nafas dalam) dan fisik II (Pukul bantal/kasur)
g. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu, perkenalkan nama saya Abdurahman Gibran
Raffani,ibu bisa panggil saya Gibran, hari ini saya akan berbincang-
bincang dengan ibu.”
“Nama ibu siapa? Senangnya di panggil apa?”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, masih ada rasa kesal atau
marah?”
3. Kontrak
a. Topik
“Baiklah, kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan
marah/kesal pada ibu.”
b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika
10 menit?”
c. Tempat
“ibu ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika kita
berbincang-bincang di ruang tamu?
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang – bincang saat ini adalah agar ibu mampu
mengatasi atau mengendalikan resiko perilaku kekerasan yang
pernah dilakukan ”

KERJA (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)


1. “Apa yang menyebabkan ibu marah? Apakah sebelumnya ibu pernah
marah? Apa penyebabnya? Samakah dengan sekarang? Ooo.. jadi ada
dua penyebab marah ibu ya”
2. “Pada saat bapak sedang marah apa yang ibu rasakan? Misalnya saat
ibu di rumah ibu tidak diperbolehkan melakukan kegiatan seperti
beres-beres (misalnya ini yang jadi penyebab marah pasien), apa yang
ibu rasakan?”
3. “Apakah ibu merasa kesal, terus dada ibu berdebar – debar, mata
melotot, nada suara tinggi, rasa ingin memaki orang yang ibu lihat?”
“Setelah itu apa yang ibu lakukan? Ooo.. iya.. jadi yang akan ibu
lakukan saat sedang marah yaitu membanting barang dan
mengeluarkan kata-kata kotor. Apakah dengan cara ini rasa marah ibu
akan berkurang? Iya.. tentu saja tidak.”
4. “Apa kerugian dari cara yang ibu lakukan, betul.. saat ibu
membanting barang,barang-barang di rumah akan rusak, lalu ibu jadi
menambah kesal dengan cara memaki-maki orang yang ibu lihat.
Menurut ibu, adakah cara yang lebih baik? Maukah ibu belajar cara
mengungkapkan marah dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
5. “Ada beberapa cara mengatasi marah, bu Salah satunya dengan cara
fisik, apakah sebelumnya ibu sudah tau?”

“Waaah jadi ibu sudah tau ya caranya, dengan cara tarik nafas dalam
dan memukul bantal”

“Kenapa ibu harus malas?” apa yang ibu rasakan setelah melakukan
cara seperti tadi?”

“Baik karena menurut ibu tindakan seperti tadi tidak berpengaruh


untuk ibu, saya akan mempraktekan kembali bagaimana cara
melakukannya”

6. “Begini bu, jika tanda-tanda marah sudah ibu rasakan, maka ibu
berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar lalu keluarkan
napas perlahan – lahan melalui mulut sambil membayangkan bahwa
ibu sedang mengeluarkan kemarahan. Silahkan ibu mencoba
melakukannya. Bagus...coba ibu lakukan sampai lima kali.bagus
sekali ibu sudah bisa melakukannya. Bagaimana perasaanya?”
“nah ibu selain dengan napas dalam, ibu juga bisa mengontrolnya
dengan memukul kasur atau bantal.”
“Sekarang mari kita latihan memukul bantal atau kasur. Nah, mana
kamar ibu? Jadi, jika nanti ibu merasa kesal dan ingin marah,
langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan tersebut dengan
memukul bantal atau kasur. Nah, coba ibu lakukan. Bagus... ibu dapat
melakukannya.”
“Kekesalan dilampiaskan pada kasur dan bantal.”

7. “Nah, sebaiknya latihan ini ibu lakukan secara rutin, sehingga jika
sewaktu-waktu rasa marahnya muncul, ibu sudah terbiasa
melakukannya.”

TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang
kemarahan ibu?”
b. Evaluasi Perawat (Objektif)
” Ada berapa cara yang sudah kita latih? Coba sebutkan lagi.
Bagus!”
2. Rencana tindak Lanjut
“Sekarang mari kita masukkan jadwal latihan tarik nafas dalam dan
memukul bantal dalam aktivitas ibu. Lalu bila ada keinginan marah
sewaktu-waktu segera gunakan kedua cara tadi ya bu.”
3. Kontrak topik yang akan datang
a. Topik
”Baik ibu besok saya akan kembali lagi ke sini, besok kita akan
membahas bagaimana caranya mengontrol perilaku kekerasan
dengan minum obat”
b. Waktu
“untuk waktunya nanti jam 08.00 pagi ya bu, bagaimana apakah
ibu bersedia?
c. Tempat
“untuk tempatnya nanti kita bisa melakukannya di sini saja.”
“kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Assalamualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN RESIKO
PERILAKU KEKERASAN (SP 2)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien
a. Data Subjektif (DS):
 Keluarga pasien mengatakan di rumah pasien marah-marah,
sering membanting barang, mengeluarkan kata-kata kotor dan
mengancam akan membakar rumah
 Pasien mengatakan malas minum obat karena bosan minum obat
teratur pun tidak sembuh-sembuh
 Pasien mengatakan sudah tau cara mengontrol marah
 Pasien mengatakan malas melakukannya karena tidak ada
pengaruh
b. Data Objektif (DO) :
 Mata pasien tampak melotot
 Suara pasien tampak tinggi serta sering berteriak serta memaki
orang yang melihatnya
 Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak-
acakan
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus
Membantu pasien dengan menjelaskan cara mengontrol perilaku
kekerasan dengan minum obat
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengavaluasi jadwal kegiatan pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan minum obat
c. Mengajurkan pasien memasukan jdalam jadwal kegiatan harian

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu,masih ingat dengan saya?.” Saya perawat Ari yang
kemarin.
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini, masih ada rasa kesal atau marah?”
bagaimana kita kalau berbincang bincang kembali seperti apa yang akan
kita bicarakan kemarin?
3. Kontrak
a. Topik
“Baiklah, kita akan berbincang-bincang tentang obat yah bu.”
b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 15
menit?”
c. Tempat
“ibu ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika kita
berbincang-bincang di taman?
d. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang – bincang saat ini adalah agar ibu mampu
mengatasi atau mengendalikan resiko perilaku kekerasan yang pernah
dilakukan dengan cara meminum obat 6 benar”

KERJA (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)


1. “bapak, apakah bapak minum obat secara teratur?” “jadi ibu jarang
minum obat yah?” “apa yang membuat ibu malas minum obat?”
berpa macam obat yang bapak minum?.”
2. “ apabila ibu malas dan tidak tratur minum obat, ibu bisa kambuh dan
sering marah lagi, sulit kembali ke keadaan semula” “ kalau tidak ada
perubahan setelah minum obat, bisa dikonsultasikan degan dokter,
jang diberhentikan minum obatnya yah bu” “ apabila obat ibu habis,
ibu bisa minta lagi ke dokter”
3. “ Ibu juga harus teliti lagi dalam meminum obat, pastikan itu benar-
benar obat ibu, jangan keliru dengan obat milik orang lain,baca
kemasannya dan aturan minumnya dari dokter.” (perawat menyiapkan
obat yang telah diresepkan dokter hari itu) “ ini yang warna kuning
adalah THP 2 kali sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam setelah makan
gunanya untuk rilex dan tidak kaku. Ini namanya Clozpin 2 kali
sehari jam 7 pagi dan jam 7 malam setelah makan, gunanya agar
bapak tenang. Dan ini obat namanya Haloptidol 2 kali sehari jam 7
pagi dan jam 7 malam setelah makan.”
4. “ bagaimana ibu apakah mengerti apa yang saya sampaikan mengenai
obat?” “ iya jadi sekarang harus rutin dan lebih teliti lagi saat
meminum obat yah bu, jika tidak ada prubahan setelah minum obat,
ibu bisa konsultasikan dengan dokter yah bu”

TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang tentang
cara minum obat bu?”
b. Evaluasi Perawat (Objektif)
“ coba ibu sebutkan obat dan aturan minum obat ibu yang tadi
apakah ibun masih ingat? Iyaa bagus benar ibu “
2. Rencana tindak Lanjut
“Nah nanti ibu bisa pelajari tentang obatnya saya berikan catatan
untuk ibu memepelajarinya yah”
3. Kontrak topik yang akan datang
a. Topik
”Baik ibu besok saya akan kembali lagi ke sini, berbincang
bincang dan kita akan mempraktekan bagaimana caranya melatih
ibu secara verbal”
b. Waktu
“untuk waktunya nanti jam 08.00 pagi ya bu, bagaimana apakah
ibu bersedia?
c. Tempat
“untuk tempatnya nanti kita bisa melakukannya disini lagi.”
“kalau begitu saya permisi dulu ya bu, Assalamualaikum wr.wb
STRATEGI PELAKSANAAN III RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif:
 Klien mengatakan perasaanya senang
 Klien mengatakan masih ingat dengan yang diajarkan
sebelumnya
Data Objektif:
 Klien nampak tegang saat berinteraksi.
 Mata klien tampak melotot dan kesal.
 Klien menjawab pertanyaan dengan singkat.
 Klien tampak bermusuhan.
2. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
3. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/mengendalikan Pknya secara verbal
4. Tindakan Keperawatan
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
c. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Komunikasi
1. Orientasi:
“Selamat pagi bu, kemarin sudah kita pelajari bahwa jika ibu marah dan
muncul perasaan kesal, berdeba-debar, mata melotot, ibu juga bisa
memukul bantal atau kasur.”
“Bagaimana perasaan ibu setelah melakukannya?”
“Coba saya liat jadwal kegiatannya. Bagus! Nah, jika kegiatan napas
dalam dan latihan memukul bantal tulis M (Mandiri). Jika diingatkan
perawat tulis B (dengan bantuan). Jika tidak dilakukan tulis T (belum bisa
melakukan).”
“Sesuai janji saya kemarin, sekarang saya datang lagi untuk berdiskusi
dengan ibu, tentang mengontrol amarah dengan belajar bicara yang baik.”
“Bagaimana pak? Berapa lama? Disini saja ya?”

2. Kerja:
“Jika rasa marah sudah disalurkan dengan cara bernapas dalam atau
memukul kasur, setelah lega kita berbicara kepada orang yang membuat
kita marah, ada tiga caranya yaitu:
a. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah
serta tidak menggunakan kata-kata kasar
b. Menolak dengan baik, bila ada yang menyuruh dan ibu tidak ingin
melakukannya, katakan: maaf saya tidak bisa melakukannya karena
sedang ada kerjaan. Coba ibu praktekkan. Bagus!
c. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang
membuat kesal, katakan: saya jadi ingin marah dengan perkataan
mu itu, tetapi tidak dengan nada kasar apalagi mengancam. Coba
ibuk praktekkan. Bagus, bu!”

3. Terminasi:
“ Nah, bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap tentang
mencegah marah dengan berbicara yang baik?”
“ Coba ibu sebutkan lagi cara bicara yang baik yang sudah kita pelajari.
Bagus.”
“ bagaimana jika besok kita bertemu lagi untuk membicarakan cara
mengatasi marah yang lain, yaitu dengan cara berdoa ya bu? Berapa
lama? Disini saja? Baik sampai jumpa”
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN RESIKO

PERILAKU KEKERASAN (SP IV)

A. Proses Keperawatan
5. Kondisi klien
a. Data Subjektif (DS) :
 Pasien mengatakan jarang shalat
 Pasien mengatakan perasaannya senang
 Pasien mengatakan masih ingat dengan yang di ajarkan
sebelumnya
b. Data Objektif (DO) :
 Mata pasien tampak melotot
 Suara pasien tampak tinggi serta sering berteriak serta memaki
orang yang melihatnya
 Penampilan pasien tampak tidak rapih, berbau dan rambut acak-
acakan
6. Diagnosa Keperawatan
Resiko Perilaku Kekerasan
7. Tujuan khusus
Pasien dapat mencegah/mengendalikan Pknya secara spiritual
8. Tindakan Keperawatan
d. Mengevaluasi Jadwal kegiatan harian pasien
e. Melatih pasien mengontrol PK dengan cara spiritual
f. Menganjurkan pasien memasukan dalam jadwal kegiatan harian

B. Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan


ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi bu”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu saat ini?

“Apakah ibu sudah melakukan cara mengontrol marah yang sudah kita
pelajari sebelumnya? Wah hebat sekali bu, Coba saya lihat jadwalnya?
Bagus bu!”

3. Kontrak
a. Topik
“Sesuai janji kita kemarin, hari ini kita akan berlatih cara mengontrol
amarah dengan cara beribadah, Apakah ibu bersedia?.”

b. Waktu
“Berapa lama ibu mau kita berbincang-bincang? Bagaimana jika 10
menit?”

c. Tempat
“ibu ingin berbincang-bincang dimana? Bagaimana jika kita
berbincang-bincang di Ruang Tamu?

g. Tujuan interaksi
“Tujuan kita berbincang – bincang saat ini adalah agar ibu dapat
mencegah/mengontrol perilaku kekerasan dengan beribadah”

KERJA (Langkah-Langkah Tindakan Keperawatan)


1. “Baiklah bu, coba ibu ceritakan kegiatan ibdah yang biasa ibu lakukan?”
2. “Baik bu, yang mana yang ingin ibu coba?”
3. “Nah, kalau ibu sedang marah. Coba ibu duduk dan tarik nafas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya, rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga,
ambil air wudhu kemudian sholat.”
4. “Ibu bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
5. “Coba ibu sebutkan sholat 5 waktu? Bagus, mau coba yang mana bu? Coba
ibu sebutkan caranya? Bagus bu.” (untuk muslim)

TERMINASI
1. Evaluasi
a. Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita berbincang-bincang tentang cara
mengendalikan marah dengan cara melakukan kegiatan ibadah?”

b. Evaluasi Perawat (Objektif)


“Coba ibu sebutkan berapa cara mengendalikan marah yang sudah kita
pelajari? Bagus sekali.”

2. Rencana tindak Lanjut


a. “Sekarang mari kita masukan kegiatan ibadah ke dalam jadwal ya bu.
Berapa kali ibu ingin melakukan sholat? Baiklah kita masukin sholat …
dan sholat ....” (sesuai kesepakatan klien)
b. “Setelah ini coba ibu lakukan jadwal kegiatan beribadah sesuai jadwal
ya bu.”
c. “Baik bu, saya rasa cukup berbincangnya. Jangan lupa mengisi jadwal
kegiatan hariannya. Sudah mengerti kan cara mengisinya? Ya bagus!”
d. “Kalau begitu saya permisi dulu ya bu, ibu bisa istirahat kembali.
Permisi bu, assalamualaikum.”
3. Kontrak topik yang akan datang
a. Topik
“Baiklah bu saya besok akan kembali lagi untuk jadwal kegiatan harian
ibu dan sejauh mana ibu dapat mencegah rasa marah.”
b. Waktu
“Jam berapa kita akan berbincang? Bagaimana kalau jam 10.00?”
c. Tempat
“Dimana Ibu mau kita berbincang? Bagaimana kalau di taman
belakang?”
“Baik Bu, besok kita bertemu di taman belakang Jam 10.00. Sampai
jumpa besok ya bu. Assalamualaikum.”

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN KEKERASAN

1. Pengkajian Psikososial
1. Nama pasien : Ny. J
2. Umur : 28 Tahun
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Status Perkawinan : Belum menikah
5. Orang yang berarti : Orangtua
6. Pekerjaan : Tidak bekerja
7. Pendidikan : SLTA
8. Tanggal Masuk : 25 agustus 2021
9. Tanggal pengkajian : 01 september 2021
10. Diagnosa medic : Perilaku Kekerasan
11. Penampilan : Pasien tampak tidak rapih, berbau dan
rambut acak-acak kan
A. PERSEPSI DAN HARAPAN
1. Pasien
Pasien mengatakan bosan minum obat karena minum obat teratur pun
tidak sembuh-sembuh.
Pasien mengatakan sudah tau cara mengontrol dengan fisik satu tarik
nafas panjang lalu pukul bantal, tapi pasien malas melakukanya karena
tidak ada pengaruhnya.
2. Keluarga
Keluarga merasa khawatir dengan kondisi pasien saat ini, karena pasien
sering marah-marah, membanting barang dan mengeluarkan kata-kata
kotor serta mengancam akan membakar rumah.

B. STATUS MENTAL
1. Emosi
Mata melotot, suara tinggi, sering berteriak,serta memaki orang yang di
lihatnya
2. Konsep Diri
 Citra Tubuh
Pasien mengatakan jika tidak ada bagian tubuhnya yang di senangi
maupun yang tidak disenangi.
 Identitas diri
Pasien anak ke dua 3 dari 5 bersaudara
 Fungsi Peran
pasien mengatakan didalam atau di rumah dirinya sebagai seorang
anak
 Ideal diri
Pasien mengatakan ingin sekali sembuh dan bisa mengontrol
marahnya
 Harga diri
Pasien mengatakan malu dengan keadaan sekarang karena sering
bereriak dan memaki-maki orang yang di lihatnya.
3. Pola Interaksi
Pasien kooperatif tetapi kurang dalam berkontak mata saat berbicara dan
selalu melotot, suara tinggi dan sering berteriak serta mengeluarkan kata-
kata kotor
4. Gaya Komunikasi
Pasien berbicara dengan suara tinggi , marah-marah dan mengeluarkan
kotor
C. LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA
1. Pekerjaan
Pasien mengatakan jika dirinya tidak memiliki pekerjaan
2. Hubungan Sosial
 Orang yang berarti :
Ayah dan Ibu
 Hubungan dengan keluarga :
Baik
 Hubungan dengan oranglain :
Pasien tidak terlalu sering berinteraksi dengan orang lain karena
sering berteriak serta memaki jika melihat orang.
 Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Pasien sering memaki orang yang di lihatnya dengan mata melotot,
suara tinggi bahkan berteriak
3. Sosio-budaya
Pasien sering melakukan aktivitas seperti beres-beres rumah dan
membersihkan kamar mandi
4. Gaya hidup
Pasien jarang berolahraga untuk meningkatkan system tubuhnya

D. RIWAYAT KELUARGA
1. Genogram
Laki-laki

Perempuan

Sudah meni
nggal
Klien
2. Masalah Keluarga dan Krisis
Pasien tidak mengalami masalah keluarga dan keadaan ekonomi pasien
cukup stabil
3. Interaksi dalam Keluarga
Pasien seriang marah-marah, berteriak, serta membanting barang yang
menyebabkan jarang berinteraksi dengan keluarganya

E. PENGKAJIAN FISIK
1. Riwayat Penyakit
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit
2. Kebiasaan yang Berhubungan dengan Status Kesehatan
Pasien senang marah-marah, bereriak, membanting barang, serta memaki
orang yang di lihatnya. Kebiasaan tersebut bisa mempengaruhi status
kesehatan pasien terutama kesehatan mental.
3. Merokok : klien tidak pernah merokok
4. Alkohol / Obat-obatan : klien tidak pernah mengonsumsi obat obatan dan
alkohol
5. Istirahat dan Tidur : Pasien tidur siang selama 30-60 menit sehari namun
tidak sering, dan tidur malam hari selama kurang lebih 7-8 jam/hari
6. Nutrisi : Eleminasi : BAB : Pasien buang air besar 1-2 x sehari, dengan
konsistensis lembek. BAK : Pasien buang air kecil 3-4 x sehari
7. Orientasi : Pasien tidak mengalami orientasi
8. Tingkat Aktifitas : klien melakukan aktifitas dengan beres-beres rumah
dan membersihkan kamar mandi
9. Tingkat Energi : klien selalu bereteriak serta marah-marah bahkan
sesekali membersihkan rumah
2 Format pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

Ruang Rawat : Anggrek Tanggal Dirawat : 25 - 08 – 2021

A. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny. A (P) Tanggal Pengkajian : 20 - 08 -
2021
Umur : 28 Tahun RM No : 12345

B. ALASAN MASUK
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sering marah-marah dirumah,
membanting barang, mengeluarkan kata-kata kotor, serta malas minum
obat.

C. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa masa lalu ?
√ Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil √Kurang Berhasil Tidak
Berhasil
3. Trauma
 Aniaya fisik
 Aniaya seksual
 Penolakan
 Kekelasan dlm klg
 Tindakan Kriminal
4. Anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa ?
Ada √
Tidak
5. Pengalaman masa lalu yangg tidak menyenangkan?
Tidak ada

D. PEMERIKSAAN F I S I K
Tanda vital :
TD : 110/90 mmHg
N : 80 x/m
S : 36.5
RR : 20 x/m
TB: 160 cm
BB : 57 kg
E. PSIKOSOSIAL
1. Genogram

Laki-laki
Perempuan

Sudah meni
nggal

Klien

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh
Pasien mengatakan jika tidak ada bagian tubuhnya yang di
senangi maupun yang tidak disenangi
b. Identitas diri
Pasien anak ke 3 dari 5 bersaudara
c. Fungsi peran
Pasien mengatakan didalam atau di rumah dirinya sebagai
seorang anak
d. Ideal diri
Pasien mengatakan jika dirinya ingin mempunyai pekerjaan
seperti saudaranya
e. Harga diri
-
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti / orang terdekat
Saat di rumah klien menagtakan dekat dengan ayahnya dan klien
mengatakan tidak mempunyai teman dekat
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Saat di rumah klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
kelompok atau masyarakat di lingkungan. Saat di RS klien
mengikuti kegiatan harian seperti: senam, bersih bersih
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Saat di rumah kalien sering marah-marah , membanting barang
dan mengeluarkan kata kotor serta mengancam akan bakar rumah
ini menyebabkan hambatan dalam berhubungan dengan orang
lain karena oranglain akan merasa terancam dan takut
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam, klien mengatakan tidak tepat
dalam beribadah 5 waktu
b. Kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa ia sering melakukan ibadah sholat
tetapi dengan jarang-jarang
c. Kepuasan dalam menjalankan keyakinan
Pasien belum merasa baik dalam menjalankan ibadahnya
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
F. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Pasien tampak tidak rapih , berbau dan rambut acak-acakan
2. Pembicaraan
Pasien berbicara dengan suara kencang mengeluarkan kata-kata kotor
serta mengancam
3. Aktifitas motoric
Lesu
4. Jelaskan: Klien tidak mau berinteraksi dan selalu menyendiri
G. Masalah keperawatan Tidak ada masalah
H. Alam perasaan
Pasien marah-marah , membanting barang dan mengeluarkan kata-kata
kotor serta mengancam akan membakar rumah dan juga setelah pulang
dari rumah sakit pasien tidak teratur minum obat karena tidak ada yang
mengawasinya.
 Afek
Pasien tampak marah-marah
 Interaksi selama wawancara
Pasien tidak dapat berinteraksi dengan baik selama wawancara, kontaka
mata pasien lebih banyak marah-marah dan membanting barang-barang
 Persepsi
Tidak ada gangguan perseosi
 Proses Fikir
Sirkumtansial

Jelaskan
Klien berbicara sesuai realita yang ada walaupun marah-marah
Masalah keperawatan Tidak ada masalah
 Isi Fikir
Pasien mengatakan bahwa minum obat tidak ada perubahannya selama ini
 Tingkat Kesadaran
Stupor
Disorentasi
Waktu : klien mengetahui tanggal, bulan ,tahun
Tempat : klien mengetahui bahwa dirinya sedang dalam perawatan rumah
sakit jiwa dan dirumah
Jelaskan
Klien selalu marah-marah , membanting barang mengeluarkan kata-kata
kotor serta mengancam akan membakar rumah

Masalah keperawatan : Tidak ada masalah

 Memori
Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka Panjang,
pendek, maupun saat ini, karena klien mampu menjawab tentang
pertanyaan hari ini, tanggal dan tahun klien mengingat kegiatan yang
pernah dilakukan
 Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien tidak mampu berkontsentrai secara penuh, karena klien
terlihat bingung dan sering berpaling muka saat diajak berbicara, klien
dapat berhitung dengan pertanyaan yang sederhana
 Kemampuan penilaian
Klien mampu menilai antara masuk kamar setelah makan atau
membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih membereskan kursi

 Daya Tilik Diri


Klien menyadari dirinya sedang mengalami suatu masalah/sakit

I. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG


1. Makan
√ Bantuan minimal Bantuan total

2. BAK/BAB
√ Bantuan minimal Bantuan total

3. Mandi
√ Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakain/berhias
√ Bantuan minimal Bantuan total

5. Istirahat dan tidur


Tidur siang, lama : 13.00 s.d 15.00 wib
Tidur malam, lama : 21.00 s.d 05.00 wib
Aktifitas sebelum/sesudah tidur : Gosok gigi s.d mandi
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal √ Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan √
Sistem pendukung √

8. Aktifitas di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan √
Menjaga kerapihan rumah √
Mencuci pakaian √
Mengatur keuangan √

9. Aktifitas di luar rumah


Ya Tidak
Belanja √
Transfortasi √
Lain - lain √
Jelaskan : Klien dapat makan sendiri, BAB/BAK sendiri, mandi sendiri,
berhias sendiri, minum obat perlu di berikan oleh keluarga atau perawat
karena dia sudah bosan meminum obat katanya tidak sembuh-sembuh,
klien membutuhkan perawatan lanjutan di rumah, klien bisa menyiapkan
makanan dan membersihkan rumah. Klien tidak melakukan kegiatan di
luar rumah seperi belanja atau pun hal lainnya.Klien biasa membereskan
rumah dan membersihkan kamar mandi tetapi orangtua melarangnya
karena takut bila cape dan pasien kambuh , Klien hanya keluar di teras
rumah.
Masalah Keperawatan : Resiko Perilaku Kekerasan

J. POLA DAN MEKANISME KOPING


Adaptif Maladaptif
√ Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/berlebih
Aktifitas konstruktif √ Menghindar
Olahraga Mencederai diri
Lainnya Lainnya
Jelaskan :
Masalah Keperawatan : Tidak ada
K. ASPEK MEDIK
Diagnose Medik : Resiko Perilaku Kekerasan
Terapi Medik :-

3 Klasifikasi Data

Data Subyektif Data Obyektif

 Keluarga mengatakan pasien sering  Mata pasien tampak melotot


marah-marah, membanting barang  Suara pasien terdengar tinggi
dan mengeluarkan kata kotor dan memaki
 Keluarga mengatakan pasien  Pasien marah-marah tanpa sebab
mengancam membakar rumah  Pasien tampak tidak rapih,
 Keluarga mengatakan pasien sudah 3 berbau dan rambut acak-acakan
kali dirawat di RSJ  Pasien mengatakan malas
 Keluarga mengatakan pasien tidak minum obat, karna percuma
teratur minum obatnya tidak sembuh-sembuh
 Pasien mengatakan sudah tau
cara mengontrol marah dengan
tehnik napas dalam dan
memukul bantal
 Pasien biasa melakukan aktivitas
beres-beres rumah dan kamar
mandi

1. Analisis Data
TANGGAL DATA FOKUS MASALAH KEPERAWATAN

01 Septembe DS : Resiko Perilaku Kekerasan


r 2021
 Keluarga mengatakan pasien
sering marah-marah,
membanting barang dan
mengeluarkan kata kotor
 Keluarga mengatakan pasien
mengancam membakar
rumah
 Keluarga mengatakan pasien
sudah 3 kali dirawat di RSJ
 Keluarga mengatakan pasien
tidak teratur minum obatnya
DO :
 Mata pasien tampak melotot
 Suara pasien terdengar
tinggi dan memaki
 Pasien marah-marah tanpa
sebab
 Pasien tampak tidak rapih,
berbau dan rambut acak-
acakan
 Pasien mengatakan malas
minum obat, karna percuma
tidak sembuh-sembuh
2. Intervensi Keperawatan
Nama Pasien : Ny. J
No. MR : 03.05.86

No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi


. Keperawatan

1. Risiko Pasien Setelah dilakukan SP Pasien


Perilaku mampu: pertemuan 2 – 4 x
Kekerasan mengontrol klien mampu SP1 Pasien :

perilaku mengontrol Mengidentifikasi

kekerasan perilaku kekerasan Perilaku Kekerasan

sesuai dengan cara : dan Latihan Fisik 1

dengan 1. Mengontrol dan 2


strategi dengan 1. Membina hubungan

pelaksanaan cara latihan saling percaya

tindakan fisik 1 dan 2. Menjelaskan dan

keperawatab 2 melatih cara

2. Minum mengontrol perilaku

obat kekerasan dengan

dengan cara fisik 1 & 2

prinsip 6 3. Tanyakan
benar bagaimana perasaan

minum klien setelah

obat melakukan kegiatan

3. Mengontro 4. Masukkan pada

l dengan jadwal kegiatan

cara verbal untuk latihan fisik 1

4. Mengontrol & 2.

dengan
SP 2 Pasien : Melatih
cara
cara mengontrol
spiritual
Perilaku Kekerasan
dengan cara 6 benar
minum obat
1. Evaluasi cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
latihan fisik 1 &
2
2. Menjelaskan
cara mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
minum obat (6
benar)
3. Tanyakan
bagaimana
perasaan klien
setelah
melakukan
kegiatan.
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan
harian minum
obat (6 benar)

SP 3 Pasien :
Mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan
Cara Verbal
1. Evaluasi cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
latihan fisik 1 &
2 dan minum
obat (6 benar)
2. Menjelaskan
dan melatih cara
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
verbal:
mengungkapkan,
meminta, dan
menolak dengan
benar
3. Tanyakan
bagaiaman
perasaan klien
setelah
melakukan
kegiatan
4. Masukkan pada
jadwal kegiatan
harian
mengontrol
perilaku
kekerasan
dengan cara
verbal
SP 4 Pasien :
Mengontrol Perilaku
Kekerasan dengan
cara Spiritual
1. Evaluasi cara
mengontrol
perilaku
kekerasan dengan
cara latihan fisik 1
& 2, minum obat
6 benar, dan cara
verbal
2. Menjelaskan cara
mengontrol
perilaku
kekerasan cara
spiritual (latih 2
kegiatan)
3. Tanya perasaan
klien setelah
melakukan
kegiatan
4. Memasukkan
pada jadwal
kegiatan harian
untuk latihan
mengontrol
perilaku
kekerasan dengan
cara spiritual
3. Implementasi & Evaluasi Keperawatan
Nama: Ny.J Ruangan: Merpati
No. MR: 03.05.36

Hari/tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf


Keperawatan Keperawatan

01 Risiko Strategi Pelaksanaan 1 S: Klien


September Perilaku (Latihan fisik 1 dan 2) mengatakan
2021 Kekerasan marah apabila
a) Membina
tidak ada
hubungan saling
pekerjaan yang
percaya
bisa dilakukan
b) Mengidentifikasi
dan jika pasien
penyebab
terlalu banyak
terjadinya
mengkonsumsi
perilaku
alkohol
kekerasan pada
pasien O: Klien tampak
c) Menjelaskan dan tenang dan
melatih cara mampu
mengontrol melakukan
perilaku latihan fisik
kekerasan (memuku bantal)
dengan cara seperti yang
latihan fisik sudah dijelaskan.
(memukul
A: Perilaku
bantal)
kekerasan tidak
d) Mencontohkan
tampak. SP 1
kepada pasien
Pasien tercapai,
latihan fisik
pasien mampu
(memukul
mengontrol
bantal)
perilaku
e) Menanyakan
kekerasan
perasaan pasien
dengan cara
sesudah dilatih latihan fisik
f) Memberikan
P: Lanjutkan SP
pujian atas usaha
2 Perilaku
yang dilakukan
kekerasan dan
pasien
Evaluasi SP

02 Risiko Strategi Pelaksanaan 2 S: Klien


September Perilaku (mengontrol perilaku mengatakan
2021 Kekerasan kekerasan dengan 6 merasa tenang
benar minum obat) dan nyaman
setelah meminum
a) Evaluasi
obatnya. Klien
pertemuan
merasa lebih
sebelumnya
mengantuk
dengan pasien
setelah minum
SP1 mengontrol
obat.
perilaku
kekerasan O: Klien tampak
dengan latihan tenang setelah
fisik minum obat dan
b) Latih cara tidak ada
mengontrol perilaku gelisah
perilaku dan bingung
kekerasan tampak pada
dengan patuh pasien. Klien
minum obat. tampak tidur 15
(Jelaskan menit setelah
pentingnya minum obat.
penggunan obat,
A: Klien tidak
akibat bila obat
bisa minum obat
tidak digunakan
sendiri dan selalu
sesuai program,
diawasi perawat.
akibat bila putus
SP 2 belum
obat, cara
mendapatkan optimal
obat/berobat.
P: Lanjutkan SP
Jelaskan prinsip
3 Perilaku
6 benar minum
kekerasan dan
obat: jenis,
evaluasi kegiatan
waktu, dosis,
1 dan 2
frekuensi, cara
dan kontinuitas
minum obat.
c) Menanyakan
perasaan dan
pendapat klien
setelah minum
obat

03 Risiko Strategi Pelaksanaan 3 S: Klien


September Perilaku (mengontrol perilaku mengatakan
2021 Kekerasan kekerasan dengan cara kurang pandai
verbal) dalam
mengungkapkan
a) Evaluasi cara
apa yang
mengontrol
dirasakan nya.
perilaku
Klien lebih
kekerasan
memilih diam
dengan cara
dan tidak
latihan fisik dan
mengungkapkan
6 benar minum
apa yang ada
obat.
dalam fikiran
b) Menjelaskan dan
nya. Oleh sebab
melatih cara
itu klien sering
mengontrol
mengamuk jika
perilaku
masalah nya
kekerasan
menumpuk.
dengan cara
verbal yaitu O: Klien mampu
meminta, menolak dan
mengungkapkan, meminta dengan
dan menolak benar. Klien
dengan benar. kurang bisa
c) Berikan pujian dalam
dan tanya mengungkapkan
bagaimana apa yang
perasaan pasien dirasakan nya
setelah
A: Klien tidak
melakukan
bisa minum obat
latihan
sendiri dan selalu
diawasi perawat.
SP 2 belum
optimal

P: Lanjutkan SP
3 Perilaku
kekerasan dan
evaluasi kegiatan
1 dan 2

04 Risiko Strategi Pelaksanaan 4 S : Klien


September Perilaku (mengontrol perilaku mengatakan
2021 Kekerasan kekerasan dengan cara jarang
spiritual) melakukan
ibadah sholat
a) Evaluasi cara
selama dirumah.
mengontrol
Klien sudah
perilaku
mulai beribadah
kekerasan
selama dirawat
dengan cara
tetapi tidak
latihan fisik, 6
dilakukan penuh.
benar minum
obat, dan cara O : Klien tampak
verbal. melakukan
b) Menjelaskan cara ibadah sholat
mengontrol diruangan.
perilaku A: SP 4 pasien
kekerasan risiko perilaku
dengan spiritual kekerasan
(beribadah, teratasi
sholat, berdoa, P: Hentikan
membaca kitab Intervensi
suci)

Anda mungkin juga menyukai