Anda di halaman 1dari 2

Nama Anggota : Marsya Aurelia

Yohan Putra Ebenezer Siahaan


Judul : Kesaksisan Richard Eliezer

LATAR BELAKANG
Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau dikenal sebagai Eliezer adalah seorang polisi
berpangkat bhayangkara 2 (bharada) atau golongan tamtama. Ia menjadi orang pertama yang
ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penembakan Brigadir J pada Rabu (4/8/2022) dan
tersangka lainnya ialah Ferdi Sambo, Putri Candrawathi, Ricky Rizal atau Bripka RR, dan
Kuat Ma’ruf. Awalnya, pria yang lahir di Manado 14 Mei 1998 ini bergabung di Kesatuan
Brimob, ia bergabung dengan Divisi Profesi dan Pengamanan (Kadiv Propam) Polri pada
November 2021. Dari situlah, dia ditugaskan menjadi ajudan Ferdy Sambo yang saat itu
menjabat sebagai Kepala Divisi Propam Polri. Bharada E dijadikan sebagai tersangka karena
diduga telah melakukan tembak-menembak dengan korban (Brigadir J) yang menurut
kesaksian PC, Brigadir J telah melakukan tindakan pelecehan terhadapnya.

KRONOLOGI
Jumat (8/7/2022) Richard mengaku terlibat dalam baku tembak dengan Brigadir J di
rumah Dinas Ferdi Sambo karena hendak melindungi Istri Ferdi Sambo, Putri Candrawathi.
Namun, setelah ditetapkan sebagai tersangka, Bharada E membongkar peristiwa yang
sebenarnya. Dalam sidang perdana yang digelar Selasa (18/10/2022), jaksa penuntut umum
(JPU) mengungkap bahwa Richard diperintah oleh Ferdy Sambo untuk menembak Yosua di
rumah dinas mantan Kadiv Propam Polri itu di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan,
Jumat (8/7/2022). Dalam sidang perdana itu, ketua Majelis Hakim, Wahyu Iman Santosa
melontarkan sejumlah pertanyaan, yang diantaranya mengenai kronologi penembakan,
Bharada E bersaksi bahwa ia diperintahkan oleh Ferdi Sambo untuk menembak Brigadir J
sekitar 3-4 kali yang tepat 2 meter di depannya dan setelah itu, Ferdi Sambo mengambil
senjata milik Brigadir J lalu langsung menembak korban dan tembok rumahnya untuk
membuat skenario ada peristiwa baku tembak diantara Bharada E dengan Brigadir J , dalam
sidang tersebut ia juga menambahkan pernyataan “Saya sangat menyesali perbuatan saya.
Namun saya hanya ingin menyatakan bahwa saya hanyalah seorang anggota yang tidak
memiliki kemampuan untuk menolak perintah dari seorang jenderal”, Bharada E pun dijatuhi
vonis 12 tahun penjara. Pada Senin (26/12/2023), Romo Franz Magnis Suseno yang
merupakan ahli filsafat moral hadir sebagai saksi yang meringankan hukuman Bharada E
dalam kasus pembunuhan Brigadir J, dalam persidangan itu Romo Magnis menyampaikan
sejumlah pernyataan dalam sudut pandang filsafat moral yang menyatakan bahwa Bharada E
dalam pandangan moral tidak benar dan tidak sepenuhnya salah, karena tindakana yang ia
lakukan bukanlah keinginannnya karena ia terikat dengan abdinya. Bukan hanya Romo
Magnis sebagai seorang cendikiawan yang turut andil dalam penegakan keadilan, diketahui
terdapat 122 guru besar dan dosen dari seluruh universitas terkemuka di Tanah Air
menyatakan dukungan terhadap keadilan yang harus diterima oleh Bharada E, mereka
tergabung dalam Aliansi Akademisi Indonesia menyatakan diri sebagai Sahabat Pengadilan
atau Amicus curiae untuk terdakwa,“Sebagai sahabat pengadilan, kami yakin bahwa kasus
pembunuhan yang melibatkan Eliezer harus ditangani dengan adil dan penuh pemahaman
hukum yang tidak hanya bersifat tekstual, tetapi juga kontekstual,” ujar Guru Besar Fakultas
Hukum Universitas Indonesia Prof. Dr. Sulistyowati Irianto dalam press release, pada
Minggu (12/2/2023), serta Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) memberikan
status Justice Collaborator (JC) bagi Bharada. Akhirnya, setelah banyaknya perseteruan
kesaksian dalam kasus ini pada Rabu (15/02/2023), Ketua Majelis Hakim, Wahyu Iman
Santosa, menjatuhkan hukuman pidana penjara 1 tahun 6 bulan dan membayar biaya perkara
sebesar Rp.5.000 kepada Bharada E atas pertimbangan pasal 340 KUHP Pidana, pasal 55
ayat 1 KUHP Pidana, pasal 5 ayat 1 UU No.48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman,
pasal 10A UU No.31 tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang nomor 13 tahun 2006.
Vonis itu jauh lebih rendah dibandingkan tuntutan jaksa terhadap Eliezer, yang dianggap
sebagai eksekutor dalam kasus pembunuhan ini, sebesar 12 tahun penjara. Dalam
pertimbangannya, hakim justru menilai Eliezer bukan pelaku utama. Menurut hakim, Ferdy
Sambo yang merupakan aktor intelektual dan pelaku utama dalam kasus ini. Selain itu,
keterangan Eliezer dianggap telah membantu terungkapnya perkara ini. Hakim juga
mempertimbangkan bahwa keluarga Yoshua telah memaafkan Eliezer atas perbuatannya.

KESIMPULAN
Buanglah Sampah (Sambo, dan kawan-kawan) pada Tempatnya (Penjara)

Anda mungkin juga menyukai