Anda di halaman 1dari 17

HUKUM ACARA

PERADILAN AGAMA
Oleh
Hadi Daeng Mapuna
PENGERTIAN DAN TUJUAN
 Hukum Acara Perdata atau biasa juga
disebut hukum formal atau hukum proses
adalah:
Peraturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin ditaatinya hukum perdata
materil dengan perantaraan hakim. Dengan
perkataan lain, Hukum Acara Perdata adalah
Peraturan hukum yang menentukan bagaimana
caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata
materil. (Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo,
SH.)
 Lebih konkrit lagi, Hukum Acara Perdata mengatur
tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan
hak, memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan
daripada putusannya.
 Prof. Dr. R. Wirjono Prodjodikoro, SH.

Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan-


peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus
bertindak terhadap dan di muka pengadilan dan
bagaimana cara pengadilan itu harus bertindak satu
sama lain untuk melaksanakan berjalannya
peraturan-peraturan hukum perdata.
 Sudikno lebih menekankan pada fungsi akhir dari
hukum acara perdata, sedangkan Wirjono lebih
menekankan pada fungsi proses atau instrumen
yang dipergunakan dalam rangka penegakan hukum
materil.

 Hukum Acara Peradilan Agama adalah peraturan-


peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara
orang bertindak di muka pengadilan Agama dan
bagaimana cara pengadilan Agama dalam
menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan
kepadanya demi tegaknya hukum Materil Peradilan
Agama.
 Mukti Arto dalam bukunya Praktek Perkara Perdata
Pada Pengadilan Agama, mendefinisikan Hukum
Acara PA sebagai berikut :
“Hukum Acara Pengadilan Agama ialah peraturan
hukum yang mengatur bagaimana cara mentaatinya
hukum perdata materil dengan perantaraan hakim
atau cara bagaimana bertindak di muka Pengadilan
Agama dan bagaimana cara hakim bertindak agar
hukum itu berjalan sebagaimana mestinya.”
PASAL 54 UU NO. 7 TAHUN 1989
TENTANG PERADILAN AGAMA
Hukum Acara yang berlaku pada pengadilan
dalam lingkungan Peradilan Agama adalah
Hukum Acara Perdata yang berlaku pada
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum,
kecuali yang telah diatur secara khusus dalam
UU ini.

Perkara-perkara dalam bidang Perkawinan


berlaku hukum acara khusus dan selebihnya
berlaku hukum acara perdata pada umumnya.
SUMBER HUKUM ACARA
PERADILAN AGAMA
 HIR/R.Bg.
 UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
 UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas UU No. 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.
 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
 UU No. 5 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas UU No. 14
Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung
 UU No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan atas UU No. 1
tahun 1974 tentang Perkawinan
 Inpres No. 1 Tahun 1991 (Kompilasi Hukum Islam)
 Peraturan MA RI
 Surat Edaran Mahkamah Agung RI
 Kitab-Kitab Fiqih Islam dan Sumber Hukum Tidak tertulis
lainnya.
Hakim Pengadilan Agama sebagai penegak hukum dan
keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami
nilai-nilai hukum acara yang bersumber dari Syariat
Islam.

Tujuannya adalah, selain untuk mengisi kekosongan-


kekosongan dalam hukum acara juga agar putusan
yang dihasilkan lebih mendekati kebenaran dan
keadilan yang diridhoi Allah swt.
RUANG LINGKUP HUKUM ACARA PA
 Berdasarkan pengertian-pengertian yang
telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan
bahwa ruang lingkup atau cakupan hukum
acara peradilan agama itu meliputi 3 Tahap:

Tahap Pertama : Tahap Pendahuluan


1. Pendaftaran perkara di bagian kepaniteraan
2. Penetapan majelis hakim
3. Penetapan hari sidang
4. Pemanggilan kepada pihak pihak terkait.
 Tahap Penentuan, meliputi :
1. Mediasi *)
2. Pembacaan gugatan
3. Jawab-menjawab
4. Pembuktian
5. Pengambilan putusan yang dilakukan oleh hakim.

*) Tahap mediasi wajib dilakukan oleh hakim pada


peradilan. Kewajiban mediasi ini telah diatur dalam
pasal 130 HIR secara umum, dan secara khusus sudah
diatur dalam Perma (Peraturan Mahkamah Agung) RI
Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan.
Biasanya kesempatan untuk mediasi ini diberikan selama
40 hari.
3. Tahap Pelaksanaan
 Apapun putusan yang terjadi pada tahap
penentuan, selanjutnya akan dilakukan pada
tahap pelaksanaan ini. Sederhananya, tahap
pelaksanaan merupakan tahap untuk
merealisasikan putusan dari hakim yang telah
memiliki kekuatan hukum tetap. Pelaksanaan
putusan, baik secara sukarela atau paksa.
KEDUDUKAN HUKUM ACARA PA
 Kedudukan hukum acara sangat penting
dalam proses penyelesaian sengketa di
antara anggota masyarakat muslim.
ASAS-ASAS HUKUM ACARA
PERADILAN AGAMA
1. Peradilan Agama adalah Peradilan Negara.
2. Peradilan Agama adalah Peradilan bagi orang-
orang yang beragama Islam (Asas Personalitas
Keislaman)
3. Peradilan Agama menetapkan dan menegakkan
hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila.
4. Pengadilan Agama memeriksa, memutuskan
dan menyelesaikan perkara berdasarkan hukum
Islam.
5. Peradilan dilakukan demi Keadilan berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa.
6. Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat dan
biaya ringan.
7. Peradilan dilakukan menurut hukum dan tidak
membedakan orang.
8. Peradilan dilakukan bebas dari pengaruh dan
campur tangan dari luar.
9. Peradilan dilakukan dalam persidangan Majelis
dengan sekurang-kurangnya tiga orang hakim dan
salah satunya sebagai Ketua, sedang yang lain sebagai
anggota, dibantu oleh Panitera Sidang.
10. Pihak yang diadili mempunyai hak ingkar terhadap
hakim yang mengadili
11. Beracara dikenakan biaya
Tidak ada biaya tidak ada perkara. Perkara hanya
bisa didaftarkan setelah dibayar panjar biaya perkara
oleh yang berkepentingan.
Dalam putusan akhir, biaya perkara dibebankan
kepada pihak yang kalah, kecuali dalam bidang
perkawinan yang selalu dibebankan kepada pihak
penggugat/Pemohon.
Biaya perkara meliputi biaya kepaniteraan, biaya
proses dan biaya materai.
12. Hakim bersifat menunggu.
13. Hakim Pasif. Ruang lingkup pokok sengketa
ditentukan oleh pihak yang berkepentingan,
bukan hakim.
14. Persidangan bersifat terbuka untuk umum.
15. Hakim mendengar kedua belah pihak
16. Hakim berkuasa memberi perintah supaya
kedua belah pihak yang diwakili oleh kuasanya
pada persidangan, datang menghadap sendiri.
17. Tidak harus melalui pengacara.
ASAS-ASAS LAINNYA DAPAT
DIBACA DI BUKU REFERENSI

Terima Kasih...!!!

Makassar, 15 Maret 2021

Anda mungkin juga menyukai