PERTEMUAN 2
Ruang Lingkup Hukum Acara Perdata, semua hal yang berkaitan dengan menjalankan
dan menegakkan hukum perdata materiil. Berikut merupakan sumber hukum acara perdata yang
berfungsi dan berperan dalam proses pembentukan hukum (mencari dan menemukan hukum)
oleh hakim, meliputi: (1) Peraturan PerUU (UUD 1945, UU Kekuasaan Kehakiman, UU
Mahkamah Agung, UU Peradilan Umum, Het Herziene Indonesiche Reglement (HIR),
Rechtsreglement Buiten Gewesten (Rbg), Reglement Op De Burgerlijke Rechtsvordering (BRv),
KUHPDT Buku IV, Wvk, Peraturan Kepailitan); (2) Yurisprudensi (putusan hakim terdahulu
untuk perkara yang sama) -> Contoh: Putusan MA no. 99K/Sip/1971 yang tidak membedakan
antara permohonan untuk mendapatkan izin guna mengajukan gugatan perceraian dan gugatan
perceraian itu sendiri; (3) Perjanjian Internasional -> Contoh: Kerjasama dengan Thailand dalam
penyampaian dokumen dan bukti pengadilan (Keppres 6/1978); (4) Doktrin -> Tempat bagi
hakim untuk menggali hukum acara perdata; (5) Adat, Kebiasaan (dalam praktek) -> Setiap
Hakim Berbeda; (6) Peraturan, Instruksi, dan Surat Edaran Mahkamah Agung.
PERTEMUAN 3
Pembahasan Tugas 2 >> Pada soal no.1 dinyatakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan
oleh tergugat tidak dapat diterima gugatannya karena dalam hal ini tidak ada uu yang mengatur
mengenai hubungan putus cinta, dan pada soal no. 2 sebenarnya sama hanya saja dibedakan oleh
adalah janji menikahi, dalam hal “janji menikahi” jika belum ada pengumuman maka tidak dapat
digugat, tetapi jika sudah ada pengumuman pernikahan (seperti sudah menyebarkan undangan,
sudah memasan wo, sudah melakukan pertunangan) atau perjanjian pernikahan (berhubungan
badan dan si tergugat berjanji ingin menikahi, maka dalam kedua hal ini dapat diterima
gugatannya dengan adanya alasan dan bukti yang jelas.
Materi Sengketa Hukum Perdata dan Gugatan
PERTEMUAN 4
- Kompetensi adalah wewenang mengadili, sudut pandangnya adalah fungsi, terdiri dari
kompetensi absolut (wewenang mutlak) yaitu wewenang mengadili lembaga peradilan
yang dibedakan berdasarkan hirarki atau jenis perkaranya (misalnya jika dilihat dari jenis
perkaranya pada perceraian pasangan beragama muslim maka dilakukan gugatan ke
pengadilan agama sedangkan jika pasangan tersebut beragama nonis dilakukan gugatan ke
pengadilan negeri); dan kompetensi relatif (wewenang nisbi) yaitu wewenang mengadili
lembaga peradilan yang dibedakan berdasarkan wilayah hukum suatu pengadilannya.
Noted: Jika terjadi sengketa pada kompetensi absolut terkait pengadilan tidak berwenang
maka diajukan permohonan ke Mahkamah Agung, sedangkan jika terjadi sengketa pada
kompetensi relatif terkait pengadilan tidak berwenang maka diajukan permohonan kepada
Pengadilan Tinggi.
Pertemuan 5
Materi Gugatan
Perkara yang diselesaikan dipengadilan adalah perkara yang mengadung sengketa maupun
perkara yang tidak mengandung sengketa. Membicarakan mengenai gugatan berarti
membicarakan (tuntutan perdata) tuntunan hak yang mengandung sengketa, karena jika tidak
mengandung sengketan tidak terdapat gugatan hanya terdapat permohonan saja.
Seseoarang yang ingin mengajukan gugatan harus memiliki hak gugatan, hak gugatan
merupakan subjek hukum untuk mengajukan gugatan ke pengadilan karena hak atau
kepentingannya dilanggar/diabaikan/tidak dipenuhi. Terdapat aturan dalam mengajukan gugatan
bertujuan agar penyelesaian sengketa hukum perdata dipengadilan berjalan tertib berdasarkan
peraturan perundang-undangan. Jika tidak ada peraturan yang mengatur maka ditakutkan akan
maraknya main hakim sendiri.
Hak yang dilindungi dalam perkara perdata, berarti tidak semua hak dilindungi oleh hukum
acara perdata, beberapa hak yang dilindungi dalam hukum acara perdata, yaitu:
1) Hak yang Pantas, artinya bukan berasal dari penyalahgunaan hak/ tidak bertentangan
dengan kepentingan umum serta dengan hak-hak orang lain, abus de droit (abose of
right) (tercantum dalam Pasal 570 KUHPer)
2) Hak yang diajukan tepat pada saatnya, artinya hak yang diajukan tidak prematur
“terlalu awal” atau tidak daluwarsa, misalnya merujuk pada Pasal 1967, dikatakan
bahwasannya sengketa perdata diajukan paling lambat 30 tahun diajukan setelah adanya
sengketa, jika lebih dari itu maka sudah daluwarsa.
Syarat mengajukan gugatan, adalah (1) orang yang memiliki hak atau benda/objek tersebut
dan (2) harus orang yang cakap hukum, tercantum didalam pasal 330 KUHPer artinya ketika
seseorang dinyatakan cukup umur yaitu 21 tahun, kemudian jika seseorag itu tidak berada
dibawah pengampuan.
- Apa saja hal-hal apa yang dapat dituntut? -
Yang dapat dituntut dalam gugatan, yaitu digantungkan kepada keinginan si pengugat, yang
terpenting adalah format yang lazim digunakan (tuntutan disusun secara kumulatif dalam salah
satu bagian pada surat gugatan yaitu petitum) Petitum berisikan apa yang diinginkan oleh
pengugat, petitum dibagi menjadi 2(dua) jenis, yaitu:
- Petitum Primair, merupakan tuntutan pokok dalam gugatan, sifatnya riil dan dapat
dilaksanakan, harus dapat dirumuskan secara detail dalam tuntutan. Contohnya si
pengugat mengugat kepada hakim agar menghukum tergugat yang melaksanakan
wanprestasi, dengan membayarganti rugi; meminta maaf kepada pengugat; menyatakan
perjanjian batal; atau mengembalikan dalam keadaan seperti semula.
- Petitum Subsidair, merupakan tuntutan tambahan dalam surat gugatan, sifatnya abstrak.
Contohnya memohon putusan lain yang seadil-adilnya menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
- Bagaimana Cara Mengajukan Gugatan? -
(Menurut HIR dan RBg) cara mengajukan gugatan antara lain adalah sebagi berikut:
1. Pengajuan gugatan bisa dilakukan secara tertulis dengan mengajukan surat permohonan
gugatan/ surat gugatan (Pasal 118 jo. 199 HIR)
2. Pengajuan gugatan bisa juga dilakukan(Pasal 120 HIR) secara lisan nanti gugatan
tersebut akan dicatat gugat oleh panitera atas perintah ketua pengadilan negeri (pemohon
atau pengugat datang ke pengadilan negeri menghadap ketua PN untuk dicatat
gugatannya), hal ini diperbolehkan karena masih banyak orang Indonesia yang buta huruf
(tidak bisa membaca dan menulis), dan juga buta hukum.
3. Tidak ada keharusan menunjuk kuasa hukum, artinya gugatan bisa diajukan sendiri oleh
yang bersangkutan tanpa kuasa hukum/lawyernya (Pasal 123 HIR).
4. Membayar biaya perkara, sifatnya wajib karena biaya ini akan digunakan untuk
melakukan persidangan “pemanggilan para pihak, pemanggilan saksi-saksi, materai,
kepaniteraan” (Pasal 121 HIR >> versekot ditanggung pengugat, Pasal 181 HIR >>
versekot ditanggung pihak yang kalah).
Noted:
o Kecuali untuk orang yang tidak mampu ekonominya dapat melakukan
permohonan beracara secara Prodeo (Pasal 237 HIR).
o Terhadap perkara prodeo (yang diajukan secara cuma-cuma/ gratis), harus
dilakukan permohonan pengajuan prodeo kepada ketua pengadilan negeri,
permohonan tersebut harus disertai surat keterangan tidak mampu dan bukti-bukti
lainnya yang dapat menguatkan permohonan tersebut. Diterima atau tidaknya
tergantung penilaian dari pengadilan.
(Menurut BRv) cara mengajukan gugatan antara lain adalah sebagi berikut:
1. Pengajuan gugatan harus dilakukan secara tertulis.
2. Dalam Pengajuan gugatan harus ada kuasa hukumnya.
3. Terdapat syarat bentuk dan isi gugatan yang diatur secara tegas dalam BRv.
4. Gugatan itu ditujukan kepada pihak lawan dan tebusan pada pengadilan negeri.
5. Hakim dalam hal pemeriksaan bersifat pasif.
6. Prinsip pemerikasaan harus melalui kuasa hukumnya.
7. Biaya perkara sudah termasuk biaya kuasa hukum.