Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS KASUS KRIMINOLOGI FERDY SAMBO

Hari Jumat, 8 Juli 2022 masyarakat Indonesia dibuat geger dengan pelaporan yang
dilakukan oleh inspektur jendral polisi Ferdy Sambo, pelaporan tersebut disampaikan pada
Polres Metro Jakarta Selatan dan divisi propam polri pada pukul 17.20 WIB. Dalam laporan
yang disampaikan oleh polisi berpangkat bintang dua tersebut diduga telah terjadi peristiwa
tembak-menembak karena diduga disebabkan pelecehan yang dilakukan Brigadir Joshua
Hutabarat kepada Putri Chandrawati alias istri tercinta jendral bintang dua tersebut. Pelaporan
tersebut menyita sangat banyak perhatian dari masyarakat Indonesia karena dinilai banyak hal-
hal janggal dalam kronologisnya, bahkan kepala polisi Republik Indonesia Listyo Sigit Prabowo
sampai turun tangan untuk menjelaskan apa sebenarnya yang terjadi. Pada hari Rabu, 24 Agustus
2022 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta kapolri menyampaikan didepan awak media yang
memaparkan atas kejadian tersebut terdapat dua laporan sekaligus yakni laporan percobaan
pembunuhan terhadap Bharada Richard Eliezer dan laporan pelecehan serta ancaman kekerasan
di Komplek Duren Tiga.
Sekenario demi sekenario dibuat secara rapih oleh Ferdy Sambo yang jelas karena ingin
lolos dari jeratan hukum, kasat reskrim polri yang saat hari kejadian datang paling awal
dihubungi oleh supir Ferdy Sambo pada jam 17.30 WIB kemudian lanjut disusul oleh personel
Biro Provos Propam Polri yang dating pada jam 17.47 WIB guna melakukan pendataan dan
pengamanan barang bukti, sekitar pukul 19.00 WIB saksi yang terlibat dalam kejadian tersebut
diamankan ke kantor Biro Paminal Divisi Propam Polri guna dimintai keterangan. Pada ada
pukul 20.20 WIB jenazah Brigadir Jhosua Hutabarat dibawa untuk dilakukan pemeriksaan visum
guna memenuhi syarat administrasi dari penyidik, pemeriksaan dilakukan sampai esok hari
tepatnya pukul 02.00 WIB yang kemudian dibuat berita acara untuk diserahkan kepada saksi
guna mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Kejanggalan mulai terlihat ketika sore hari Sabtu, 9
Juli 2022 ketika personel Biro Paminal menyisir lokasi tempat kejadian perkara (TKP) yang
bukan melakukan penyidikan secara professional namun mengganti hard disk guna
menghilangkan barang bukti, kejanggalan sejak awal penyidikan ini berlarut-larut bahkan
keluarga almarhum Brigadir Jhosua Hutabarat tidak diperkenankan untuk melihat jenazah
walaupun pada akhirnya diperkenankan untuk membuka kain penutup namun hanya setengah,
kemudian keluarga melihat terdapat bekas jahitan dibagian muka yang tidak sinkron antara
kronologis serta bukti nyatanya1.
FAKTOR PENYEBAB
Perintah Ferdy Sambo yang melanggar hukum namun masih ditaati oleh ajudannya,
menandakan terdapat peran kekuasaan yang absolut dalam birokrasi aparat kepolisisan. Max
Weber menyebutnya dengan Otoritas Legitimate Rasional. Dimana seorang pejabat dihormati
1
Prabowo Amelia Theresya. Kilas Balik, Begini Ringkasan Kasus Ferdy Sambo dan Kematian Brigadir J
, Lengkap dengan Kontroversinya. diakses pada 12 April 2023 pukul 10:24.
dan ditaati karena peran kekuasaanya dalam birokrasi tersebut. Max weber mengatakan bahwa
otoritas yang mendapatkan legitimasi rasional adalah bersandar pada kepercayaan terhadap
peraturan tertulis dan kepercayaan kepada mereka yang memiliki legalitas untuk mengeluarkan
perintah.2 Secara pribadi Ferdy Sambo mendapatkan perpindahan jabatan dengan sangat strategis
dan begitu cepat di usia yang masih muda sehingga menyebabkan abuse of power. Kepatuhan
seorang bawahan terhadap atasan dalam instansi pemerintahan merupakan hal wajar yang sudah
disepakati berdasar norma kebiasaan,3 kepatuhan yang diperlihatkan oleh Richard Eliezer
diperintah untuk membunuh Joshua Hutabarat sehingga menimbulkan obstruction of justice
adalah tindakan spontan atas arahan pimpinan.
ANALISIS KRIMINOLOGI
Dalam kriminologi untuk menentukan sebuah kejahatan adalah berencana atau tidak
dapat dilihat menggunakan beberapa hal seperti barang, motif, niat, dll. Dalam kasus Ferdy
Sambo terlihat jelas bahwasannya kejahatan ini adalah berencana dikarenakan alat yang
digunakan adalah alat untuk membunuh (pistol) dan menghilangkan barang bukti yang diyakini
ahli kriminologi sebagai sebuah ciri motif, dan berbagai skema lainnya yang merujuk pada
kejahatan berencana. 4
ANALISIS YURIDIS
Setelah diputuskan terbukti melanggar Pasal 340 KUHP jo Pasal 55 Ayat 1 KUHP dengan
hukuman mati, melalui putusan kasasi yang diberikan oleh Mahkamah Agung (MA) dengan
pertimbangan dua hal, yakni: Pertama, memperhatikan tujuan dan pedoman pemidanaan
menurut ilmu hukum pidana, serta politik hukum pidana nasional paska diundangkannya UU
No.1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Nasional. Dalam
KUHP baru itu, mengatur pidana mati dipandang sebagai pidana khusus, bukan lagi sebagai
pidana pokok. Dengan begitu, semangat politik hukum pemidanaan di Indonesia bergeser dari
retributif/pembalasan/ex stationis menjadi rehabilitatif.
Kedua, judex jurist mempertimbangkan Pasal 8 ayat (2) UU No.48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, menyebutkan, “Dalam mempertimbangkan berat ringannya pidana,
hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa”. Riwayat hidup dan
keadaan sosial terdakwa juga tetap harus dipertimbangkan. Sebab, saat menjabat sebagai anggota
Polri dengan jabatan terakhir Kepala Divisi (Kadiv) Profesi dan Pengamanan (Propam), Ferdy
Sambo pernah berjasa kepada negara dengan berkontribusi ikut menjaga ketertiban dan

2
Douglas J.Goodman, G. R. (2009). Teori Sosiologi Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Mutakhir Teori Sosial Postmodern (8 ed.). Kreasi Wacana.

3
Kartono, K. (2001). Pemimpin dan kepemimpinan: Apakah pemimpin abnormal itu? (Cet. ke-9, ed. baru
(ed. ke-2)). Rajagrafindo Persada (Rajawali Pers). KOMPASTV (Direktur). (2022).

4
Singgih Wiryono, Ahli Kriminologi Yakini Tindakan Ferdy Sambo DKK Merupakan Pembunuhan
Berencana, Kompas Nasional, 12/12/2022
keamanan serta menegakan hukum di tanah air. Terdakwa telah mengabdi sebagai anggota Polri
sekitar 30 tahun, dan telah tegas mengakui kesalahannya dan siap bertanggungjawab atas
perbuatan yang dilakukan.
UPAYA PENANGGULANGAN

Reformasi Internal Polri: Penguatan kode etik dan disiplin dapat dilakukan dengan
memperketat aturan dan sanksi bagi pelanggaran kode etik. Peningkatan transparansi dan
akuntabilitas dalam proses penegakan hukum dengan membuka akses informasi publik dan
meningkatkan pengawasan internal dan eksternal. Pembenahan sistem rekrutmen dan pendidikan
rekrutmen dan pendidikan Polri untuk memastikan bahwa hanya orang-orang yang memiliki
integritas dan kompetensi yang direkrut dan dididik menjadi anggota Polri.

Penguatan Sistem Peradilan Pidana: Penegakan hukum yang tegas dan adil: Penegakan
hukum yang tegas dan adil harus ditegakkan tanpa pandang bulu, termasuk bagi anggota Polri
yang terlibat dalam pelanggaran hukum, peningkatan kualitas dan profesionalisme aparat
penegak hukum: Aparat penegak hukum harus terus meningkatkan kualitas dan
profesionalismenya dalam menangani kasus-kasus criminal, perlindungan bagi saksi dan
korban: Saksi dan korban perlu mendapatkan perlindungan dan dukungan agar mereka berani
melapor dan memberikan kesaksian.

Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Pendidikan anti-kekerasan: Perlu ada pendidikan


anti-kekerasan di sekolah dan masyarakat untuk mencegah terjadinya tindakan kekerasan di
masa depan, penguatan nilai-nilai moral dan etika: Nilai-nilai moral dan etika perlu diperkuat
dalam masyarakat untuk membangun budaya yang tidak mentoleransi tindakan kekerasan,
peningkatan peran media: Media dapat berperan dalam menyebarkan informasi yang benar dan
edukatif tentang kasus Sambo dan upaya penanggulangannya. Upaya penanggulangan kasus
Sambo membutuhkan komitmen dan kerjasama dari semua pihak, termasuk Polri, pemerintah,
dan masyarakat. Dengan upaya yang komprehensif dan berkelanjutan, diharapkan kasus serupa
tidak terulang kembali dan kepercayaan publik terhadap Polri dapat kembali pulih.

Anda mungkin juga menyukai