Anda di halaman 1dari 12

UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH SISTEM PERADILAN PIDANA

CONTOH-CONTOH KASUS MAFIA HUKUM DALAM PROSES


PERADILAN PIDANA DI INDONESIA
(MAFIA HUKUM KEPOLISIAN, KEJAKSAAN, PENGADILAN,
LEMBAGA PEMASYARAKATAN, DAN ADVOKAT)

ANAK AGUNG MADE ARYA SAPUTRA


NIM : 0215016019

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DWIJENDRA
2023
TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER GANJIL 2022/2023

Mata Kuiah : Sistem Peradilan Pidana (SPP)


Pengasuh : Dr. I Gede Artha, SH., MH.
Nama Mahasiswa : Anak Agung Made Arya Saputra
NIM : 0215016019

CONTOH-CONTOH KASUS MAFIA HUKUM DALAM PROSES PERADILAN


PIDANA DI INDONESIA
(MAFIA HUKUM KEPOLISIAN, KEJAKSAAN, PENGADILAN, LEMBAGA
PEMASYARAKATAN, DAN ADVOKAT)

I. CONTOH KASUS MAFIA HUKUM KEPOLISIAN (KASUS PEREDARAN

NARKOBA INSPEKTUR JENDRAL POLISI TEDDY MINAHASA)

Kepolisian sebagai salah satu komponen sistem peradilan pidana merupakan lembaga

yang secara langsung berhadapan dengan tindak pidana yang terjadi dalam masyarakat.

Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

memberikan definisi kepolisian sebagai hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga

polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Fungsi kepolisian berdasarkan Pasal 2

UU tersebut adalah: “salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan

dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan

kepada masyarakat.”

Adapun contoh kasus mafia hukum Kepolisian yakni kasus peredaran narkoba yang

menjerat Irjen Teddy Minahasa, berikut adalah Pers Releasenya:

“ Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah mengonfirmasi bahwa Kapolda Jatim
Irjen Teddy Minahasa terjerat dalam pusaran kasus narkoba. Irjen Teddy kini telah
ditahan dan menjalani penempatan khusus.
"Pengungkapan narkoba siapa pun yang terlibat tak peduli apa jabatannya pasti kita
tindak tegas. Ini bagian dari komitmen kami untuk bersih-bersih," ujar Kapolri
Jenderal Listyo Sigit Prabowo saat memberikan keterangan pers, Jumat (14/10/2022).
Berikut kronologi penangkapan Teddy Minahasa;
1. Beberapa hari lalu Polda Metro Jaya mengungkapkan kasus pelanggaran narkoba.
Ini berawal dari laporan masyarakat dan berhasil diamankan tiga orang dari sipil.

1
2. Kemudian dilakukan pengembangan dan ternyata melibatkan pejabat anggota
berpangkat Bripka dan polisi berpangkat Kompol dengan jabatan Kapolsek.
3. Atas dasari itu Kapolri meminta terus dilakukan pengembangan dan menangkap
pengedar yang mengarah ke personel Polri berpangkat AKBP yang juga mantan
Kapolres Bukit Tinggi.
4. Dari sini, penyidik melihat ada keterlibatan Irjen TM, eks Kapolda Sumbar.
"Atas dasar itu, kemarin saya minta Kadiv Propam menjemput dan melakukan
pemeriksaan. Dan tadi pagi sudah dilakukan penggelaran untuk menentukan status.
Irjen TM kini terduga pelanggar dan sudah di-Patsus," jelas Kapolri.”1

Berdasarkan pers release dan kronologi diatas, hal tersebut tentu menciderai proses

peradilan pidana pada tingkat kepolsian, yang dimana kepolisian merupakan tonggak pertama

penegakan hukum. Apabila kepolisian saja terlibat dalam pelanggaran hukum, terlebih lagi

kasusnya adalah extraordinary crime, yakni peredaran narkoba yang diancam hukuman mati,

maka tentu hal tersebut merusak kepercayaan publik terhadap sistem peradilan pidana di

tingkat Kepolisian.

II. CONTOH KASUS MAFIA HUKUM KEJAKSAAN (KASUS PENYUAPAN JAKSA

PINANGKI)

Kejaksaan dalam sistem peradilan pidana bekerja setelah ada pelimpahan perkara dari

kepolisian. Kejaksaan merupakan lembaga pemerintahan dibidang penuntutan serta tugas lain

yang ditetapkan berdasarkan Undang-Undang. Dalam Pasal 13 KUHAP disebutkan bahwa :

“jaksa merupakan penuntut umum yang diberi wewenang oleh undang-undang untuk

melakukan penuntutan dan pelaksanaan putusan hakim.”

Adapun contoh kasus mafia hukum Kejaksaan yakni kasus penyuapan yang menjerat

Jaksa Pinangki, berikut adalah Pers Releasenya:

“ Jaksa Pinangki Sirna Malasari diduga telah menerima uang sejumlah US$500.000 dari
US$1 juta yang dijanjikan terpidana perkara korupsi pengalihan hak tagih (cessie)
Bank Bali, Djoko Soegiarto Tjandra (Djoker).
Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Hari Setiyono,
di Jakarta, Kamis (17/9), mengungkapkan kronologi tentang uang tersebut.
1
Republika.co.id, 2022, Terjerat Narkoba, Ini Kronologi Penangkapan Kapolda Jatim Irjen Teddy
Minahasa, URL: https://www.republika.co.id/berita/rjqm4d377/terjerat-narkoba-ini-kronologi-penangkapan-
kapolda-jatim-irjen-teddy-minahasa, diakses pada tanggal 24 Januari 2023.

2
Menurutnya, itu sebagai imbalan bagi Pinangki untuk megurus fatwa Mahkamah
Agung (MA) melalui Kejagung agar Djoker tidak bisa dieksekusi ke penjara.
Hari menuturkan, penyuapan terhadap terdakwa Pinangki berawal sekitar November
2019. Dr. Pinangki Sirna Malasari, S.H., M.H., selaku seorang Jaksa pada Kejagung
bersama-sama dengan Anita Kolopaking dan Andi Irfan Jaya bertemu dengan Joko
Soegiarto Tjandra.
“Betemu Djoko Soegiarto Tjandra merupakan buronan terpidana kasus korupsi cessie
Bank Bali di kantornya yang terletak di The Exchange 106 Lingkaran TrX Kuala
Lumpur, Malaysia," ungkapnya.
Saat itu, lanjut Hari, Joko Soegiarto Tjandra setuju meminta Pinangki dan Anita
Kolopaking untuk membantu pengurusan gatwa ke Mahkamah Agung (MA) melalui
Kejagung. Tujuannya, agar pidana Djoker berdasarkan Putusan PK Nomor:12 PK/
Pid.Sus/2009 Tanggal 11 Juni 2009 tidak dapat dieksekusi sehingga dia dapat kembali
ke Indonesia tanpa harus menjalani pidana.
"Atas permintaan tersebut, terdakwa Dr. Pinangki Sirna Malasari, S.H., M.H. dan
Saudari Anita Kolopaking bersedia memberikan bantuan tersebut," ujarnya.
Djoker lantas bersedia menyediakan imbalan berupa uang sebesar US$1 juta untuk
Pinangki guna mengurus perkara tersebut. Namun, uang tersebut akan diserahkan
melalui pihak swasta, yaitu Andi Irfan Jaya selaku rekan dari Pinangki Sirna Malasari.
"Hal itu sesuai dengan proposal 'action plan' yang dibuat oleh terdakwa PSM
[Pinangki Sirna Malasari] dan diserahkan oleh saudara Andi Irfan Jaya kepada Joko
Soegiarto Tjandra," katanya.
Selain itu, lanjut Hari, Pinangki, Andi Irfan Jaya, dan Dkoker juga bersepakat untuk
memberikan uang sejumlah US$10 juta kepada pejabat di Kejagung dan di MA guna
keperluan mengurus permohonan Fatwa MA melalui Kejagung.
Selanjutnya, Djoko Soegiarto Tjandra memerintahkan adik iparnya, yaitu Heriyadi
Angga Kusuma (almarhum) untuk memberikan uang kepada Pinangki melalui Andi
Irfan Jaya di Jakarta sebesar US$500.000 sebagai pembayaran down payment (DP)
50% dari US$1 juta yang dijanjikan.
Kemudian, Andi Irfan Jaya memberikan uang sebesar US$500.000 tersebut kepada
Pinangki. Kemudian dari uang US$500.000 tersebut, Pinangki memberikan
US$50.000 kepada Anita Kolopaking sebagai pembayaran awal jasa penasihat
hukum.
"Sedangkan sisanya sebesar US$450.000 masih dalam penguasaan terdakwa Dr.
Pinangki Sirna Malasari, S.H., M.H.," ungkap Hari.
Namun dalam perjalanannya, ternyata rencana yang tertuang dalam "acrion plan" di
atas tidak ada satu pun yang terlaksana. Padahal, Djoker telah memberikan DP
sejumlah US$500.000 kepada Pinangki melalui Andi Irfan Jaya.
Karena tidak terlaksana, Djoker pada bulan Desember 2019 membatalkan "action
plan" atau rencana aksi dengan cara memberikan catatan pada kolom notes dari action
plan tersebut dengan tulisan tangan "NO".
Pinangki kemudian menukarkan sisa uang US$450.000 melalui sopirnya, Sugiarto
dan Beni Sastrawan. Uang hasil penukaran valas itu lalu digunakan Pinangki untuk
membeli mobil BMW X-5, pembayaran dokter kecantikan di Amerika, dan
pembayaran sewa apartemen atau hotel di New York.
Selain itu, pembayaran dokter home care, pembayaran kartu kredit, dan transaksi lain
untuk kepentingan pribadi terdakwa serta pembayaran sewa Apartemen Essence
Darmawangsa dan Apartemen Pakubowono Signature yang menggunakan cash atau
tunai US$.

3
"Atas perbuatan terdakwa Dr. Pinangki Sirna Malasari, S.H., M.H. tersebut patut
diduga sebagai perbuatan tindak pidana pencucian uang yang berasal dari tindak
pidana korupsi," katanya.
Dalam perkara tindak pidana korupsi, JPU menuduh Pinangki melanggar dakwaan
kesatu, yakni primair; melanggar Pasal 5 Ayat (2) juncto Pasal 5 Ayat (1) huruf a
Undang-Undang (UU) Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi.
Subsidairnya, melanggar Pasal 11 UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU Nomor 20
Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Sedangkan untuk dakwaan pencucian uang, JPU menuduh Pinangki melangar
dakwaan kedua, yakni Pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Sedangkan untuk dakwaan ketiganya, primair; melanggar Pasal 15 juncto Pasal 5 Ayat
(1) huruf a UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana diubah dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi juncto Pasal 88 KUHP.
Untuk dakwaan ketiga subsidairnya, melanggar Pasal 15 juncto Pasal 13 UU Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah
dan ditambah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU Nomor
31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 88 KUHP.
TIm Jaksa Penuntu Umum (JPU) Kejagung dan Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat
(Kejari Jakpus) telah melimpahkan berkas perkara Pinangki ke Pengadilan TIndak
Pidana Korupsi pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat pada Kamis (17/9).
"Pelimpahan berkas perkara tersebut dilaksanakan dengan memperhatikan protokol
kesehatan tentang pencegahan penularan Covid-19," ujarnya.”2

Berdasarkan pers release dan kronologi diatas, tentu hal tersebut merusak citra

kejaksaan yang seharusnya sebagai perwakilan negara untuk menuntut seorang yang

melakukan tindakan kriminal, justru malah melindungi seorang yang kriminal. Terlebih lagi,

Jaksa Pinangki juga menerima suap yang dimana hal tersebut merusak citra Kejaksaan dari

masyarakat. Bagaimana penegakan hukum bisa berjalan dengan baik apabila seorang penuntut

umum sebagai perwakilan negara untuk memberantas kejahatan di muka pengadilan, malah

menerima suap dari seorang terdakwa dan melindungi terdakwa?

2
Gatra.com, 2020, Ini Kronologi Suap dan Pencucian Uang Pinangki, URL:
https://www.gatra.com/news-490638-hukum-ini-kronologi-suap-dan-pencucian-uang-pinangki.html, diakses
pada tanggal 24 Januari 2023.

4
III. CONTOH KASUS MAFIA HUKUM PENGADILAN (KASUS PENYUAPAN HAKIM

AGUNG SUDRAJAD DIMYATI)

Pengadilan merupakan tempat berlangsungnya proses peradilan, sedangkan

kewenangan mengadakan pengadilan itu sendiri berada ditangan lembaga kehakiman. Hal ini

tercantum dalam Undang – Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman. Tugas

pengadilan adalah menerima, memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang diajukan

kepadanya. Tugas ini meliputi pengadilan negeri, pengadilan tinggi, dan mahkamah agung.

Selain itu pengadilan berkewajiban pula untuk mewujudkan membantu pencari keadilan serta

berkewajiban untuk mewujudkan suatu peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan

sesuai dengan asas peradilan yang ditetapkan oleh KUHAP.

Adapun contoh kasus mafia hukum Pengadilan yakni kasus penyuapan yang menjerat

Hakim Agung Sudrajad Dimyati, berikut adalah Pers Releasenya:

“ Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan hakim agung Sudrajad Dimyati


dan sembilan orang lainnya sebagai tersangka kasus dugaan suap terkait penanganan
perkara di Mahkamah Agung (MA).
Proses hukum ini menindaklanjuti kegiatan Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang
dilakukan tim KPK di Jakarta dan Semarang pada Rabu (21/9).
OTT tersebut merupakan tindak lanjut dari laporan masyarakat yang diterima KPK.
Pada Rabu sekitar pukul 16.00 WIB, tim KPK mendapat informasi perihal penyerahan
sejumlah uang tunai dari pengacara Eko Suparno kepada Desy Yustria selaku PNS
pada Kepaniteraan MA di salah satu hotel di Bekasi. Desy merupakan representasi
Sudrajad.
Selang beberapa waktu, pada Kamis (22/9) sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, tim
KPK kemudian bergerak dan mengamankan Desy di rumahnya beserta uang tunai
sejumlah sekitar Sin$205.000.
Secara terpisah, tim KPK juga langsung mencari dan mengamankan Yosep Parera dan
Eko Suparno yang berada di wilayah Semarang, Jawa Tengah, guna dilakukan
permintaan keterangan.
Hakim Agung Sudrajad Dimyati dan sembilan orang lainnya menyandang status
tersangka kasus dugaan korupsi berupa suap pengurusan perkara di Mahkamah Agung
(MA). Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengungkapkan
kronologi praktik suap tersebut.
“Bermula ada laporan pidana dan gugatan perdata terkait aktivitas dari Koperasi
Simpan Pinjam ID (Intidana) di Pengadilan Negeri Semarang yang diajukan
(tersangka) HT dan IDKS dengan diwakili melalui kuasa hukumnya, YP dan ES,”
kata Firli Bahuri di Gedung KPK, Setiabudi, Jakarta Selatan, Jumat dini hari
(23/9/2022).

5
Diketahui, Hakim Agung Sudrajad Dimyati (SD) bersama lima tersangka lain
merupakan pihak penerima. Kelima orang itu adalah Hakim Yustisial/Panitera
Pengganti MA Elly Tri Pangestu (ETP), PNS pada Kepaniteraan MA Desy Yustria
(DY), PNS pada Kepaniteraan MA Muhajir Habibie (MH), PNS MA Redi (RD), dan
PNS MA Albasri (AB).
Adapun empat tersangka lainnya merupakan pemberi suap yaitu Yosep Parera (YP)
sebagai pengacara, Eko Suparno (ES) yang juga pengacara pihak swasta/debitur
Koperasi Simpan Pinjam Intidana (ID) Heryanto Tanaka (HT), serta pihak
swasta/debitur Koperasi Simpan Pinjam ID Ivan Dwi Kusuma Sujanto (IDKS).
Firli menjelaskan, saat proses persidangan di tingkat Pengadilan Negeri dan
Pengadilan Tinggi, HT dan ES belum puas. Ketidakpuasan mereka menyangkut
keputusan pada dua lingkup pengadilan tersebut sehingga melanjutkan upaya hukum
berikutnya di tingkat kasasi pada MA.
“Di tahun 2022, pengajuan kasasi oleh HT dan IDKS dengan masih mempercayakan
YP dan ES sebagai kuasa hukumnya,” terang Firli.
KPK menduga YP dan ES melakukan pertemuan dan komunikasi dengan beberapa
pegawai di Kepaniteraan MA yang dinilai mampu menjadi penghubung hingga
fasilitator dengan majelis hakim. Sehingga bisa mengkondisikan putusan sesuai
dengan keinginan YP dan ES.
“Adapun pegawai yang bersedia dan bersepakat dengan YP dan ES, yaitu DY dengan
adanya pemberian sejumlah uang,” ujar Firli.
DY kemudian turut mengajak MH dan ETP ikut serta menjadi penghubung
penyerahan uang ke majelis hakim.
Selanjutnya, KPK juga menduga DY dan kawan-kawan sebagai representasi dari SD
dan beberapa pihak di MA. Tujuannya menerima uang dari pihak-pihak yang
mengurus perkara di MA.
Adapu duit yang diberikan YP dan ES pada majelis hakim berasal dari HT dan IDKS.
“Jumlah uang yang kemudian diserahkan secara tunai oleh YP dan ES pada DY
sejumlah sekitar 202 ribu dolar Singapura (Rp2,2 miliar),” kata Firli.
Terungkap, DY membagi lagi. Rinciannya DY menerima sekitar sejumlah Rp250 juta
dan MH mengantongi sekitar sejumlah Rp850 juta. Sedangkan ETP menerima sekitar
sejumlah Rp100 juta. Sementara, SD menerima sekitar sejumlah Rp800 juta yang
penerimaannya melalui ETP.
“Dengan penyerahan uang tersebut, putusan yang di harapkan YP dan ES pastinya
dikabulkan dengan menguatkan putusan kasasi sebelumnya yang menyatakan KSP
(Koperasi Simpan Pinjam) ID (Intidana) pailit,” ujar dia.
Saat tim KPK melakukan tangkap tangan, dari DY ditemukan dan diamankan uang
sejumlah sekitar 205 ribu dolar Singapura. Selain itu, ada penyerahan uang dari AB
sejumlah sekitar Rp50 juta.
“KPK menduga DY dan kawan-kawan juga menerima pemberian lain dari pihak-
pihak yang berperkara di MA. hal ini akan didalami lebih lanjut oleh tim penyidik,”
ucap Firli.
Tersangka HT, YP, ES, dan IDKS sebagai pihak pemberi disangkakan melanggar
Pasal 5 ayat (1) huruf a atau b atau Pasal 13 atau Pasal 6 huruf a Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat (1) ke-
1 KUHP.
Sementara sebagai penerima, tersangka SD, DY, ETP, MH, RD, dan AB disangkakan
melanggar Pasal 12 huruf c atau Pasal 12 huruf a atau b Jo Pasal 11 Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sebagaimana

6
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUHP.”3

Berdasarkan pers release dan kronologi diatas, tentu hal tersebut sangat

memprhatinkan meningat Pengadilan merupakan tempat terakhir masyarakat dalam mencari

keadilan dalam sistem peradilan pidana. Hal ini tentu berdampak pada kurangnya kepercayaan

masyarakat pada Pengadilan yang ternyata akibat kasus ini, hukum itu dapat dibayar atau

dibeli.

IV. CONTOH KASUS MAFIA HUKUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN (KASUS

PEREDARAN NARKOBA DI LAPAS OLEH SIPIR LAPAS KELAS II A

PEKANBARU)

Lembaga pemasyarakatan merupakan lembaga terakhir yang berperan dalam proses

peradilan pidana. Sebagai tahapan akhir dari proses peradilan pidana lembaga pemasyarakatan

mengemban harapan dan tujuan dari sistem peradilan pidana yang diantaranya berusaha agar

pelaku tindak pidana tidak lagi mengulangi tindak pidana yang pernah dilakukannya.

Adapun contoh kasus mafia hukum Lembaga Pemasyarakatan yakni kasus Peredaran

Narkoba Di Lapas Oleh Sipir Lapas Kelas II A Pekanbaru, berikut adalah Pers Releasenya:

“ Seorang oknum sipir di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Kelas II A Pekanbaru


inisial YNS ditangkap karena kedapatan membawa narkoba jenis sabu.
YNS ditangkap saat melintas di jalan Rambutan, Selasa lalu. Dia bahkan sempat
menabrak polisi yang hendak menangkapnya.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kemenkumham Riau, Mhd Jahari Sitepu
membenarkan peristiwa penangkapan sipir itu. Ia menyebut akan memberhentikan
sementara dari tugas di Lapas Sialang Bungkuk.
"Kami sudah dapat surat dari kepolisian bahwa ada pegawai kita jadi tersangka kasus
narkoba. Setelah itu tentu kami berhentikan sementara dari ASN, dia Sipir di Rutan
Sialang Bungkuk," tegas Jahari Sitepu, Selasa (4/10/2022).
Jahari memastikan akan menindak tegas setiap pegawainya yang terbukti terlibat
narkoba. Bahkan setelah putusan inkrah atau tetap, dipastikan akan diusulkan untuk
dipecat.

3
Inilahsumbar.com, 2022, Kronologi Suap di MA, Hakim Agung Sudrajat Dimyati Diduga Terima
Rp800 Juta, URL: https://inilahsumbar.com/kronologi-suap-di-ma-hakim-agung-sudrajat-dimyati-diduga-
terima-rp800-juta/, diakses pada tanggal 24 Januari 2023.

7
"Perintah pimpinan jelas, kami tidak ada toleransi bagi oknum petugas yang terlibat
narkoba dengan sanksi seberat-beratnya. Bagi oknum petugas tersebut kalau terbukti
tentunya akan menerima sanksi pemecatan," ujarnya.
Dia menegaskan pihaknya tidak mau mencampuri permasalahan itu karena sudah
ditangani polisi. Kemenkumham justru mendukung sepenuhnya kepolisian untuk
mengusut tuntas sampai sejauh mana keterlibatan oknum tersebut.
"Nanti kalau sudah inkrah di pengadilan kita rekomendasikan untuk pecat," tutupnya.
Terpisah, Kepala Divisi Pemasyarakatan (Kadivpas) Kanwil Kemenkumham Riau
Mulyadi mengatakan, ulah oknum sipir itu telah mencoreng nama institusi. Karena
itu, pihaknya tidak akan membela serta menyerahkan kasus tersebut kepada penegak
hukum.
"Saya sudah berkoordinasi dengan pak Kepala Kanwil Kemenkumham. Beliau tetap
berkomitmen tidak akan melindungi jika ada petugas kita melanggar hukum," kata
Mulyadi.
Kadivpas bahkan menegaskan, pihaknya akan memecat oknum sipir tersebut setelah
melalui proses Inkracht di pengadilan. Kemenkumam bahkan mendorong penegak
hukum, untuk mengungkap pelaku lainnya, atas kasus narkoba melibatkan sipirnya
itu.
"Dia telah bermain narkoba, ya tanggung akibatnya. Dia (oknum sipir) telah membuat
citra institusi kita buruk. Harus diungkap siapa jaringannya. Jadi kita justru
mendorong polisi," ungkap Mulyadi.
Seperti diketahui, oknum sipir YNS ditangkap Opsnal Satresnarkoba saat berpatroli
di Jalan Rambutan, Selasa (27/9/2022) malam lalu. Oknum sipir Rutan ditangkap saat
mengendarai sepeda motor lewat di depan kantor PTPN V.
Pelaku yang tahu disetop polisi mencoba melakukan perlawanan. Bahkan berulang
kali mencoba kabur saat diberi peringatan. Dua anggota polisi terluka akibat ditabrak
pelaku, saat berusaha kabur dengan sepeda motornya.”4

Berdasarkan pers release dan kronologi diatas, tentu hal tersebut menciderai proses

peradilan pidana pada tingkat terakhir yakni lembaga pemasyarakatan, yang dimana harusnya

lembaga pemasyarakatan sebagai instansi yang membina terpidana agar tidak mengulanginya

lagi namun malah melakukan penyebaran narkoba di Lapas. Bagaimana bisa membina seorang

Terpidana apabila seorang petugasnya sendiri yang merusak Terpidana tersebut di dalam

Lapas?

4
Okeline.com, 2022, Sipir Lapas Sialang Bungkuk Terciduk Bawa Sabu, Sempat Melawan Saat
Ditangkap, URL: https://www.okeline.com/berita-12260-sipir-lapas-sialang-bungkuk-terciduk-bawa-sabu-
sempat-melawan-saat-ditangkap, diakses pada tanggal 24 Januari 2022.

8
V. CONTOH KASUS MAFIA HUKUM ADVOKAT (KASUS PENYUAPAN

PENGURUSAN PERKARA OLEH ADVOKAT YOSEP PARERA DAN EKO

SUPARNO)

Advokat adalah orang yang berprofesi memberi jasa hukum, baik didalam maupun

diluar pengadilan yang memenuhi persyaratan berdasarkan ketentuan Undang-Undang. Jasa

hukum adalah jasa yang diberikan advokat berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan

hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan landasan

hukum lain untuk kepentingan hukum klien. Diundangkannya Undang-Undang Nomor 18

Tahun 2003 Tentang Advokat, maka advokat juga menjadi bagian (subsistem) dari sistem

peradilan pidana, hal ini ditegaskan dalam Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang tersebut, yang

menyebutkan bahwa : “advokat berstatus sebagai penegak hukum, bebas dan mandiri yang

dijamin oleh hukum dan peraturan perundang – undangan.”

Adapun contoh kasus mafia hukum Advokat yakni kasus Penyuapan Pengurusan

Perkara Oleh Advokat Yosep Parera Dan Eko Suparno, berikut adalah Pers Releasenya:

“ Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan 10 tersangka dalam kasus suap


perkara di Mahkamah Agung (MA). Salah satu yang ditetapkan sebagai tersangka
adalah Hakim Agung Sudrajad Dimyati .
Ketua KPK Firli Bahuri menjelaskan dalam konferensi pers Jumat (23/9/2022) dini
hari, bahwa Operasi Tangkap Tangan (OTT) sebagai tindak lanjut pengaduan dan
laporan masyarakat. KPK menerima informasi dugaan adanya penyerahan sejumlah
uang kepada hakim atau yang mewakilinya terkait penanganan perkara di Mahkamah
Agung.
Tepatnya pada Rabu, 21 September 2022 sekitar pukul 16.00 WIB, Tim KPK
mendapat informasi adanya penyerahan sejumlah uang dalam bentuk tunai dari Eko
Suparno (ES) seorang pengacara kepada Desy Yustria (DY) PNS pada Kepaniteraan
MA sebagai representasi Sudrajad Dimyati di salah satu hotel di Bekasi.
Selang beberapa waktu, Kamis sekitar pukul 01.00 WIB dini hari, Tim KPK kemudian
bergerak dan mengamankan DY di rumahnya beserta uang tunai sejumlah sekitar
SGD 205.000.
Secara terpisah, lanjut Firli, Tim KPK juga langsung mencari dan mengamankan
Yosep Parera (YP) dan Eko Suparno (ES) selaku pengacara yang berada di wilayah
Semarang, Jawa Tengah guna dilakukan permintaan keterangan.
Para pihak yang diamankan beserta barang bukti kemudian dibawa ke Jakarta untuk
dilakukan pemeriksaan lanjutan digedung Merah Putih KPK,” ucap Firli Bahuri.
Selain itu, Albasri (AB) PNS Mahkamah Agung juga hadir ke gedung Merah Putih
KPK dan menyerahkan uang tunai Rp50 juta.

9
“Adapun jumlah uang yang berhasil diamankan sebesar SGD 205.000 dan Rp50 juta,”
kata Firli.
Dalam kasus ini KPK menetapkan 10 tersangka. KPK menahan enam orang tersangka.
Sementera 4 orang lainnya termasuk Hakim Agung MA belum ditahan.
KPK menahan Panitera Pengganti Mahkamah Agung, Elly Tri Pangestu bersama lima
orang lainnya selama 20 hari ke depan.
Elly dan Desy Yustria yang juga sebagai PNS Kepaniteraan MA akan ditahan di
rumah tahanan (Rutan) KPK di Gedung Merah Putih.
Sedangkan, Muhajir Habibie sebagai PNS pada Kepaniteraan MA, Yosep Parera dan
Eko Suparno sebagai pengacara akan ditahan di Polres Metro Jakarta Pusat.”5

Berdasarkan pers release dan kronologi diatas, tentu hal tersebut merusak citra

Advokat sebagai salah satu komponen sistem peradilan pidana yang bertugas untuk

menegakkan keadilan. Sebagai penegak keadilan harusnya advokat menjalankan profesi sesuai

dengan prosedur hukum yang berlaku dan tidak bertindak curang, terlebih lagi melakukan suap

untuk memenangkan perkara.

5
Nasional.okezone.com, 2022, Kronologi KPK OTT Para Tersangka Kasus Suap Hakim Agung MA,
Berawal Laporan Masyarakat, URL:https://nasional.okezone.com/read/2022/09/23/337/2673216/kronologi-kpk-
ott-para-tersangka-kasus-suap-hakim-agung-ma-berawal-laporan-masyarakat, diakses pada tanggal 24 Januari
2023.

10
DAFTAR BACAAN

Gatra.com, 2020, Ini Kronologi Suap dan Pencucian Uang Pinangki, URL:
https://www.gatra.com/news-490638-hukum-ini-kronologi-suap-dan-pencucian-
uang-pinangki.html, diakses pada tanggal 24 Januari 2023.

Inilahsumbar.com, 2022, Kronologi Suap di MA, Hakim Agung Sudrajat Dimyati Diduga
Terima Rp800 Juta, URL: https://inilahsumbar.com/kronologi-suap-di-ma-hakim-
agung-sudrajat-dimyati-diduga-terima-rp800-juta/, diakses pada tanggal 24 Januari
2023.

Nasional.okezone.com, 2022, Kronologi KPK OTT Para Tersangka Kasus Suap Hakim Agung
MA, Berawal Laporan Masyarakat,
URL:https://nasional.okezone.com/read/2022/09/23/337/2673216/kronologi-kpk-ott-
para-tersangka-kasus-suap-hakim-agung-ma-berawal-laporan-masyarakat, diakses
pada tanggal 24 Januari 2023.

Okeline.com, 2022, Sipir Lapas Sialang Bungkuk Terciduk Bawa Sabu, Sempat Melawan Saat
Ditangkap, URL: https://www.okeline.com/berita-12260-sipir-lapas-sialang-
bungkuk-terciduk-bawa-sabu-sempat-melawan-saat-ditangkap, diakses pada tanggal
24 Januari 2022.

Republika.co.id, 2022, Terjerat Narkoba, Ini Kronologi Penangkapan Kapolda Jatim Irjen
Teddy Minahasa, URL: https://www.republika.co.id/berita/rjqm4d377/terjerat-
narkoba-ini-kronologi-penangkapan-kapolda-jatim-irjen-teddy-minahasa, diakses
pada tanggal 24 Januari 2023.

11

Anda mungkin juga menyukai