A. Definisi Hukum `
1. Menurut Aristoteles,
“ Laws are something different from what regulates and expresses the form of the constitution; it is their
function to direct the conduct of the magistrate in the execution of his office and the punishment of offenders” (Hukum
adalah sesuatu yang berbeda daripada sekedar mengatur dan mengekspressikan bentuk dari konstitusi; hukum berfungsi
untuk mengatur tingkah laku para hakim dan putusannya di pengadilan untuk menjatuhkan hukuman terhadap
pelanggar).
2. Menurut Hans Kelsen,
“Law is a coercive order of human behavior. It is the primary norm which stipulates the sanction”(Hukum
adalah suatu perintah memaksa terhadap tingkah laku manusia. Hukum adalah kaidah primer yang menetapkan sanksi-
sanksi).
B. Pengertian Hukum Acara Pidana
1. Simon berpendapat bahwa
(Het formele strafrecht regelt hoe de Staat door middel van zijne organen zijn recht tot straffen en
strafoolegging doet gelden, en omvat dus het strafproces). Hukum Acara Pidana disebut juga hukum pidana formal,
yang mengatur bagaimana negara melalui perantara alat-alat kekuasaannya melaksanakan haknya untuk menghukum
dan menjatuhkan hukuman, dan dengan demikian termasuk acara pidananya .
2. Menurut Rusli Muhammad
Keseluruhan aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan penyelenggaraan peradilan pidana, baik mengatur
institusi kelembagaannya maupun prosedur penyelesaian perkaranya meliputi laporan dan pengaduan, penyelidikan,
penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang pengadilan, putusan, hingga pelaksanaan putusan pidana.
3. Menurut pendapat Andi Hamzah
Memiliki ruang lingkup yang lebih sempit yaitu dimulai dari mencari kebenaran, penyelidikan, penyidikan
dan berakhir pada pelaksanaan pidana (eksekusi) oleh jaksa.
Pengertian hukum acara pidana dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
1. Secara formil
Bahwa hukum acara pidana merupakan serangkaian aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan prosedur
penyelesaian perkara pidana.
2. Secara materiil
Bahwa hukum acara pidana merupakan serangkaian aturan hukum yang berkaitan dengan pembuktian. Fokus
pada ketentuan pembuktian, misalnya : dasar atau asa-asas pembuktian, ketentuan tentang beban pembuktian, tentang
kekuatan dan alat-alat bukti.
C. Pembuktian dalam hukum acara pidana
Suatu upaya mendapatkan keterangan-keterangan melalui alat-alat bukti dan barang bukti guna memperoleh
suatu keyakinan atas benar tidaknya perbuatan pidana yang didakwakan serta dapat mengetahui ada tidaknya kesalahan
pada diri terdakwa.
Teori-teori pembuktian:
1. Conviction intime;
2. Conviction rasionnee;
3. Positief wettelijk bewijstheorie;
4. Negatif wettelijk bewisjtheorie;
D. Sumber hukum acara pidana:
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana yang terdiri atas 22 bab dan 286 pasal.
Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang terdiri
atas 12 bab dan 40 pasal.
E. Tujuan Hukum Acara Pidana
1. Secara sempit :
Mencari dan menemukan kebenaran yakni kebenaran materiil.
a. Secara rinci :
- Mencari dan mendapatkan kebenaran
- Melakukan penuntutan
- Melakukan pemeriksaan dan memberikan keputusan
- Melaksanakan putusan hakim (eksekusi)
b. Secara luas :
Menciptakan ketertiban, ketentraman, keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat.
F. Asas - Asas dalam Hukum Acara Pidana
1. Asas-asas umum, asas-asas yang menjadi dasar dan berlaku pada semua tingkatan pemeriksaan yaitu :
a. Asas kebenaran materil
Bahwa dalam pemeriksaan perkara pidana lebih mementingkan pada penemuan kebenaran materiil; aspek
materiil yakni suatu kebenaran yang sungguh-sungguh sesuai dengan kenyataannya.
b. Asas peradilan cepat, sederhana dan biaya murah
Asas peradilan cepat, Sederhana dan biaya murah: bahwa asas ini menghendaki agar peradilan dilakukan
dengan cepat artinya dalam melaksanakan peradilan diharapkan dapat diselesaikan dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya. Sederhana yakni dalam penyelenggaraan peradilan dilakukan dengan simpel, singkat dan tidak berbelit-
belit. Biaya murah berarti penyelenggaraan peradilan ditekan sedemikian rupa agar terjangkau oleh pencari
keadilan, menghindari pemborosan.
c. Asas praduga tak bersalah
Asas praduga tak bersalah (presumption of innocence) adalah suatu asas yang menghendaki agar setip orang
yang terlibat dalam perkara pidana harus dianggap belum bersalah sebelum ada putusan pengadilan yang
menyatakan kesalahan itu.
d. Asas accusatoir
Asas accusatoir, menunjukkan bahwa tersangka diperiksa sebagai subjek pemeriksaan. Asas ini
memperlihatkan pemeriksaan secara terbuka. Tersangka mempunyai hak yang sama nilainya dengan penuntut
umum.
e. Asas equality before the law
Asas equality before the law merupakan manifestasi dari negara hukum sehingga harus adanya perlakuan
bagi setiap orang didepan hukum.
2. Asas-asas khusus : asas yang hanya berlaku dan berkenaan dengan dilakukannya persidangan dipengadilan :
a. Asas legalitas :
Asas yang menghendaki bahwa penuntut umum wajib menuntut semua perkara pidana yang terjadi tanpa
memandang siapa dan bagaimana pelakunya berdasarkan peraturan perundang-undangan pidana yang telah ada.
b. Asas sidang terbuka untuk umum
Maksud asas ini adalah setiap sidang yang dilaksanakan harus dapat disaksikan oleh umum.
c. Asas peradilan dilakukan oleh hakim karena jabatannya
Asas ini menghendaki bahwa tidak ada suatu jabatan yang berhak untuk melakukan peradilan atau
pemeriksaan hingga mengambil keputusan kecuali hakim karena jabatannya dan bersifat tetap.
d. Asas pemeriksaan langsung
Asas ini menghendaki agar pemeriksaan yang dilakukan itu harus menghadapkan terdakwa di depan sidang
pengadilan, termasuk menghadapkan seluruh saksi-saksi yang ditunjuk. Langsung, artinya hakim dan terdakwa
atau para saksi berada dalam satu sidang yang tidak dibatasi oleh suatu tabir apapun. Dengan demikian, kehadiran
terdakwa dan saksi adalam suatu persidangan pengadilan adalah mutak, dan tanpa kehadirannya berarti sidang
tidak akan mungkin dilakukan.
e. Asas komunikasi dengan tanya jawab langsung
Asas ini menghendaki bahwa di dalam persidangan hakim, terdakwa, dan saksi adalah berhubungan melalui
pertanyaan langsung, lisan tanpa melalui perantara. Dan semua pertanyaan yang muncul baik dari jaksa penuntut
umum maupun penasihat hukum juga harus melalui hakim, kemudian hakim meneruskan pertanyaan itu kepada
terdakwa atau saksi.
A. PENANGKAPAN
1. Pengertian Penangkapan
Penangkapan adalah uatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau
terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan atau peradilan dalam hal serta
menurut cara yang diatur dalam Undang-Undang Hukum Acara Pidana (pasal 1 no. 20).
2. Tujuan dan alasan penangkapan
Tujuan penangkapan ditentukan dalam Pasal 16 KUHAP, yakni untuk kepentingan penyelidikan atau untuk
kepentingan penyidikan. Alasan penangkapan adalah adanya dugaan keras melakukan tindak pidana berdasarkan bukti
permulaan yang cukup (Pasal 17 KUHAP).
3. Syarat-syarat penangkapan
a. Dengan menunjukkan surat tugas penangkapan yang dikeluarkan oleh penyidik atau penyidik pembantu;
b. Dengan memberikan surat perintah penangkapan kepada tersangka yang mencantumkan identitas tersangka dan
menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia
diperiksa;
c. Surat perintah penangkapan tersebut harus dikeluarkan oleh pejabat kepolisian negara RI yang berwenang dalam
melakukan penyidikan di daerah hukumnya;
d. Dengan menyerahkan tembusan surat perintah penangkapann itu kepada keluarga tersangka segera setelah
penangkapan dilakukan (Pasal 18 ayat 1 dan ayat 3).
4. BATAS WAKTU PENANGKAPAN
Batas waktu penangkapan ditentukan dalam Pasal 19 ayat 1, yaitu dilakukan untuk maksimum 1 hari.
B. PENAHANAN
1. pengertian penahanan
Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa ditempat tertentu oleh penyidik, atau penuntut umum
atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalan KUHAP.
2. Tujuan dan alasan penahanan
Tujuan penahanan yakni untuk kepentingan penyidikan, kepentingan penuntutan dan kepentingan
pemeriksaan hakim.
Alasan objektif, karena UU sendiri yang menentukan tindak pidana mana yang akan dikenakan penahanan,
yakni
- Apabila perbuatan pidana itu diancam dengan pidana penjara lima tahun atau lebih;
- Perbuatan pidana tertentu.
Alasan subjektif penahanan: adalah alasan yang muncul dari penilaian subjektif pejabat yang
menitikberatkan pada keadaan atau keperluan penahanan itu sendiri, yakni:
- Adanya dugaan keras bahwa tersangka atau terdakwa yang diduga keras melakukan tindak pidana berdasarkan
bukti yang cukup;
- Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran bahwa tersangka atau terdakwa akan melarikan diri;
- Adanya kekhawatiran tersangka atau terdakwa merusak atau menghilangkan barang bukti dan,
- Adanya kekhawatiran tersangka atau terdakwa menglangi tindak pidana.
3. Jenis-jenis penahanan
a. Penahanan rumah; yaitu penahanan yang dilakukan dirumah tempat tinggal atau rumah kediaman tersangka atau
terdakwa dengan diadakan pengawasan terhadapnya untuk menghindari segala sesuatu yang dapat menimbulkan
kesulitan dalam penyidikan, penuntutan atau pemeriksaan di sidang pengadilan (Pasal 22 ayat 2);
b. Penahanan kota; yaitu penahanan yang dilakukan dikota tempat tinggal atau tempat-tempat kediaman tersangka atau
terdakwa, dengan kewajiban bagi tersangka atau terdakwa untuk melaporkan diri pada waktu yang ditentukan (Pasal
22 ayat 3)
c. Penahanan rumah tahanan negara.
A. PENGGLEDAAN
1. Pengertian penggeledaan
Penggeledaan merupakan tindakan penyidik untuk melakukan tindakan pemeriksaan terhadap tersangka
sesuai yang diatur dalam KUHAP.
2. Tujuan penggeledaan
Tujuan penggeledaan adalah untuk kepentingan pemeriksaan penyidikan.
3. Bentuk penggeledaan
a. Penggeledahan rumah adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya
untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan dan atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang
diatur dalan KUHAP.
b. Penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan atau pakaian tersangka
untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawanya serta untuk disita.
4. Syarat penggeledaan
a. Penyidik harus mempunyai surat izin dari keua PN setempat
b. Setiap memasuki suatu rumah seorang penyidik harus menunjukkan tanda pengenal
c. Jika penggeledahan itu dilakukan atas perintah tertulis penyidik, penyelidik yang menjalankan perintah itu harus
menunjukkan surat tugas
d. Penyidik harus ditemani oleh dua orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni itu menyetujuinya. Jika yang
terakhir ini menolak atau tidak hadir, penyidik harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan serta dua
orang saksi.
e. Pelaksanaan dan hasil dari penggeledahan rumah itu, penyidik harus membuat suatu berita acara dalam dua hari
dan turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni rumah yang bersangkutan.
B. PENYITAAN
1. Pengertian penyitaan
Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidikan untuk mengambil alih dan atau menyimpan dibawah
penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian
dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan.
2. Tujuan penyitaan
Tujuan penyitaan adalah untuk kepentingan pembuktian terutama ditujukan sebagai barang bukti di muka sidang
pengadilan.
3. Syarat penyitaan SARAT PENYITAAN:
a. Harus ada surat izin penyitaan dari ketua PN;
b. Memperlihatkan tanda pengenal;
c. Memperlihatkan benda yang akan disita;
d. Harus disaksikan oleh kepala desa atau ketua lingkungan dan dua orang saksi;
e. Membungkus benda sitaan;
f. Membuat berita acara penyitaan;
1. Penyelidikan merupakan suatu bagian kegiatan yang dilakukan oleh pihak kepolisian sebelum dilakukan penyidikan.
Berasal dari kata selidik yang berarti memeriksa dengan saksama, atau mengawasi gerak-gerik musuh sehingga
penyelidikan dapat diartikan sebagai pemeriksaan, penelitian dan pengawasan.
2. Tujuan penyelidikan, adalah untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna
menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan.
3. Antara penyelidikan dan penyidikan
Perbedaan penyelidikan dan penyidikan dilihat dari pejabat yang melaksanakannya. Penyelidik yang
melaksanakannya adalah pejabat polri saja tanpa ada pejabat lain. Penyidikan dilakukan oleh penyidik yang terdiri atas
pejabat polri dan pejabat pegawai negeri sipil tertentu.
Perbedaan lain dari segi penekanannya. Penyelidikan penekanannya pada tindakan “mencari dan
menemukan peristiwa” yang dianggap atau diduga sebagai tindak pidana. Penyidikan penekananya pada tindakan
“mencari serta mengumpulkan barang bukti” agar tindak pidana yang ditemukan menjadi terang, serta agar dapat
menemukan dan menentukan pelakunya.
4. Tujuan melakukan penyidikan terhadap tindak pidana untuk memperoleh keterangan berupa:
a. Jenis dan kualifikasi tindak pidana yang terjadi
b. Waktu tindak pidana dilakukan
c. Tempat terjadinya tindak pidana
d. Dengan apa tindak pidana dilakukan
e. Alasan dilakukannya tindak pidana
f. Pelaku tindak pidana
5. Proses penyidikan
a. Diawali dengan adanya bahan masukan suatu tindak pidana berupa pengetahuan atau persangkaan telah terjadinya
suatu perbuatan pidana yang diperoleh dari berbagai sumber yaitu:
Laporan
Pengaduan
Tertangkap tangan
Diketahui sendiri oleh aparat penegak hukum dari hasil penyelidikan
b. Melakukan tindakan pertama ditempat kejadian
c. Pemanggilan dan pemeriksaan tersangka dan saksi (Pasal 7 ayat (1) KUHAP)
d. Melakukan upaya paksa yang diperlukan (Pasal 16 – Pasal 49 KUHAP)
e. Pembuatan berita acara penyidikan
f. Penyerahan berkas perkara kepada penuntut umum
6. Penghentian penyidikan
Penyidik dapat menghentikan penyidikan jika ternyata perkara tersebut tidak terdapat cukup bukti karena
peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum, sebagaimana
tersebut dalam Pasal 109 ayat (2) KUHAP.
Konsekuensi yuridis dari perkara yang dihentikan penyidikannya, maka seseorang yang dihentikan
penyidikannya tersebut diberi hak oleh undang-undang untuk:
a. Mengajukan permintaan kepada ketua pengadilan negeri untuk memeriksa sah atau tidaknya penghentian penyidikan
yang telah dilakukan penyidik terhadapnya (Pasal 80 KUHAP)
b. Mengajukan permintaan kepada ketua pengadilan negeri untuk mendapat ganti rugi sebagai akibat dari sahnya
penghentian penyidikan yang telah ia ajukan kepada ketua pengadilan negeri tersebut (Pasal 81 KUHAP)