Anda di halaman 1dari 1

NAMA : ADIBAH FARADILLAH ZHAFIRA

NIM : D10120182
KELAS / BT : D / BT13
MATA KULIAH : HUKUM ACARA DAN PRAKTEK PERADILAN PERDATA
DOSEN : DR. NURUL MIQAT, SH., M.KN
TUGAS 1 (PENGGANTI MID) : RESUME

Hukum acara perdata adalah hukum yang mengatur tata cara beracara atau tata cara proses pemeriksaan di
pengadilan terhadap penyelesaian sengketa perdata dalam rangka menegakkan hukum perdata (materiil dan atau
formal). Menurut Sudikno Mertokusumo, hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Retnowulan Sutantio, hukum
acara perdata disebut juga hukum perdata formil yaitu kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur
cara bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana yang diatur dalam hukum
perdata materiil.
Sifat hukum acara perdata yaitu bersifat mengikat atau memaksa artinya bahwa sebagai hukum formal,
hukum acara bersifat mengikat dan harus ditaati oleh semua pihak yang menggunakannya serta hukum acara
perdata sebagai aturan main (spelregels) untuk melaksanakan hukum perdata materiil, haruslah bersifat formil,
resmi, strict, fixed, correct, pasti, dan bersifat imperatif (mengikat/memaksa), sehingga tidak boleh disimpangi
oleh hakim dan penegak hukum lainnya. Selain itu, adanya perkara yang bergantung pada inisiatif penggugat
berarti ada atau tidaknya sesuatu perkara harus diambil oleh seseorang atau beberapa orang yang merasa bahwa
haknya dilanggar dan penggugat mempunyai pengaruh yang besar terhadap jalannya perkara, setelah perkara
diajukan, ia dalam batas-batas tertentu dapat merubah atau mencabut kembali gugatannya.
Adapun yang menjadi sumber-sumber dalam hukum acara perdata antara lain HIR (Het Herziene
Indonesisch Reglement), Rbg (Rechtsreglement Buitengewesten), Rv (Reglement op de Burgerlijke
rechtsvordering), RO (Reglement op de Rechterlijke Organisatie in hed beleid der Justitie in Indonesie), BW
(Burgerlijk Wetboek) terutama Buku ke IV tentang Pembuktian dan Daluwarsa, WVK (Wetboek van Koophandel),
Yurisprudensi, Adat kebiasaan para hakim dalam melakukan pemeriksaan perkara perdata , Perjanjian
Internasional, Doktrin atau ilmu pengetahuan, Instruksi & SEMA sepanjang mengatur hukum acara perdata &
hukum perdata materiil dan beberapa UU.
Fungsi dari hukum acara perdata sendiri adalah untuk melaksanakan dan memeprtahankan atau
menegakkan hukum perdata materiil dengan perantara kekuasaan negara. Tonggak dalam suatu perbuatan hukum
atau yang biasa disebut asas dalam hukum acara perdata yaitu hakim bersifat menunggu, hakim pasif, sifat
terbukanya persidangan, mendengar kedua belah pihak, putusan harus disertai alasan-alasan, beracara dikenakan
biaya dan tidak ada keharusan mewakilkan.
Persidangan dalam hukum acara perdata dapat berjalan apabila didahului dengan adanya suatu gugatan dan
permohonan. Gugatan dan permohonan ini memiliki perbedaan. Di dalam gugatan terdapat suatu sengketa atau
konflik yang melibatkan pihak penggugat (orang yang mengajukan gugatan) dan pihak tergugat (orang yang
digugat). Misalnya, ada perjanjian yang terjadi antara pihak A dan pihak B yang kemudian salah satu dari pihak-
pihak tersebut melakukan wanprestasi sehingga pihak yang merasa dirugikan mengajukan gugatannya. Sedangkan
permohonan tidak ada suatu sengketa atau konflik didalam dan diajukan oleh seorang pemohon atau lebih secara
bersama-sama. Misalnya, pasangan suami istri yang berbeda agama yang mengajukan ke pengadilan agar
pernikahannya bisa disahkan.
Ada 2 kewenangan dalam hukum acara perdata yaitu kewenangan relatif (Relative Competentie) dan
kewenangan mutlak (Absolute Competentie). Kewenangan relatif mengatur pembagian kekuasaan mengadili antara
pengadilan yang serupa, tergantung dari tempat tinggal tergugat (Ps. 118 HIR). Serta kewenangan absolut
menyangkut pembagian kekuasaan antara badan-badan peradilan, dilihat dari macamnya pengadilan menyangkut
pemberian kekuasaan untuk mengadili (attributie van rechtsmacht).

Anda mungkin juga menyukai