Anda di halaman 1dari 5

NAMA : TUWO ARIWIBOWO

NIM : 2011110038
KELAS : HKI 4B
UTS : HUKUM ACARA PERDATA
SOAL UTS MK : HUKUM ACARA PERDATA

1. Apa pengertian dan tujuan hukum acara perdata ?


2. Apa yang dimaksud dengan daerah hukum suatu pengadilan Negeri sesuai dengan
kedudukan Pengadilan Negeri ?
3. Apa perbedaan “gugatan tidak diterima “ dengan “gugatan ditolak” ?
4. Menurut saudara, apa perbedaan hukum materil dan hukum formil ?
5. Apa saja Legal Standing dalam hukum acara perdata di Indonesia ? mohon jelaskan apa
perbedaan antara HIR dan RBg (disertai kepanjangan dari peraturan tersebu) ?

Selamat mengerjakan
1. Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan hakim. Dengan
perkataan lain, hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan
bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil.
Hukum Acara Perdata adalah seperangkat hukum yang mengatur tentang perdata
formil, yakni seperangkat aturan hukum yang mengatur tentang bagaimana cara
mempertahankan hukum materill melalui perantara hakim, atau berproses di
pengadilan dengan lancar atau sederhana, cepat, biaya murah, serta dapat
dilaksanakannya putusan hakim.
Tujuan Hukum Acara Perdata adalah untuk memperoleh perlindungan hukum
yang diberikan oleh lembaga peradilan untuk mencegah pemaksaan kehendak pihak
lain atau main hakim sendiri (Eigenrichting), atau mempertahankan Hukum Perdata
materill dengan perantara hakim (Peradilan) atau peraturan hukum yang menentukan
bagaimana caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materill, yaitu mengatur
cara bagaimana mengajukan tuntutan hak, memeriksa dan menuntut perkara serta
pelaksanaan putusan tersebut
2. Pengadilan Negeri (biasa disingkat: PN) merupakan sebuah lembaga peradilan di
lingkungan Peradilan Umum yang berkedudukan di ibu kota kabupaten atau kota.
Sehingga, pengadilan di Kabupaten Ponorogo adalah Pengadilan Negeri Ponorogo.
Sebagai Pengadilan Tingkat Pertama, Pengadilan Negeri Ponorogo berfungsi untuk
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara pidana dan perdata bagi rakyat
pencari keadilan pada umumnya. Daerah hukum Pengadilan Negeri Ponorogo
meliputi semua wilayah Kabupaten Ponorogo.
Susunan atau Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Ponorogo terdiri dari Pimpinan
(Ketua PN dan Wakil Ketua PN), Hakim Anggota, Panitera, Sekretaris, Jurusita dan
Staf.

Pengadilan Tinggi (PT) merupakan sebuah lembaga peradilan di lingkungan


Peradilan Umum yang lebih tinggi dari Pengadilan Negeri yang berkedudukan di ibu
kota Provinsi sebagai Pengadilan Tingkat Banding (untuk mengajukan upaya hukum
banding) terhadap perkara-perkara yang diputus oleh Pengadilan Negeri.
Pengadilan Tinggi juga merupakan Pengadilan tingkat pertama dan terakhir mengenai
sengketa kewenangan mengadili antar Pengadilan Negeri di daerah hukumnya.

3. Gugatan Tidak Dapat Diterima

Dijelaskan pula oleh M. Yahya Harahap (hal. 811), bahwa ada berbagai cacat formil
yang mungkin melekat pada gugatan, antara lain, gugatan yang ditandatangani kuasa
berdasarkan surat kuasa yang tidak memenuhi syarat yang digariskan Pasal 123 ayat
(1) HIR jo. SEMA No. 4 Tahun 1996:

1. gugatan tidak memiliki dasar hukum;

2. gugatan error in persona dalam bentuk diskualifikasi atau plurium litis


consortium;

3. gugatan mengandung cacat atau obscuur libel; atau

4. gugatan melanggar yurisdiksi (kompetensi) absolute atau relatif dan sebagainya.

Menghadapi gugatan yang mengandung cacat formil (surat kuasa, error in


persona, obscuur libel, premature, kedaluwarsa, ne bis in idem), putusan yang
dijatuhkan harus dengan jelas dan tegas mencantumkan dalam amar
putusan: menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard/NO).
Dasar pemberian putusan NO (tidak dapat diterima) ini dapat kita lihat dalam
Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.1149/K/Sip/1975 tanggal 17 April 1975 Jo
Putusan Mahkamah Agung RI No.565/K/Sip/1973 tanggal 21 Agustus 1973, Jo
Putusan Mahkamah Agung RI No.1149/K/Sip/1979 tanggal 7 April 1979 yang
menyatakan bahwa terhadap objek gugatan yang tidak jelas, maka gugatan tidak dapat
diterima. Sehingga jelas semua putusan tersebut diberikan karena alasan yang
berbeda. Dan secara sederhana dapat kita ketahui persamaannya adalah ketiganya
diputuskan oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili gugatan tersebut.

Gugatan Ditolak

Dalam bukunya, Hukum Acara Perdata (hal. 812), M. Yahya Harahap, menyebutkan
bahwa bila penggugat dianggap tidak berhasil membuktikan dalil gugatannya, akibat
hukum yang harus ditanggungnya atas kegagalan membuktikan dalil gugatannya
adalah gugatannya mesti ditolak seluruhnya. Jadi, bila suatu gugatan tidak dapat
dibuktikan dalil gugatannya bahwa tergugat patut dihukum karena melanggar hal-hal
yang disampaikan dalam gugatan, maka gugatan akan ditolak.

4. Sumber hukum formil itu adalah sumber hukum yang menentukan bentuk dan sebab
terjadinya suatu peraturan dan kaidah hukum sedangkan sumber hukum
materil adalah sumber hukum yang menentukan isi suatu peraturan atau
kaidah hukum yang mengikat setiap orang.
Sumber hukum Materil ialah sumber hukum yang dilihat dari segi isinya
(contoh KUHP). Sedangkan pengertian Hukum Formil menunjukkan cara
mempertahankan atau menjalankan peraturan-peraturan itu dan dalam perselisihan
maka hukum formil itu menunjukkan cara menyelesaikan di muka hakim.

5. Istilah gugatan legal standing pada umumnya digunakan untuk merujuk pada hak
gugat (legal standing) organisasi sebagaimana terkandung di antaranya
dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup (“UU 32/2009”) dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen (“UU Perlindungan Konsumen”).

Dalam hal ini, menurut Bambang Sutiyoso, legal standing dapat diartikan
sebagai kualitas atau hak menggugat/berperkara ke pengadilan
dengan mengatasnamakan kepentingan kelompok masyarakat tertentu.
Berkaitan dengan perlindungan lingkungan hidup, hak gugat organisasi lingkungan
hidup diatur dalam Pasal 92 UU 32/2009 yang menyatakan sebagai berikut:

1. Dalam rangka pelaksanaan tanggung jawab perlindungan dan pengelolaan


lingkungan hidup, organisasi lingkungan hidup berhak mengajukan gugatan untuk
kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup.
2. Hak mengajukan gugatan terbatas pada tuntutan untuk melakukan tindakan tertentu
tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya atau pengeluaran riil.
3. Organisasi lingkungan hidup dapat mengajukan gugatan apabila memenuhi
persyaratan:
a. berbentuk badan hukum;
b. menegaskan di dalam anggaran dasarnya bahwa organisasi tersebut
didirikan untuk kepentingan pelestarian fungsi lingkungan hidup; dan
c. telah melaksanakan kegiatan nyata sesuai dengan anggaran dasarnya paling
singkat 2 (dua) tahun.

dapat diketahui bahwa hak gugat (legal standing) organisasi adalah hak bagi
organisasi/lembaga swadaya masyarakat untuk mengajukan gugatan terhadap adanya
pelanggaran dalam bidang tertentu. Hak gugat ini di antaranya dimaksudkan untuk
kepentingan perlindungan konsumen atau kepentingan pelestarian fungsi lingkungan
hidup. Khusus terkait lingkungan hidup, sebagaimana yang telah ditegaskan dalam
pasal yang kami kutip sebelumnya, gugatan tersebut hanya terbatas padatuntutan
untuk melakukan tindakan tertentu tanpa adanya tuntutan ganti rugi, kecuali biaya
atau pengeluaran riil.

Di jaman penjajahan Belanda, HIR dan RBg adalah undang-undang yang mengatur
hukum acara perdata dan pidana bagi penduduk pribumi. Perbedaannya, HIR berlaku
di pulau Jawa dan Madura sedangkan RBg berlaku di luar Jawa dan Madura.

Sedangkan BRv atau Rv singkatan dari Reglement op de Burgerlijke


Rechtsvordering, merupakan Hukum Acara Perdata untuk golongan Eropa.

Dengan begitu, maka di Hindia Belanda terdapat tiga macam reglemen hukum acara
untuk pemeriksaaan perkara di muka pengadilan gubernemen pada tingkat pertama,
yaitu :
1. Reglement op de Burgelijke Rechtvordering (BRv), untuk golongan Eropa yang
berperkara di muka Raad van Justitie dan Residentie Gerecht.
2. Herziene Inlandsch Reglement (HIR), untuk golongan Bumiputera dan Timur Asing
di Jawa dan Madura yang berperkara di muka Landraad.
3. Rechtreglement voor de Buitengewesten (RBg), untuk golongan Bumiputera dan
Timur Asing di luar Jawa dan Madura (daerah seberang) yang berperkara di muka
Landraad.

Anda mungkin juga menyukai