Anda di halaman 1dari 11

EKSISTENSI REKONSTRUKSI DALAM PEMBUKTIAN

PERKARA PIDANA
Merry Chrystin Silaen
Silaenchrystin@yahoo.co.id
Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Tadulako Palu

Abstract
The reconstruction results shall be stated in reconstruction report completed with photos of
acts demonstrated during the reconstruction. The photos pertaining to be integral parts and
inseparable from reconstruction report are often adopted by the investigators to investigate
certains crimes. The research question was how reconstruction existence in a criminal case could
support evidences contained a police investigation report and what their hindrances were. The
research was supposed to identify the capacity of reconstructions in a criminal case to strengthen
crime evidences declared in a police investigation report was and their hindrances were. It was
socio-legal research , i.e.:a legal and non legal oriented research to study the mechanisme of both
legal and non legal aspect in the society. The reconstructions detailed in the reconstruction report
shall serve as supplements to complete a police a police investigations report certains criminal
cases to disclose material truths in a crime proofing as basis for sentencing a verdict. The
hindrances arise when reconstruction are based on result of presumption from unprovable
material truth resources of investigation, instead of evidences factually found in an investigation.
Keywords: reconstruction, proofing, material truth;

Manusia sebagai makhluk sosial selalu disebabkan pengaruh perkembangan


hidup dalam pergaulan hidup manusia. Jika teknologi dan informasi serta komunikasi
diteliti kasus-kasus kriminal yang terjadi di sosial yang semakin kompleks. Pergeseran
lingkungan masyarakat maka ada dijumpai sosial yang diikuti dengan konflik sosial,
seseorang yang sudah menjalani hukuman di konflik budaya dan konflik norma, jelas akan
penjara, ternyata terungkap sama sekali tidak diikuti dengan pelanggaran-pelanggaran
bersalah, dikarenakan salah tindak dari aparat norma sosial termasuk norma hukum. Salah
penegak hukum melalui putusan hakim yang satu bentuk konkrit dari pelanggaran norma
keliru, divonis salah dan karenanya menjalani tersebut adalah tindak pidana.
hukuman, dan kasus-kasus tersebut tidak Untuk menangani tindak pidana
diusut lagi. Seperti pada kasus, dan secara tersebut berpatokan pada hukum positif yang
alamiah setiap individu selalu menyelaraskan berlaku di Indonesia. Indonesia adalah negara
dan menyesuaikan dirinya dengan kehendak yang berdasarkan atas hukum (rechstaat),
kelompok manusia dimana pun ia berada oleh karena itu sudah sepantasnya selalu
dan dalam keadaan demikian ia selalu menjunjung tinggi keadilan dan ketertiban
berorganisasi sehingga tercipta suatu dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
keteraturan dan ketertiban dalam pergaulan dalam hal tersebut maka hak asasi manusia
hidup tersebut. Pergaulan hidup sesama harus di hormati dan dijunjung tinggi. Untuk
manusia inilah yang disebut sebagai mencapai hal tersebut diperlukan suatu
masyarakat. aturan-aturan atau ketentuan-ketentuan yang
Kehidupan masyarakat yang dalam dibuat oleh penguasa yang berwenang
pergaulan dengan sesamanya yang teratur dengan tujuan untuk mengatur, melindungi,
dan tertib tersebut kemudian mengalami menjaga dan memelihara kehidupan warga
pergeseran dalam perkembangannya. Hal itu negaranya.

196
197 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019

Pelanggaran terhadap aturan-aturan diarahkan agar orang lain atau kelompok


atau ketentuan, sudah barang tentu lain dicurigai.
penyelesaiannya adalah berdasarkan hukum Keadaan tersebut disebabkan karena
positif yang telah dibuat. Hukum positif itu adanya kesalahan analisa dan konklusi
sendiri adalah hukum yang berlaku sebagai aparat penegak hukum yang keliru, maka
hukum bagi masyarakat pada suatu waktu dalam problema tindak pidana di tengah
dan tempat tertentu. Sebagai sumber dari masyarakat, khususnya melalui upaya ahli
hukum positif pada umumnya adalah yang mendalami masalah hukum dan pidana,
undang-undang, kebiasaan, ilmu pengetahuan berusaha mengurangi korban-korban tak
hukum dan jurisprudensi. bersalah yang terkena tindakan hukum. Hal
Jika seseorang diduga telah melakukan ini mengingat bahwa tujuan dari hukum
suatu tindak pidana, maka pembuktian benar pidana adalah melindungi dan
tidaknya dugaan itu adalah melalui beberapa menyelamatkan individu atas kejahatan yang
tahapan proses sesuai dengan ketentuan terjadi dalam lingkungan masyarakatnya,
KUHAP. Jika kesalahan yang disangkakan sehingga tujuan tersebut harus dijaga agar
kepada tersangka/ terdakwa terbukti maka adanya perbuatan pidana yang telah
kepadanya akan dijatuhkan sanksi sesuai membawa korban tambahan yang
dengan apa yang diatur dalam hukum pidana disebabkan kesalahan dalam penyidikan
materiil (KUHP). peristiwa pidana tersebut, atau mungkin
Namun dalam praktek sering terjadi tidak ada kejahatan yang oleh karena
salah tangkap sebagaimana yang dialami penyidikan yang tidak hati-hati
saudara Maman Sugianto alias Sugik yang menyebabkan orang yang tidak bersalah
disangka melakukan pembunuhan terhadap dihukum oleh pengadilan.
Asrori oleh polisi Jombang yang diputus Berbicara mengenai Hukum Pidana
bersalah oleh hakim. berarti tidak dapat dilepaskan dari
Kasus terjadinya orang yang tidak permasalahan pokok dalam hukum Pidana
bersalah di mana harus menjalani hukuman itu sendiri. Semua permasalahan tersebut
adalah diluar kehendak masyarakat itu memiliki hubungan sebab akibat yang
sendiri, bahkan masyarakat prihatin akan hal apabila tidak dipenuhi salah satunya maka
ini. Menurut Soedjono. D hal tersebut dapat tidak akan ditemukan suatu keadilan hukum.
disebabkan oleh 2 (dua) kemungkinan: Untuk dapat diadakan suatu
a. Tindakan penyalahgunaan wewenang atau pemidanaan, selain ia telah terbukti
pengingkaran sumpah jabatan oleh melakukan suatu perbuatan yang melanggar
oknum-oknum penegak hukum tertentu undang-undang, masih diperlukan adanya
secara pribadi. syarat, yaitu orang yang melakukan tindak
b. Kemungkinan ketidaksengajaan, karena pidana itu harus mempunyai kesalahan.
ada diantara kasus-kasus kematian Pembebanan unsur atau syarat kesalahan
seseorang yang tidak jelas, yang terkadang dalam pemberian pidana (pemidanaan)
kematian bisa terjadi karena penyakit atau berarti ada pengakuan atas berlakunya ´DVDV
kecelakaan tetapi disangka karena pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder
pembunuhan dan seseorang dicurigai lalu schuld ´ Asas ini merupakan asas yang
dituntut dan dihukum, demikian pula fundamental dalam hukum pidana, yaitu
untuk kejahatan - kejahatan misterius dalam pertanggungjawaban pidana.
lainnya dalam perampokan, Tidak dicantumkannya asas kesalahan
penyelundupan dan lain-lain yang dapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
meninggalkan jejak-jejak yang justru (KUHP) Indonesia, bukan berarti asas
tersebut tidak diakui dalam proses peradilan.
Merry Chrystin Silaen., Eksistensi Rekonstruksi dalam Pembuktian Perkara Pidana ««««««««««««198

Secara yuridis, meski tidak secara eksplisit, Dalam mencari kebenaran yang hakiki
pengakuan asas kesalahan ini sudah tertuang para penegak hukum seperti hakim, jaksa
pada Undang-Undang No.48 Tahun 2009 dan polisi, khususnya para petugas Penyidik
Tentang Kekuasaan Kehakiman. Dalam dan Penyidik Pembantu dari Kesatuan
pasal 6 ayat (2) disebutkan bahwa: ´7LGDN Reserse Kriminil, perlu melengkapi diri
seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali dengan Ilmu Kriminalistik.
apabila pengadilan karena alat pembuktian Menurut James W.Osterberg,
yang sah menurut undang-undang mendapat kriminalistik ialah suatu profesi dan disiplin
keyakinan bahwa seseorang yang diangggap ilmu yang bertujuan untuk mengenal,
dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas identifikasi, individualisasi, dan evaluasi
perbuatan yang didakwakan atas diriQ\D ´ bukti-bukti fisik dengan jalan menerapkan
Menyangkut permasalahan pokok dalam ilmu-ilmu alam dalam masalah hukum dan
Hukum Pidana, berarti membicarakan ilmu.
mengenai hukum acara pidana dimana Kriminalistik merupakan ilmu
hukum tersebut berfungsi untuk pengetahuan tentang penyidikan dan
menjalankan hukum pidana materiil, pengusutan suatu kejahatan, yang membantu
sehingga disebut Hukum Pidana Formal atau aparat penegak hukum untuk menegakkan
Hukum Acara Pidana. Hukum acara pidana keadilan. Upaya menegakkan keadilan dalam
berhubungan erat dengan hukum pidana pemeriksaan suatu perkara pidana tertentu,
karena itu sebagai pelaksana hukum sehubungan dengan penyidikan suatu kasus,
acaranya, aparat penegak hukum seperti dilaksanakan dengan apa yang dinamakan
kepolisian, kejaksaan dan pengadilan rekonstruksi atau reka ulang. Kenyataannya,
berkewajiban untuk menegakkannya agar reka ulang atau rekonstruksi tidak selalu
tercapainya keadilan di dalam masyarakat. dilaksanakan dalam setiap kasus pidana, dan
Tujuan hukum acara pidana adalah hanya dilakukan jika aparat penegak hukum
untuk mencari dan mendapatkan atau menganggap hal tersebut diperlukan.
setidak-tidaknya mendekati kebenaran Hukum bermacam-macam jenisnya,
materiil, ialah kebenaran yang selengkap- salah satu diantaranya adalah hukum pidana.
lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan Dalam ruang lingkup hukum pidana yang
menerapkan ketentuan hukum acara pidana luas, baik hukum pidana substantif (materil)
secara jujur dan tepat dengan tujuan untuk maupun hukum acara pidana. Hukum acara
mencari siapakah pelaku yang dapat pidana sendiri berfungsi untuk menjalankan
didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum pidana substantif (materil), sehingga
hukum, dan selanjutnya meminta disebut hukum pidana formil atau hukum
pemeriksaan dan putusan dari pengadilan acara pidana.
guna menemukan apakah terbukti bahwa Pada prakteknya, dalam sidang
suatu tindak pidana telah dilakukan dan pemeriksaan di pengadilan, selain
apakah orang yang didakwa itu dapat menggunakan alat bukti yang telah dijelaskan
dipersalahkan. dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP, biasanya
Keadaan tersebut mendorong aparat pada kasus - kasus tindak pidana tertentu,
penegak hukum dan orang-orang yang seperti pembunuhan, perampokan,
menaruh perhatian terhadap kehidupan pemerkosaan dan lainnya, terdapat suatu alat
masyarakat untuk menciptakan dan bukti atau semacam petunjuk lain yang biasa
mengembangkan metode-metode untuk disebut sebagai rekonstruksi tindak pidana.
menyidik, mengejar dan mengungkap Maksud diadakannya adalah memperkuat
kejahatan, yang kemudian dikenal dengan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang dibuat
istilah kriminalistik. oleh Penyidik, selain itu juga untuk membuat
199 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019

terang dan memberikan gambaran tentang digunakan untuk memecahkan suatu masalah
terjadinya suatu tindak pidana dengan jalan hukum dalam kenyataan (in concrete).
memperagakan kembali cara tersangka Penelitian lapangan dilakukan dengan
melakukan tindak pidana, sehingga lebih menggunakan in-depth interview (wawancara
meyakinkan kepada pemeriksa tentang mendalam) untuk memperoleh data berupa
kebenaran keterangan tersangka ataupun pandangan, pemikiran, dan pendapat para
saksi. informan. Data primer tersebut dimaksudkan
Pelaksanaan rekonstruksi disamping untuk memperoleh konfirmasi serta
harus dilakukan di tempat kejadian perkara melengkapi penelitian berdasarkan studi
(TKP), atau ditempat lain jika keadaan tidak kepustakaan.
memungkinkan, juga harus dibuatkan berita Jadi pada dasarnya penelitian ini
acara yang disebut Berita Acara Rekonstruksi dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu normatif
yang dilengkapi dengan foto adegan yang untuk meneliti substansi hukum yang terkait
dilakukan selama rekonstruksi berlangsung. dengan perlindungan hukum terhadap korban
Foto-foto tersebut merupakan kelengkapan tindak pidana dan melakukan penelitian
yang tak dapat dipisahkan dari berita acara sosiologis untuk mengetahui pandangan para
rekonstruksi tersebut. Dalam prakteknya, informan terkait masalah perlindungan
ternyata rekonstruksi sering dipakai oleh hukum terhadap korban tindak pidana
penyidik dalam kasus tindak pidana tertentu. sehingga tipe penelitian ini secara
keseluruhan adalah socio-legal research yang
METODE diuraikan secara deskriptif.

Penelitian ini merupakan jenis HASIL DAN PEMBAHASAN


penelitian deskriptif yang mempelajari
masalah dalam masyarakat, tata cara yang Eksistensi Rekonstruksi Perkara Pidana
berlaku dalam masyarakat serta situasi- Dapat Memperkuat Alat Bukti yang
situasi, sikap,pandangan, proses yang sedang dituangkan dalam Berita Acara
berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena Pemeriksaan (BAP)
pengukuran yang cermat tentang fenomena Sebelum kita menguraikan rekonstruksi
dalam masyarakat. Peneliti mengembangkan perlu juga dikemukakan pelaksanaan
konsep, menghimpun fakta, tapi tidak penyidik pada tindak pidana (TKP) di Polres
menguji hipotesis. Penelitian ini merupakan Palu dalam menangani perkara-perkara yang
penelitian hukum dengan menggunakan tipe akan dilakukan rekonstruksi. Tempat
penelitian socio legal research, yaitu suatu Kejadian Perkara merupakan tempat
tipe penelitian yang orientasinya tertuju pada berlangsungnya tindak pidana serta di
aspek hukum dan aspek non hukum yakni lingkungan sekitarnya ditemukan barang
bekerjanya hukum dalam masyarakat. bukti dan jejak-jejak kejahatan, karena tidak
Hukum dikonsepsikan bukan hanya dalam ada suatu kejahatan yang tidak meninggalkan
dimensi normatif tetapi dikonsepsikan pula bekas, untuk itu dalam mengungkap suatu
sebagai suatu gejala empirik yang dapat kejahatan petugas kepolisian harus tahu
diamati dalam konteks realitasnya di darimana dan bagaimana memulai kegiatan.
masyarakat. Dengan kata lain, penelitian ini Setiap penyidik dalam melakukan
mengkaji hukum baik dalam aspek law in kegiatan olah TKP tetap mengacu pada
books maupun dalam aspek lew in action. petunjuk pelaksanaan (JUKLAK) Kepolisian
Tujuan pokok penelitian tipe socio legal Republik Indonesia dengan nomor polisi
research adalah menguji apakah suatu aturan 04/1/1982 yang berisi sebagai berikut:
(postulat} normatif dapat atau tidak dapat
Merry Chrystin Silaen., Eksistensi Rekonstruksi dalam Pembuktian Perkara Pidana ««««««««««««200

a) Pengolahan tempat kejadian perkara pidana dilaksanakan oleh pihak kepolisian


(TKP) yang benar dan professional sesuai dapat juga dilakukan oleh detektif dengan
dengan urutan tata kerja yang telah langsung melakukan reka ulang di tempat
disesuaikan dengan JUKLAK dan kejadian perkara pidana.
JUKNIS. Di Indonesia sendiri rekonstruksi
b) Pengamatan Umum perkara pidana juga lahir melalui praktek
c) Pemotretan secara umum yang dilakukan oleh aparat penegak hukum
d) Pemotretan secara close up terhadap dalam hal ini pihak penyidik. Rekonstruksi
barang temuan yang ada di TKP adalah suatu tehknik yang diterapkan pada
e) Pengambilan barang bukti yang berkaitan tingkat penyidikan suatu kasus guna menilai
dengan TKP secara cermat dan benar kebenaran keterangan yang telah diperoleh
f) Melakukan olah TKP yang bertujuan dari tersangka dan saksi-saksi.
untuk mempersempit ruang penyidikan Rekonstruksi merupakan salah satu
unit olah tempat kejadian perkara untuk tehnik pemeriksaan dalam rangka
memecahkan kasus tersebut dan penyidikan, dengan jalan memperagakan
menemukan pelakunya kembali cara tersangka melakukan tindak
g) Mencari keterangan saksi yang betul-betul pidana atau pengetahuan saksi, dengan tujuan
mengerti mengenai tentang peristiwa untuk mendapat gambaran yang jelas tentang
pidana tersebut terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk
h) Melakukan interogasi terhadap korban, menguji kebenara keterangkan atau saksi
pelaku dan keluarganya. sehingga dengan demikian dapat diketahui
i) Segera membuat berita acara pemeriksaan benar tidaknya tersangka tersebut sebagai
(BAP). pelaku dituangkan dalam Berita Acara
Setelah olah TKP maka dilakukanlah Pemeriksaan Rekonstruksi.
rekonstruksi perkara. Rekonstruksi pidana Untuk itu penulis mengemukakan
yang kemudian akrab disebut sebagai adegan proses rekonstruksi perkara yang dilakukan
rekonstruksi kejahatan merupakan wilayah oleh penyidik. Sebelum melakukan
baru dalam studi hukum pidana yang rekonstruksi para penyidik sudah melaporkan
kemudian menjadi popular pada tahun 1990 terlebih dahulu kepada pimpinan.
an. Rekonstruksi melibatkan penggunaan Pemberitahuan pertama ke Kasat Reskrim,
metode ilmiah, penalaran logis, sumber kemudian pimpinan lainnya Kapolres,
informasi pada orang, kriminologi dan Wakapolres untuk diketahui.
viktimologi serta pengalaman atau Dalam melakukan rekonstruksi terlebih
keterampilan untuk menafsirkan suatu dahulu penyidik mengarahkan reka ulang
peristiwa pidana. adegan-adegan perkara sesuai dengan
Rekonstruksi pada mulanya dikenal informasi yang didapat dari tersangka dan
dengan negara anglo saxon yang kemudian saksi-saksi.
diikuti oleh negara-negara lainnya. Setelah itu penyidik melakukan olah
Rekonstruksi perkara pidana di negara anglo TKP untuk mencari titik terang gambaran
axon berbeda pengertiannya dengan perkara yang sebenarnya terjadi, sehingga
pemeragaan suatu perbuatan pidana. memudahkan penyidik untuk memasang
Perbedaan tersebut terlihat pada proses garis Police Line sebelum mengambil
pelaksanaannya, pemeragaan perbuatan dokumentasi, foto-foto di tempat kejadian
pidana umumnya dilaksanakan didepan perkara.
sidang pengadilan dengan disaksikan oleh Sumber yang di dapatkan penulis dari
juri, hakim, pengacara tersangka dan pihak Polres Palu mengatakan bahwa Tahun 2010
penuntut sedangkan rekonstruksi perkara jumlah perkara yang dilakukan rekonstruksi
201 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019

sebanyak 6 Perkara, tahun 2011 sebanyak 4 Penembak 1 (sebelah kanan jalan)


perkara, tahun 2012 sebanyak 6 perkara, diperankan oleh pemeran pengganti oleh
tahun 2013 sebanyak 2 perkara,tahun 2014 BRIPTU FANDI AHMAD (ANGGOTA
sebanyak 5 perkara. Dari perkara yang paling RESKRIM POLRES PALU), Penembak 2
banyak dilakukan rekonstruksi adalah (sebelah kiri jalan) diperankan oleh pemeran
perkara tindak pidana pembunuhan sebanyak pengganti oleh BRIGADIR YOUDI
16 perkara, kemudian kecelakaan lalu lintas 5 KANDORI (ANGGOTA RESKRIM
perkara, 2 perkara tindak pidana tertentu. POLRES PALU).
Selanjutnya akan diuraikan salah satu Pada hari itu juga dilakukan
perkara pembunuhan yang penulis dapatkan rekonstruksi perkara untuk mendapat
di Polres Palu, rekonstruksi perkara sebagai gambaran awal situasi dan kondisi yang
berikut yang dilakukan oleh penyidik dalam terjadi dilapangan berkaitan dengan hasil
suatu kasus perkelahian antar kampung di yang telah didapat oleh penyidik yaitu
Kelurahan Duyu pada hari Minggu, tanggal keteragan saksi, barang bukti, keterangan
18 Januari 2014 sekitar pukul 10.00 Wita ahli, visum et revertum dan hasil
sedang terjadi perkelahian warga Tanggiso laboratorium forensik, tujuan lain adalah
dengan warga Duyu Kecamatan Tatanga untuk mendapatkan kesesuaian antar hal
Kota Palu, diatas yang merupakan petunjuk dalam
Kasus tersebut di atas pada hari Jumat pengungkapan tindak pidana. Dimana alat
tanggal 06 Maret 2015 (dua ribu lima belas) bukti petunjuk tersebut sesuai dengan yang
sekitar jam 16.00 Wita oleh saya RISAL diatur dalam pasal 184 KUHAP guna
POLII, SH Pangkat BRIPKA NRP. memberikan keyakinan kepada hakim, jaksa,
79061098, jabatan anggota Reskrim Polres dan penyidik dalam melihat tindak pidana
Palu Selaku Penyidik Pembantu pada kantor yang dimakfeud (Tempat rekostruksi
tersebut diatas bersama- sama dengan dilakukan di halaman depan kantor Sat
MOHAMAD YUSUF, BRIPKA NRP. Reskrim Polres Palu dan di asrama Polres
82030570, MOHAMAD IKBAL, Palu karena mengingat situasi dan kondisi
BRIGADIR NRP. 86061097. Masing-masing serta keamanan dan keteriban umum
Penyidik Pembantu pada kantor Polisi diwilayah Kel. Duyu Kec. Tatanga Kota
tersebut diatas, telah membawa 8 (delapan) Palu) adapun jalannya Rekonstruksi adalah
orang saksi-saksi dan pemeran pengganti sebagai berikut :
yang bernama: Korban Sdra. FADEL Dasar atau hasil keterangan Adegan ke
diperankan oleh pemeran pengganti oleh - 1: Berdasarkan keterangan saksi sdra.
BRIPTU FIRMANSYAH (ANGGOTA TAUFIK alias AGO dan saksi sdra.SAHRUL
RESKRIM POLRES PALU). TAUFIK Alias HIDAYAT alias IYAT : Panorama pada hari
AGO di perankan langsung oleh saksi Minggu tanggal 18 Januari 2014 sekitar
SAHRUL HIDAYAT Alias IYAT pukul 10.00 wita sedang terjadi perkelahian
diperankan langsung oleh saksi, LISMAN antar warga tanggiso dan warga duyu,
Alias EMAN diperankan oleh pemeran dimana korban Sdra. FADEL berdiri
pengganti oleh BRIPDA J. JANSEN WOSO dibelakang saksi Sdra. TAUFIK Alias AGO
(ANGGOTA RESKRIM POLRES PALU), memegang tameng Sdra. ANAS di samping
Saksi LUKAS diperankan oleh pemeran kiri jalan tampak tameng yang di pegang
pengganti oleh BRIPTU NUARDI saksi Sdra. SYAHRUL HIDAYAT Alias
(ANGGOTA RESKRIM POLRES PALU), IYAT berdiri di belakang ada Sdra. EMAN
Saksi KEVIN diperankan oleh pemeran Adegan ke - 2: Berdasarkan keterangan
pengganti oleh BRIPTU ASTRIADI saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias IYAT:
(ANGGOTA RESKRIM POLRES PALU), Panorama pada hari Minggu tanggal 18
Merry Chrystin Silaen., Eksistensi Rekonstruksi dalam Pembuktian Perkara Pidana ««««««««««««202

Januari 2015 sekitar pukul 10.00 wita posisi korban Sdra. FADELA berlari kebelakang
saksi Sdra. KEVIN berdampingan dengan dengan terpincang-pincang.
saksi Sdra. LUKAS tampak penembak Berdasarkan keterangan saksi sdra.
berjongkok di sisi kiri jalan dan kanan jalan SAHRUL HIDAYAT alias IYAT, saksi
di balik meja yang di jadikan tameng. TAUFIK alias ACO dan saksi sdra. EMAN:
Adegan ke ± 3 Berdasarkan keterangan Panorama korban Sdra. FADEL terjatuh dan
saksi sdra. KEVIN, saksi SAHRUL di angkat oleh masyarakat.
HIDAYAT alias IYAT, saksi TAUFIK alias Adegan ke ± 10 Berdasarkan
ACO dan saksi sdra.EMAN: Panorama keterangan saksi sdra.TAUFIK alias AGO
penembak pada sisi kiri jalan dan kanan jalan dan saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias
dalam posisi jongkok membidik dan IYAT: Panorama korban Sdra. FADEL di
menembakan senjata yang dipegangnya ke bawa dengan menggunakan sepeda motor
arah warga tanggiso terdengar suara Adegan ke -11 Berdasarkan keterangan
tembakan 2 (dua) kali secara beruntun. saksi sdra. KEVIN: Panorama Saksi Sdra.
Adegan ke ± 4 Berdasarkan keterangan FERI Alias KEVIN melihat penembak 1
saksi sdra. KEVIN, saksi sdra.SAHRUL membuka cadar dan mengusap keringat di
HIDAYAT alias IYAT, saksi sdra. TAUFIK wajahnya yang mana saksi Sdra. FERI Alias
alias AGO dan saksi sdra.EMAN : Panorama KEVIN kenal dengan penembak 1 yang
2 (dua) penembak yang berada di sisi sebelah adalah seseorang yang bernama Sdra.
kanan dan kiri jalan mundur kebelakang JEMMY yang tinggal di kelurahan Pengawu.
untuk mengisi amunisi peluruh. Pelaksanaan rekonstruksi ini selain
Adegan ke ± 5 Berdasarkan keterangan dilaksanakan oleh para saksi-saksi juga
saksi sdra. KEVIN, saksi SAHRUL diundang unsur lain seperti intelejen,
HIDAYAT alias IYAT, saksi TAUFIK alias propam, siwas dan ahli hukum pidana, hal ini
AGO dan saksi sdra.EMAN: Panorama bertujuan untuk mendapatkan hasil yang
kedua penembak kembali ke posisi semula lebih objektif dan dapat dipertanggung
kemudian menembakan kembali senjata jawabkan serta meyakinkan penyidik untuk
mereka dan terdengar 2 (dua) kali suara mengambil langkah-langkah selanjutnya.
letusan. Setelah Berita Acara Pemeriksaan
Adegan ke ± 6 Berdasarkan keterangan secara Rekonstruksi ini selesai dibuat,
saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias IYAT, kemudian dibacakan kembali dan
saksi TAUFIK alias ACO dan saksi diperlihatkan foto-foto adegan kepada
sdra.EMAN: Panorama korban Sdra. FADEL masing-masing yang terlibat dalam
terkena tembakan dan berlari kearah tameng Rekonstruksi dan masing-masing
yang dipegang Saksi Sdra. SYAHRUL menyatakan setuju dan membenarkan semua
HIDAYAT Alias IYAT. adegan dan foto yang terlampir pada Berita
Adegan ke ± 7 Berdasarkan keterangan Acara Pemeriksaan Rekonstruksi ini, untuk
saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias IYAT menguatkannya masing-masing
dan saksi sdra.EMAN: Panorama korban membubuhkan tanda tangan saksi-saksi yang
Sdra. FADEL mendekati saksi Sdra. melakukan adegan tersebut di atas.
SYAHRUL HIDAYAT Alias IYAT dan Dalam melakukan pemeriksaan
mengatakan " NAMBELA YAKU "(KENA rekonstruksi perkara pidana dilakukan
SAYA). dengan memeriksa hal-hal dalam kasus
Adegan ke ± 8 Berdasarkan keterangan penembakan terhadap korban yang
saksi sdra. SAHRUL HIDAYAT alias IYAT meninggal dunia pada kejadian antar
dan saksi TAUFIK alias ACO: Panorama kampung sebagai berikut:
203 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019

a. Darah dan analisis pola darah stain, yang 1. Identitas korban: Fadel terkena
meliputi; tembakan,
Identitas korban: Fadel terkena tembakan, 2. Identitas pelaku: Jemmy (pelaku
Identitas pelaku: Belum diketahui karena tembakan)
memakai topeng, nanti 3. Posisi korban: tersungkur setelah kena
1. Posisi dan lokasi korban: Berhadapan tembakan
dengan pelaku, berjarak kurang lebih Posisi pelaku: mundur kebelakang
10 meter membuka topeng ditempat kejadian
2. Posisi dan lokasi pelaku: berhadapan 4. Sidik jari pelaku : belum diambil
dengan korban, yang berada disebelah 5. Jejak sepatu pelaku: belum diambil
kanan korban. 6. Jejak ban dan posisi Kendaraan: belum
3. Gerakan oleh korban/ pelaku Di TKP: ditemukan
saling berhadapan dan saling Sebelum dalam pelaksanaan
menyerang satu sama lain. rekonstruksi perkara maka dilakukan
4. Identifikasi lokasi kejadian: di Pengolahan Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Kelurahan Duyu adalah tindakan atas kegiatan-kegiatan
5. Jumlah pukulan yang dilakukan: tidak setelah tindakan pertama di tempat kejadian
dapat diindentifikasi karena mereka perkara (TPTKP), dengan maksud untuk
menggunakan senjata dum-dum. mencari, mengumpulkan, mengevaluasi.
6. Jenis senjata yang digunakan: Senjata menganalisa, petunjuk-petunjuk, keterangan
rakitan dan bukti serta identitas tersangka menurut
a. Dokumen, yang meliputi; teori "bukti segitiga" guna memberi arah
1. Dokumen yang rusak (sobekan kertas): terhadap penyidikan selanjutnya.
tidak ada dokumen yang rusak Adapun tata urutan pelaksanaan olah
2. Tulisan yang samar : - Tempat Kejadian Perkara yang berdasar pada
b. Senjata, yang meliputi; petunjuk teknis Kepotisian Repubtik
1. Lintasan: jalan umum Indonesia dengan nomor polisi JUKNIS
2. Tembakan jarak jauh : tembakan bukan 01/11/1982 tentang penanganan tempat
jarak jauh kejadian perkara (TKP) menyebutkan sebagai
3. Posisi dan lokasi korban: berhadap- berikut :
hadapan dipisahkan dengan masing- a) Pengamatan umum (general observation)
maing memegang tameng b) Pemotretan
4. Posisi dan lokasi pelaku: berhadap- c) Pembuatan sketsa
hadapan dipisahkan dengan masing- Namun proses olah tempat kejadian
maing memegang tameng perkara belum dapat dilaksanakan secara
5. Urutan tembakan: tidak bisa di deteksi maksimal karena tempat kejadian perkara
tetapi diperkirakan tembakan yang telah terlambat dilakukan karena barang
ketiga. bukti telah tidak ditemukan seperti senjata
6. Arah tembakan: dari depan kanan rakitan dan peluru yang digunakan belum
korban. dapat dilakukan penyitaan secara maksimal.
7. Kemungkinan luka yang dibuat sendiri Kemudian pemotretan belum dapat
dengan sengaja: tidak ada bukti fisik dilakukan secara maksimal karena beberapa
8. Identifikasi senjata yang digunakan: pelaku tawuran sudah bubar dan lari
senjata rakitan meninggalkan tempat kejadian. Begitu pula
c. Bukti fisik (sidik jari, sepatu, jejak ban para saksi yang terlibat langsung dan melihat,
kendaraan), yang meliputi; belum dapat diperiksa karena mereka takut
dengan polisi bilamana mereka dijadikan
Merry Chrystin Silaen., Eksistensi Rekonstruksi dalam Pembuktian Perkara Pidana ««««««««««««204

saksi dan pelaku dalam tawuran antar utama Jemmy belum dilakukan pemeriksaan
kampung. karena ia telah menjadi buron polisi atau
Dalam hal ini penyidik melakukannya masuk dalam daftar pencarian orang.
dengan 4 (empat) cara, yaitu Pertama, Kemudian pelaku lainnya sampai sekarang
melakukan interview / wawancara. Kedua, belum juga ditahan karena persoalan teknis
menggolongkan sebagai saksi dan atau dan adanya tekanan dari pihak-pihak internal
orang-orang yang diduga sebagai tersangka. dan eksternal tidak mendukung dilakukannya
Ketiga, melakukan pemeriksaan singkat penyidikan secara tuntas.
terhadap saksi dan orang-orang yang diduga Berdasarkan uraian tersebut di atas
sebagai tersangka. Keempat, melakukan rekonstruksi perkara merupakan salah satu
pemeriksaan terhadap korban, keadaan tehnik pemeriksaan dalam rangka
korban, sikap korban atau dibawa ke rumah penyidikan, dengan jalan memperagakan
sakit/ dokter ahli untuk dimintakan VER kembali cara tersangka melakukan tindak
(visum et repertum). pidana atau pengetahuan saksi, dengan tujuan
Selanjutnya penanganan saksi-saksi untuk mendapat gambaran yang jelas tentang
tersebut di atas belum dapat dilakukan secara terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk
maksimal karena banyak saksi-saksi yang menguji kebenara keterangkan atau saksi
terlibat langsung tidak mau menjadi saksi, sehingga dengan demikian dapat diketahui
karena takut mereka nanti menjadi tersangka. benar tidaknya tersangka tersebut sebagai
Begitupula visum et repertum yang dilakukan pelaku dituangkan dalam Berita Acara
terhadap Fadel yang menjadi korban dalam Pemeriksaan Rekonstruksi tidak dapat
tawuran tidak dapat dilakukan secara dilakukan secara maksimal karena terkendala
maksimal karena setelah mengalami oleh berbagai hambatan-hambatan non
perawatan di ruangan ICU Rumah Sakit yuridis.
Umum Anutapura, pihak keluarga menolak Dari penelitian yang dilakukan di
permintaan penyidik melakukan visum et Polres Palu, hambatan-hambatan tersebut
repertum yang dilakukan secara medis terdiri dari, yaitu:
sehingga menyulitkan bagi penyidik untuk
menarik kesimpulan apa yang menjadi Hambatan dari Luar Kepolisian
penyebab Fadel yang terkena tembakan (Hambatan Eksternal)
meninggal. Visum et repertum yang a) Tempat Kejadian Perkara (TKP)
dilakukan penyidik hanya visum luar di mana Kota Palu termasuk wilayah yang
tempat terkenanya peluru dipangkal paha cukup luas dan lokasi kejadian sering
atas. terjadi didaerah pinggiran kota. Ketika
Selanjutnya penanganan pelaku berupa suatu tindak pidana terjadi Polisi
tindakan yang dilakukan penyidik terhadap membutuhkan waktu yang lama, untuk
pelaku dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu menuju ketempat kejadian. Untuk menuju
Pertama, penyidik melakukan penangkapan, tempat kejadian (TKP) sering pula mereka
penggeledahan badan, dan pengamanannya. dihambat oleh masyarakat yang terlibat
Kedua, penyidik meneliti dan mengamankan tawuran dengan menutup jalan sehingga
bukti-bukti yang terdapat pada pelaku. Polisi harus membersihkan jalan tersebut
Ketiga, penyidik melakukan pemeriksaan untuk dilalui.
singkat untuk memperoleh keterangan b) Faktor Waktu
sementara mengenai hal-hal berhubungan Apabila ada peristiwa yang baru
dengan kejadian. diketahui setelah cukup lama terjadi maka
Penanganan pelaku belum dapat akan besar kemungkinan bukti-bukti yang
dilakukan secara maksimal karena pelaku ada pada tempat kejadian sudah
205 e-Jurnal Katalogis, Volume 3 Nomor 10, Oktober 2015 hlm 196-206 ISSN: 2302-2019

menghilang ataupun rusak. Selain itu perkara. Alasannya karena menyangkut


karena bentrokan tawuran yang cukup luas keamanan dari tempat kejadian perkara
sehingga memerlukan waktu untuk sehingga tempat rekonstruksi perkara
mengumpulkan barang bukti seperti anak dilakukan dihalaman Polres Palu.
panah, amunisi, dan senjata tajam yang Dalam peraturan perundang-undangan
digunakan dalam tawuran. supaya olah TKP sebaiknya dilakukan
c) Faktor cuaca ditempat kejadian perkara karena tempat
Faktor cuaca juga menjadi kendala kejadian perkara inilah yang disebutkan
yang sangat besar terutama tindak pidana dalam dakwaan sebagai Locus Delicti
tawuran yang pada suatu tempat, bukan di Kantor Polres Palu, sehingga
sedangkan tempat kejadian perkara cukup dapat diperoleh gambaran yang jelas
luas, dan terjadi pada malam hari, dipersidangan
sehingga polisi mempunyai pandangan b) Minimnya Sarana dan Prasarana
yang terbatas. Dalam penanganan tindak pidana
d) Faktor masyarakat tawuran berencana di Kota Palu dan
Pada terjadi suatu tindak pidana Sekitarnya kurang/ minim dukungan
tawuran maka masyarakat yang berada dalam hal sarana dan prasarana dalam
disekitar tempat kejadian perkara, pencarian bukti yang ada ditempat
seringkali secara spontan langsung kejadian perkara. Karena alat bukti yang
mendatangi tempat kejadian perkara. Hal digunakan dalam tawuran sudah sering
ini akan menghambat pihak Kepolisian banyak yang hilang pada waktu dilakukan
dalam melakukan olah TKP.Selain itu penyitaan.
masyarakat yang mengetahui terjadinya Kemudian saksi dan pelaku dalam
tempat kejadian perkara sering tidak mau rekonstruksi perkara sering tidak dapat
menjadi saksi untuk memberikan dilakukan secara sempurna karena saksi
keterangan kepada penyidik mengenai dan pelaku dalam adegan rekonstruksi
tindak pidana tawuran yang mereka perkara diperankan oleh anggota penyidik
ketahui. perkara rekonstruksi.
Alasannya tidak ada anggaran untuk
Hambatan dari dalam Kepolisian menghadirkan saksi-saksi yang
(Hambatan Internal) sebenarnya bahkan pelaku pun diperankan
a) Faktor Dari Personil pula oleh anggota penyidik perkara
Petugas yang sedang melakukan proses rekonstruksi. Karena pelaku sendiri belum
pengolahan pada tempat kejadian dapat dihadirkan karena masih dalam
terkadang kurang teliti ataupun kurang status DPO.
menghiraukan sesuatu tanda-tanda dari Selain faktor-faktor tersebut di atas,
benda-benda ataupun jejak dan lain terdapat faktor-faktor non hukum yang
sebagainya di TKP, sehingga pada sangat mempengaruhi hasil penyidikan
akhirnya menyulitkan penyidik sendiri bilamana ada faktor politik yang
dalam pengolahan di Tempat Kejadian merekayasa terjadi suatu kasus tindak
Perkara. pidana yang mendapat perhatian dari
Dalam pengolahan Tempat Kejadian masyarakat luas.
Perkara yang sering juga digunakan Dalam melakukan rekonstruksi pidana
sebagai tempat rekonstruksi perkara, tidak terdapat kejanggalan-kejanggalan dalam
dapat dilakukan secara maksimal karena melakukan proses penanganan perkara
hampir semua tempat rekonstruksi perkara pidana terutama dalam mencari dan
bukan dilakukan di tempat kejadian mengumpulkan bukti-bukti dan
Merry Chrystin Silaen., Eksistensi Rekonstruksi dalam Pembuktian Perkara Pidana ««««««««««««206

menentukan terdakwa. Bilamana ke dua DAFTAR PUSTAKA


hal tersebut tidak tuntas maka rekonstruksi
perkara pidana yang merupakan bagian Andi Hamzah,1984 Pengusutan Perkara
dari hasil penyelidikan yang termuat Kriminal Melalui Sarana Teknik dan
dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP) Sarana Hukum. Ghalia Indonesia,
tidak dapat mewujudkan kebenaran Jakarta.
materil dalam proses pembuktian Anthoni F. Susanto. 2004 Wajah Peradilan
dipersidangan. Kita (Konstruksi Sosial Tentang
Penyimpangan, Mekanisme Kontrol
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI dan Akuntabilitas Peradilan Pidana).
PT. Refika Aditama, Bandung.
Kesimpulan Didi Guhardi R. Peranan Rekonstruksi
Dalam melakukan rekonstruksi perkara dalam Mengungkap Kasus Pidana,
perlu dilakukan olah TKP oleh penyidik, Berita Nasional, 13 Desember 1998.
setelah itu dilakukanlah rekonstruksi. E.Y Kanter dan S.R Sianturi, 2002, Asas-
Rekontruksi merupakan salah satu tehnik Asas Hukum Pidana di Indonesia dan
pemeriksaan dalam rangka penyidikan, Penerapannya, Sinar Grafika, Jakarta.
dengan jalan memperagakan kembali cara Harahap, M. Yahya, 1993 Pembahasan
tersangka melakukan tindak pidana atau Permasalahan Dan Penerapan
pengetahuan saksi, dengan tujuan untuk KUHAP jilid I dan II, Pustaka Kartini,
mendapat gambaran yang jelas tentang Jakarta.
terjadinya tindak pidana tersebut dan untuk Karel Antonius. Cs. Peranan Rekonstruksi
menguji kebenaran keterangan atau saksi Dalam Perkara Pidana. Makalah yang
sehingga dengan demikian dapat diketahui disajikan dalam mata kuliah Sistim
benar tidaknya tersangka tersebut sebagai Peradilan Pidana. Pada Program Pasca
pelaku dituangkan dalam Berita Acara Sarjana Ilmu Hukum (S2) Universitas
Pemeriksaan Rekonstruksi. Tadulako Palu Tahun 2015.
Leden Marpaung. 2009 Proses Penanganan
Rekomendasi Perkara Pidana. (Penyelidikan dan
Peran Penyidik perlu penyediaan Penyidikan). Bagian Pertama. Sinar
anggaran yang memadai dalam melakukan Grafika. Jakarta.
rekonstruksi perkara sehingga saksi-saksi dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981
pelaku dapat didatangkan pada waktu tentang Kitab Undang-Undang Hukum
dilakukan rekonstruksi perkara. Perlu Acara Pidana
kesadaran hukum masyarakat untuk
membantu polisi dalam melakukan
penyidikan sehingga rekonstruksi perkara
dapat dilakukan secara benar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih atas


dukungan semua pihak sehingga artikel ini
dapat terselesaikan, khususnya kepada Bapak
Johnny Salam, Benny Diktus Yusman, serta
pihak-pihak yang tidak dapat penulis
sebutkan semuanya dalam tulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai