Anda di halaman 1dari 5

Nama: Afifah Zahra

Nim:02011382227370

Dosen pengampu: Dr.Putu Samawati,S.H.,M.H

Mata Kuliah: Pengantar Hukum Indonesia

ASAS-ASAS DAN UNSUR-UNSUR HUKUM PIDANA DALAM


PERSIDANGAN TERDAKWA FERDY SAMBO
A. Unsur-Unsur Dalam Persidangan
Secara terminologi, sidang merupakan sebuah proses dalam pengambilan keputusan yang
terlaksana oleh 2 orang atau lebih dengan musyawarah mufakat. Dalam persidangan peraka
hukum pidana terdapat beberapan unsur yang sangat diperlukan untuk mempemudahkan hakim
dan tidak boleh terlewatkan diantaranya adalah:

1. Pemimpin Sidang:

Dikutip dari laman Tempo, yang menjadi ketua majelis persidangan ferdy sambo pada
sidang Senin,17 Oktober 2022 akan dipimpin oleh majelis hakim Wahyu Iman Santosa sebagai
Ketua Majelis. Sedangkan sebagai hakim anggota ada Morgan Simanjutak dan Alimin Ribut
Sujono. "Dengan majelis hakim Wahyu Iman Santoso sebagai Ketua Majelis, Morgan
Simanjutak dan Alimin Ribut Sujono sebagai hakim anggota," ujar Djuyamto.

Dikutip dari laman CNN Indonesia, Mantan Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo
menjalani sidang dugaan pelanggaran etik dalam kasus pembunuhan Brigadir Nofriansyah
Yosua Hutabarat alias Brigadir J pada Kamis,25 Agustus 2022. Kadiv Humas Polri Irjen Dedi
Prasetyo mengatakan sidang Komisi Kode Etik Polri (KKEP) terhadap Sambo tersebut bakal
dipimpin oleh Kepala Badan Intelijen dan Keamanan (Kabaintelkam) Komisaris Jenderal
Ahmad Dofiri.

2. Peserta Sidang:

Sidang Ferdy Sambo digelar di Ruang Sidang Utama Oemar Seno Adji di Pengadilan
Negeri Jakarta Selatan, jumlah pesertanya dibatasi sekitar 50 orang saja yang di lansir dari
laman tirto.id.
Sedangkan untuk sidang kode etik Ferdy Sambo anggota sidang KKEP Sambo, akan diikuti
oleh Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Komjen Agung Budi Maryoto dan Kadiv
Propam Polri Irjen Syahardiantono.Selain itu, anggota lain yaitu Analis Kebijakan Utama
bidang Sabhara Baharkam Polri Irjen Rudolf Alberth Rodja dan Gubernur PTIK Irjen Yazid
Fanani. Keputusan sidang etik terhadap Sambo bakal diumumkan langsung oleh Ketua KKEP
Kabaintelkam Komjen Ahmad Dofiri,.

B. Asas-Asas Dalam Persidangan


1. Asas Legalitas:

Dalam KUHPidana pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa “suatu perbuatan tidak dapat
dipidana,kecuali berdasarkan kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada.
Berdasarkan apa yang terjadi dalam kasus mantan kadiv propam Porli Irjen Ferdy Sambo,ia
melakukan tindak pidana berupa menghilangkan nyawa orang lain yang dimana ia turut ikut
serta dalam pembuhunan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.

Ketentuan perundang-undangan dalam KUHPidana dalam pasal 338 dan 340 telah
mengatur ketentuan mengenai kejahatan terhadap nyawa. Pasal 338 menyatakan bahwa
“Barang siapa dengan sengaja merampas nyawa orang lain, diancam karena pembunuhan
dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun” dan pasal 340 menyatakan bahwa
“Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa
orang lain, dihukum karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau
penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun.”

Berdasarkan Asas legalitas dan ketentuan yang telah mengatur tentag pembunuhan dengan
sengaja dan terencana maka,selayaknya Ferdy Sambo mendapatkan hukuman yang setimpal
denga napa yang telah ia lakukan terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat.

2. Asas Tersangka dan Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum

Mengutip Pasal 15 UU No. 18 Tahun 2003 disebutkan “Advokat bebas dalam menjalankan
tugas profesinya untuk membela perkara yang menjadi tanggung jawabnya”. Demikian pula
dalam Pasal 18 ayat 1 diterangkan “Advokat dalam menjalankan tugas profesinya tidak
membedakan perlakuan terhadap klien berdasarkan jenis kelamin, agama, politik, keturunan,
ras, atau latar belakang sosial dan budaya”. Sedangkan Pasal 21 ayat 1 menjelaskan bahwa
“Advokat berhak menerima honorarium atas jasa yang telah diberikan”.
Berdasarkan ketentuan asas ini Ferdy Sambo berhak mendapat bantuan hukum. Pelaku
Ferdy Sambo sedang terjerat hukum tidak dilarang menggunakan jasa pengacara. Ferdy Sambo
adalah tahanan layaknya yang lain, memiliki hak sebagaimana dilindungi dalam pasal 7 ayat
(1) huruf d KUHAP, yang berbunyi “Tahanan berhak menghubungi dan di dampingi
pengacara”. Sangat vital fungsi dan peran pengacara bagi pelaku dalam proses peradilan pidana
sehingga negara pun berusaha menyediakan bantuan hukum bagi setiap kaum yang tidak
mampu sekalipun. Bahkan pada kasus tahanan anak tidak dapat diproses dipengadilan jika
tidak didampingi pengacara (dalam SPPA). Negara menurut Kementerian Hukum dan HAM
pada tahun 2022 menyediakan 619 Organisasi Bantuan Hukum (OBH) gratis bagi golongan
masyarakat kurang mampu.

Ferdy Sambo tidak dapat diproses dalam persidangan jika tidak didampingi oleh
pengacara,tetapi Ferdy Sambo dalam kasus ini bukanlah orang yang kurang mampu sehingga
tidak mungkin mendapatkan jasa Organisasi Bantuan Hukum (OBH) yang bersifat cuma-
Cuma,sehingga Ferdy Sambo menyewa sendiri pengacara yang berbayar untuk membantunya
dalam persidangan yang melibatkan dirinya.

3. Asas Praduga Tidak Bersalah

Asas praduga tidak bersalah (presumption of innocence) secara tegas disebutkan dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) serta Undang-Undang No 48 tahun
2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Seperti disebut dalam KUHAP butir ke 3 huruf c tentang
adanya asas praduga tak bersalah, menyatakan bahwa “Setiap orang yang disangka, ditangkap,
ditahan, dituntut dan atau dihadapkan di muka sidang pengadilan, wajib dianggap tidak
bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan kesalahannya dan memperoleh
kekuatan hukum tetap.”.

Dalam Asas Praduga tidak bersalah ini dalam kasus Ferdy Sambo ini mengingat
sebelumnya banyak sekali beredar informasi di media sosial yang kebenarannya belum valid
dan sumber informasi yang tidak jelas, baik terhadap almarhum Brigadir J maupun keluarga
besar Irjen Polisi Ferdy Sambo. Sebab pada awal persidangan alasan Ferdy Sambo melakukan
tindakan pembunuhan ini dikarenakan bahwa isrtinya Putri Candrawati telah dilecehkan oleh
almarhum Brigadir J,sehingga Ferdy Sambo dengan tega melakukan tindakan pembunuhan.
Dan pada akhirnya dalam sidang putusan Ferdy Sambo dituntut penjara seumur hidup oleh
hakin Wahyu Iman Santosa,karena ia telah dinyatakan sebagai dalang kasus pembunuhan dan
terlibat menembak korban dengan menggunakan senjata tajam dengan sengaja sehingga korban
kehilangan nyawa.

4. Asas Semua Orang Diperlakukan Sama Didepan Hukum (Equality Before The Law)

Dikutip dari laman pilar.id,bahwa persidangan Ferdy Sambo diberlakukan asas Equality
Before The Law. Tim penyidik melakukan pemeriksaan dengan menerapkan asas equality
before the law atau asas yang menyatakan bahwa setiap warga negara diperlakukan sama di
hadapan hukum. Sehingga, tidak akan ada perbedaan atau perlakuan khusus dalam hal
pemeriksaan kepada Irjen Ferdy Sambo. Dedi menjelaskan bahwa pemeriksaan terhadap Ferdy
Sambo sama seperti pemeriksaan yang dilakukan kepada masyarakat lainnya, meskipun
terperiksa mengenakan seragam Polri dan mantan pimpinan dari Direktorat Tindak Pidana
Umum (Dittipidum).

Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 1 menyatakan bahwa"Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan
pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.". Dengan ini meskipun Ferdy Sambo adalah
salah satu Jendral yang ada dalam Kepolisian Republik Indonesia namun dalam persidangan
tetap sama dengan masyarakat yang melakukan tindak pidana. Bahwa telah terbukti jika
didalam persidangan tidak ada hal yang membedakan antara pelaku kejahatan yang mempunyai
kekuasaan ataupun yang tidak memiliki kekusaan sekalipun.

5. Asas Oportunitas

Dalam hukum acara pidana dikenal suatu badan yang khusus diberi wewenang untuk
melakukan penuntutan pidana ke pengadilan yang disebut penuntut umum. Dalam asas
oportunitas ini,penuntun umum tidak wajib menuntut seseorang yang melakukan delik jika
menurut pertimbangannya akan merugikan kepentingan umum.

Kasus Ferdy Sambo ini bisa dikatakan tidak merugikan kepentingan umum,namun
sebaliknya malah menguntungkan kepentingan umum dimana Ferdy Sambo telah melakukan
keresahan terhadap masyarakat umum dimana seorang polisi yang dengan teganya
menghilangkan nyawa sesame aggota polisi dengan sangat keji. Sehingga timbulah
ketidakpercayaan masyarakat terhadap Kepolisian Republik Indonesia.

Perbuatannya juga dinilai mencoreng nama institusi Polri, tidak hanya di mata masyarakat
Indonesia, tetapi juga dunia. Jaksa mengatakan, sebagai seorang petinggi Polri, Ferdy Sambo
tak sepantasnya melakukan tindak pembunuhan berencana dan perintangan penyidikan.
Perbuatan Sambo itu juga menyeret banyak anggota Polri lainnya sehingga menimbulkan
kegaduhan di masyarakat. Untuk sang mantan Kepala Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv
Propam) Polri itu, Jaksa menuntut hukuman bui seumur hidup. Hal tersebut disampaikan dalam
sidang yang digelar Selasa, 17 Januari 2023. "Terdakwa Ferdy Sambo bisa dimintai
pertanggungjawaban pidana. Kami mengharap kepada majelis hakim Ferdy Sambo dijatuhi
pidana seumur hidup" ujar jaksa.

6. Asas Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum

“Sidang perkara nomor 796 atas nama terdakwa Ferdy Sambo,S.H.,S.I.K.,M.H., dinyatakan
dibuka dan terbuka untuk umum” kata ketua majelis hakim Wahyu Iman Santoso dilansir dari
Antara News.

Anda mungkin juga menyukai