Anda di halaman 1dari 8

Kepolisian Republik

Indonesia.
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian
Nasional di Indonesia, yang bertanggung jawab langsung di
bawah Presiden. Tugas dan wewenang kepolisian

Berdasarkan UU 2/2002, tugas utama kepolisian ada tiga,


yakni:

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat;

2. Menegakkan hukum; dan

3. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan


kepada masyarakat.

Untuk menjalankan tiga tugas utama dan sejumlah tugas


lainnya, wewenang yang dimiliki oleh kepolisian, antara lain:

a. Menerima laporan dan/atau pengaduan;

b. Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat


yang dapat mengganggu ketertiban umum;

c. Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit


masyarakat;

d. Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan


atau mengancam persatuan dan kesatuan bangsa;
e. Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup
kewenangan administratif kepolisian.
Asal Mula Kasus Ferdy Sambo dan Perkembangan
Kasus Terbaru, Begini Kronologi Lengkap Kasus
Tewasnya Brigadir J
F Akbar

2 September 2022, 11:49 WIB

Informasi asal mula kasus Ferdy Sambo dan perkembangan kasus terbaru, disertai dengan kronologi
lengkap kasus tewasnya Brigadir J.

Informasi asal mula kasus Ferdy Sambo dan perkembangan kasus terbaru, disertai dengan kronologi
lengkap kasus tewasnya Brigadir J. /Antara/Asprilla Dwi Adha dan Wahdi Septiawan/

BERITA DIY – Asal mula kasus Ferdy Sambo dan perkembangan kasus terbaru membuat banyak
orang penasaran. Simak ulasan tentang kronologi lengkap kasus tewasnya Brigadir J dalam artikel
berikut ini.

Kasus pembunuhan berencana yang dilakukan Irjen Ferdy Sambo, mantan Kadiv Propam Polri,
terhadap ajudannya Brigadir J atau Yoshua Hutabarat menjadi perhatian publik hampir dua bulan
belakangan.

Kini proses hukum terus berjalan. Ferdy Sambo yang dulunya polisinya polisi sudah menjadi
tersangka.

Selain itu ada empat tersangka lainnya, yaitu Putri Chandrawati (istri Ferdy Sambo), Bharada Richard
Eliezer atau Bharada E, Bripka Ricky Rizal atau Bripka R, dan Kuat Ma’ruf (sopir Ferdy Sambo).

Lalu, bagaimana asal mula kasus Ferdy Sambo membunuh Brigadir J?

Kronologi kasus tewasnya Brigadir J mulai mencuat ketika Ferdy Sambo yang sebelumnya menjabat
Kadiv Propam Polri membuat laporan ke Polres Metro Jakarta Selatan pada Jumat, 8 Juli 2022.

Ferdy Sambo melaporkan adanya kontak tembak antara Brigadir J dengan Bharada E. Tembak-
tembakan ini terjadi disebut karena Brigadir J melakukan pelecehan seksual terhadap Putri
Chandrawati, istri Ferdy Sambo.

Ada dua laporan yang dibuat pihak Ferdy Sambo ke Polres Jakarta Selatan dengan terduga Brigadir J,
yakni pelecehan terhadap Putri Chandrawati dan percobaan pembunuhan terhadap Bharada E.

Bharada E mengungkap semua fakta, termasuk pembunuhan berencana yang didalangi Ferdy Sambo.
Pada 9 Agustus 2022, Kapolri mengumumkan penetapan tersangka terhadap Ferdy Sambo, Bripka
Ricky Rizal atau Bripka R, dan Kuat Ma’ruf.
Jadi Tersangka Kasus Suap, Hakim Itong Isnaeni
Diberhentikan Sementara
Kompas.com, 21 Januari 2022, 01:16 WIB

Penulis: Tatang Guritno, Elza Astari Retaduari

 | Editor: Elza Astari Retaduari

JAKARTA, KOMPAS.com - Mahkamah Agung (MA) memutuskan memberhentikan


sementara hakim di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Itong Isnaeni Hidayat (IHH) yang
ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap jual-beli perkara oleh KPK.

Selain Hakim Itong, MA juga memberhentikan sementara Panitera Pengganti di PN Surabaya


bernama Hamdan (HD) yang juga menjadi tersangka dalam kasus ini. Pemberhentian
sementara dilakukan karena keduanya sudah ditetapkan sebagai tersangka.

"Dengan tetap menjunjung asas praduga tak bersalah, maka hari ini juga yang bersangkutan
telah diberhentikan sementara oleh Yang Mulia Bapak Mahkamah Agung sebagai hakim dan
panitera pengganti," kata Plt Kepala Bawas Mahkamah Agung (MA), Dwiarso Budi Santiarto
dalam konferensi pers di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis, (20/1/2022).

Dwiarso pun mengatakan, dirinya sudah mengirimkan tim untuk meminta klarifikasi kepada
pimpinan PN Surabaya terkait pengawasan kepada Itong dan Hamdan.

“Yaitu Ketua PN Surabaya dan Panitera PN Surabaya apakah telah melakukan pengawasan dan
pembinaan sebagaimana yang dimaksud dalam Maklumat MA No 1 tahun 2017,” ucapnya.“Karena
ada tanggung jawab yang dipimpin oleh pimpinan atasan langsungnya, para oknum hakim dan
panitera pengganti ini,” sambung Dwiarso.

Lebih lanjut, MA menyatakan mendukung sepenuhnya langkah-langkah hukum yang dilakukan oleh
KPK dalam kasus dugaan suap jual-beli perkara di PN Surabaya.
Pelanggaran Kode Etik Pengacara, Mindo Rosalina
Manulang, Terancam Terkena Sanksi
29 Oktober 2021   06:48 Diperbarui: 29 Oktober 2021   06:48 5567 0 0

Berdasarkan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 1 ayat (3) yang berbunyi
bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum. Pernyataan tersebut telah jelas bahwa sebagai
negara hukum sudah sepantasnya kita menjaga harkat martabat serta nama baik Indonesia demi
kepentingan bersama. Namun seiring dengan beralannnya waktu, kasus mengenai pelanggaran
moralitas dan etika mulai bermunculan akibat dari kurangnya pemahaman terhadap pentingnya
etika dalam penegakkan hukum di Indonesia.

Pengacara Mindo Rosalina Manulang (Rosa) selaku kuasa hukum dari Nazaruddin, telah melanggar
kode etik hukum akibat tindakannya. Pada Rabu malam tanggal 8 Februari 2012, Rosa dan Djufrie
Taufik menemui Nazaruddin di Rumah Tahanan Cipinang. Tindakan tersebut dianggap melanggar
kode etik, sebab Djufrie Taufik merupakan lawan Nazaruddin kemudian ditambah lagi dengan
mereka menjenguk di luar jam besuk yang dimana tindakan tersebut mampu memberikan dampak
negatif. Bahkan, terkesan ada persengkongkolan di antara mereka. Kasus ini perlu diusut tuntas guna
penegakkan serta kejelasan hukum di Indonesia.  

Apabila ditinjau dari segi moralitas, tindakan tersebut tidak mencerminkan sebagai pengacara yang
mengerti akan etika profesi sebab moralitas dan etika sebagai landasan penegakkan hukum.
Kekuatan moral adalah kekuatan kepribadian seseorang yang  mantap dalam kesanggupannya untuk
bertindak sesuai dengan apa yang diyakininya benar, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa
moralitas memiliki peran penting dalam mempengaruhi tindak tanduk manusia.

Menurut Adnan menambahkan bahwa pada praktiknya belum pernah ada di seluruh dunia seorang
pengacara menangani perkara yang bertetangga.

“Ini mesti ada sanksi dari dewan kehormatan advokat dan badan pengawas profesi advokat.
Sekarang Menkumham dan MA undang semua agar bentuk dewan kehormatan menindak siapapun
yang melanggar,” kata Adnan

Apalagi, Mindo Rosalina adalah mantan anak buah Nazaruddin yang mengetahui banyak hal terkait
kasus wisma atlet yang kasusnya sedang berjalan. Oleh karena itu, Buyung menegaskan, organisasi
advokat, tempat Rifai bernaung, harus memeriksanya sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada
publik.

Sebelumnya, Wakil Menteri Hukum dan HAM Denny Indrayana mengungkap bukti pertemuan antara
Achmad Rifai dan Nazaruddin di dalam Rutan Cipinang pada 2 Februari lalu. Hal ini terungkap dari
catatan buku tamu yang hadir, Rifai menemui Nazaruddin pada sore hari. Rifai sudah memberikan
klarifikasi, kunjungan itu tak lain untuk menemani sahabat Rosa menemui Nazaruddin.

Dengan demikian, kepolisian sedang dalam proses pemeriksaan guna mengetahui kejelasan motif
yang dilakukan Rosa dan Djufrie Taufik saat mengunjungi Nazaruddin. Dalam rangka pemeriksaan
kasus ini pihak kepolisian dibantu oleh lembaga profesi advokat berusaha bertindak secara
independen  dalam mengusut tuntas kasus ini sebab permasalahan ini sangat berpengaruh terhadap
penegakkan hukum di Indonesia. Muhammad Faqih Muslim berpendapat dan berkeyakinan bahwa

Mindo Rosalina Manulang (Rosa) akan terancam mendapat sanksi yang tegas oleh lembaga profesi
advokat.   – (Eliano Farrell A.F.)
Ini Deretan Kasus Berat yang Tengah Ditangani
.

Kejaksaan Agung
23 Aug 2020, 13:31 WIB – Oleh: JIBI

Korupsi Jiwasraya

Kejagung menyelidiki kasus tindak pidana korupsi PT Asuransi Jiwasraya yang merugikan keuangan
negara Rp16,81 triliun. Kejaksaan memeriksa pejabat OJK, BUMN dan swasta dalam kasus jual beli
saham dalam pegelolaan dana investasi.

Kasus ini menyeret Benny Tjokrosaputro dan Heru Hidayat yang juga berperan sebagai pengendali
semua investasi PT Asuransi Jiwasraya pada 13 korporasi manajer investasi.

Kejagung juga memeriksa saksi dari pengurus maupun sebagai karyawan perusahaan manager
investasi serta karyawan PT Asuransi Jiwasraya (Persero).

Kasus Djoko Tjandra

Kejaksaan Agung (Kejagung) menangani eksekusi terpidana Djoko Soegiharto Tjandra yang sempat
buron selama 11 tahun terkait kasus cassie Bank Bali. Terpidana bakal menjalani hukuman pidana
badan selama dua tahun dalam perkara tindak pidana itu.

Masih terkait Djoko Tjandra, Kejagung juga menangani kasus Jaksa Pinangki Sima Malasari terkait
status pelarian Djoko Tjandra. Pinangki diduga menerima suap sebesar USD500.000 atau sekitar
Rp7,4 miliar. Kasus ini memperjelas bukti bahwa mafia hukum masih ada di Indonesia, demikian
pernyataan Menkopolhukam Mahfud MD.

Kasus Danareksa Sekuritas

Kejagung menangani kasus tindak pidana korupsi pemberian fasilitas pembiayaan senilai Rp105
miliar dari PT Danareksa kepada PT Evio Securitas tahun 2014-2015. Pembiayaan ini dinilai melawan
hukum karena dengan sistem repo dengan jaminan saham yang dinilai tidak memenuhi syarat.

Kasus Semanggi

Selain kasus korupsi, Kejagung mengeluarkan pernyataan bahwa kasus Semanggi I dan II bukan
pelanggaran HAM berat. Alhasil, keluarga korban Semanggi I dan II menggugat Jaksa Agung ke PTUN.

Sejumlah kasus tersebutlah yang menerbitkan spekulasi kebakaran gedung Kejagung terkait
sabotase, sampai penghilangan barang bukti. Namun demikian, spekulasi tersebut dibantah Jaksa
Agung Sanitiar Burhanuddin. “Yang utamanya, bahwa berkas-berkas perkara tidak ada di sini
[gedung yang terbakar],” jelasnya, Sabtu.

Burhanuddin mengatakan bagian yang terbakar adalah Gedung Pembinaan meliputi Biro
Kepegawaian, Biro Keuangan, dan Biro Umum. Selain itu, Jaksa Agung menegaskan semua tahanan
di gedung terpisah dan aman.

Wakil Ketua DPR Azis Syamsuddin meminta Kejaksaan Agung dan Polri segera melakukan investigasi
menyeluruh atas peristiwa kebakaran itu agar tidak ada informasi simpang siur.
Komisi Pemberantasan Korupsi
Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia adalah lembaga negara yang dibentuk dengan
tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna terhadap upaya pemberantasan tindak pidana
korupsi. KPK bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan mana pun dalam
melaksanakan tugas dan wewenangnya. Berikut beberapa tugasnya:

1. Melakukan monitor terhadap penyelenggaraan pemerintahan negara.

2. Supervisi terhadap instansi yang berwenang melaksanakan pemberantasan tindak pidana korupsi.

3. Melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi.

Awal Mula Kasus Korupsi Bansos Covid-19 yang


Menjerat Juliari hingga Divonis 12 Tahun Penjara
Kompas.com, 23 Agustus 2021, 18:01 WIB

Pada 6 Desember 2020, KPK menetapkan Mantan Menteri Sosial Juliari Batubara sebagai tersangka
kasus dugaan suap bantuan sosial penanganan pandemi Covid-19 untuk wilayah Jabodetabek tahun
2020.

Penetapan tersangka Juliari saat itu merupakan tindak lanjut atas operasi tangkap tangan yang
dilakukan KPK pada Jumat, 5 Desember 2020. Usai ditetapkan sebagai tersangka, pada malam
harinya Juliari menyerahkan diri ke KPK.

Selain Juliari, KPK juga menetapkan Matheus Joko Santoso, Adi Wahyono, Ardian I M dan Harry
Sidabuke sebagai tersangka selalu pemberi suap.

Menurut KPK, kasus ini bermula dari adanya program pengadaan bansos penanganan Covid-19
berupa paket sembako di Kemensos tahun 2020 dengan nilai sekitar Rp 5,9 Triliun dengan total 272
kontrak dan dilaksanakan dengan 2 periode.

Juliari sebagai menteri sosial saat itu menunjuk Matheus dan Adi sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dalam pelaksanaan proyek tersebut dengan cara penunjukkan langsung para
rekanan dan diduga disepakati ditetapkan adanya fee dari tiap-tiap paket pekerjaan yang harus
disetorkan para rekanan kepada Kemensos melalui Matheus.

Untuk setiap paket bansos, fee yang disepakati oleh Matheus dan Adi sebesar Rp 10.000 per paket
sembako dari nilai Rp 300.000 per paket bansos.

Pada Mei sampai November 2020, Matheus dan Adi membuat kontrak pekerjaan dengan beberapa
suplier sebagai rekanan yang di antaranya Ardian I M dan Harry Sidabuke dan juga PT RPI yang
diduga milik Matheus.

Penunjukkan PT RPI sebagai salah satu rekanan tersebut diduga diketahui Juliari dan disetujui oleh
Adi.

Pada pelaksanaan paket bansos sembako periode pertama diduga diterima fee Rp 12 miliar yang
pembagiannya diberikan secara tunai oleh Matheus kepada Juliari melalui Adi.
Dari jumlah itu, diduga total suap yang diterima oleh Juliari sebesar Rp 8,2 miliar. Uang tersebut
selanjutnya dikelola Eko dan Shelvy N selaku orang kepercayaan Juliari untuk digunakan membayar
berbagai keperluan pribadi Juliari.

Kemudian pada periode kedua pelaksanaan paket bansos sembako, terkumpul uang fee dari
Oktober sampai Desember 2020 sekitar Rp 8,8 miliar.

Sehingga, total uang suap yang diterima oleh Juliari menurut KPK adalah sebesar Rp 17 miliar.
Seluruh uang tersebut diduga digunakan oleh Juliari untuk keperluan pribadi.

Atas perbuatannya itu, Juliari disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau
Pasal 11 Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Divonis 12 tahun penjara


Juliari divonis 12 tahun penjara dan denda Rp 500 juta oleh majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana
Korupsi (Tipikor) Jakarta pada Senin (23/8/2021).

Majelis hakim menilai Juliari terbukti melanggar Pasal 12 huruf a Undang-Undang RI Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dalam UU RI Nomor
20 Tahun 2001.

Selain itu, hakim juga menjatuhkan pidana tambahan untuk membayar uang pengganti sejumlah Rp
14.590.450.000 atau sekitar Rp 14,59 miliar.

Jika tidak diganti, bisa diganti pidana penjara selama dua tahun. Hak politik atau hak dipilih terhadap
Juliari pun dicabut oleh hakim selama empat tahun.

Hal memberatkan Juliari menurut hakim perbuatannya dapat dikualifikasi tidak kesatria, ibaratnya
lempar batu sembunyi tangan. Kemudian Berani berbuat tidak berani bertanggung jawab. Bahkan
menyangkali perbuatannya.

Hakim juga menilai perbuatan Juliari dilakukan dalam keadaan darurat bencana nonalam yaitu
wabah covid-19.

Sementara yang meringankan, Juliari belum pernah dijatuhi pidana. Ia juga sudah cukup menderita
dicerca, dimaki, dihina oleh masyarakat. Hakim juga menilai Juliari telah divonis oleh masyarakat
telah bersalah padahal secara hukum terdakwa belum tentu bersalah sebelum adanya putusan
pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Selama persidangan kurang lebih 4 bulan Juliari hadir dengan tertib, tidak pernah bertingkah dengan
macam-macam alasan yang akan mengakibatkan persidangan tidak lancar.

Juliari dan kuasa hukumnya Maqdir Ismail pikir-pikir terlebih dahulu atas vonis tersebut.

“Kami sudah sempat berdiskusi sedikit dengan terdakwa, untuk menentukan sikap kami akan coba
mengambil sikap terlebih dahulu untuk pikir-pikir yang mulia,” ujar Maqdir Ismail.

Vonis ini lebih berat dibandingkan tuntutan jaksa KPK. Sebelumnya, Juliari dituntut 11 tahun dan
denda Rp 500 juta subsider enam bulan kurungan oleh Jaksa KPK.
Jaksa menilai Juliari terbukti menerima suap dalam pengadaan paket bansos Covid-19 wilayah
Jabodetabek 2020 sebesar Rp 32,48 miliar.

Selain itu, Juliari juga dituntut pidana pengganti sebesar Rp 14,5 miliar dan hak politiknya dicabut
selama empat tahun.

Dalam tuntutannya, jaksa menyebut mantan Mensos ini memerintahkan dua anak buahnya, yaitu
Matheus Joko dan Adi Wahyono, untuk meminta fee Rp 10.000 tiap paket bansos Covid-19 dari
perusahaan penyedia.

Anda mungkin juga menyukai