Oleh:
HASDIWANTI
NIM. B012212024
Tenggara Barat?
chaos legal theory terhadap penghentian penyidikan oleh Polda NTB dalam
kasus pembunuhan pelaku begal di NTB pada bulan April 2022 telah
di Desa Ganti, Kecamatan Praya Tumur, NTB yang terjadi pada dini hari
tanggal 10 April 2022. Dimana seorang warga bernama Amaq Sinta (AS)
1
Masyarakat memberikan kritik dan meminta kepolisian untuk
terkait dengan kasus tersebut. Polda NTB kemudian mengambil alih kasus
tersebut pada tanggal 14 April 2022 dan tidak lama setelahnya, yakni pada
teknologi dan masyarakat mampu untuk merusak pola atau sistem dalam
hukum itu sendiri. Dan penegak hukum yang seolah tidak berdaya dan
dalam kasus di atas menurut penulis bertentangan dengan sistem atau pola
yang sudah diatur dalam norma hukum itu sendiri, serta tidak sesuai
dengan porsi atau pembagian peran para penegak hukum. Dimana yang
yang terorganisir, tetapi pada waktu yang sama juga tunduk pada kekuatan-
2
(disorder). Dalam hal ini teori chaos mencoba untuk menjelaskan realitas
yang terjadi tersebut dan melihat hukum dari sisi yang berbeda.
menurut penulis tidak sesuai dengan hukum acara sebagaimana yang telah
diatur secara jelas dalam KUHAP serta apa yang telah ditetapkan dalam
korban yang pertama. Tentunya, salah satu syarat suatu perbuatan dapat
dalam hukum pidana adalah adanya serangan, sementara dalam kasus ini,
ini menurut pandangan chaos legal theory untuk melihat apakah benar
3
serta bagaimana kekacauan tersebut bisa terjadi dan bagaimana
tersebut menjadi teratur. Ada tiga indikator yang akan penulis gunakan
melaksanakan hukum.
tersangka. Opini yang digiring solah-olah hanya ada satu kasus dimana
korban dijadikan pelaku dan begal yang selamat kemudian menjadi saksi.
Padahal sangat jelas ada dua jenis perkara pidana dalam hal ini, yaitu
tepat ketika kemudian Amaq Sinta ditetapkan sebagai tersangka dan juga
karena sudah sangat jelas bahwa itu merupakan tindak pidana. Dimana
membutuhkan dua bukti yang cukup. Dalam hal ini, senjata dan keterangan
4
saksi sudah cukup untuk menetapkan Amaq Sinta sebagai tersangka, pun
dan karena itu adalah sebuah pembelaan diri. Padahal, berdasarkan Pasal
7 ayat (1) huruf i Jo. Pasal 109 ayat (2) KUHAP, penyidik dapat
bahwa:
5
(3) Penghentian penyidikan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
Hal penting yang harus dicatat disini adalah bahwa hasil gelar
penyidikan,
pemaaf, baik itu berupa pembelaan diri, daya paksa, dan sebagainya
apa yang selama ini diyakini oleh para tokoh legal positivism yang
6
Dalam teori chaos dikemukakan bahwa masyarakat pada dasarnya
tanpa sistem atau dalam kondisi yang asimetris/disorder dengan apa yang
disebut sebagai social melee (cair), dan hukum adalah bagian dari kondisi
berbeda oleh para pihak. Dengan demikian apa yang dipermukaan tampak
melawan apa yang telah ditetapkan oleh penegak hukum tanpa mengetahui
pola atau sistem yang sebenarnya terkait dengan proses hukum itu sendiri,
alasan demi keadilan karena tindakan yang dilakukan oleh Amaq Sinta
penyidikan jelas alat buktinya belum sah, karena lagi-lagi hakimlah yang
berhak menilainya.
hukum dengan melihat dunia hukum sebagai sesuatu yang tidak selalu
harus dilihat semata-mata sebagai sebuah dunia yang serba tertib dan
teratur, melainkan harus pula dilihat dalam keadaan yang tidak beraturan
7
(kacau/chaos). Hukum tunduk pada kekuatan-kekuatan sentripetal yang
menciptakan institusi yang terorganisir, tetapi pada waktu yang sama juga
ketidakteraturan (disorder).
yang menurut teori hukum chaos adalah situasi hukum yang kacau. Dan
atau sistem hukum yang ada, hakimlah yang memiliki hak untuk
Keadaan yang kacau ini akan terus berlanjut pada kondisi yang
dikenal dalam teori hukum chaos sebagai butterfly effect. Maka langkah
yang paling tepat yang harus diambil oleh penegak hukum yakni dengan
mengedukasi masyarakat terkait dengan pola dan sistem hukum yang ada
8
pendekatan untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat terlebih dulu.