Anda di halaman 1dari 3

Tugas 2

1. Anda bercita-cita untuk menjadi seorang meditor yang memiliki jam terbang tinggi
dan handal, menurut Anda apa sajakah yang harus Anda persiapkan untuk
persyaratan dan pengangkatan menjadi seorang mediator? Jelaskan jawaban Anda!
Jawaban :
Jika memiliki sertifikat mediator maka diwajibkan terlebih dahulu dimuatkan namanya surat
keputusan Ketua Pengadilan Negeri dalam Daftar Mediator Pengadilan Negeri tersebut.
Penguasaan hukum acara mediasi selain Peraturan Mahkamah Agung seorang mediator pun
wajib memahami Pasal 130 HIR maupun Pasal 154 RBg, sekalipun prinsipnya adalah
bagaimana upaya mediasi itu adalah untuk mendorong para pihak menempuh proses
perdamaian yang dapat diintensifkan dengan cara mengintegrasikan proses mediasi ke dalam
prosedur berperkara di Pengadilan Negeri.
Pasal 130 HIR
1. Jika pada hari yang ditentukan itu kedua belah pihak menghadap, maka pengadilan negeri,
dengan perantaraan ketuanya, akan mencoba memperdamaikan mereka itu. (IR. 239.)
2. Jika perdamaian terjadi, maka tentang hal itu, pada waktu sidang, harus dibuat sebuah
akta, dengan mana kedua belah pihak diwajibkan untuk memenuhi perjanjian yahg
dibuat itu; maka surat (akta) itu berkekuatan dan akan dilakukan sebagai keputusan
hakim yang biasa. (RV. 31; IR. 195 dst.)
3. Terhadap keputusan. yang demikian tidak diizinkan orang minta naik banding.
4. Jika pada waktu mencoba memperdamaikan kedua belah pihak itu perlu dipakai seorang
juru bahasa, maka dalam hal itu hendaklah dituruti peraturan pasal berikut.

Syarat lain menjadi seorang mediator antara lain:


1. Adil dan bertanggung jawab.
2. Mampu bekerja sama dalam menyelesaikan masalah.
3. Memiliki sikap menghormati dan mengerti berbagai perbedaan pendapat.
4. Memiliki keinginan untuk berbagi dan ikut merasakan.
5. Memfokuskan diri pada persoalan, bukan kesalahan.

2. Jika Anda dalam berperkara menemukan sebuah fakta baru, lalu hendak mengubah
gugatan, apakah boleh Anda mengubahnya? apa batasan mengubah gugatan? Jelaskan
jawaban Anda!
Jawaban :
Penggugat memiliki hak untuk mengajukan perubahan gugatan, namun hanya yang bersifat
mengurangi atau tidak menambah dasar daripada tuntutan dan peristiwa-peristiwa yang
menjadi dasar tuntutan. Jika perubahan gugatan berupa penambahan dasar atau peristiwa
yang menjadi dasar tuntutan, maka hal tersebut akan sangat merugikan kepentingan tergugat.
Dengan kata lain, perubahan gugatan diperbolehkan selama tidak merubah materi gugatan,
melainkan hanya segi formal dari gugatan (misalnya: perubahan atau penambahan alamat
penggugat, nama atau alias dari penggugat atau tergugat).

Syarat Perubahan Gugatan


Peraturan mengenai syarat mengajukan perubahan gugatan tidak terdapat dalam Pasal 127
Rv.  Namun, dalam buku pedoman yang diterbitkan oleh Mahkamah Agung (“MA”),
terdapat syarat formil untuk mengajukan perubahan gugatan, dimana hal tersebut sangat
penting diterapkan dalam praktik peradilan. Dalam buku pedoman MA, dijelaskan mengenai
syarat formil dalam mengajukan perubahan gugatan, yaitu[1]:
a. Pengajuan perubahan pada sidang yang pertama dihadiri tergugat
Syarat formil ini, ditegaskan oleh MA dalam buku pedoman, yang menyatakan:

 Diajukan pada hari sidang pertama, dan


 Dihadiri oleh para pihak

Dari ketentuan tersebut, penggugat juga tidak dibenarkan mengajukan perubahan gugatan:

 Di luar hari sidang, dan


 Pada sidang yang tidak dihadiri tergugat.

Tujuan dari syarat-syarat formil ini adalah untuk melindungi kepentingan tergugat dalam
membela diri. Jika perubahan dibenarkan di luar sidang dan di luar hadirnya tergugat, maka
akan dianggap sangat merugikan kepentingan tergugat.

b. Memberi hak kepada tergugat untuk menanggapi

Syarat formil ini pun digariskan oleh MA, yang menyatakan:

 Menanyakan kepada tergugat tentang perubahan gugatan yang bersangkutan,


 Memberi hak dan kesempatan kepada tergugat untuk menanggapi dan membela
kepentingannya.

c. Tidak menghambat acara pemeriksaan

Dalam hal ini, perubahan gugatan tidak boleh menghambat jalannya pemeriksaan di
pengadilan. Apabila perubahan gugatan tersebut menghambat jalannya pemeriksaan, maka
akan menjadi masalah baru lagi di antara kedua belah pihak yang berperkara, seperti
bertambahnya jangka waktu proses pemeriksaan sehingga memakan waktu yang lama dalam
proses penyelesaian perkaranya.
Perubahan gugatan tersebut diajukan kepada majelis hakim yang memeriksa perkara.
Apabila perubahan gugatan sudah diterima oleh hakim, maka hakim wajib untuk memeriksa
isi dari perubahan gugatan tersebut. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam
pemeriksaan tersebut terletak pada konten atau isi dari perubahan gugatan yang diajukan,
yakni apakah gugatan yang telah diubah itu bertentangan atau tidak bertentangan dengan
hukum. Oleh karena itu, peran hakim dalam masalah perubahan gugatan yang telah diajukan
ini sangat penting karena apabila isi dari perubahan gugatan tersebut bertentangan dengan
hukum, sedangkan hakim menyetujui perubahan gugatan yang bertentangan dengan hukum
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa hakim telah melanggar kewajibannya untuk
menegakkan keadilan.

3. Jika Anda mengajukan bukti-bukti ke persidangan, Anda harus mengetahui kekuatan


pembuktian alat bukti tersebut, supaya tidak sia-sia. Menurut Anda, apa saja kekuatan
pembuktian alat bukti tersebut ? Jelaskan jawaban Anda!
Jawaban :
Dalam sistem peradilan, keberadaan alat bukti sangat menentukan putusan hukum yang
diambil oleh hakim. Bukan merupakan rahasia umum, bahwa dalam persidangan sebelum
hakim menjatuhkan vonis selalu didahului dengan pemeriksaan para saksi dan bukti-bukti
lain yang dianggap dapatmendukungjalarmyaproses persidangan terutama dalam perkara
pidana.
Mengenai alat bukti yang sah , di atur dalam Pasal 184 KUHAP ayat 1, yaitu:
a. Keterangan saksi
b. Keteranaanahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. Keterangan terdakwa.
Kekuatan alat bukti dapat membuktikan putusan pengadilan bahwa putusan itu benar
sehingga si tersangka dinyatakan bersalah. Dalam penyelesaian perkara pidana, seseorang
dianggap bersalah apabila sudah ada putusan berkekuatan hukum tetap (inkracht). Kekuatan
alat bukti inilah yang mendukung putusan hakim di pengadilan dalam memutuskan perkara.
Kekuatan pembuktian alat bukti petunjuk didasari pengamatan hakim untuk menilai
persesuaian antara falcta-falcta yang ada dengan tindak pidana yang didakwakan dan
jugapersesuaian antaramasing-masing alat bukti dengan fakta dan tindak pidana yang
didakwakan. Dari kata adanya persesuaian dapat disimpulkan bahwa sekurang-lcurangnya
hams adaduapetunjuk untuk mendapatkan bukti yang sah. Kekuatan pembuktiannya terletak
pada hubungan banyak atau tidaknya perbuatan yang dianggap sebagai petunjuk dengan
perbuatan yang didakwakan kepada terdakwa.

Anda mungkin juga menyukai