Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN ISU

PERINGANAN HUKUMAN BAGI JUSTICE COLLABORATOR


DALAM TINDAK PIDANA

A. RANGKUMAN ISU
Pada hari Rabu, 15 Februari 2023, Majelis Hukum Pengadilan Jakarta Selatan
memberikan vonis ringan untuk Richard Eliezer atau Bharada E dengan hukuman selama
1,5 tahun di penjara terkait kasus pembunuhan berencana terhadap Yosua Hutabarat. Vo-
nis 1,5 tahun penjara terhadap Richard Eliezer itu jauh lebih ringan dibanding tuntutan
JPU yang sebelumnya menuntut 12 tahun penjara. Majelis hakim menilai Richard Eliezer
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana pembunuhan ter-
hadap Brigadir J. Bharada E dinilai jaksa terbukti dengan sengaja dan dengan rencana
lebih dahulu merampas nyawa orang lain sebagaimana dakwaan Pasal 340 Kitab Un-
dang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Walaupun Richard Eliezer juga tersangka, huku-
man untuknya diringankan karena ia menjadi Justice Collaborator di kasus tersebut.

B. DISKURSUS
Justice Collaborator (JC) adalah sebutan bagi pelaku kejahatan yang bekerjasama
dalam memberikan keterangan dan bantuan bagi penegak hukum. Justice collaborator
merupakan individu yang berperan penting dalam membongkar suatu kejahatan dan dapat
menyediakan bukti untuk menjerat pelaku utama dan tersangka lainnya di dalam suatu
perkara. Salah satu aturan terkait Justice Collaborator adalah Surat Edaran Mahkamah
Agung (SEMA) Nomor 4 Tahun 2011. Dalam SEMA tersebut, seseorang dapat dikate-
gorikan sebagai Justice Collaborator jika:
• Merupakan salah satu pelaku tindak pidana tertentu.
• Mengakui kejahatan yang dilakukannya.
• Bukan pelaku utama dalam kejahatan tersebut.
• Memberikan keterangan sebagai saksi dalam proses peradilan.
• Jaksa Penuntut Umum (JPU) menyetakan bahwa keterangan dan bukti-bukti yang
diberikannya sangat penting dan dapat membantu pengungkapan kasus, mengungkap
pelaku-pelaku lain yang memiliki peran lebih besar, dan mengembalikan aset atau hasil
dari tindak pidana tersebut.

1
Beberapa hak yang didapatkan oleh seorang Justice Collaborator adalah:
• Penanganan khusus.
• Penghargaan (keringanan hukuman, pembebasan bersyarat, dan remisi tambahan).
• Tidak dapat dituntut secara hukum.

Dalam hukum nasional, Justice Collaborator diatur dalam Undang-undang Nomor


13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban, Undang-undang Nomor 31 tahun
2014 (perubahan atas UU Nomor 13 tahun 2006) tentang Perlindungan Saksi dan Korban,
Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA) No. 04 tahun 2011, Peraturan Bersama Menteri
Hukum dan HAM, Jaksa Agung, Kapolri, KPK, dan LPSK tentang Perlindungan Bagi Pela-
por, Saksi Pelapor, dan Saksi Pelaku yang Bekerjasama.

Jaksa meragukan soal status justice collaborator untuk Richard Eliezer. Menurut
Jaksa, dalam Undang-Undang Perlindungan Saksi Korban (PKS) Nomor 31 Tahun 2014,
terkait pidana pembunuhan berencana, tidak menyebutkan bahwa LPSK mempunyai hak
untuk memberikan status justice collaborator kepada terdakwa. Ketika majelis hakim
memvonis Bharada E atau Richard Eliezer dengan hukuman 18 bulan atau satu tahun
enam bulan penjara, timbul lebih banyak lagi pro dan kontra di antara para ahli yang
menyimak kasus tersebut.

• Albert Aries, ahli hukum pidana setuju dengan keringanan bagi Richard. Menurutnya,
jika Richard diberikan hukuman yang berat, ini akan menimbulkan kesan negatif di
masyarakat tentang fungsi justice collaborator. Persepsi masyarakat mengenai fungsi
dari JC menjadi kurang positif. Apalagi ada yang berpandangan bahwa percuma jujur
dan kooperatif kalau justru tuntutannya lebih berat dari pelaku penyertaan lainnya.

• Pakar Hukum Pidana Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (Unusia) Fira Mubayyinah
menilai vonis majelis hukum kepada Richard Eliezer Pudihang Lumiu kurang ideal dan
terlalu rendah. Eliezer secara sadar dan memiliki kewenangan untuk menolak
melakukan perbuatan itu, meskipun dia ada di bawah tekanan tetapi tetap saja dia seba -
gai individu yang rasional tetap punya kuasa atas dirinya untuk tidak melakukannya . Ia
khawatir bahwa masa penjara yang ringan karena alasan JC menjadi yurisprudensi di
masa depan yang berakibat pemakluman menghilangkan nyawa seseorang diringankan
hukumannya dengan JC.

2
• Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud
MD menanggapi vonis yang dijatuhkan kepada Richard Eliezer Pudihang Lumiu, 1,6
tahun penjara sebagai keputusan yang tepat. Menurutnya, keputusan majelis hakim su-
dah sangat baik dan objektif.

• Pengamat Hukum Pidana Universitas Trisakti Abdul Fikar Fajar menilai vonis 1,5 tahun
penjara terhadap Richard Eliezer Pudihang Lumiu atau Bharada E sudah memenuhi
rasa keadilan. Ia mengatakan bahwa benar secara aktual dia melakukan tetapi ada kon-
disi-kondisi yang memojokan dia atau meletakan dia pada situasi yang sangat terpaksa
sehingga dia melakukan itu meskipun ada unsur sengaja terbukti, sengaja menembak.
Tetapi tidak menjadi tanggung jawab dia ketika bisa dibuktikan bahwa perbuatan itu di-
lakukan atas perintah atas situasi ada yaitu pola relasi yang tidak seimbang, antara
seseorang memerintah dengan yang diperintahkan sehingga dia tidak bisa melarikan diri
dari situasi itu, kemudian dia berbuat juga.

• Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni menyebut keputusan hakim atas vonis
Eliezer sudah adil. Sahroni memandang peran Eliezer memang sangat besar sebagai
Justice Collaborator. Selain itu, kata dia, Eliezer juga hanya mematuhi komando pimp-
inannya, Ferdy Sambo.

• Kriminolog UI, Adrianus Eliasta Meliala, menilai hukuman 1 tahun dan 6 bulan bagi
Richard Eliezer terlalu rendah. Hukuman itu tidak pantas bagi seorang pembunuh. Putu-
san ini dinilai berbeda jauh dengan logika hukum jaksa dalam tuntutan. Vonis rendah
Eliezer ini memperlihatkan perbedaan yang jauh dengan terdakwa lain padahal Eliezer
yang terbukti membunuh Brigadir J. Menurutnya, hukuman yang diberikan tidak mencer-
minkan sebagai terdakwa.

• Dosen Hukum Pidana Universitas Trisakti Azmi Syahputra menilai hakim telah sangat bi-
jaksana dan menjaga keseimbangan antara perbuatan dalam memutuskan lama pemi-
danaan bagi Bharada E mengingat kedudukan dan fungsi Bharada E yang bekerja sama
dalam membongkar kejahatan ini.

• Adapun Pakar Hukum Pidana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Iqbal Felissiano
mengganggap wajar putusan terdakwa Richard Eliezer Pudihang Lumiu 1,5 tahun jauh
lebih ringan dari tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) 12 tahun penjara. Menurutnya,

3
walaupun terdakwa Eliezer dinyatakan bersalah namun hakim memutuskan melakukan
pengurangan masa pidananya karena dianggap sebagai terdakwa yang bekerja sama
dalam pengungkapan perkara dan itu merupakan keputusan yang adil.

• Guru Besar Ilmu Hukum Pidana dari Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta,
Mudzakkir, mengatakan bahwa pada dasarnya, Eliezer berperan sebagai eksekutor.
Mudzakkir mengatakan atas dasar tersebut maka seharusnya orang yang terlibat dalam
proses pembunuhan terlebih sebagai pelaku utama, yakni eksekutor tidak dapat dikuali-
fikasi sebagai JC. Apalagi mendapatkan hukuman yang ringan. Ia menerangkan Eliezer
mendapatkan hukuman 1,5 tahun atas dasar JC, maka menurutnya perlu kembali diin-
gat bahwa ia juga melakukan tindakan pidana, dan perannya utamanya besar.

• Pakar hukum pidana, Hibnu Nugroho, menilai Richard Eliezer pantas mendapatkan vo-
nis yang jauh lebih ringan daripada tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU). Ampunan
keluarga Yosua Hutabarat (Brigadir J) menjadi salah satu alasan vonis Richard turun
menjadi 1,5 tahun. Eliezer berperan penting dalam pengungkapan kasus pembunuhan
berencana terhadap Brigadir Yosua. Hal ini menjadi pertimbangan yuridis yang sangat
penting.

• Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso mengatakan vonis majelis
hakim terhadap terdakwa Bharada E yang jauh di bawah tuntutan jaksa menunjukkan
bahwa hakim memihak pada tekanan publik daripada keadilan prosedural. Karena itu
dia melihat vonis mati terhadap Ferdy Sambo dan hukuman ringan pada Bharada E
adalah upaya politis meningkatkan citra peradilan dengan vonis hukuman mati sesuai
suara publik.

• Pakar hukum Universitas Negeri Manado (Unima) Lesza Leonardo Lombok berpendapat
bahwa hukuman selama 1,5 tahun terhadap Richard Eliezer masih sulit dicerna dalam
aspek legal formalnya. Vonis Eliezer di bawah tuntutan jaksa tapi tetap dinyatakan
bersalah pembunuhan berencana, yang mana pembunuhan berencana ancaman huku-
mannya mati atau seumur hidup atau 20 tahun. Ia berpendapat bahwa Eliezer tidak pan-
tas mendapatkan vonis tersebut.

• Anggota Tim Ahli Hukum dan Perundangan-undangan Dewan Pertimbangan Presiden


(Wantimpes), Henry Indraguna menilai, vonis tersebut membuktikan bahwa keadilan

4
memang benar-benar ditegakkan oleh hakim terhadap Richard Eliezer. Sebab, sejak
awal Bharada Richard Eliezer telah sangat koperatif, serta turut mengungkap kebenaran
atas perkara pembunuhan berencana tersebut dengan cara mengajukan diri sebagai
Justice Collaborator (JC).

C. KESIMPULAN
Pada Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA), tertulis bahwa Saksi Pelaku yang
Bekeriasama (Justice Collaborator), hakim dalam menentukan pidana yang akan di-
jatuhkan dapat mempertimbangkan hal hal penjatuhan pidana. Hakim dapat meniatuhkan
pidana percobaan bersyarat khusus atau menjatuhkan pidana berupa pidana penjara yang
paling ringan di antara terdakwa lainnya yang terbukti bersalah dalam perkara yang di-
maksud. Surat Edaran ini sebagai pedoman untuk vonis Richard Eliezer yang diberikan
hukuman 1,5 tahun, jauh lebih ringan dibandingkan terdakwa lainnya.

Vonis Richard Eliezer yang singkat mengangkat banyak pendapat yang pro dan
kontra. Di sisi pro, beberapa pakar setuju dengan vonis Richard Eliezer. Mereka berpen-
dapat bahwa vonis yang diberikan sudah sangat tepat karena ia sudah membantu men -
erangkan kasus tersebut walaupun ia termasuk terdakwa. Eliezer memberikan keterangan
yang jujur dan keberaniannya patut diapresiasi. Maka dari itu, ia berhak mendapatkan
remisi hukum. Selain itu, pakar juga menerangkan seberapa pentingnya hakim untuk
memberikan hukuman yang lebih ringan. Kasus tersebut menarik perhatian masyarakat
secara nasional. Jadi, ada baiknya hakim memberikan kesan yang positif terhadap Justice
Collaborators. Jika hakim tetap memberikan hukuman yang berat untuk Richard Eliezer,
maka itu akan memberi kesan kepada masyarakat bahwa percuma menjadi Justice Col-
laborator jika tidak diringankan hukumnya.

Beberapa pakar tidak setuju dengan hukuman Richard Eliezer yang sangat singkat.
Mereka berpendapat bahwa vonis hukuman untuk Eliezer kurang berat. Eliezer sudah
membunuh Brigadir J, maka dari itu ia harus diberikan hukuman yang lebih berat.
Walaupun ia menjadi Justice Collaborator di kasus ini, hal itu tidak menutup fakta bahwa
ia merupakan salah satu eksekutor Brigadir J yang terbukti bersalah. Vonis rendah Eliezer
ini berbeda jauh dengan terdakwa lain padahal Eliezer yang terbukti membunuh Brigadir J.
Aksi sekeji membunuh seakan-akan dikesampingkan karena ia akhirnya memutuskan un-
tuk jujur dan membantu penegak hukum. Masa penjara Eliezer yang ringan karena peran-
nya sebagai Justice Collaborator dikhawatirkan akan menjadi yurisprudensi di masa
5
depan yang bisa memaklumkan tindak pidana sebesar membunuh dengan alasan Justice
Collaborator. Sebagai salah satu eksekutor Brigadir J yang terbukti salah, Brigadir E harus
mendapatkan hukuman yang lebih berat walaupun ia berperan sebagai Justice Collabora-
tor di kasus ini.

Vonis ringan Richard Eliezer ini masih sangat kontroversial di kalangan


masyarakat. Namun, kita harus menyesuaikan dengan sebagaimana asas hukum
berbunyi "Res Judicata Pro Veritate Habetur" yang artinya putusan hakim harus dianggap
benar. Kasus pidana ini diharapkan untuk menjadi inspirasi agar semakin banyak Justice
Collaborators untuk membela keadilan dan kejujuran.

D. REFERENSI
1. 2022. “Apa itu Justice Collaborator?” https://rb.gy/ynumn6. diakses pada 20 Februari
2023
2. 2023. “Apa Itu Justice Collaborator, Syarat, dan Hak-haknya?” https://rb.gy/4stbqn. di-
akses pada 20 Februari 2023
3. Arrahmah, Syifa. 2023. “Pakar Hukum Pidana Nilai Vonis Eliezer Kurang Ideal dan
Terlalu Rendah.” https://rb.gy/w09tfk. diakses pada 21 Februari 2023
4. Wahyuni, Willa. 2022. “Mengenal Justice Collaborator dalam Kasus Pidana.” https://
rb.gy/0oq9sp. diakses pada 21 Februari 2023
5. 2023. Richard Eliezer Dituntut 12 Tahun Penjara di Kasus Pembunuhan Brigadir J.”
https://rb.gy/ltn5rn. diakses pada 21 Februari 2023
6. 2023. Status "Justice Collaborator" Richard Eliezer yang Cetak Sejarah Baru Pene-
gakan Hukum.” https://rb.gy/wl7z86. diakses pada 22 Februari 2023
7. Bona, Maria. 2023. “Pakar: Vonis Hakim terhadap Eliezer Sudah Penuhi Rasa Keadi-
lan”. https://rb.gy/5puqy1. diakses pada 23 Februari 2023
8. Harahap, Ricky. 2023. “Soal Vonis Richard Eliezer, Mahfud: Saya Bahagia Punya
Hakim yang Nasionalis”. https://rb.gy/cjireq. diakses pada 23 Februari 2023
9. 2023. “Hukuman 1,5 Tahun Penjara Eliezer Dinilai Tidak Pantas untuk Seorang Pem-
bunuh”. https://rb.gy/5ofhn4. diakses pada 23 Februari 2023
10. Santoso, Audrey. 2023. “Analisis Pakar soal Vonis Ringan Eliezer: Hadiah Justice
Collaborator”. https://rb.gy/yv8hep. diakses pada 23 Februari 2023

Anda mungkin juga menyukai