KASUS PIDANA
1Disusun Oleh:
Risma Ariani
Sandra Kelihu
Awal Mula Kasus Ferdy Sambo Cs, Kasus Rekayasa Pembunuhan Brigadir Yosua
Kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo kemudian dinonaktifkan oleh Kapolri Listyo
Sigit Prabowo di sela pengungkapan pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat
alias Brigadir J.
Setidaknya, Kapolri Listyo Sigit menyebut empat alasan Ferdy Sambo dinonaktifkan,
yakni alasan komitmen, obyektivitas, transparansi, akuntabel dalam mengungkap kasus
tewasnya Brigadir J oleh ajudan Ferdy Sambo, Barada E.
"Malam hari ini, kita putuskan untuk Irjen Pol Ferdy Sambo untuk sementara
jabatannya dinonaktifkan."
"Untuk kemudian, jabatan tersebut, saya serahkan kepada Pak Wakapolri," kata
Kapolri dalam konferensi pers, Senin (18/7/2022).
"Tentunya ini untuk menjaga agar apa yang telah dilakukan selama ini, terkait dengan
komitmen, obyektivitas, transparansi, akuntabel, betul-betul kita jaga."
"Agar proses penyidikan yang saat ini sedang dilaksanakan bisa berjalan dengan baik
dan membuat terang peristiwa yang terjadi," kata dia.
Listyo mengatakan, saat ini sejumlah tahapan terkait penyidikan kasus tersebut tengah
berjalan, meliputi pemeriksaan para saksi hingga pengumpulan alat bukti.
Menyusul, pada Rabu, 20 Juli 2022, Kapolri juga menonaktifkan Karo Paminal Polri
dan Kapolres Metro Jakarta Selatan. Di hari yang sama, autopsi ulang terhadap jenazah
Brigadir J dilakukan Tim Perhimpunan Dokter Forensik Indonesia (PDFI), didampingi
Komnas HAM dan Kompolnas
Singkat cerita, fakta-fakta pun mulai terungkap, mulai dari adanya hambatan
penyidikan seperti intimidasi, tekanan, intervensi, hingga menghilangkan barang bukti yang
dilakukan beberapa anak buah Ferdy Sambo.
Termasuk fakta CCTV di pos satpam diambil oknum personel Divisi Propam Polri
dan Bareskrim Polri.
Pada 3 Agustus 2022, Bharada E ditetapkan sebagai tersangka dengan sangkaan Pasal
338 juncto Pasal 55 dan Pasal 56 KUHP. Lalu, pada 5 Agustus 2022, Bharada E membuat
pengakuan berbeda dari sebelumnya.
Bharada E mengungkap semua fakta, termasuk pembunuhan berencana yang
didalangi Ferdy Sambo. Pada 9 Agustus 2022, Kapolri mengumumkan penetapan tersangka
terhadap Ferdy Sambo, Bripka Ricky Rizal atau Bripka R, dan Kuat Ma'ruf.
Tak cukup sampai di situ, Polri juga menetapkan istri Ferdy Sambo yaitu Putri
Chandrawati sebagai tersangka.
Saat ini proses hukum Ferdy Sambo cs atas pembunuhan berencana terhadap Brigadir
J masih berlangsung.
Saat ini Ferdy Sambo sudah dipecat dari polisi. Namun putusan ini belum final
karena Ferdy Sambo mengajukan banding pada sidang putusan, Kamis (25/8/2022).
"Mohon izin sesuai dengan pasal 69 PP 72 tahun 2022 izinkan kami untuk
mengajukan banding," kata Ferdy Sambo dalam sidang kode etik yang dipimpin
Kabaintelkam Komjen Ahmad Dofiri.
Ia kemudian menegaskan bahwa dirinya akan menerima hasil keputusan sidang
yang diajukannya.
"Mohon izin ketua KKEP bagaimana kami sampaikan dalam proses
persidangan, kami mengakui semua perbuatan dan menyesali semua perbuatan yang
kami lakukan terhadap institusi Polri,"
"Apapun keputusan banding kami siap untuk melaksanakan," katanya dalam
sidang sidang komisi kode etik Polri (KKEP) di Gedung TNCC, Mabes Polri.
Sebelummnya, Ferdy Sambo juga mengajukan surat pengunduran diri sebagai
anggota Polri ke Kapolri Jenderal Listypo SIgit Prabowo.
Pada Selasa 8 Agustus 2023 lalu, Mahkamah Agung (MA) telah selesai melaksanakan
sidang kasasi vonis pidana mati yang diajukan oleh Ferdy Sambo, terpidana kasus
pembunuhan berencana Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J.
Hasilnya, majelis hakim memutus hukuman atas terpidana Ferdy Sambo dari pidana
mati menjadi penjara seumur hidup.
Hakim Mahkamah Agung (MA)mengubah hukuman mati Ferdy Sambo atas kasus
pembunuhan berencana Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J menjadi
penjara seumur hidup. Ternyata Hakim MA berpandangan Ferdy Sambo memiliki jasa
selama 30 tahun di Polri.
Alasan tersebut tertuang dalam salinan putusan Ferdy Sambo nomor 813 K/Pid/202.
Dalam sidang putusan pimpin ketua majelis hakim Suhadi dan anggotanya Suharto,
Jupriyadi, Desnayeti, serta Yohanes Priyana. Dalam putusannya, hakim wajib memperhatikan
sifat yang baik dan jahat dari terdakwa. Hal itu sejalan dengan amanat Pasal 8 ayat 2 UU
Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
"Maka riwayat hidup dan keadaan sosial terdakwa juga tetap harus dipertimbangkan
karena bagaimana pun terdakwa saat menjabat sebagai anggota Polri dengan jabatan terakhir
Kadiv Propam pernah berjasa kepada negara dengan berkontribusi ikut menjaga ketertiban
dan keamanan serta menegakkan hukum di Tanah Air. Terdakwa telah mengabdi sebagai
anggota Polri kurang lebih 30 tahun," ujar MA dalam putusannya.
Sambo juga telah menegaskan mengakui kesalahannya dan siap bertanggung jawab
atas perbuatannya. Sehingga, selaras dengan tujuan pemidanaan yang ingin menumbuhkan
rasa penyesalan bagi pelaku tindak pidana.
Selain Ferdy Sambo, terdakwa lain yakni Putri Candrawathi, Kuat Ma'ruf, dan Ricky
Rizal Wibowo telah mengajukan kasasi ke MA pada Mei lalu. Kasasi diajukan setelah
Pengadilan Tinggi (PT) DKI Jakarta menolak banding atas vonis yang dijatuhkan Pengadilan
Negeri (PN) Jakarta Selatan.
Saat kasasi, putusan itu berubah. Sambo yang semula divonis hukuman mati oleh MA
diubah menjadi pidana penjara seumur hidup. Putri Candrawathi menjadi 10 tahun, Bripka
Ricky Rizal menjadi 8 tahun, serta Kuat Ma'ruf menjadi 10 tahun.
1. Terkait kasus pembunuhan berencana, Sambo dijerat Pasal 340 subsider, Pasal
338 juncto ,Pasal 55 dan Pasal 56 Kitab Undang-undang Hukum Pidana
(KUHP). Ancaman pidananya maksimal hukuman mati, penjara seumur
hidup, atau penjara selama-lamanya 20 tahun.