NIM : D10120182
KELAS / BT : B / BT2
HARI, TANGGAL : SENIN, 11 APRIL 2022
PERTEMUAN :9
DOSEN : GUNAWAN ARIFIN, SH., MH
PENJELASAN :
2. Konsep Penalaran
Penalaran Hukum atau Legal Reasoning adalah suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum, olehnya
itu harus dilakukan dengan sistematis/berpikir sistematis (pernyataan satu itu dengan pernyataan yang
lainnya saling berhubungan) atau intinya ada konsistensi.
Dari konsep ini, terdapat pengertian mendasar mengenai Penalaran Hukum:
1) Penalaran hukum adalah suatu kegiatan untuk mencari substansi hukum, untuk diterapkan
terjadap masalah yang sedang terjadi.
2) Reasoning dari putusan yang harus diambil dari hakim terhadap suatu masalah perkara dengan
mempertimbangkan semua aspek.
3) Reasoning atau penalaran dari semua substansi yang ada, untuk ditetapkan dari semua perkara
yang terjadi.
Pentingnya Legal Reasoning untuk para ahli hukum itu, agar putusannya menentukan kebenaran
dan kepastian. Dalam tradisi Anglo Saxon, hakim menentukan putusannya berdasarkan fakta-fakta yang
dilihat untuk menemukan kebenaran. Jadi, mendakwa tidak berdasarkan undang-undang.
Dalam tradisi Eropa Kontinental, hakim menentukan putusannya berdasarkan berdasarkan bukti-
bukti yang didapatkan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Disini hakim melihat dakwaan JPU dan
saksi-saksi.
Seorang yuris juga harus permasalahan-permasalahan tersebut. Konsep penalaran hukum dapat diartikan
sebagai gejala sosial dalam menyatakan sebagai istilah. Konsep seperti barang, pencurian. Bagaimana kita
bisa memahami konsep tersebut. Jika seorag yuris salah memahami konsep, maka kesimpulan
permasalahannya akan mengakibatkan kekeliruan.
PENJELASAN :
i. Lex Aeterna, artinya hukum yang tidak bisa diproses oleh akal, dan bersumber dari rasio
Tuhan.
ii. Lex Divina, hukum yang bersumber dari Tuhan yang bisa ditangkap panca indera manusia
iii. Lex Naturalis, menerima rasio Tuhan dan sudah diterima panca indera manusia
iv. Lex Positif, adalah penerapan Lex Naturalis dalam kehidupan manusia.
c. Empirisme
Dipelopori oleh John Locke, menurutnya suatu paham pengetahuan didapat dari pengalaman.
Menurut John Locke, ada 2 pengalaman :
i. Pengalaman Lahiriah, adalah pengalaman yang menagkap aktivitas indrawih (berhubungan
dengan panca indera manusia)
ii. Pengalaman Batiniah, adalah pengalaman yang didapat manusia berdasarkan aktivitasnya
sendiri dengan mengingat, merenung dan memikirkan.
TIDAK MASUK
Pada prinsipnya berbicara mengenai Penalaran dan Argumentasi, cuma ada 2 titik sentral yang harus kita
ketahui yaitu membuat atau mengerti mana yang dimaksud dengan penalasan deduktif dan mana yang disebut
penalaran induktif.
Berbicara mengenai ilmu hkum itu sendiri, kita dihadapkan pada dua kutub yaitu kutub normatif dan
kutub empiris. Normatif tentu dengan perangkat-perangkat, aturan-aturan ataupun variabel-variabel yang ada di
normatif demikian hal juga empiris. Sebenarnya, normatif itu jiga tidak melarang untuk memperkuat temuannya /
memperkuat penelitiannya dengan juga turun ke lapangan, seperti penelitian empiris mencari atau memecahkan
persoalan-persoalan yang berdasarkan fakta-fakta yang ada dilapangan namun memperkuat hasil apa yang telah
diperolehnya dalam penelitian kepustakaan, misalnya bisa melakukan wawancara dan bisa mencari sumber-
sumber yang kompeten.
Kadang kala kita dihadapkan pada problem artinya ada kala mahasiswa itu susah membedakan mana
sebenarnya problematika hukum atau masalah hukum, mana yang berbentuk masalah tapi bukan masalah hukum.
Sesungguhnya kita bisa mendapatkan atau melahirkan sebuah permasalahan yang sesungguhnya merupakan
permasalahan hukum tentu berdasarkan kaidah-kaidah atau pola yang telah di atur atau yang ada dalam
kepustakaan hukum itu sendiri.
Mahzab penalaran hukum itu gambaran umum mengenai mahzab-mahzab yang ada didalam ilmu hukum
itu sendiri. Jadi ini lebih nampak kepada bagaimana nalar atau narasi yang kita tuangkan dalam tulisan atau jika kita
telisik lebih jauh bagaimana seorang hakim memeutuskan perkara didalam pengadilan itu melahirkan putusan-
putusan yang berdasarkan pada mahzab yang dianutnya.
Hukum alam diambil dari keberadaan manusia itu sendiri, dianggap berlaku universal, dianggap hukum
alam ini lebih tinggi dari hukum yang dibentuk oleh manusia. Hukum yang lahir dari produk manusia dianggap
bukanlah hukum yang sbenarnya tapi hukum yang sebenarnya adalah hukum yang lahir dari alam, artinya hukum
yang berdasarkan apa atau keberadaan sejarah kelahiran manusia itu sendiri, makanya sumber hukum alam itu bisa
bersifat irasional ataupun bersifat rasional. Irasional hukum yang bersifat universal dan dianggap bahwa ini
langsung dari Tuhan, ada yang menganut paham dalam hukum alam ini sebagai sesuatu yang rasional, artinya
artinya bisa dari nalar hukum yang berasal dari rasio, selalu ada pertimbangan akal manusia untuk menganalisa
suatu fakta-fakta yang ada.
Dalam pemahaman lebih lanjut terhadap hukum alam irasional ini terdapat dua pengetahuan. Ada
pengetahuan alamiah dan ada pengetahuan ilmiah. Pengetahuan-pengetahuan ini menjelaskan perbedaan antara
filsafat dan teologi atau ilmu tentang ketuhanan dan ilmu tentang bagaimana hakikat keberadaan.
Berdasarkan ajaran Thomas Aquinas, kita menemukan dalam kepustakaan hukum itu ada beberapa
pembagian disampaikan oleh Aquinas yaitu, hukum rasio Tuhan yang tidak dapat ditangkap oleh panca indera
manusia atau biasa disebut lex aeterna, lex divina, lex naturalis, lex positivis.
Hukum alam yang bersifat rasional, Huug de Groot menyebut sumber hukum adalah rasio manusia, hukum
alam adalah hukum yang muncul sesuai dengan manusia, hukum alam itu tidak mungkin dapat dirubah bahkan
oleh Tuhan sekalipun. Hukum alam ini diperoleh oleh manusia melalui akalnya tetapi tuhanlah yang memberikan
kekuatan mengikatnya.
Muara dari mahzab ini sebenarnya melahirkan sebuah mahzab hukum yang kita kenal dengan mahzab
positivisme hukum, jadi penyempurnaan terhadap mahzab hukum alam.
Hukum yang telah ada berdasarkan hasil yang telah disepakati oleh wakil rakyat yang ada di legeslatif,
itulah yang menjadi pedoman atau sesuatu yang harus dipatuhi, berdasarkan positivisme hukum artinya hukum
yang berlaku.