Anda di halaman 1dari 4

Nama : Farhan Zuhdi Putra

NPM : 201000390

Mata Kuliah : Filsafat Hukum

Kelas :H

Dosen Pengampu : Dr. SUBELO WIYONO, S.H.,M.Pd.

1. Tuliskan contoh (minimal 3 kasus) yang sudah ada dalam praktek hukum dan memiliki sisi layak untuk disorot dari sudut filsafat hukum.
JAWABAN :
1) Kasus Pencurian Tiga Biji Kakao
Seorang nenek berumur 55 Tahun yang bernama Minah diganjar 1 bulan 15 hari penjara karena menyangka perbuatan isengnya memetik 3 buah
kakao di perkebunan milik PT. Rumpun Sari Antan (RSA) adalah hal yang biasa saja. Ironi hukum di Indonesia ini berawal saat Minah sedang memanen
kedelai di lahan garapannya di Dusun Sidoarjo, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Banyumas, Jawa Tengah, pada 2 Agustus lalu. Lahan garapan
Minah ini juga dikelola oleh PT RSA untuk menanam kakao.
Ketika sedang asik memanen kedelai, mata tua Minah tertuju pada 3 buah kakao yang sudah ranum. Dari sekadar memandang, Minah kemudian
memetiknya untuk disemai sebagai bibit di tanah garapannya. Setelah dipetik, 3 buah kakao itu tidak disembunyikan melainkan digeletakkan begitu saja di
bawah pohon kakao. Dan tak lama berselang, lewat seorang mandor perkebunan kakao PT RSA. Mandor itu pun bertanya, siapa yang memetik buah kakao
itu. Dengan polos, Minah mengaku hal itu perbuatannya. Minah pun diceramahi bahwa tindakan itu tidak boleh dilakukan karena sama saja mencuri.
Sadar perbuatannya salah, Minah meminta maaf pada sang mandor dan berjanji tidak akan melakukannya lagi. 3 Buah kakao yang dipetiknya pun
dia serahkan kepada mandor tersebut. Minah berpikir semua beres dan dia kembali bekerja. Namun dugaanya meleset. Peristiwa kecil itu ternyata
berbuntut panjang. Sebab seminggu kemudian dia mendapat panggilan pemeriksaan dari polisi. Proses hukum terus berlanjut sampai akhirnya dia harus
duduk sebagai seorang terdakwa kasus pencuri di Pengadilan Negeri (PN) Purwokerto. Majelis hakim yang dipimpin Muslih Bambang Luqmono SH
memvonisnya 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan selama 3 bulan. Minah dinilai terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar pasal 362 KUHP
tentang pencurian.
2) Kasus Baiq Nuril
Kasus hukum ini bermula saat Nuril yang saat itu masih bekerja sebagai pegawai honorer di SMAN 17 Mataram, merekam percakapan telepon
Kepala Sekolah kepadanya yang berkonten kesusilaan dan bernada melecehkan dirinya. Singkat cerita, melalui rekannya, rekaman pembicaraan tersebut
tersebar. Nuril pun dilaporkan atas sangkaan Pasal 27 (1) Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Proses hukum bergulir, Pengadilan
Negeri Mataram memberikan vonis bebas kepada Nuril.
Namun, Penuntut Umum mengajukan kasasi dan Mahkamah Agung akhirnya memvonis Nuril bersalah dengan hukuman pidana penjara 6 bulan
kurungan dan denda lima ratus juta rupiah. Inilah yang kemudian memunculkan polemik. Masyarakat memprotes putusan yang dianggapnya tidak adil
tersebut. Kekecewaan masyarakat kepada hukum sangat terasa melalui berbagai gerakan untuk membela Nuril, baik melalui penggalangan dana maupun
aksi demonstrasi. Mereka kecewa kepada hukum yang nyatanya malah memberi hukuman pada seorang korban pelecehan seksual.
3) Kasus Anak ‘SR’ dan Gugatan Kepolisian
Tindakan sewenang-wenang berujung penganiayaan aparat kepolisian saat menangani perkara anak usia 15 tahun, ‘SR’ alias Koko cukup mencuri
perhatian publik. Sekira 8 Juni 2009 silam, Koko ditangkap aparat dari Polsek Sektor Bojong Gede dan dituduh mencuri perangkat elektronik. Koko
bukanlah pelaku yang sebenarnya lantaran beberapa hari setelah penangkapan itu, pelaku sebenarnya telah tertangkap dan menyatakan bahwa Koko tidak
terlibat sama sekali.
Beruntung, Putusan PN Cibinong No.2101/Pid.B/2009/PN.CBN pada 10 Agustus 2009 membebaskan Koko dari segala tuntutan jaksa dan meminta
agar memulihkan hak-hak terdakwa secara kedudukan, harkat, serta martabat. Putusan itu sempat mendapat perlawan dari Kejari Cibinong dengan
mengajukan kasasi. Hasilnya, 20 Januari 2010 hakim agung menolak kasasi tersebut. Koko dan keluarganya tidak tinggal diam atas apa yang terjadi.
Melalui LBH Jakarta, pada 29 februari 2012 keluarga Koko menggugat secara perdata ke PN Cibinong. Sebagai catatan, gugatan perdata kepada
pihak kepolisian merupakan yang pertama kali. Sayangnya, PN Cibinong lewat putusan No. 36/Pdt.G/2012/PN.Cbn menolak gugatan tersebut. Namun,
langkah berani dan pertama tersebut menjadi preseden ketika Kepolisian melakukan tindakan sewenang-wenang saat menangani perkara

2. Bagian mana yang menurut Saudara (dari kasus yang Saudara tulis itu) layak direnungkan secara filosofis?
JAWABAN :
1) Pada kasus pertama, pada kasus pencurian tiga biji kakao hal yang layak direnungkan secara filosofis adalah Ketika nenek Minah kedapatan mengambil 3
buah kakao, yang secara ekonomi nilainya tidak seberapa, nenek Minah harus berurusan dengan hukum, karena perbuatan yang dilakukan nenek Minah
menurut hukum Pidana termasuk kepada perbuatan pidana yakni tindak pidana pencurian. Menurut Aliran Positivisme bagaimana pun hukum harus
ditegakkan tanpa melihat baik atau buruknya serta adil atau tidak adilnya. Hukum harus dilepaskan dari unsur-unsur sosial, karena tujuan dari aliran ini
adalah kepastian hukum. Menurut paham positivisme, setiap norma hukum harus eksis dalam alamnya yang obyektif sebagai norma-norma yang positif,
serta ditegaskan dalam wujud kesepakatan kontraktual yang konkret antara warga masyarakat atau wakil-wakilnya.
Dalam menjawab persoalan itu, sebagai negara yang menganut aliran positivisme, mau tidak mau cara berpikir aliran positivisme itulah yang harus
diterapkan. Inilah yang disebut dengan tertib berpikir. Dengan kata lain, terlepas dari serba keburukan-keburukan yang melekat pada aliran hukum
positivisme ini, cara memandang persoalannya harus dengan kacamata positivisme.
Karena melihat persoalan hukum ini melalui kacamata positivisme, maka harus melihat kembali fakta-fakta substansi hukum Pidana Indonesia dalam
menjawab persoalan ini, sebagai negara yang menganut aliran positivisme, mau tidak mau cara berpikir aliran positivisme itulah yang harus diterapkan.
Inilah yang disebut dengan tertib berpikir, sehingga hukum Pidana terlepas dari Ins konsistensi hukum. Dengan kata lain, terlepas dari serba keburukan-
keburukan yang melekat pada aliran hukum positivisme ini, cara memandang persoalannya harus dengan kacamata positivisme. Bukan dengan dasar
filosofis lainnya. Menurut Hans Kelsen, aliran positivisme hukum tidak mempersoalkan keadilan, karena hal tersebut bukan konsen dari hukum.
Setelah melihat dan menganalisis tentang kasus di atas maka secara jelas dalam kasus tersebut hakim terlalu normative dalam memutuskan perkara.
Hakim tidak memperhatikan kajian secara empiris dalam hal ini tidak memperhatikan aspek sosiologi. Contoh kasus tersebut di atas merupakan salah satu
bukti bahwa penegakan hukum di Negara kita hari ini masih sangat jauh dari harapan.
2) Pada kasus kedua, pada kasus Baik Nuril hal yang layak saya renungkan secara filosofis adalah Penegakan hukum yang dilakukan dalam kasus hukum Baiq
Nuril terlihat pada dua tahap pemeriksaan perkara pada tingkat pertama oleh Pengadilan Negeri Mataram yang memutuskan vonis bebas kepada Baiq
Nuril, dan pemeriksaan perkara pada tingkat kasasi oleh Mahkamah Agung yang berujung pada vonis bersalah dengan hukuman pidana sebagaimana
sudah disebutkan di atas. Paper ini akan menentukan ruang lingkupnya pada pembahasan mengenai pemeriksaan perkara pada tingkat kasasi yang
menghasilkan Putusan Mahkamah Agung No. 574K/Pid.Sus/2018 karena memang pada putusan inilah masyarakat ramai-ramai menyatakan
kekecewaannya mengenai cara berhukum yang dilakukan oleh Majelis Hakim yang memeriksa perkara di Mahkamah Agung tersebut.
Dalam hal ini Sejatinya, putusan hakim pada tingkat kasasi terhadap Baiq Nuril bukanlah sesuatu yang salah dalam cara berhukum seorang hakim. Dalam
khasanah aliran filsafat hukum, cara berpikir demikian terjabar melalui mahzab atau aliran Positivisme Hukum atau Legal Positivism. Hal ini berarti, hakim
yang memeriksa perkara Baiq Nurul di tingkat kasasi tersebut bisa kita identifikasi sebagai penganut aliran tersebut. Mereka melakukan telaah dalam
hakikat hukum atau kebenaran hukum yang tekstual. Sebuah pola berpikir kebenaran terhadap realitas hukum yang sah-sah saja diterapkan oleh seorang
hakim.
3) Pada kasus ketiga, pada kasus Anak ‘SR’ dan Gugatan Kepolisian hal yang layak saya renungkan secara filosofis adalah pada saat Koko/ (SR) ditangkap
aparat dari Polsek Sektor Bojong Gede dan dituduh mencuri perangkat elektronik. Karena dalam hal ini Koko bukanlah pelaku yang sebenarnya lantaran
beberapa hari setelah penangkapan itu, pelaku sebenarnya telah tertangkap dan menyatakan bahwa Koko tidak terlibat sama sekali. Dan kajian saya
filosofis saya tertuju pada saat keluarga koko/ (SR) keluarga Koko menggugat secara perdata ke PN Cibinong.
Dalam hal ini Sebagai catatan, gugatan perdata kepada pihak kepolisian merupakan yang pertama kali. Sayangnya,PN Cibinong lewat putusan No.
36/Pdt.G/2012/PN.Cbn menolak gugatan tersebut. Namun, langkahberani dan pertama tersebut menjadi preseden ketika Kepolisian melakukan tindakan
sewenang-wenang saat menangani perkara. Buktinya, gugatan perdata serupa di Padang, berhasil dikabulkandan pihak Kepolisian mesti membayar ganti
rugi Rp 100.700

3. Jelaskan pendapat Saudara berdasarkan bahan-bahan bacaan yang ada dalam RPS!
JAWABAN :
Menurut saya sebagai mahasiswa hukum, dalam hal ini bahan-bahan yang ada dalam RPS Filsafat Hukum adalah sebagai mata kuliah pembulat studi
mempelajari nilai-nilai dasar didalam hukum, asas-asas dasar dalam hukum, asas-asas hukum, tujuan hukum, keberlakuan hukum, dan aliran-aliran dalam filsafat
hukum. Nilai-nilai hukum itu adalah nilai-nilai antinomi, seperti nilai ketertiban – nilai kebebasan, nilai inovatisme – nilai konservatisme, nilai materialisme – nilai
spiritualisme, dan lain sebagainya. Asas hukum adalah fikiran dasar yang menjadi landasan bagi norma hukum, seperti asas kedaulatan rakyat, asas negara hukum,
asas facta sunt servanda, asas legalitas, dan lain sebagainya. Tujuan hukum adalah suatu keadaan atau situasi yang hendak dicapai oleh hukum, seperti kedamaian,
keadilan, kemajuan kesejahteraan, dan lain sebagainya. Keberlakuan hukum mengkaji landasan keabsahan hukum seperti landasan yuridhis, landasan sosiologis,
dan landasan filosofis. Aliran-aliran filsafat hukum adalah faham yang menekankan nilai-nilai tertentu seperti aliran hukum alam, aliran hukum positif dan
seterusnya.
Menurut analisis saya juga, berdasarkan bahan-bahan bacaan yang ada dalam RPS Filsafat ilmu Hukum memberikan prespektif bahwa keadilan diwujudkan
dalam hukum. Filsafat hukum berupaya memecahkan persoalan, menciptakan hukum yang lebih sempurna, serta membuktikan bahwa hukum mampu
memberikan penyelesaian persoalan-persoalan yang hidup dan berkembang di dalam masyarakat dengan menggunakan sistim hukum yang berlaku suatu masa,
disuatu tempat sebagai Hukum Positif. Tugas filsafat hukum masih relevan untuk menciptakan kondisi hukum yang sebenarnya, sebab tugas filsafat hukum adalah
menjelaskan nilai-nilai, dasardasar hukum secara filosofis serta mampu memformulasikan cita-cita keadilan, ketertiban di dalam kehidupan yang relevan dengan
kenyataankenyataan hukum yang berlaku, bahkan tidak menutup kemungkinan hukum menyesuaikan, guna memenhui kebutuhan perkembangan hukum pada
suatu masa tertenu, suatu waktu dan pada suatu tempat.
Rasa keadilan harus diberlakukan disetiap kehiduapn manusia yang terkait dengan masalah hukum, sebab hukum tertutama filsafat hukum menghendaki
tujuan hukum tercapai yaitu: Mengatur pergaulan hidup secara damai, Mewujudkan suatu kedilan , Meciptakan kondisi masyarakat yang tertib, aman dan damai
Hukum melindungi setiap kepentingan manusia dalam bermasyarakat, dan Meningkatkan kesejahteraan umum. Rasa keadilan yang dirumuskan hakim mengacu
pada pengertian-pengertian aturan baku yang dapat di pahami masyarakat dan berpeluang untuk dapat dihayati, karena rasa keadilan merupakan “soko guru” dari
konsep-konsep “the rule of law”. Hakim merupakan lambang dan benteng dari hukum jika terjadi kesenjangan rasa keadilan. Jika rasa keadilan hakim dan rasa
keadilan masyarakat tidak terjadi maka semakin besar ketidakpeduliannya terhadap hukum, karena pelaksanaan hukum menghindari anarki.

Anda mungkin juga menyukai