Anda di halaman 1dari 10

Logika dan Penalaran Hukum

“Kasus Penjual Petasan Nenek Meri”

Nama : Latfiah

Nim : 201130091

Fakultas : Syari’ah

Jurusan : Hukum Ekonomi Syari’ah

Tahun Ajaran 2020-2021


Kasus Penjual Petasan Nenek Meri

Abstrak

Bagi kebanyakan orang bermain petasan adalah suatu kesenangan dalam merayakan hari-hari besar
seperti pada Bulan Ramadhan, Tahun Baru, Perayaan Natal dan Perayaan Imlek. Sehingga
mendorong para pelaku usaha petasan untuk menggarap keuntungan dalam transaksi jual beli
petasan tersebut yang dijual secara illegal tidak ada jaminan kesehatan dari pemerintah.

Kasus nenek Meri ini diharapkan dapat menjadi pelajaran dan menimbulkan efek jera bagi para
pengrajin petasan lainnya yang masih beroperasi secara diam-diam. Nenek Meri, pembuat dan
penjual petasan ini dijatuhi hukuman 3 bulan dengan masa percobaan 6 bulan oleh Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Tegal. 1

Metode yang digunakan pada kasus ini adalah menggunakan metode kualitatif. 2 Dimana metode
pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumenter yang kemudian
dianalisis menjadi suatu teori. Dimana nenek Meri ditangkap aparat Polres Tegal karena membuat
petasan dirumahnya menjelang hari raya idul fitri 2014. Nenek Meri mengaku bahwa “saya pikir
ngga papa, lah orang tua saya, tetangga saya pada bikin semua. Dari zaman dulu bikinnya, kok
ditangkap”. Kata nenek Meri saat diwawancara.

Berdasarkan hasil pengolahan data, nenek Meri ditangkap di Kemandungan, Kelurahan Pesurungan,
Kecamatan Tegal Barat Kota, Jawa Tengah. Dusun Kemandungan memang dikenal sebagai
produsen petasan dari zaman dahulu, bahkan dikenal sebagai kampung mercon. Budaya ini berlaku
turun temurun dan semakin ramai menjelang idul fitri. Warga setempat membuat petasan untuk
menambah uang saku buat lebaran dan membuat petasan dirumah masing-masing.

Jadi, kesimpulannya nenek Meri ditangkap dirumahnya karena membuat dan menjual petasan.
Karena memang sejak dahulu sudah menjadi tradisi membuat petasan menjelang hari raya idul fitri
serta untuk biaya hidup sehari-hari dari hasil menjual petasan. Nenek Meri dijatuh hukuman 3 bulan
dengan masa percobaan 6 bulan.

1
Wijayanti, E. (2019). Mengusik Keadilan Di Indonesia.

https://nasional.tempo.co/read/652651/cerita-nenek-pembuat-petasan-divonis-3-bulan-percobaan.

2
Bersifat deskriptif.
A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Tindak pidana penyalahgunaan senjata api, bahan peledak, harus dipertanggung jawabkan
oleh pelaku tindak pidana tersebut berdasarkan unsur kesalahannya. Pertanggungjawaban
hukum pelaku tindak pidana penayalahgunaan senjata api diatur dalam Undang-Undang
Darurat Nomor 12 Tahun 1951. Penegakan hukum terhadap pelaku pidana penyalahgunaan
senjata api harus dilakukan secara adil sesuai tujuan hukum itu sendiri.3
Sama halnya penggunaan petasan, yang sudah diatur dalam Undang-Undang Darurat Nomor
12 Tahun 1951. Kita ketahui bahwa petasan adalah peledak berupa bubuk yang dikemas
dalam beberapa lapis kertas, biasanya bersumbu, digunakan untuk memeriahkan berbagai
peristiwa, seperti perayaan tahun baru, perkawinan, menjelang idul fitri, dan sebagainya.
Petasan juga dikenal sebagai mercon.
Bermain petasan hingga kembang api sudah jadi tradisi masyarakat, termasuk anak-anak
saat menyambut hari besar seperti bulan Ramadhan dan juga hari raya. Seperti hal yang
dilakukan Nenek Meri, seorang pembuat dan penjual petasan yang berumur 85 tahun, yang
divonis 3 bulan penjara dalam masa percobaan 6 bulan di Pengadilan Negeri Kota Tegal.
Nenek Meri membuat petasan dan menjualnya itu sudah lama, sejak zaman Soekarno. Hal
itu sudah menjadi turun-temurun didusun Kemandungan yang dikenal produksi petasan dari
zaman dahulu. Tak jarang petasan membawa petaka bagi orang-orang yang memainkannya,
khususnya anak-anak.
Petasan dan kembang api merupakan permainan berdaya ledak rendah. Jika digunakan
dengan benar, petasan cenderung tidak berbahaya. Permainan petasan bisa saja dilakukan
selama didampingi orang dewasa, dilakukan ditempat aman dan jauh dari keranaian serta
ada batasan usia tertentu. 4
Akan tetapi, ada ancaman pidana yang mengintai karena petasan. Pihak kepolisian
menegaskan siapapun yang menjual dan menggunakan petasan, bakal dijerat hukuman.
Penggunaan tanpa toleransi karena petasan itu mengeluarkan ledakan. Apabila kembang api
masih bisa diberi toleransi karena mengeluarkan keluar api, tetapi jika sampai menimbulkan
dampak yang negatif ditengah masyarakat, tersangka dapat dikenakan Undang-undang
Darurat Nomor 12 tahun 1951 dan pada Pasal 187 KUH Pidana tentang bahan peledak, telah
diatur soal bahan peledak yang dapat menimbulkan ledakan serta dianggap menggangu

3
SIDIK, Muhammad. PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BUNGA API DAN
PETASANDI WILAYAH HUKUM POLRES BANJAR. 2020. PhD Thesis. Universitas Islam Kalimantan MAB.

4
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
lingkungan masyarakat.5 Dalam UU juga dijelaskan, pembuat, penjual, penyimpan, dan
pengangkut petasan bisa dikenakan hukuman minimal 12 tahun penjara hingga maksimal
kurungan seumur hidup. Namun, tidak semua penjual petasan ditindak. Sesuai aturan, hanya
jenis tertentu yang jadi sasaran operasi pihak kepolisian. Jika kembang api biasa boleh,
sedangkan Yng tidak boleh contohnya mercon dengan ukuran lebih dari 2 inci.

B. Rumusan Masalah
1. Kenapa nenek Meri ditangkap?
2. Mengapa membuat dan menjual petasan dilarang?
3. Ancaman apa yang diberikan bagi penjual petasan yang dilarang?
4. Apa dampak berbahaya dari petasan?
5. Undang undang dan Pasal berapa yang tidak memperbolehkan membuat dan menjual
petasan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah logika penalaran hukum.
2. Agar pembaca dapat mengetahui dampak negatif dari petasan.
3. Agar mengetahui hukuman yang diberlakukan terhadap penjual, pembuat, pemakai, dan
penyimpan serta pengangkut petasan yang termasuk larangan dalam UUD.
4. Agar berhati-hati dalam bermain petasan.
5. Untuk memperluas wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca.
6. Untuk memberi sumbangan pemikiran, baik berupa konsep teoritis maupun praktis.

D. Pembahasan
1. Nenek Meri di Tangkap
Nenek Meri yang memiliki 6 cucu dan 4 cicit ditangkap Polres Tegal Kota pada 12 Juni
2014 karena membuat dan menyimpan petasan untuk dijual. Penangkapan dilakukan
saat polisi menggelar razia petasan menjelang bulan Ramadhan.
Nenek Meri ditangkap dirumahnya di Kemandungan, Kelurahan Pesurungan,
Kecamatan Tegal Barat Kota, Jawa Tengah.
Dusun Kemandungan memang dikenal sebagai produsen petasan dari zaman dahulu,
bahkan dikenal sebagai kampung mercon. Budaya ini berlaku tradisi 6dan semakin ramai
menjelang idul fitri. Warga setempat membuat petasan untuk menambah uang saku buat
lebaran dan membuat petasan dirumah masing-masing.

5
Sumber : Pasal 187 KUHP ,Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951, Pasal 1 ayat (1) UU No.
12/DRT/195.

6
Turun temurun, adat istiadat.
Menginjak usia 85 tahun, pendengaran nenek Meri mulai berkurang. Setiap sidang, Joko
selalu mendekat dengan berteriak ke telinga nenek Meri untuk menyampaikan
pertanyaan hakim. Nenek Meri juga buta huruf. 7 Meski demikian, nenek Meri taat
hukum dan menghormati persidangan dengan selalu hadir tepat waktu, bahkan sebelum
sidang sudah ada dipengadilan. Jika bukan pada hari raya, nenek Meri tidak membuat
petasan. Nenek Meri hanya sekedar membantu dirumah dan juga diwarung.8

2. Membuat dan Menjual Petasan di Larang


Menjual petasan dilarang karena petasan termasuk bahan peledak yang memiliki daya
ledak rendah hingga sedang. Selain berbahaya, petasan juga mengganggu kenyamanan
masyarakat. Apalagi jika dimainkan anak-anak.
Penjual petasan bisa diproses hukum jika kedapatan menjual. Karena ada peraturan yang
mengatur larangan menjual petasan.
Petasan tanpa toleransi, 9 petasan itu yang mengeluarkan ledakan. Jika yang keluar api
(kembang api) masih ditoleransi. Karena dalam undang-undang itu yang dapat
menimbulkan suara ledakan. Jika sampai menimbulkan dampak yang negatif ditengah
masyarakat, tersangka dapat dikenakan Undang-Undang Darurat No. 12 Tahun 1951. 10
Ancaman hukumannya bisa seumur hidup, misal tersangkanya adalah pemilik pabrik
petasan. Jika pengguna petasan tergantung, bisa terjerat Undang-Undang tersebut, tapi
lebih ringan hukumannya. Namun, jika sampai ada korban tangannya putus, kebakaran,
meninggal dunia, ledakan besar, itu bisa dikenakan pasal pembunuhan dan lainnya.
Para pembuat, penjual, dan warga penyuka petasan bisa sedikit lega, karena tidak semua
petasan dilarang dibuat, dipergunakan, dan diperjualbelikan. Petasan uang ukuran
panjangnya kurang dari 2 inci, tidak memerlukan izin pembelian dan penggunaan,
sehingga dapat diperjualbelikan kepada masyarakat. Akan tetapi, petsan yang berukuran
2 hingga 8 inci, penjualan, pembelian, dan penggunaannya harus ada izin dari
Baintelkam Mabes Polri, dan itu untuk kepentingan pertunjukan (show).

7
Tidak bisa membaca.

8
https://news.detik.com /berita/d-2864304/nenek-85-tahun-dipidanakan-karena-bikin-petasan-lho-kok-ditangkap

9
Toleransi, saling mengahargai.

10
Undang undang tentang bunga api.
Perbedaan antara kembang api yang diizinkan dan yang dilarang ini, telah diatur dalam
Undang-Undang Bunga Api tahun 1932 dan Perkap No. 2 tahun 2008 tentang
pengawasan, pengendalian, dan pengamanan bahan peledak komersial. 11

3. Ancaman bagi Pengedar, Pembuat, Penyimpan dan Pengguna Petasan yang di Larang
Polisi menghimbau masyarakat supaya tidak memproduksi, memeprdagangkan, dan
menyalakan mercon atau petasan selama bulan Ramadhan. Polisi akan menindaktegas
sesuai fungsinya bagi siapa yang melanggarnya terlebih masih dalam rangkaian
pemberantasan penyakit masyarakat. Selain menangkap, polisi juga menyita dan
memusnahkan benda yang disulut lalu menyala serta mengeluarkan bunyi ledakan yang
memekakan telinga. Mengacu pada Undang-Undang Darurat No. 12 tahun 1951 tentang
bunga api, didalamnya sangat jelas disebutkan, mana benda yang boleh dan mana yang
tidak boleh diledakkan. Diundang-undang darurat nomor 12 tahun 1951, tentang petasan
dan mercon itu tidak dibenarkan. Makanya kita melarang dan kepolisian akan
melakukan tindakan kepada siapapun jika melanggar.
Pada Undang Undang Darurat No. 12 tahun 1951 dan Pasal 187 KUH Pidana12 tentang
bahan peledak sudah diatur soal bahan peledak yang dapat menimbulkan ledakan serta
dianggap menggangu ingkungan masyarakat. Dalam UU dijelaskan, pembuat, penjual,
penyimpan, dan pengangkut petasan bisa dikenakan hukuman minimal 12 tahun penjara
hingga maksimal kurungan seumur hidup.

4. Dampak Berbahaya dari Petasan


Dampak berbahaya dari petasan antara lain:
a. Petasan bisa membuat keracunan. Karena, petasan terdiri dari partikel-partikel kecil13
yang berbahaya yang mudah terhirup dan masuk ke paru-paru dan bisa sampai
meninggal akibat partikel-partikel tersebut, serta ledakan dari petasan ternyata bisa
menyebabkan kebutaan.

11
Peledak Komersial adalah berbagai produk bahan kimia yang dapat digunakan sebagai bahan peledak untuk
kepentingan pekerjaan tambang, pekerjaan umum, aplikasi khusus atau digunakan dalam proses produksi industri
tertentu.

12
https://klikpositif.com/baca/50940/jangan-sepelekan--ini-sanksi-bagi-penjual-dan-pengguna-petasan

13
Dalam ilmu fisika, partikel (atau korpuskula dalam teks yang lebih tua) adalah objek terlokalisasi kecil yang dapat
memiliki beberapa sifat fisik atau kimia

"Particle". AMS Glossary. American Meteorological Society Diakses tanggal 2015-04-12.


b. Mengalami luka bakar. Ledakan yang terjadi akibat petasan bisa menyebabkan luka
bakar jika terkena tubuh/kulit. Karena, petasan berbahan dasar mesiu yang mudah
terbakar.
c. Kebutaan. Jika terkena mata dan mengenai kornea mata 14 itu bisa menyebabkan
kebutaan.
d. Kerusakan pendengaran
e. Kematian.
f. Kebakaran. Petasan yang keluar jalur dan mengenai rumah penduduk, tumbuhan,
atau apapun itu yang mudah terbakar, dapat meneybabkan kebakaran maupun
merusak lingkungan sekitar.
g. Masalah saluran pernafasan. Asap petasan juga berbahaya bagi kesehatan.

5. UU dan Pasal yang Mengatur Tentang Petasan atau Bunga Api


Pada Undang-Undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 dan Pasal 187 KUH Pidana tentang
bahan peledak (petasan) sudah diatur terkait bahan peledak yang dapat mengahasilkan
ledakan serta dianggap dapat mengganggu lingkungan masyarakat sekitar.
Berikut ancaman pidana yang dapat mengancam penjual bahkan pengguna petasan yaitu:
a. Pasal 1 ayat (1) UU No. 12/DRT/1951 yang mengatur:
“Barangsiapa, yang tanpa hak memasukkan ke Indonesia, membuat, menerima,
mencoba memperoleh, menyerahkan atau mencoba menyerahkan, menguasai,
membawa, mempunyai persediaan padanya atau mempunyai dalam miliknya,
menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau menegeluarkan
dari Indonesia sesuatu senjata api, munisi atau sesuatu bahan peledak, dihukum
dengan hukuman mati atau hukuman penjara seumur hidup atau hukuman penjara
sementara setinggi-tingginya dua puluh tahun”.
b. Pasal 187 KUHP yang mengatur:
“Barangsiapa dengan sengaja menimbulkan kebakaran, ledakan atau banjir”. Maka
diancam:
1. Dengan penjara paling lama dua belas tahun, jika karena perbuatan tersebut
diatas timbul bahaya umum bagi orang.
2. Dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun, jika karena perbuatan
tersebut diatas timbul bahaya bagi nyawa orang lain.

14
Kornea adalah lapisan terluar pada mata berupa selaput bening berbentuk kubah, yang menutupi bagian depan mata.
Peran kornea sangat penting untuk penglihatan. Tiap bagian kornea mata memiliki fungsinya masing-masing, namun
saling mendukung. Berbeda dengan jaringan tubuh lain, kornea tak memiliki pembuluh darah.
3. Dengan pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua
puluh tahun, jika karena perbuatan tersebut diatas timbul bahaya bagi nyawa
orang lain dan mengakibatkan orang mati.

E. Penutup
1. Kesimpulan
Jadi, kesimpulan dari makalah ini adalah nenek Meri penjual petasan ditangkap aparat
kepolisian karena membuat dan memperjualbelikan petasan pada hari raya.
Kasus nenek Meri ini, semoga dapat dijadikan pelajaran dan menimbulkan efek jera bagi
para penjual dan pembuat petasan lainnya yang masih beroperasi.
Jangan bermain-main dengan petasan, karena memiliki banyak dampak yang berbahaya.
Tidak hanya itu, bermain petasan juga bisa terjerat pidana sesuai yang diatur dalam
ketentuan dengan aturan Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 dengan
ancaman yang telah ditentukan.

2. Saran
Melalui makalah ini, saya menyarankan agar pembaca tidak berhenti disini saja dalam
menggali ilmu tentang Logika dan Penalaran Hukum. Karena, banyak sekali hukum-
hukum yang mengatur tentang aspek kehidupan. Kita harus mengetahui aturan-aturan
yang diatur dalam perundang-undangan. Jika salah langkah dalam mengambil tindakan,
kita bisa terjerat hukum yang berlaku. Saya berharap pembaca dapat mengetahui
problematika pada pembelajaran khususnya pada Logika dan Penalaran Hukum. Kasus
diatas semoga menjadi pelajaran bagi kita semua.
Makalah ini masih banyak kekurangan dalam hal-hal penulisan, saya minta saran yang
bersifat membangun dan perbaikan agar makalah ini menjadi lebih baik lagi. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
DAFTAR PUSTAKA

Wijayanti, E. (2019). Mengusik Keadilan Di Indonesia.

WIJAYANTI, Elysa. Mengusik Keadilan Di Indonesia. 2019.

Sumber :

Pasal 187 KUHP

Undang-Undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951

Pasal 1 ayat (1) UU No. 12/DRT/1951

SIDIK, Muhammad. PENEGAKAN HUKUM TINDAK PIDANA PENYALAHGUNAAN BUNGA


API DAN PETASAN DI WILAYAH HUKUM POLRES BANJAR. 2020. PhD Thesis. Universitas
Islam Kalimantan MAB.
Lubis, Sriwulan. Jual beli petasan di Pasar Sangkumpal Bonang Kota Padangsidimpuan ditinjau
dari fatwa MUI nomor 31 tahun 2000. Diss. IAIN Padangsidimpuan, 2019.

Agustin, D. (2019). ANALISIS HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM TENTANG JUAL BELI
PETASAN YANG MENGANDUNG BAHAN PELEDAK Skripsi (Doctoral dissertation, UIN Raden
Intan Lampung).

https://nasional.tempo.co/read/652651/cerita-nenek-pembuat-petasan-divonis-3-bulan-percobaan

https://www.klikdokter.com/info-sehat/read/3620577/5-dampak-negatif-kembang-api-bagi-
kesehatan

https://m.hukumonline.com/pusatdata/detail/28541/undangundang-darurat-nomor-12-tahun-1951

Anda mungkin juga menyukai