Anda di halaman 1dari 20

BAB I .

Pengertian Hukum Acara Perdata

A. Definisi Hukum Acara Perdata


Hukum Perdata terbagi menjadi dua bagian
yaitu Hukum Pedata Materil dan Hukum
Perdata Formil / Hukum Acara Perdata
Pengertian Hukum Perdata Materil

 Adalah seperangkat norma yang mengatur tentang hak dan kewajiban perdata, yang
banyak diatur dalam peraturan perundang-undangan yang memuat aturan tentang apa yang
boleh dikerjakan dan apa-apa yang tidak boleh dikerjakan (Larangan untuk dikerjakan).
Misalnya :
a. KUHPerdata.
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
c. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok Agraria.
d. Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal.
e. Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Persaiagan Usaha.
f. Undang- Undang No. 19 Tahun 2003 Tentang BUMN.
g. KUHD.
Pengertian Hukum Formil / Hukum Acara Perdata

 Hukum Acara Perdata dapat disebut juga dengan Hukum Perdata Formil, namun lebih lazim
dipergunakan istilah Hukum Acara Pedata.
 Hukum Acara Perdata merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hukum perdata sebab
Hukum Acara Perdata adalah ketentuan yang mengatur tata cara berperkara di muka Pengadilan.
 Dalam berbagai literature Hukum Acara Pedata, terdapat berbagai macam definisi Hukum Acara
Perdata ini dari Para Ahli (Sarjana), yang satu sama laim merumuskan berbeda-beda,namun pada
prinsipnya mengandung tujuan yang sama.
 Hukum Acara Perdata dikenal pula dengan nama Proces Recht atau Formeel Recht. Hukum
Acara Perdata berisifat Privaatrecht (tergantung pada perseorangan).
Menurut Wirjono Prodjodikoro :

 Rangkaian peraturan-peraturan yang memuat


bagaimana cara orang harus bertindak terhadap
pihak lain dimuka Pengadilan dan cara bagaimana
Pengadilan harus bertindak untuk melaksanakan
berjalannya peraturan-peraturan hukum perdata.
Menurut Sudikno Mertokusumo :

 Peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya menjamin ditaatinya hukum perdata
meteril dengan perantaraan hakim atau peraturan hukum yang menentukan bagaimana
caranya menjamin pelaksanaan hukum perdata materiil atau kingkritnya Hukum Acara
Pedata mengatur terhadap bagaimana caranya menjalankan tuntutan hak, memeriksa
serta memutuskannya dan pelaksanaan dari putusannya.
 Menurutnya, Hukum Acara Perdata meliputi tiga tahap tindakan yaitu : Tahap
Pendahuluan, Tahap Penentuan dan Tahap Pelaksanaan. Tahap pendahuluan
merupakan persiapan menuju kepada penentuan diadakan pemeriksaan peristiwa dan
pembuktian sekaligus sampai kepada putusannya. Sedang dalam tahap pelaksanaan
diadakan pelaksanaan daripada putusan.
Menurut Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oerip Kartawinata :

Semua kaedah hukum yang menentukan dan


mengatur cara bagaimana melaksanakan hak-hak
dan kewajiban-kewajiban perdata sebagaimana
diatur dalam hukum perdata materiil.
Menurut Soepomo (1958 : 4) :

 Dalam bukunya “Hukum Acara Perdata Pengadilan Negeri” meskipun tidak memberikan
batasan, tetapi dengan menghubungkan tugas hakim, menjelaskan, dalam peradilan
perdata tugas hakim adalah mem pertahankan Tata Hukum Perdata, menetapkan apa
yang ditetapkan oleh hukum dalam suatu perkara.
 Inti dari berbagai definisi (rumusan) Hukum Acara Perdata diatas, agaknya tidak berbeda
dengan apa yang telah dirumuskan dalam Laporan Hasil Simposium Pembaharuan
Hukum Acara Perdata Nasional yang diselenggarakan oleh BPHN Departemen
Kehakiman tanggal 21-23 Tahun 1984 di Yogyakarta, bahwa Hukum Acara Perdata
adalah hukum yang mengatur bagaimana caranya untuk menjamin ditegakkannya atau
dipertahankannya hukum perdata materiil.
Kesimpulan Definisi Hukum Acara Perdata

 Hukum Acara Perdata merupakan suatu kaidah hukum yang


mengatur cara dan proses hukum dalam mengajukan, memeriksa,
memutuskan, dan melaksanakan putusan tuntutan hak dan
kewajiban tertentu sehingga menjamin tegaknya hukum perdata
meteriil melalui lembaga peradilan, jadi menurut Sudikno
Mertokusumo bahwa Hukum Acara Perdata sama dengan Hukum
Perdata Formil.
ATAU
 Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur
bagaimana cara menjamin di taatinya hukum perdata materiil dengan
perantaraan hakim. Dengan perkataan lain hukum acara perdata adalah
peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin
pelaksanaan hukum perdata materil. Lebih kinkrit lagi dapat dikatakan
bahwa Hukum Acara Perdata mengatur tentang bagaimana caranya
mengajukan tuntutan hak, memeriksa, seta memutusnya dan pelaksanaan
dari pada putusannya.
 Hukum Acara Perdata hanya diperuntukan menjamin ditaatinya
hukum Materil Perdata. Ketentuan Hukum Acara Perdata pada
umumnya tidak membebani atau tidak mengatur tentang hak dan
kewajiban seperti yang kita jumpai dalam hukum meteriil perdata,
tetapi melaksanakan dan mempertahankan atau menegakan kaidah
hukum materiil perdata yang ada, atau melindungi hak
perseorangan.
B. Tujuan Hukum Acara Perdata (Hukum Perdata Formil)

Suatu aturan hukum yang dipergunakan untuk memberikan perlindungan hukum terhadap
para pencari keadilan yang diberikan oleh lembaga peradilan guna mencegah pemaksaan
kehendak pihak lain atau main hakim sendiri (Eigenrichting).

Dengan kata lain Hukum Acara Perdata bertujuan untuk mempertahankan Hukum Perdata
Materiil melalui perantaraan hakim (Peradilan), atau dapat juga dikatakan bahwa Hukum
Perdata Formil adalah suatu peraturan hukum yang mengatur tentang bagaimana caranya
menjamin pelaksanaan hukum perdata meteriil, atau yang mengatur tentang bagaimana
caranya seseorang mengajukan tuntutan hak, bagaimana berproses atau beracara di
pengadilan, bagaimana hakim menerima, memeriksa, mengadili dan memtutus perkara yang
diajukan kepadanya, serta bagaimana caranya untuk melaksanakan isi putusan.
Secara singkat bahwa tujuan adanya Hukum Acara Perdata atau
Hukum Perdata Formil adallah “Bagaimana beracara, berproses
melalui peradilan dalam rangka mempertahankan hukum materiil.

Maka tujuan dari Pengajuan Tuntutan Hak ke pengadilan adalah :


untuk memperoleh perlindungan hukum melalui proses peradilan.
C. Macam- macam Tuntutan Hak

Tuntutan hak seperti yang telah diuraikan sebelumnya adalah sebagai tindakan yang
bertujuan untuk memperoleh perlindungan hukum yang diberikan oleh Pengadilan untuk
mencegah tindakan menghakimi sendiri (Eigenrichting) ada 2 (dua) macam, yaitu :

1. Gugatan adalah tuntuan hak yang mengandung sengketa, yang melibatkan 2 (dua) orang
yang saling berhadapan atau lebih termasuk peradilan Contentious (contentious
juristictie) atau peradilan yang sesungguhnya.
2. Permohonan adalah tuntutan yang tidak mengandung sengketa, biasanya hanya 1 (satu)
Pihak saja dan bersifat sukarela atau pengadilan yang tidak sesungguhnya atau lebih
termasuk peradilan Volunteer (Volunteer jurisdictie)
D. Sumber-Sumber Hukum Acara Perdata

1. Herziene Inlandsch/Indonesisch Reglemen (HIR). HIR adalah Hukum Acara


Perdata yang berlaku untuk daerah Pulau Jawa dan Madura. Hukum Acara
Perdata dalam HIR dituangkan pada Pasal 115-245 yang termuat dalam BAB
IX, serta beberapa Pasal yang tersebar antara Pasal 372-394. Pasal 115 s/d Pasal
117 HIR tidak berlaku lagi sehubungan dengan dihapusya Pengadilan
Kabupaten oleh UU No. 1drt Tahun 1951, dan peraturan mengenai banding
dalam Pasal 188-194 HIR juga tidak berlaku lagi dengan adanya Undang-
Undang Nomor 20 tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan di Jawa dan Madura.
Sumber Hukum Acara Perdata

2. Rechtsreglement voor de Buitengewesten (RBg) adalah Hukum Acara


Perdata yang berlaku untuk daerah-daerha luar pulau Jawa dan Madura.
RBg terdiri dari 5 (lima) BAB dan 723 Pasal yang mengatur tentang
pengadilan pada umumnya dan acara pidananya tidak berlaku lagi dengan
adanya Undang-Undang Darurat No, 1 Tahun 1951. Ketentuan Hukum
Acara Perdata yang termuat dalam BAB II Title I,II,III,VI dan VII tidak
berlaku lagi, yang masih berlaku hingga sekarang adalah Title IV dan V
Landraad (sekarang Pengadilan Negeri)
Sumber Hukum Acara Perdata

3. Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering (Rv) yang lazim disebut dengan Reglemen


Hukum Acara Perdata untuk Golongan Eropa (S. 1847 N0.52 dan S. 1849 N0.63).
4. Reglement op de Rechterlijke Organisatie in Het Beleid der Justitie in Indonesie (RO)
yang biasa disebut dengan Reglemen tentang Organisasi Kehakiman (S. 1847 No. 23) juga
merupakan salah satu sumber Hukum Acara Perdata dam Praktek peradilan di Indonesia.
5. Undang-Undang yang telah dikodifikasi :
 Burgelijke Wetboek (BW) (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) meskipun sebagai
kodifikasi Perdata Materiil, namun juga memuat Hukum Acara Perdata, terutama dalam
Buku IV tentang pembuktian dan daluarsa (Pasal 1865 – Pasal 1993), selain itu juga
terdapat dalam Pasal Buku I misalnya tentang tempat tinggal atau domisili (Pasal 17 –Pasal
25) serta beberapa padal Buku II dan Buku III (misalnya Pasal 533, 535,1244 dan 1365)
Sumber Hukum Acara Perdata

 Wetboek van Koophandel (WVK) (Kitab Undang-Undang Hukum Dagang), meskipun


juga sebagai kodifikasi Hukum Perdata Materiil, namun didalamnya ada beberapa Pasal
yang memuat ketentuan Hukum Acara Perdata (Misalnya Pasal
7,8,9,22,23,32,255,258,272,273,274 dan 275).
5. Undang Undang yang belum dikodifikasi juga mengatur tentang Hukum cara Perdata
diantaranya yaitu:
 Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa.
 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Acara Banding untuk daerah Jawa dan
Madura dan Pasal 199 sampai dengan Passal 205 RBg untuk luar Jawa dan Madura.
Sumber Hukum Acara Perdata

 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman.


 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
 Undang-Undang No. 3 Tahun 2009 Tentang perubahan kedua atas Undang-Undang No. 14 tahun 1985
tentang Mahkamah Agung.
 Undang-Undang No. 49 Tahun 2009 Tentang Peradilan Umum.
 Undang-Undang No. 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan Agama.
 Undang-Undang No. 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
 Undang-Undang No. 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.
 Undang-Undang No.5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria.
 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004. Tentang Kepailitan.
 Perma No. 1 Tahun 2002 Tentang Gugatan Perwakilan Kelompok.
 Perma No. 1 Tahun 2016 Tentang Mediasi di Pengadilan
Sumber Hukum Acara Perdata

6. Yurisprudensi menurut kamus Fockema Andre adalah pengumpulan yang sistematis dari
Putusan Mahkamah Agung dan putusan Pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum
yang tetap, dan diikuti oleh hakim lain dalam membuat putusan dalam perkara yang sama;
atau Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap, yang diikuti
terus menerus oleh hakim dibawahnya dalam perkara yang sama. Beberapa yurisprudensi
terutama dari Mahkamah Agung menjadi sumber hukum acara perdata yang sangat penting
di Negara kita ini, terutama untuk mengisi kekosongan, kekurangan, dan ketidak
sempurnaan yang banyak terdapat dalam peraturan perudang-undangan Hukum Acara
Perdata peninggalan Zaman Hindia Belanda.
Sumber Hukum Acara Perdata

7. Peraturan Mahkamah Agung, juga merupakan sumber Hukum Acara Perdata. Dasar
hukum bagi Mahkamah Agung untuk mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung ini termuat
dalam Pasal 79 Undang –Undang No 3 Tahun 2009 tentang perubahan kedua Undang-
Undang No. 14 Tahun 1985 tentang mahkamah Agung.
8. Perjanjian Internasional (Traktat), suatu perjanjian yang dibuat antara dua Negara atau
lebih dalam bidang keperdataan. Terutama erat kaitannya dengan perjanjian Internasional,
yang dijadikan salah satu sumber Hukum Acara Pedata.
9. Doktrin adalah pendapat-pendapat para ahli hukum atau ilm pengetahuan yang dapat
dijadikan salah satu sumber oleh hakim untuk menggali Hukum Acara Perdata.

Anda mungkin juga menyukai