Anda di halaman 1dari 2

Seorang nenek asal bernama Minah divonis pidana penjara 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan

selama 3 bulan, karena dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 362 KUHP tentang
pencurian.

Kasus tersebut berawal saat Minah memetik 3 buah kakao yang sudah ranum di perkebunan  PT Rumpun
Sari Antan  (PT. RSA). Setelah dipetik 3 buah kakao diletakan begitu saja di bawah pohon kakao dan
tidak disembunyikan. Namun, apa yang dilakukan Minah diketahui mandor PT RSA. Dia pun menegur
Minah dan menanyakan perihal kakao yang dicurinya. Minah pun mengatakan jika buah kakao yang
dipetiknya akan dijadikan bibit. Setelah mendengar penjelasan Minah, Tarno mengatakan, kakao di kebun
PT RSA  dilarang dipetik oleh masyarakat. Dia juga menunjukkan papan peringatan yang terpasang pada
jalan masuk perkebunan. Dalam papan tersebut tertulis petikan Pasal 21 dan Pasal 47 Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2004 Tentang Perkebunan, yang menyatakan bahwa setiap orang tidak boleh merusak
kebun maupun menggunakan lahan kebun hingga mengganggu produksi usaha perkebunan.

Minah yang buta huruf itupun segera meminta maaf kepada Tarno sembari menyerahkan tiga butir buah 
kakao tersebut untuk dibawa mandor itu. Kendati telah meminta maaf, dia sama sekali tidak menyangka
jika perbuatannya justru berujung ke pengadilan.

Menurut pendapat anda:

apakah perilaku nenek Minah memenuhi konsep kejahatan jika ditinjau dari sudut pandang
normatif, sosiologis dan psikologis?.

Kemukakan pendapat anda dengan disertai alasan-alasan yang jelas guna memperkuat argumen anda.

Jawaban :

1. Secara yuridis formal (Normatif):

Menurut ajaran sifat melawan hukum formal, perbuatan Mbok Minah tersebut adalah melawan
hukum dan sudah sesuai dengan rumusan Pasal 362 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)
tentang Pencurian.

Pasal 362:
Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain,
dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak Sembilan ratus rupiah.

2. Dari sudut pandang sosiologi

Jika ditinjau dari sisi sosiologis maka kasus  ini adalah kasus yang tidak layak untuk dilanjutkan
dalam proses peradilan, walaupun kenyataannya perbuatan nenek Minah  telah memenuhi unsur
melawan hukum dalam pasal 362 tentang pencurian dengan ancaman pidana penjara 5 tahun. Secara
kemasyarakatan buah kakao yang diambil oleh nenek Minah yang nilainya tidak sebanding dengan
proses peradilan yang dijalaninya.  Seharusnya PT. RSA dan pihak kepolisian berinisiatif untuk
menyelesaikan masalah kecil seperti ini secara kekeluargaan, tidak perlu dilanjutkan ke proses
peradilan.

3. Kejahatan dari sudut pandang Psikologi

Menurut saya, kasus nenek Minah jika dipandang dari sudut psikologi maka nenek Minah tidak
memenuhi syarat untuk di jadikan tersangka karena nenek Minah buta huruf sehingga tidak dapat
membaca papan peringatan. Karena penjelasan tentang sudut pandang psikologi yaitu : Kejahatan
merupakan perbuatan yang abnormal. Jika dipandang dari sudut pelakunya, maka penampilan
perilaku abnormal ini terjadi karena beberapa kemungkinan, misalnya: karena faktor psikopatologik
(perilaku kejahatan pada penderita sakit jiwa/kelainan jiwa karena faktor rendahnya kondisi IQ –nya)
dsb.

Anda mungkin juga menyukai