Hukum acara perdata merupakan peraturan hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan dan
memelihara hukum perdata materiil. Hukum acara perdata juga diartikan sebagai suatu peraturan yang
mengatur bagaimana cara untuk mengajukan suatu perkara perdata terhadap pengadilan perdata, dan juga
mengatur bagaimana cara hakim perdata memberikan putusan terhadap subjek hukum.
Hukum acara perdata bertujuan untuk mencegah tindakan main hakim sendiri sehingga akan tercipta
suasana tertib hukum di dalam kehidupan bermasyarakat. Peradilan memberikan perlindungan hukum
kepada subjek hukum untuk mempertahankan hak-haknya sehingga mencegah perbuatan main hakim
sendiri dan perbuatan sewenang-wenang
Pengertian Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan yang memuat cara bagaimana orang harus
bertindak dihadapan pengadilan dan cara bagaimana pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk
melaksanakan berjalannya peraturan hukum perdata.
Pengertian Hukum Acara Perdataadalah suatu akibat yang ditimbulkan dari hukum perdata materil.
pengertian hukum acara perdata, Hukum Acara Perdata ialah peraturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim atau peraturan hukum
yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil. Hukum acara
perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan tuntutan hak, cara memeriksa dan cara
memutusnya, serta bagaimana pelaksanaan daripada putusannya.
Hukum acara itu mengabdi kepada hukum materiil, setiap perkembangan dalam hukum materiil itu
sebaiknya selalu diikuti dengan penyesuaian hukum acaranya. Oleh karena itu Hukum Perdata diikuti
dengan penyesuaian hukum acara perdata dan Hukum Pidana diikuti dengan penyesuaian hukum acara
pidana.
Soepomo
seorang ahli hukum adat mengatakan bahwa dalam peradilan tugas hakim ialah mempertahankan tata
hukum perdata, menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum dalam suatu perkara.
Dari pengertian hukum acara perdata yang diungkapkan pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa
Pengertian Hukum Acara Perdataadalah hukum yang mengatur bagaimana ditegakkannya hukum perdata
materiil, bagaimana orang berhadapan dimuka pengadilan dan bagaimana pelaksanaan dari putusannya.
Merupakan suatu bahan atau sumber bahan disusunnya suatu norma hukum.
Merupakan sesuatu yang dapat digali sebagai norma hukum dan menjadi dasar yuridis suatu hubungan
hukum atau peristiwa hukum tertentu. Sumber hukum formal meliputi :
Sumber hukum meterial meliputi : Sumber dalam arti sumber filosofis, Sumber dalam arti sumber yuridis,
Sumber dalam arti sumber historis, dan Sumber dalam arti sumber sosiologis
Sumber hukum tertulis terdiri dari : HIR (S. 1884 no.16, S. 1941 no.44), RBg (S. 1927 no.227), RV (S.
1847 no.52, 1849 no. 63), BW buku IV, WvK dan Peraturan Kepailitan , UU no. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, UU no. 1 Tahun 1974 (LN 1) tentang perkawinan, Undang-undang No 4 Tahun
2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, UU no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Hingkungan Hidup,
Undang-undang No.5 Tahun 2004 Perubahan atas Undang-undang No.14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung, Undang-undang No.18 Tahun 2003 Tentang Advokat , Undang-undang No.8 Tahun
2004 Perubahan atas undang-undang No.2 Tahun 1986 Tentang Peradilan Umum dan Peraturan-peraturan
pelaksana beserta undang-undang khusus lainnya dalam bidang peradilan .
Sumber hukum tidak tertulis meliputi : Yurisprudensi , kebiasaan, Doktrin dan ilmu Pengetahuan dan
Perjanjian Internasional
Hukum acara perdata bersifat memaksa sehingga suatu perkara yang sudah di proses di pengadilan
perdata maka keputusan hakim tidak bisa dilanggar dan harus ditaati oleh kedua belah pihak yang
bersengketa, jika tidak ditepati maka salah satu pihak akan mengalami kerugian karena tidak
mendapatkan hak sebagaimana mestinya.
Fungsi hukum acara perdata untuk mnegatur bagaimana cara penanganan sebuah perkara, tahapan-
tahapan dalam proses persidangan dan pemerikasaan perkara. Hukum acara perdata juga berfungsi untuk
mempertahankan hukum perdata materiil.
Asas asas hukum acara perdata ini dikaitkan dengan dasar serta asas-asas peradilan serta pedoman bagi
lingkungan peradilan umum, peradilan militer, peradilan agama dan peradilan tata usaha negara, dimana
ketentuan ini diatur di dalam UU No. 14 Tahun 1970 mengenai Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman.
Selain itu juga asas-asas hukum acara perdata ini didasarkan pada HIR atau Rbg.
1. Asas Objektivitas
Asas asas hukum acara perdata salah satunya ialah asas objektivitas. Di dalam memeriksa perkara dan
menjatuhkan putusan, maka hakim harus bersifat objektif dan tidak boleh memihak kepada pihak
manapun dalam persidangan. Semua putusan pengadilan harus memuat alasan-alasan atas putusan yang
dijadikan dasar untuk mengadili.
Asas sederhana, cepat dan biaya ringan merupakan salah satu dari asas asas hukum acara perdata. Yang
dimaksud dengan sederhana adalah acara peradilan dilaksanakan dengan jelas, mudah dipahami dan tidak
berbelit-belit. Kata cepat menunjuk kepada jalannya peradilan yang dilaksanakan. Terlalu banyak
formalitas merupakan hambatan bagi jalannya pengadilan, yang seharusnya pengadilan berjalan dengan
cepat tanpa adanya penundaan karena pihak-pihak yang tidak menghadiri persidangan membuat
persidangan menjadi lama. Biaya ringan yaitu terpikul oleh rakyat, jika biaya berperkara sangat tinggi
akan menyebabkan rakyat tidak mau untuk berperkara di pengadilan.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya adalah gugatan diajukan dengan surat atau lisan. Dalam
menyampaikan gugatan perdata harus diajukan ddengan surat yang ditandatangani oleh penggungat atau
oleh orang yang dikuasakan. Namun jika penggugat tidak dapat menulis, maka diberikan keringanan
untuk menyampaikan gugatan secara lisan kepada ketua pengadilan negeri.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya ialah inisiatif dari pihak yang berkepentingan. Dalam
hukum acara perdata, inisiatif yaitu tidak adanya suatu perkara harus diambil oleh seseorang atau
beberapa orang yang merasa, bahwa haknya atau hak mereka telah dilanggar. Jadi tanpa adanya inisiatif
dari pihak yang dirugikan untuk menggugat, maka pengadilan tidak akan berlangsung.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya yaitu keaktifan hakim dalam pemeriksaan. Dalam Hukum
Acara Perdata hakim harus aktif memimpin pemeriksaan perkara dan tidak merupakan pegawai atau
sekedar alat dari pada para pihak, hakim juga harus berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala
hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya keadilan.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya adalah beracara dikenakan biaya. Pihak penggugat
membayar terlebih dahulu kepada panitera dengan sejumlah uang yang besarnya ditentukan dengan
pertimbangan keadaan perkara. Jika penggugat tidak mampu membayar biaya berperkara, maka
penggugat dapat mengajukan perkara secara cuma-cuma (prodeo) untuk dibebaskan dari pembayaran
biaya, dengan mengajukan surat keterangan tidak mampu. Surat keterangan tersebut dapat dibuat oleh
camat yang membawahkan daerah tempat yang berkepentingan tinggal.
Sifat terbukanya persidangan merupakan salah satu dari asas asas hukum acara perdata. Sidang
pemeriksaan pengadilan pada asasnya adalah terbuka untuk umum, terbuka untuk umum maksudnya
bahwa setiap orang diperbolehkan untuk hadir dan menyaksikan pemeriksaan di persidangan. Tujuan dari
asas ini tidak lain untuk memberi perlindungan HAM dalam bidang peradilan.
Asas asas hukum acara perdata salah satunya adalah mendengar kedua belah pihak. Di dalam hukum,
kedua belah pihak haruslah diperlakukan sama. Menurut hukum, pengadilan mengadili dengan tidak
membedakan orang, ini berarti bahwa pihak yang berperkara harus sama-sama diperhatikan, berhak
memperoleh perlakuan yang sama dan adil serta masing-masing harus diberi kesempatan untuk memberi
pendapatnya.
Secara sederhana Sumber Hukum adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan aturan dan tepat
ditemukannya aturan-aturan Hukum.
1. Peraturan Perundang-undangan
a. HIR : Het Herzein Indonesisch Reglement Stb. 1848 No. 16 Jonto Stb, 1941 No. 44 berlaku untuk
daerah jawa dan Madura.
b. RBg : Rechtsreglement Buitengewesten Stb. 1927 No. 227 Untuk luar jawa dan Madura.
d. RV : Reglement op de Burgelijk Rechtsvordering Stb. 1847 No. 52 Jo. Stb. 1849 No. 63 Hukum Acara
Perdata untuk golongan eropa.
3. Adat kebiasaan yang dianut oleh para hakim dalam melakukan Pemeriksaan Perkara Perdata.
4. Doktrin
5. Perjanjian International