Anda di halaman 1dari 3

Nama : Rizki Fahreza Saragih

NIM : 200200623

SOAL :
1. Apa tujuan pokok dari Hukum Acara Pidana? Dan kebenaran apa yang hendak dicari?
Jelaskan dan berikan contohnya!
2. Uraikan 3 (tiga) asas umum yang terdapat di dalam Hukum Acara Pidana!
3. Sistem Hukum Indonesia mengenal Penyelesaian Sengketa Alternatif yang dilakukan di
luar lembaga peradialn. Salah satu yang cukup populer adalah Penyelesaian Sengketa dengan
Arbitrase. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Arbitrase, dan mengapa putusan Arbitrase
dikatakn final and binding? Uraikan jawaban Saudara!
4. Dalam salah satu asas Hukum Acara Perdata dikenal Asas Hakim Bersifat Pasif. Berikan
penjelasan mengenai asas tersebut disertai contohnya dan dasar yuridisnya!

Jawab :
1. Tujuan Hukum Acara Pidana adalah untuk mencari “kebenaran material”( Andi Hamzah,
2006: 7).
Kebenaran yang selengkap-lengkapnya, dari suatu perkara pidana dengan menerapkan
ketentuan-ketentuan acara pidana secara jujur dan tepat sesuai dengan tujuan untuk
mencari
siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan sesuatu pelanggaran hukum dan
selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah
terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu
dapat dipersalahkan.

Contoh :
Contoh Kasus Penyelidikan :
Dalam kasus hukum penyelidik memiliki kewajiban yang sudah diatur dalam undang-
undang di antaranya mencari keterangan dan barang bukti dan memberhentikan orang
yang dicurigai lalu memeriksa identitasnya. Sebagai contoh seorang penyelidik
memberhentikan pengendara di jalan raya namun orang yang dicurigai tersebut tidak mau
diamankan, maka penyelidik dapat menangkapnya untuk diserahkan kepada penyidik.
Contoh Kasus Penyidikan :
Penyidik menangkap seorang tersangka terduga melakukan tindak pidana, namun orang
tersebut melakukan perlawanan hingga membahayakan keselamatan penyidik. Apabila
terjadi perlawanan demikian, maka penyidik memiliki kewenangan untuk melumpuhkan
tersangka. Sebagai contoh penyidik dapat menembak kaki atau bagian bagian tubuh lain
(bertujuan melumpuhkan) apabila sudah diberikan tembakan peringatan namun tersangka
tidak patuh.
Contoh lain adalah kasus penyidikan dan putusannya adalah pada kasus kerumunan yang
didakwaan kepada Rizieq Shihab. VOI pernah menulisnya dalam judul Rizieq Sihab jadi
tersangka kasus kerumunan.
2. 1) Asas legalitas.  Asas legalitas dalam hukum pidana dan hukum acara pidana
adalah sesuatu yang berbeda. Dalam hukum pidana, asas legalitas dapat
diartikan “tidak ada suatu perbuatan yang dapat dipidana tanpa ada peraturan
yang mengaturnya (nullum delictum nulla poena sine lege poenali). Namun,
dalam hukum acara pidana, asas legalitas memiliki makna setiap Penuntut Umum
wajib segera mungkin menuntut setiap perkara. Artinya, asas legalitas lebih
dimaknai setiap perkara hanya dapat diproses di pengadilan setelah ada tuntutan
dan gugatan terhadapnya. Sedangkan penyimpangan terhadap asas ini dikenal
dengan asas oportunitas yang berarti bahwa demi kepentingan umum, Jaksa
Agung dapat mengesampingkan penuntutan perkara pidana.
2) Asas diferensiasi fungsional. Asas ini menyatakan setiap aparat penegak
hukum dalam sistem peradilan pidana memiliki tugas dan fungsinya sendiri yang
terpisah antara satu dengan yang lain;
3) Asas lex scripta. Asas ini  berarti hukum acara pidana yang mengatur proses
beracara dengan segala kewenangan yang ada harus tertulis. Selain itu, asas ini
juga mengajarkan bahwa aturan dalam hukum acara pidana harus ditafsirkan
secara ketat.

3. Arbitrase diartikan sebagai cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan
umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para
pihak yang bersengketa.
Keputusan arbitrase dikatakan final karena penyelesaian sangketa di luar Peradillan Negeri
akan tetapi diajukan dan diselesaikan oleh lembaga Abitrase

4. Asas hakim yang pasif memberikan batasan kepada hakim untuk tidak dapat mencegah
apabila gugatan tersebut dicabut atau pihak akan melakukan perdamaian, atau hakim
mengadili luas pokok sangketa hanya yang diajukan para pihak dan diizinkan atau
menjatuhkan putusan melebihi dari pada apa yang mudah.
Contoh kasusnya sudah terjadi dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dimana
hakim Pengadilan Agama mengizinkan saudara yang berbeda agama menerima waris dari
saudaranya yang sudah meningga.
Dasar Yudiris : Pasal 130 HIR, Pasal 154 RBg, Pasal 14 ayat (2) UU 14/1970

Anda mungkin juga menyukai