PERKARA PIDANA
Merry Chrystin Silaen
Silaenchrystin@yahoo.co.id
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako Palu
Abstract
The reconstruction results shall be stated in reconstruction report completed with photos of
acts demonstrated during the reconstruction. The photos pertaining to be integral parts and
inseparable from reconstruction report are often adopted by the investigators to investigate
certains crimes. The research question was how reconstruction existence in a criminal case could
support evidences contained a police investigation report and what their hindrances were. The
research was supposed to identify the capacity of reconstructions in a criminal case to strengthen
crime evidences declared in a police investigation report was and their hindrances were. It was
socio-legal research , i.e.:a legal and non legal oriented research to study the mechanisme of both
legal and non legal aspect in the society. The reconstructions detailed in the reconstruction report
shall serve as supplements to complete a police a police investigations report certains criminal
cases to disclose material truths in a crime proofing as basis for sentencing a verdict. The
hindrances arise when reconstruction are based on result of presumption from unprovable
material truth resources of investigation, instead of evidences factually found in an investigation.
Keywords: reconstruction, proofing, material truth;
196
197 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019
Secara yuridis, meski tidak secara eksplisit, Dalam mencari kebenaran yang hakiki
pengakuan asas kesalahan ini sudah tertuang para penegak hukum seperti hakim, jaksa
pada Undang-Undang No.48 Tahun 2009 dan polisi, khususnya para petugas Penyidik
Tentang Kekuasaan Kehakiman. Dalam dan Penyidik Pembantu dari Kesatuan
pasal 6 ayat (2) disebutkan bahwa: ´7LGDN Reserse Kriminil, perlu melengkapi diri
seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali dengan Ilmu Kriminalistik.
apabila pengadilan karena alat pembuktian Menurut James W.Osterberg,
yang sah menurut undang-undang mendapat kriminalistik ialah suatu profesi dan disiplin
keyakinan bahwa seseorang yang diangggap ilmu yang bertujuan untuk mengenal,
dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas identifikasi, individualisasi, dan evaluasi
perbuatan yang didakwakan atas diriQ\D ´ bukti-bukti fisik dengan jalan menerapkan
Menyangkut permasalahan pokok dalam ilmu-ilmu alam dalam masalah hukum dan
Hukum Pidana, berarti membicarakan ilmu.
mengenai hukum acara pidana dimana Kriminalistik merupakan ilmu
hukum tersebut berfungsi untuk pengetahuan tentang penyidikan dan
menjalankan hukum pidana materiil, pengusutan suatu kejahatan, yang membantu
sehingga disebut Hukum Pidana Formal atau aparat penegak hukum untuk menegakkan
Hukum Acara Pidana. Hukum acara pidana keadilan. Upaya menegakkan keadilan dalam
berhubungan erat dengan hukum pidana pemeriksaan suatu perkara pidana tertentu,
karena itu sebagai pelaksana hukum sehubungan dengan penyidikan suatu kasus,
acaranya, aparat penegak hukum seperti dilaksanakan dengan apa yang dinamakan
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan rekonstruksi atau reka ulang. Kenyataannya,
berkewajiban untuk menegakkannya agar reka ulang atau rekonstruksi tidak selalu
tercapainya keadilan di dalam masyarakat. dilaksanakan dalam setiap kasus pidana, dan
Tujuan hukum acara pidana adalah hanya dilakukan jika aparat penegak hukum
untuk mencari dan mendapatkan atau menganggap hal tersebut diperlukan.
setidak-tidaknya mendekati kebenaran Hukum bermacam-macam jenisnya,
materiil, ialah kebenaran yang selengkap- salah satu diantaranya adalah hukum pidana.
lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan Dalam ruang lingkup hukum pidana yang
menerapkan ketentuan hukum acara pidana luas, baik hukum pidana substantif (materil)
secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk maupun hukum acara pidana. Hukum acara
mencari siapakah pelaku yang dapat pidana sendiri berfungsi untuk menjalankan
didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum pidana substantif (materil), sehingga
hukum, dan selanjutnya meminta disebut hukum pidana formil atau hukum
pemeriksaan dan putusan dari pengadilan acara pidana.
guna menemukan apakah terbukti bahwa Pada prakteknya, dalam sidang
suatu tindak pidana telah dilakukan dan pemeriksaan di pengadilan, selain
apakah orang yang didakwa itu dapat menggunakan alat bukti yang telah dijelaskan
dipersalahkan. dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, biasanya
Keadaan tersebut mendorong aparat pada kasus - kasus tindak pidana tertentu,
penegak hukum dan orang-orang yang seperti pembunuhan, perampokan,
menaruh perhatian terhadap kehidupan pemerkosaan dan lainnya, terdapat suatu alat
masyarakat untuk menciptakan dan bukti atau semacam petunjuk lain yang biasa
mengembangkan metode-metode untuk disebut sebagai rekonstruksi tindak pidana.
menyidik, mengejar dan mengungkap Maksud diadakannya adalah memperkuat
kejahatan, yang kemudian dikenal dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dibuat
istilah kriminalistik. oleh Penyidik, selain itu juga untuk membuat
199 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019
terang dan memberikan gambaran tentang digunakan untuk memecahkan suatu masalah
terjadinya suatu tindak pidana dengan jalan hukum dalam kenyataan (in concrete).
memperagakan kembali cara tersangka Penelitian lapangan dilakukan dengan
melakukan tindak pidana, sehingga lebih menggunakan in-depth interview (wawancara
meyakinkan kepada pemeriksa tentang mendalam) untuk memperoleh data berupa
kebenaran keterangan tersangka ataupun pandangan, pemikiran, dan pendapat para
saksi. informan. Data primer tersebut dimaksudkan
Pelaksanaan rekonstruksi disamping untuk memperoleh konfirmasi serta
harus dilakukan di tempat kejadian perkara melengkapi penelitian berdasarkan studi
(TKP), atau ditempat lain jika keadaan tidak kepustakaan.
memungkinkan, juga harus dibuatkan berita Jadi pada dasarnya penelitian ini
acara yang disebut Berita Acara Rekonstruksi dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu normatif
yang dilengkapi dengan foto adegan yang untuk meneliti substansi hukum yang terkait
dilakukan selama rekonstruksi berlangsung. dengan perlindungan hukum terhadap korban
Foto-foto tersebut merupakan kelengkapan tindak pidana dan melakukan penelitian
yang tak dapat dipisahkan dari berita acara sosiologis untuk mengetahui pandangan para
rekonstruksi tersebut. Dalam prakteknya, informan terkait masalah perlindungan
ternyata rekonstruksi sering dipakai oleh hukum terhadap korban tindak pidana
penyidik dalam kasus tindak pidana tertentu. sehingga tipe penelitian ini secara
keseluruhan adalah socio-legal research yang
METODE diuraikan secara deskriptif.
Januari 2015 sekitar pukul 10.00 wita posisi korban Sdra. FADELA berlari kebelakang
saksi Sdra. KEVIN berdampingan dengan dengan terpincang-pincang.
saksi Sdra. LUKAS tampak penembak Berdasarkan keterangan saksi sdra.
berjongkok di sisi kiri jalan dan kanan jalan SAHRUL HIDAYAT alias IYAT, saksi
di balik meja yang di jadikan tameng. TAUFIK alias ACO dan saksi sdra. EMAN:
Adegan ke ± 3 Berdasarkan keterangan Panorama korban Sdra. FADEL terjatuh dan
saksi sdra. KEVIN, saksi SAHRUL di angkat oleh masyarakat.
HIDAYAT alias IYAT, saksi TAUFIK alias Adegan ke ± 10 Berdasarkan
ACO dan saksi sdra.EMAN: Panorama keterangan saksi sdra.TAUFIK alias AGO
penembak pada sisi kiri jalan dan kanan jalan dan saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias
dalam posisi jongkok membidik dan IYAT: Panorama korban Sdra. FADEL di
menembakan senjata yang dipegangnya ke bawa dengan menggunakan sepeda motor
arah warga tanggiso terdengar suara Adegan ke -11 Berdasarkan keterangan
tembakan 2 (dua) kali secara beruntun. saksi sdra. KEVIN: Panorama Saksi Sdra.
Adegan ke ± 4 Berdasarkan keterangan FERI Alias KEVIN melihat penembak 1
saksi sdra. KEVIN, saksi sdra.SAHRUL membuka cadar dan mengusap keringat di
HIDAYAT alias IYAT, saksi sdra. TAUFIK wajahnya yang mana saksi Sdra. FERI Alias
alias AGO dan saksi sdra.EMAN : Panorama KEVIN kenal dengan penembak 1 yang
2 (dua) penembak yang berada di sisi sebelah adalah seseorang yang bernama Sdra.
kanan dan kiri jalan mundur kebelakang JEMMY yang tinggal di kelurahan Pengawu.
untuk mengisi amunisi peluruh. Pelaksanaan rekonstruksi ini selain
Adegan ke ± 5 Berdasarkan keterangan dilaksanakan oleh para saksi-saksi juga
saksi sdra. KEVIN, saksi SAHRUL diundang unsur lain seperti intelejen,
HIDAYAT alias IYAT, saksi TAUFIK alias propam, siwas dan ahli hukum pidana, hal ini
AGO dan saksi sdra.EMAN: Panorama bertujuan untuk mendapatkan hasil yang
kedua penembak kembali ke posisi semula lebih objektif dan dapat dipertanggung
kemudian menembakan kembali senjata jawabkan serta meyakinkan penyidik untuk
mereka dan terdengar 2 (dua) kali suara mengambil langkah-langkah selanjutnya.
letusan. Setelah Berita Acara Pemeriksaan
Adegan ke ± 6 Berdasarkan keterangan secara Rekonstruksi ini selesai dibuat,
saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias IYAT, kemudian dibacakan kembali dan
saksi TAUFIK alias ACO dan saksi diperlihatkan foto-foto adegan kepada
sdra.EMAN: Panorama korban Sdra. FADEL masing-masing yang terlibat dalam
terkena tembakan dan berlari kearah tameng Rekonstruksi dan masing-masing
yang dipegang Saksi Sdra. SYAHRUL menyatakan setuju dan membenarkan semua
HIDAYAT Alias IYAT. adegan dan foto yang terlampir pada Berita
Adegan ke ± 7 Berdasarkan keterangan Acara Pemeriksaan Rekonstruksi ini, untuk
saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias IYAT menguatkannya masing-masing
dan saksi sdra.EMAN: Panorama korban membubuhkan tanda tangan saksi-saksi yang
Sdra. FADEL mendekati saksi Sdra. melakukan adegan tersebut di atas.
SYAHRUL HIDAYAT Alias IYAT dan Dalam melakukan pemeriksaan
mengatakan " NAMBELA YAKU "(KENA rekonstruksi perkara pidana dilakukan
SAYA). dengan memeriksa hal-hal dalam kasus
Adegan ke ± 8 Berdasarkan keterangan penembakan terhadap korban yang
saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias IYAT meninggal dunia pada kejadian antar
dan saksi TAUFIK alias ACO: Panorama kampung sebagai berikut:
203 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019
a. Darah dan analisis pola darah stain, yang 1. Identitas korban: Fadel terkena
meliputi; tembakan,
Identitas korban: Fadel terkena tembakan, 2. Identitas pelaku: Jemmy (pelaku
Identitas pelaku: Belum diketahui karena tembakan)
memakai topeng, nanti 3. Posisi korban: tersungkur setelah kena
1. Posisi dan lokasi korban: Berhadapan tembakan
dengan pelaku, berjarak kurang lebih Posisi pelaku: mundur kebelakang
10 meter membuka topeng ditempat kejadian
2. Posisi dan lokasi pelaku: berhadapan 4. Sidik jari pelaku : belum diambil
dengan korban, yang berada disebelah 5. Jejak sepatu pelaku: belum diambil
kanan korban. 6. Jejak ban dan posisi Kendaraan: belum
3. Gerakan oleh korban/ pelaku Di TKP: ditemukan
saling berhadapan dan saling Sebelum dalam pelaksanaan
menyerang satu sama lain. rekonstruksi perkara maka dilakukan
4. Identifikasi lokasi kejadian: di Pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Kelurahan Duyu adalah tindakan atas kegiatan-kegiatan
5. Jumlah pukulan yang dilakukan: tidak setelah tindakan pertama di tempat kejadian
dapat diindentifikasi karena mereka perkara (TPTKP), dengan maksud untuk
menggunakan senjata dum-dum. mencari, mengumpulkan, mengevaluasi.
6. Jenis senjata yang digunakan: Senjata menganalisa, petunjuk-petunjuk, keterangan
rakitan dan bukti serta identitas tersangka menurut
a. Dokumen, yang meliputi; teori "bukti segitiga" guna memberi arah
1. Dokumen yang rusak (sobekan kertas): terhadap penyidikan selanjutnya.
tidak ada dokumen yang rusak Adapun tata urutan pelaksanaan olah
2. Tulisan yang samar : - Tempat Kejadian Perkara yang berdasar pada
b. Senjata, yang meliputi; petunjuk teknis Kepotisian Repubtik
1. Lintasan: jalan umum Indonesia dengan nomor polisi JUKNIS
2. Tembakan jarak jauh : tembakan bukan 01/11/1982 tentang penanganan tempat
jarak jauh kejadian perkara (TKP) menyebutkan sebagai
3. Posisi dan lokasi korban: berhadap- berikut :
hadapan dipisahkan dengan masing- a) Pengamatan umum (general observation)
maing memegang tameng b) Pemotretan
4. Posisi dan lokasi pelaku: berhadap- c) Pembuatan sketsa
hadapan dipisahkan dengan masing- Namun proses olah tempat kejadian
maing memegang tameng perkara belum dapat dilaksanakan secara
5. Urutan tembakan: tidak bisa di deteksi maksimal karena tempat kejadian perkara
tetapi diperkirakan tembakan yang telah terlambat dilakukan karena barang
ketiga. bukti telah tidak ditemukan seperti senjata
6. Arah tembakan: dari depan kanan rakitan dan peluru yang digunakan belum
korban. dapat dilakukan penyitaan secara maksimal.
7. Kemungkinan luka yang dibuat sendiri Kemudian pemotretan belum dapat
dengan sengaja: tidak ada bukti fisik dilakukan secara maksimal karena beberapa
8. Identifikasi senjata yang digunakan: pelaku tawuran sudah bubar dan lari
senjata rakitan meninggalkan tempat kejadian. Begitu pula
c. Bukti fisik (sidik jari, sepatu, jejak ban para saksi yang terlibat langsung dan melihat,
kendaraan), yang meliputi; belum dapat diperiksa karena mereka takut
dengan polisi bilamana mereka dijadikan
Merry Chrystin Silaen., Eksistensi Rekonstruksi dalam Pembuktian Perkara Pidana ««««««««««««204
saksi dan pelaku dalam tawuran antar utama Jemmy belum dilakukan pemeriksaan
kampung. karena ia telah menjadi buron polisi atau
Dalam hal ini penyidik melakukannya masuk dalam daftar pencarian orang.
dengan 4 (empat) cara, yaitu Pertama, Kemudian pelaku lainnya sampai sekarang
melakukan interview / wawancara. Kedua, belum juga ditahan karena persoalan teknis
menggolongkan sebagai saksi dan atau dan adanya tekanan dari pihak-pihak internal
orang-orang yang diduga sebagai tersangka. dan eksternal tidak mendukung dilakukannya
Ketiga, melakukan pemeriksaan singkat penyidikan secara tuntas.
terhadap saksi dan orang-orang yang diduga Berdasarkan uraian tersebut di atas
sebagai tersangka. Keempat, melakukan rekonstruksi perkara merupakan salah satu
pemeriksaan terhadap korban, keadaan tehnik pemeriksaan dalam rangka
korban, sikap korban atau dibawa ke rumah penyidikan, dengan jalan memperagakan
sakit/ dokter ahli untuk dimintakan VER kembali cara tersangka melakukan tindak
(visum et repertum). pidana atau pengetahuan saksi, dengan tujuan
Selanjutnya penanganan saksi-saksi untuk mendapat gambaran yang jelas tentang
tersebut di atas belum dapat dilakukan secara terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk
maksimal karena banyak saksi-saksi yang menguji kebenara keterangkan atau saksi
terlibat langsung tidak mau menjadi saksi, sehingga dengan demikian dapat diketahui
karena takut mereka nanti menjadi tersangka. benar tidaknya tersangka tersebut sebagai
Begitupula visum et repertum yang dilakukan pelaku dituangkan dalam Berita Acara
terhadap Fadel yang menjadi korban dalam Pemeriksaan Rekonstruksi tidak dapat
tawuran tidak dapat dilakukan secara dilakukan secara maksimal karena terkendala
maksimal karena setelah mengalami oleh berbagai hambatan-hambatan non
perawatan di ruangan ICU Rumah Sakit yuridis.
Umum Anutapura, pihak keluarga menolak Dari penelitian yang dilakukan di
permintaan penyidik melakukan visum et Polres Palu, hambatan-hambatan tersebut
repertum yang dilakukan secara medis terdiri dari, yaitu:
sehingga menyulitkan bagi penyidik untuk
menarik kesimpulan apa yang menjadi Hambatan dari Luar Kepolisian
penyebab Fadel yang terkena tembakan (Hambatan Eksternal)
meninggal. Visum et repertum yang a) Tempat Kejadian Perkara (TKP)
dilakukan penyidik hanya visum luar di mana Kota Palu termasuk wilayah yang
tempat terkenanya peluru dipangkal paha cukup luas dan lokasi kejadian sering
atas. terjadi didaerah pinggiran kota. Ketika
Selanjutnya penanganan pelaku berupa suatu tindak pidana terjadi Polisi
tindakan yang dilakukan penyidik terhadap membutuhkan waktu yang lama, untuk
pelaku dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu menuju ketempat kejadian. Untuk menuju
Pertama, penyidik melakukan penangkapan, tempat kejadian (TKP) sering pula mereka
penggeledahan badan, dan pengamanannya. dihambat oleh masyarakat yang terlibat
Kedua, penyidik meneliti dan mengamankan tawuran dengan menutup jalan sehingga
bukti-bukti yang terdapat pada pelaku. Polisi harus membersihkan jalan tersebut
Ketiga, penyidik melakukan pemeriksaan untuk dilalui.
singkat untuk memperoleh keterangan b) Faktor Waktu
sementara mengenai hal-hal berhubungan Apabila ada peristiwa yang baru
dengan kejadian. diketahui setelah cukup lama terjadi maka
Penanganan pelaku belum dapat akan besar kemungkinan bukti-bukti yang
dilakukan secara maksimal karena pelaku ada pada tempat kejadian sudah
205 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019