Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN STUDY KASUS

PENDIDIKAN PANCASILA
ISU (Hukum dan keadilan)

Kelompok: 2
Kelas:SK1
Anggota Kelompok
1.MUHAMMAD ABRAR
2.AHMAD FAUZIL ULIL AMRI
3.TEDY ANANDA PUTRA
4.MUHAMMAD RIVALDO
Dosen Pengampu : Recy Harviani Zurwanty, M.Pd
PROGRAM STUDI: SISTEM KOMPUTER
FAKULTAS: ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA (YPTK) PADANG
2023
Permasalahan Hukum Dan Keadilan

Kasus yang menjerat pejabat polri Ferdi Sambo


Tanggal 8 Juli 2022

Saudara Ferdi Sambo (FS) melaporkan kejadian kematian Brigadir J ke Polres Metro Jakarta
Selatan dan Div Propam Mabes Polri.
Kronologis awal, Brigadir J melakukan pelecehan terhadap Putri Candrawathi di Rumah
Dinas Duren Tiga sehingga menyebabkan Putri berteriak minta tolong.
Didengar oleh Bharada E dan kemudian pada saat ditegur terjadi tembakan dari Brigadir J.
Kemudian terjadi tembak-menembak yang mengakibatkan Brigadir J tewas.

“Saudara FS menghubungi beberapa orang, satu di antaranya Kasat Reskrim Polres Jaksel
yang datang hadir pertama pada pukul 17.30 WIB dihubungi oleh driver Saudara FS.
Kemudian Pukul 17.47 WIB dari Propam datang ke TKP dihubungi oleh Saudara FS,”
ungkap Kapolri.

Usai selesai dilakukan pendataan dan pengamanan barang bukti, sekitar pukul 19.00 WIB
saksi-saksi yang ada di TKP saat itu, Kuwat Ma’ruf, Brigadir RR, Bharada E dibawa ke
kantor Biro Paminal di Propam untuk dilakukan interogasi.

Pelaksanaan olah TKP selesai pukul 19.40 WIB. Jenazah Almarhum diantar ke RS
Bhayangkara tingkat 1 dan tiba sekitar Pukul 20.20 WIB. Operasi pemeriksaan luar dimulai
pada pukul 22.30 WIB dan dilanjutkan dengan pemeriksaan dalam yang berakhir pada Sabtu,
9 Juli 2022 sekitar pukul 02.00 WIB.
”Saudara Reza adik Brigadir J menunggu pelaksanaan autopsi di luar karena sesuai prosedur
hanya penyidik dan dokter forensik saja yang bisa berada di dalam. Ketika dimasukkan ke
dalam peti, Saudara Reza baru melihat jenazah Saudara Yosua,” sambungnya.
Tanggal 9 Juli 2022

Sekira pukul 11.00 WIB, penyidik Polres Metro Jakarta Selatan mendatangi Kantor Biro
Paminal di Propam untuk melakukan pembuatan berita acara pemeriksaan tiga
saksi tersebut.

Tetapi, penyidik mendapatkan intervensi dari personel Biro Paminal Div Propam Polri.
Penyidik hanya diizinkan mengubah format berita acara interogasi yang dilakukan oleh Biro
Paminal Div Propam menjadi berita acara pemeriksaan.

Sekitar pukul 13.00 WIB, penyidik bersama saksi diarahkan oleh personel Div Propam
melakukan rekonstruksi kejadian di TKP. Setelah selesai pelaksanaan rekonstruksi, para saksi
menuju rumah FS di Saguling.

Anggota Biro Paminal Div Propam Polri di saat bersamaan menyisir TKP dan
memerintahkan mengganti hard disc CCTV yang berada di Pos Duren Tiga, hard disc CCTV
ini kemudian diamankan oleh personel Div Propam Polri.

Tanggal 11 Juli 2022

Ada informasi terjadi permasalahan pada saat pengantaran jenazah kepada keluarga
almarhum yang kemudian menjadi viral. Keluarga sempat tidak diizinkan melihat kondisi
jenazah dan menolak menandatangani berita acara serah terima.
Proses pemakaman tidak dilakukan secara kedinasan lantaran menurut personel Div Propam
pengantar jenazah, ada syarat yang tidak terpenuhi, dalam hal ini perbuatan tercela.

“Malam harinya datang personel dari Div Propam Polri Brigjen Pol Hendra (Karopaminal).
Keluarga mendapat penjelasan lebih detail sehingga jumlah tembakan dan posisi tembak-
menembak serta luka yang ada di tubuh jenazah,” tutur Kapolri.
Keluarga tidak percaya dengan penjelasan tersebut. Beberapa hal dipertanyakan terkait
dengan keberadaan CCTV, hanphone milik korban, dan hal-hal janggal lain yang menjadi
viral di masyarakat.

Di Jakarta, Karopenmas melakukan konferensi pers berkenaan meninggalnya Brigadir J.


Karopenmas terkesan tidak menguasai materi karena mendapatkan bahan dan informasi yang
tidak utuh dan telah direkayasa oleh personel Div Propam Polri.
Ini mengakibatkan masyarakat semakin bertanya-tanya dan muncul pemberitaan terkait
kejanggalan terhadap kematian Brigadir J.

Hingga akhirnya kembali ke masa kini, dimana kasus Kematian Brigadir J dirasa masih
menyisakan teka-teki dan ketidakadilan hukum.
Tuntutan 12 tahun terhadap Bharada E kini menjadi hal yang kontroversial.

Kasus tersebut berkaitan dengan materi pelangaaran HAM

 Pelanggaran HAM: Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)


menemukan bahwa Ferdy Sambo melakukan pelanggaran HAM berupa extrajudicial
killing atau membunuh nyawa manusia di luar proses hukum
Komnas HAM menyatakan ada empat pelanggaran HAM dalam kasus pembunuhan
Brigadir J oleh eks Kadiv Propam Irjen Ferdy Sambo dan rekan-rekan

 Ferdy Sambo adalah mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri
yang diduga melakukan pembunuhan berencana terhadap Brigadir J, seorang anggota
polisi yang ditembak mati di rumah dinas Ferdy Sambo pada 8 Juli 2022.

 Komnas HAM melakukan investigasi terhadap kasus ini dan menemukan sejumlah
pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Ferdy Sambo, seperti hak untuk hidup,
obstruction of justice, dan fair trial.
 Hak untuk hidup adalah hak asasi manusia yang dijamin dalam Pasal 9 UU No. 39
Tahun 1999 tentang HAM. Ferdy Sambo diduga melanggar hak ini dengan
membunuh Brigadir J tanpa alasan yang sah dan tanpa proses hukum yang adil.

 Obstruction of justice adalah tindakan menghalangi proses penegakan hukum dengan


cara menutupi fakta-fakta yang sebenarnya terjadi dalam perkara. Ferdy Sambo
diduga melakukan hal ini dengan merusak barang bukti berupa CCTV yang berkaitan
dengan perkara tersebut

 Fair trial adalah hak asasi manusia yang dijamin dalam Pasal 14 UU No. 39 Tahun
1999 tentang HAM. Fair trial berarti setiap orang yang dituduh melakukan suatu
tindak pidana berhak mendapatkan perlakuan yang adil dan tidak diskriminatif dalam
proses peradilan. Ferdy Sambo diduga melanggar hak ini dengan menggunakan
pengaruhnya sebagai Kadiv Propam untuk merekayasa kematian Brigadir J dan
menghindari pertanggungjawaban hukum
KESIMPULAN

Kasus Ferdy Sambo adalah kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir J, seorang

anggota polisi yang ditembak mati di rumah dinas Ferdy Sambo pada 8 Juli 2022.

Ferdy Sambo adalah mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri yang

diduga menggunakan pengaruhnya untuk merekayasa kematian Brigadir J dan menghindari

pertanggungjawaban hukum.

Kasus ini menimbulkan reaksi sosial yang kuat dari masyarakat, karena dianggap sebagai

bentuk ketidakadilan sosial yang dialami oleh sebagian masyarakat yang berhadapan dengan

sistem peradilan pidana.

Masyarakat menuntut agar Ferdy Sambo dihukum seberat-beratnya sesuai dengan hukum

yang berlaku.

Kasus ini juga menjadi ujian bagi kualitas dan marwah peradilan di Indonesia, karena

menyangkut pelanggaran hak asasi manusia, seperti hak untuk hidup


DAFTAR PUSTAKA

(Minimal 10)

1.Anwar, A., & Adang, S. (2013). Sistem Peradilan Pidana. Bandung: Widya Padjadjaran.

2.Azri, Syaiful (2013). Hukum Perlindungan Anak dan Kekerasan di dalam Rumah Tangga.

Jakarta: Rineka Cipta Hamzah, Andi.

3.Erna Dewi, Firganefi (2014). Sistem Peradilan Pidana Indonesia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

4.Henry P. Panggabean (2001). Fungsi Mahkamah Agung Dalam Praktik Sehari-hari. Jakarta:

Pustaka Sinar Harapan.

5.Jimly Asshiddiqie (2011). Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia. Jakarta: Sinar

Grafika.

6.Luhut M.P. (2014). Pangaribuan, Hukum Acara Pidana & Hakim Ad Hoc: Suatu Studi.

7.Abdul Ghofur (2006). Peradilan Agama di Indonesia Pasca UU No.3 tahun 2006.

Yogyakarta: UII Press.

8.Achmad Ghanem (2006). Hukum Pidana dan Kekerasan di dalam Rumah Tangga. Jakarta:

Rineka Cipta Hamzah, Andi.

9.Anshari, Abdul Ghofur (2006). Peradilan Agama di Indonesia Pasca UU No.3 tahun 2006.

Yogyakarta: UII Press.

10.Adami Chazawi (2008). Pelajaran Hukum Pidana. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
DOKUMENTASI

(Lampirkan foto sumber)

Anda mungkin juga menyukai