Anda di halaman 1dari 29

UJIAN AKHIR SEMESTER

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM

MATA KULIAH
PENDIDIKAN ANTI KORUPSI. KESEHATAN MASYARAKAT EKSTENSI
DOSEN PENGAJAR : M. ZAMROJI ALMURSYID, S.PD, ME
MAHASISWI : RAMADIYANTI CYNTHIA DEWI
NIM : 2113201096

TAHUN 2021

1
Korupsi e-KTP, Irman dan Sugiharto Divonis Sesuai Tuntutan
Priska Sari Pratiwi, CNN Indonesia | Kamis, 20/07/2017 13:10 WIB
Jakarta, CNN Indonesia

Dua mantan pejabat tinggi di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) akhirnya divonis sebagai
terpidana dalam kasus korupsi pengadaan e-KTP, Kamis (20/7).

Majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta menjatuhkan vonis penjara 7 tahun
dan denda sebesar Rp500 juta subsidier 6 bulan kurungan kepada terdakwa kasus dugaan korupsi
proyek e-KTP Irman. Sementara bagi terdakwa Sugiharto majelis hakim menjatuhkan vonis 5 tahun
dan denda sebesar Rp400 juta subsidier 6 bulan kurungan. 

"Menyatakan terdakwa telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana korupsi
secara bersama-sama," ujar Ketua Majelis Hakim Jhon Halasan Butar-butar saat membacakan amar
putusan di Pengadilan Tipikor Jakarta, Kamis (20/7). Selain itu, Jhon menyatakan majelis hakim
menjatuhkan pidana tambahan uang pengganti kepada Irman sebesar US$500 ribu dan dikurangi
pengembalian US$300 ribu. Uang pengganti itu harus dibayarkan selambat-lambatnya 1 bulan setelah
keputusan hukum tetap. 

"Jika dalam jangka waktu itu tidak dibayar maka harta benda disita dan dilelang sebagai pengganti.
Dalam hal terdakwa tidak punya harta cukup diganti dengan pidana penjara 2 tahun," ujar Jhon
membacakan vonis pengadilan.

Sementara bagi Sugiharto, pidana tambahan uang pengganti sebesar US$50 ribu dikurangi
pengembalian US$30 ribu dan harta 1 unit mobil Honda Jazz senilai Rp150 juta. Seperti halnya Irman,
Sugiharto diberi kesempatan memenuhi pidana tambahan itu selambat-lambatnya satu bulan setelah
kekuatan hukum tetap.

Hal yang Memberatkan dan Meringankan

2
Saat proyek pengadaan e-KTP berlangsung Irman adalah Direktur Jenderal Kependudukan dan
Pencataan Sipil. Adapun Sugiharto kala itu merupakan Direktur Pengelolaan Informasi dan
Administrasi Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Selain itu, Sugiharto adalah pejabat
pembuat komitmen (PPK) dalam proyek e-KTP. Hakim menyatakan Irman dan Sugiharto terbukti

melakukan korupsi terkait proyek e-KTP. Dalam proses penganggaran hingga pelaksanaan
pengadaan barang/jasa proyek e-KTP, kedua terdakwa terbukti menerima uang. Hakim
menyebutkan, Irman terbukti menerima uang sebesar US$300 ribu dari pengusaha Andi Agustinus
alias Andi Narogong dan US$200 ribu dari terdakwa Sugiharto. 

Sementara Sugiharto terbukti menerima uang sebesar US$30 ribu dari pengusaha Paulus Tanos dan
US$20 ribu dari Johanes Marlim. Uang yang diterima Sugiharto, kata hakim, kemudian digunakan
untuk membeli mobil Honda Jazz seharga Rp150 juta. 
"Menimbang bahwa terdakwa memperoleh keuntungan dengan jumlah sebagaimana uraian di
atas," kata Jhon.

Dalam pertimbangannya, majelis hakim tipikor menyatakan hal yang memberatkan perbuatan para
terdakwa adalah tidak mendukung upaya pemberantasan korupsi oleh pemertintah. "Akibat
perbuatan terdakwa yang bersifat masif masih dirasakan dampaknya hingga saat ini, menyebabkan
kerugian yang sangat besar," ujar hakim tipikor tersebut.
Adapun hal-hal yang meringankan terdakwa adalah pengakuan serta mengembalikan uang yang
diterima, serta belum pernah dihukum sebelumnya. Selain itu, sambung hakim, berdasarkan
keputusan pimpinan KPK tentang penetapan saksi pelaku atau justice collaborator.

Sumber: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170720111434-12-229142/korupsi-e-ktp-
irman-dan-sugiharto-divonis-sesuai-tuntutan

3
Pertanyaan

1. Jelaskan apa saja bentuk/jenis korupsi yang terjadi dalam kasus tersebut? Kaitkan
dengan 30 jenis tindak pidana korupsi berdasarkan UU No.31/1999 dan UU No.20/2001
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi!
2. a. Jelaskan apakah dalam kasus tersebut terjadi suap, gratifikasi dan/atau pemerasan?
b. Apa persamaan dan perbedaan antara ketiga jenis korupsi tersebut dan Jelaskan
contoh-contoh jenis korupsi tersebut yang sering/mungkin terjadi di lingkungan Anda!
3. Siapa saja pihak yang terlibat dalam kasus tersebut?
4. Jelaskan apa yang menjadi penyebab terjadinya korupsi pada kasus tesebut?
5. Apa yang menjadi dampak dari kasus korupsi tersebut? Kaitkan dengan jenis biaya
korupsi (dampak biaya sosial) sesuai Modul KPK?
6. Jelaskan strategi pencegahan korupsi yang dapat dilakukan agar kasus tersebut tidak
terulang kembali!
7. Apa saja konflik yang mungkin terjadi dalam pencegahan kasus ini? Bagaimana cara anda
mentasinya?
8. Desainlah contoh rencana aksi yang dibutuhkan untuk instansi bapak/ibu untuk
memberantas tindak pidana korupsi.
9. apa yg akan anda lakukan jika ada anggota keluarga yang melakukan tindak pidana
korupsi? jelaskan dengan rinci
10. apakah anda pernah melakuakn pencegahan korupsi? jelaskan jika sdh ataupun belum
11. jelaskan pernyataan "yang paling dirugikan dalam tindakan korupsi adalah masyarakat"
12. jelaskan dengan baik hubungan antara indek persepsi korupsi, biaya sosial korupsi dan
dampak korupsi
13. apa yang kalian fahami tentang korupsi
14. menurut anda, bagaimanakah kondisi pemberantasan korupsi di indonesia saat ini
15. jika anda menjadi penyelenggara negara, apa yg anda lakukan untuk mencegah korupsi
16. menurut anda apa yg harus dilakukan pemerintah angar korupsi berkurang ?

4
JAWABAN :

KORUPSI

Pengertian Korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan
maksud memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan
negara atau perekonomian negara

Secara gamblang dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001, tindak
pidana korupsi di jelaskan dalam 13 pasal. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi
dirumuskan ke dalam 30 (tiga puluh) bentuk/jenis tindak pidana korupsi, dan dari 30
(tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dikelompokkan dalam 7
kelompok pidana korupsi dan Tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak
pidana korupsi

1. Bentuk/Jenis korupsi yang terdapat dikasus tersebut adalah


a. Merugikan keuangan negara
Sugiharto dan Irman diduga melawan hukum demi memperkaya diri sendiri telah
melakukan penyalahgunaan wewenang pada proyek e-KTP di DPR untuk tahun
anggaran 2011-2013, melanggar Pasal 2 Ayat 1 subsider Pasal 3 Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 Ayat 1 ke-1 juncto Pasal 64
Ayat 1 KUHP.
b. Suap menyuap
- Menyuap pegawai negeri
- Memberi hadiah kepada pegawai negeri karena jabatannya
- Pegawai negeri menerima suap
- Pegawai negeri menerima hadiah yang berhubungan dengan jabatannya
c. Penggelapan dalam jabatan
- Pegawai negeri menggelapkan uang atau membiarkan penggelapan atau membantu
melakukan perbuatan itu. Saat proyek pengadaan e-KTP berlangsung Irman adalah
Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencataan Sipil. Adapun Sugiharto kala itu
merupakan Direktur Pengelolaan Informasi dan Administrasi Direktorat
Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Selain itu, Sugiharto adalah pejabat pembuat
komitmen (PPK) dalam proyek e-KTP

5
- Pegawai negeri memalsukan buku untuk pemeriksaan administrasi
d. Pemerasan
- Pegawai negeri menyalahgunakan kekuasaan untuk memaksa seseorang
memberikan sesuatu, membayar atau menerima pembayaran dengan potongan,
atau mengerjakan sesuatu untuk dirinya
- Pegawai negeri memeras pegawai negeri yang lain
e. Perbuatan curang
- Pemborong berbuat curang 
- Pengawas proyek membiarkan perbuatan curang 
f. Benturan kepentingan dalam pengadaan
- Pegawai negeri turut serta dalam pengadaan yang diurusnya
g. Gratifikasi
Pegawai negeri yang berhubungan dengan jabatan/kewenangangannya menerima
gratifikasi dan tidak lapor KPK dalam jangka waktu 30 hari
2. a. Ya dalam kasus tersebut terjadi suap, gratifikasi dan/atau pemerasan
Hakim menyatakan Irman dan Sugiharto terbukti
melakukan korupsi terkait proyek e-KTP. Dalam proses penganggaran hingga
pelaksanaan pengadaan barang/jasa proyek e-KTP, kedua terdakwa terbukti
menerima uang. Hakim menyebutkan, Irman terbukti menerima uang sebesar
US$300 ribu dari pengusaha Andi Agustinus alias Andi Narogong dan US$200 ribu
dari terdakwa Sugiharto. 
Sementara Sugiharto terbukti menerima uang sebesar US$30 ribu dari pengusaha
Paulus Tanos dan US$20 ribu dari Johanes Marlim. Uang yang diterima Sugiharto,
kata hakim, kemudian digunakan untuk membeli mobil Honda Jazz seharga Rp150
juta. 
b. Apa persamaan dan perbedaan antara ketiga jenis korupsi tersebut dan Jelaskan
Persamaan dari ketiga jenis korupsi diatas adalah :
- Sama-sama melanggar hukum dan termasuk dalam jenis korupsi
- Bertujuan sama yaitu menguntungkan diri sendiri, orang lain maupun Corporasi dan
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.

6
Perbedaannya adalah :

- Pada kasus suap kata kuncinya adalah adanya transaksi atau kesepakatan di
antara kedua belah pihak sebelum suap terjadi, sedangkan dalam gratifikasi
dan pemerasan tidak ada.

- Gratifikasi lebih sering dimaksudkan agar pihak petugas layanan dapat


tersentuh hatinya, agar dikemudian hari dapat mempermudah tujuan pihak
pengguna jasa, namun hal tersebut tidak diungkapkan pada saat pemberian
terjadi.

- Pada gratifikasi pihak penerima pada saat uang atau barang diterima tidak
ada niat jahat, niat jahat dinilai ada ketika gratifikasi tersebut tidak dilaporkan
dalam jangka waktu 30 hari kerja, sehingga setelah melewati waktu tersebut
dianggap suap sampai dibuktikan sebaliknya. Sedangkan pada ketentuan
tentang suap, pihak penerima telah mempunyai niat jahat pada saat uang
atau barang diterima.

- Pemerasan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh orang atau


lembaga dengan melakukan perbuatan yang menakut-nakuti dengan suatu
harapan agar yang diperas menjadi takut dan menyerahkan sejumlah sesuatu
yang diminta oleh yang melakukan pemerasan, jadi ada unsur takut dan
terpaksa dari yang diperas. Pemerasan disebut juga dengan uang pelican.

- SUAP :
 Melibatkan sejumlah pemberian kepada seseorang
 Penerima pemberian mengubah perilakunya
 Bertentangan dengan tugas dan tanggung jawab
Contoh : Pengusaha/pemborong bangunan menyuap pejabat pemerintah yang
berwenang untuk memenangi tender proyek tertentu

- GRATIFIKASI :
 Hadiah tersebut disalahgunakan dan menjadi lahan subur “pemerasan”
oknum

7
 Hadiah berpengaruh pada perubahan kebijakan/keputusan atau
tanggungjawab penerima
 Pemberi hadiah memiliki self interest untuk mengeruk keuntungan jangka
Panjang
Contoh : Pemberian parcel saat hari raya kepada pejabat, pemberian kado saat ulang
tahun dosen

- PEMERASAN :
 Menggunakan ancaman kekerasan
 Membujuk seseorang agar mau bekerjasama
Contoh : Pemerasan oleh pejabat terhadap pengusaha, pemerasan oleh anggota
dewan

3. Pihak yang terlibat dalam kasus tersebut adalah :


- Sugiharto : kala itu merupakan Direktur Pengelolaan Informasi dan Administrasi
Direktorat Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Selain itu, Sugiharto adalah pejabat
pembuat komitmen (PPK) dan ketua panitia lelang dalam proyek e-KTP
- Irman : Direktur Jenderal Kependudukan dan Pencataan Sipil
- Andi Narogong : Pengusaha yang terlibat dalam penganggaran dan pelaksanaan
pengadaan barang dan jasa proyek e-KTP
- Markus Nari : Anggota DPR periode 2009-2014 sekaligus politisi Partai Golkar, ia
berperan dalam penambahan anggaran e-KTP di DPR dan diduga meminta uang
sebanyak Rp 5 miliar kepada Irman dalam pembahasan perpanjangan anggaran e-KTP
sebesar Rp 1,4 triliun. Di samping itu ia juga diduga telah menerima uang sebesar Rp 4
miliar, berupaya menghalangi penyidikan yang dilakukan oleh KPK dalam menguak
kasus e-KTP dan diduga memengaruhi anggota DPR Miryam S Haryani untuk
memberikan keterangan yang tidak sesuai dengan kenyataan.
- Anang Sugiana Sudiharjo : Direktur Utama PT Quadra Solutions sebagai tersangka
keenam pada kasus megakorupsi e-KTP, Anang terbukti terlibat dalam penyerahan
sejumlah uang kepada Setya Novanto dan anggota DPR lainnya dari Andi Narogong
- Setya Novanto : kala itu menjabat sebagai Ketua Fraksi Partai Golkar di DPR sebagai
tersangka kasus korupsi pengadaan e-KTP untuk 2011-2012. Penetapannya

8
menjadikan ia sebagai tersangka keempat yang ditetapkan oleh KPK sebagai
tersangka, Setya Novanto diduga melakukan penyalahgunaan wewenang dan tindakan
menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau korporasi dengan ikut mengambil
andil dalam pengaturan anggaran proyek e-KTP sebesar Rp 5,9 triliun sehingga
merugikan negara hingga Rp 2,3 triliun.
- Johannes Marliem : merupakan Direktur PT Biomorf Lone LLC yang terlibat dalam
proyek e-KTP dalam hal pengadaan produk Automated Finger Print Identification
System (AFIS) merek L-1. Seperti yang diberitakan berbagai media, ia menjadi saksi
kunci atas kasus ini karena melalui sebuah wawancara dengan media Tempo ia
mengaku memiliki rekaman berukuran 500 GB berisikan percakapan antara para
pelaku proyek e-KTP. Setya Novanto termasuk salah satu di antaranya. Beberapa
waktu setelah melakukan wawancara, ia kemudian menghubungi Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) untuk mendapat perlindungan. Namun belum
sampai terungkap seperti apa dan bagaimana isi dari bukti rekaman yang Marliem
miliki, sebuah kabar duka datang. Marliem dinyatakan meninggal dunia di
kediamannya di Amerika Serikat.
- Terakhir kali KPK menetapkan empat tersangka baru kasus korupsi proyek e-KTP
pada Agustus 2019. Para tersangka baru e-KTP tersebut adalah mantan anggota
Komisi II DPR RI Fraksi Partai Hanura, Miryam S Haryani; Direktur Utama Perum
Percetakan Negara RI (PNRI) sekaligus Ketua Konsorsium PNRI Isnu Edhi Wijaya; Ketua
Tim Teknis Teknologi Informasi Penerapan KTP Husni Fahmi; dan Dirut PT Shandipala
Arthaputra Paulus Tanos.
Keempatnya disangka melanggar Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 3 UU RI Nomor 31 Tahun
1999 tentang Pemberantasan Tipikor sebagaimana telah diubah dengan UU RI Nomor
20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas UU RI Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tipikor jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 ayat (1) KUHPidana.

4. Yang menjadi penyebab terjadinya korupsi pada kasus tersebut adalah :


Tindakan korupsi dapat terjadi dikarenakan beberapa faktor penyebab, salah satu
diantaranya yaitu berkaitan dengan organisasi dan manajemen. Kasus e-KTP ini  jika
dilihat dari penyebabnya dapat dikategorikan dalam faktor kurang baiknya organisasi
dan manajemen yang dapat dilihat dari tidak adanya transparansi dan akuntabilitas di

9
instansi pemerintah yang kurang memadai. Organisasi mengambil andil dalam
terjadinya korupsi jika organisasi tersebut membuka peluang untuk terjadinya korupsi.
Anggaran e-KTP yang pada awalnya menggunakan Pinjaman dan Hibah Luar Negeri
diubah menjadi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Namun terdapat
pembengkakan anggaran dari proyeksi awal yang diajukan yang diiringi dengan sistem
dalam pengesahan RAPBN yang masih sangat kurang. Penyalahgunaan anggaran ini
disebabkan karena DPR yang bertugas untuk menyetujui dan mengawasi anggaran tidak
menjalankan tugasnya dengan benar.
Badan Anggaran DPR yang memiliki kewenangan besar untuk memutuskan jumlah
anggaran masuk ke Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara memiliki peluang yang
sangat besar untuk memainkan anggaran. Pembahasan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Perubahan yang diadakan pada pertengahan tahun pun menjadi celah
untuk memanipulasi anggaran. Hal ini dapat dibuktikan karena tidak adanya asumsi
anggaran dalam pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan
sehingga tidak ada standar biaya minimum dan outcome yang jelas.

Kultur Organisasi
Selain itu, kultur organisasi merupakan aspek yang berpengaruh dalam terjadinya
korupsi. Jika budaya kerja suatu organisasi bagus, maka organisasinya juga akan bagus,
dan hal ini berlaku sebaliknya jika budaya kerja buruk maka jalannya suatu organisasi
akan buruk juga. Untuk mewujudkan hal tersebut, telah ditetapkan Peraturan Sekretaris
Jenderal DPR RI Nomor : 03/PER-SEKJEN/2012 tentang nilai-nilai kode etik yang
disingkat menjadi RAPI yaitu religius, akuntabilitas, profesional, dan integritas.

Sistem Pengendalian Manajemen


Sistem pengendalian manajemen sudah dilaksanakan dalam keseharian di badan DPR,
namun masih ada beberapa kendala dalam pelaksanaan dokumentasi. Sistem yang
diterapkan ini berbasis online dan menuntut kejujuran bagi responden dalam mengisi
pertanyaannya agar tujuan organisasi dan target dapat tercapai. Dalam
implementasinya, dibutuhkan database dalam pengendalian yang kuat dalam
meningkatkan level pengendalian intern, hal ini merupakan kendala dalam pelaksanaan
pengendalian manajemen tersebut. Kekurangan tersebut merupakan tanggung jawab

10
Inspektorat Utama DPR RI untuk menargetkan kegiatan dengan berpedoman Standard
Operating Procedure secara formal.

Pengawasan Internal
Pengawasan internal dalam kasus megakorupsi e-KTP ini terbukti jauh dari kata
maksimal jika dilihat dari rumusan surat dakwaan jaksa penuntut umum Komisi
Pemberantasan Korupsi yang menyatakan bahwa tidak ada satupun pilah di Komisi
Hukum DPR RI yang menghalangi terjadinya tindak pidana korupsi dalam kasus e-KTP
ini.

Standar Tindakan yang Baik oleh Pemimpin


Tingkah laku seorang pimpinan dapat memicu perilaku korupsi. Setya Novanto sebagai
eks-ketua DPR dan sebagai tersangka utama dalam kasus e-KTP berandil besar dalam
terjadinya korupsi ini. Dalam kata lain, Setya Novanto sebagai pimpinan tidak memiliki
standar tindakan yang baik sebagai contoh bagi para anggota DPR dengan dilakukannya
korupsi dana e-KTP. Hal ini juga menunjukkan tidak adanya kepedulian dari oknum-
oknum pelaku korupsi e-KTP terhadap kesejahteraan hidup masyarakat Indonesia dan
menghambat terciptanya e-government yang lebih baik

5. Yang menjadi dampak dari kasus korupsi tersebut dikaitkan dengan jenis biaya
korupsi (dampak biaya sosial) sesuai Modul KPK adalah :
Dampak dari tindak pidana korupsi memberikan kerugian pada masyarakat yaitu
- Pelayanan publik yang tidak membaik
- Pelayanan kesehatan yang mahal
- Piaya pendidikan yang mahal
- Kemiskinan meningkat
- Hingga naiknya besaran pajak setiap tahunnya
Dampak tersebut disebabkan karena terjadi mis-alokasi sumber daya yang seharusnya
dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Biaya yang dikeluarkan dari
dampak korupsi disebut biaya sosial korupsi. 
Kerugian akibat korupsi tidak hanya sekadar keuangan negara (biaya eksplisit korupsi)
melainkan juga dampak korupsi terhadap alokasi sumber daya yang tidak optimum

11
(biaya implisit korupsi). Kerugian keuangan negara (pemerintah) akibat korupsi, pada
dasarnya hanyalah sebagian dari kerugian korupsi terhadap perekonomian. Secara
definisi, negara terdiri dari tiga elemen: 1) pemerintah; 2) dunia usaha; 3) masyarakat
atau rumah tangga. Dengan demikian, kerugian keuangan negara (pemerintah) akibat
korupsi pada dasarnya hanyalah sebagian dari dampak korupsi terhadap perekonomian
negara, mengingat kerugian korupsi terhadap sektor bisnis dan kerugian korupsi kepada
rumah tangga belum diperhitungkan.
Oleh karena itu, muncul sebuah istilah yaitu biaya sosial korupsi. Pada dasarnya, biaya
sosial korupsi adalah besarnya dampak korupsi terhadap perekonomian negara. Biaya
sosial korupsi tidak hanya mencakup kerugian keuangan negara (pemerintah), tetapi juga
kerugian akibat korupsi yang dialami masyarakat dan kerugian akibat korupsi yang
dialami oleh dunia usaha. Hasil korupsi tentu saja hanya dinikmati oleh segelintir orang,
namun demikian  biaya-biaya yang ditimbulkan akibat korupsi seperti biaya oportunitas,
alokasi sumber daya yang tidak efektif dan tepat sasaran, menurunkan efek pengganda
(multiplier effect) ekonomi, dan memburuknya kesenjangan pendapatan, menjadi beban
seluruh elemen negara (masyarakat, dunia usaha dan pemerintah).
Pengertian e-KTP
e-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem
keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan
berbasis pada database kependudukan nasional.

Fungsi dan Kegunaan e-KTP :


- Sebagai identitas jati diri.
- Berlaku Nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan
izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya.
- Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP, Terciptanya keakuratan data penduduk
untuk mendukung program pembangunan.
- Untuk mendukung terwujudnya data base kependudukan yang akurat, sehingga Data
Pemilih dalam pemilu & pemilukada yg selama ini sering bermasalah tidak akan
terjadi lagi, dan semua warga negara indonesia yang berhak memilih terjamin hak
pilihnya.

12
- Bahwa KTP Elektronik merupakan KTP Nasional yang sudah memenuhi semua
ketentuan yang di atur dalam UU No.23 Thn 2006 & Perpres No.26 Thn 2009 dan
Perpres No.35 Thn 2010, sehingga berlaku secara Nasional. Dengan demikian
mempermudah masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dari Lembaga
Pemerintah dan Swasta, karena tidak lagi memerlukan KTP setempat.
Dampak Korupsi e-KTP
Selain menyebabkan darah tinggi serta emosi karena terhambatnya pengadaan e-KTP
sehingga membuat kita menunggu berbulan-bulan untuk mendapatkannya, banyak sekali
dampak lain dari Korupsi e-KTP di berbagai bidang :
Bidang Ekonomi
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memastikan bahwa kerugian negara akibat kasus
mega korupsi e-KTP adalah sebesar Rp 2,3 triliun. Hal ini akan menambah tingkat
kemiskinan, pengangguran dan juga kesenjangan sosial karena dana pemerintah yang
harusnya untuk rakyat justru masuk ke kantong para pejabat dan orang - orang yang
tidak bertanggung jawab lainnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang tidak optimal ini
akan menurunkan kualitas pelayanan pemerintah di berbagai bidang.
Bidang Demokrasi
Beberapa ahli berpendapat bahwa korupsi e-KTP Cederai Demokrasi, hal ini dikarenakan
absennya e-KTP akan membuat warga negara kesulitan untuk menggunakan hak pilihnya
dalam pemilu, karena setidaknya ada tiga aturan dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun
2016 tentang Pilkada yang menyebutkan e-KTP sebagai syarat.

Bidang Pelayanan Medis


Tanpa e-KTP warga akan kesulitan dalam mendapat pelayanan medis, khususnya untuk
menjadi peserta BPJS, dalam hal ini data peserta BPJS harus sesuai dengan e-KTP, karena
tidak hanya nomor induk kependudukan (NIK), data BPJS Kesehatan juga harus mengacu
pada sidik jari dan iris mata sebagaimana yang telah terekam dalam e-KTP.

6. Strategi pencegahan korupsi yang dapat dilakukan agar kasus tersebut tidak terulang
kembali :

13
Keterbukaan dan perbaikan pembahasan anggaran yang lebih teliti diyakini bisa
mencegah terulangnya kasus korupsi anggaran seperti dalam kasus KTP elektronik, yang
diduga merugikan negara sekitar Rp2,3 triliun.
Hal ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati usai menjadi pembicara
kunci Indonesia Economic Outlook, di London, hari Senin (20/03).
"Pertama keterbukaan, akuntabilitas, (kedua) perbaikan di dalam kemampuan kita
untuk menciptakan kepastian dari sisi yang disebut unit cost," kata Sri Mulyani kepada
BBC Indonesia.
Unit cost atau biaya satuan mengacu pada biaya yang dihitung untuk satu satuan produk
pelayanan, yang dihitung dengan cara membagi biaya keseluruhan dengan jumlah atau
kualitas output.
"Sehingga (dengan begitu) kita bisa mengurangi potensi mark up (penggelembungan
nilai anggaran)," tambah Sri Mulyani.

7. Konflik yang mungkin terjadi dalam pencegahan kasus ini dan cara kita mengatasinya :
Penyelesaian hambatan dan konflik terhadap upaya melakukan pemberantasan korupsi
bukanlah hal yang mudah. Meskipun sudah dilakukan berbagai upaya untuk
memberantas korupsi, tetapi masih terdapat beberapa hambatan dalam pemberantasan
korupsi. Operasi tangkap tangan (OTT) sering dilakukan oleh KPK, tuntutan dan putusan
yang dijatuhkan oleh penegak hukum juga sudah cukup keras, namun korupsi masih
tetap saja dilakukan. Bahkan ada pendapat yang menyatakan bahwa yang kena OTT
adalah orang yang “sial atau apes”. Hambatan dalam pemberantasan korupsi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Hambatan Struktural,
Yaitu hambatan yang bersumber dari praktik-praktik penyelenggaraan negara dan
pemerintahan yang membuat penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan
sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: egoisme
sektoral dan institusional yang menjurus pada pengajuan dana sebanyak-banyaknya
untuk sektor dan instansinya tanpa memperhatikan kebutuhan nasional secara
keseluruhan serta berupaya menutup-nutupi penyimpangan-penyimpangan yang
terdapat di sektor dan instansi yang bersangkutan; belum berfungsinya fungsi
pengawasan secara efektif; lemahnya koordinasi antara aparat pengawasan dan aparat

14
penegak hukum; serta lemahnya sistem pengendalian intern yang memiliki korelasi
positif dengan berbagai penyimpangan dan inefesiensi dalam pengelolaan kekayaan
negara dan rendahnya kualitas pelayanan publik.
b. Hambatan Kultural,
Yaitu hambatan yang bersumber dari kebiasaan negatif yang berkembang di masyarakat.
Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya: masih adanya ”sikap sungkan” dan
toleran di antara aparatur pemerintah yang dapat menghambat penanganan tindak
pidana korupsi; kurang terbukanya pimpinan instansi sehingga sering terkesan toleran
dan melindungi pelaku korupsi.

campur tangan eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam penanganan tindak pidana
korupsi, rendahnya komitmen untuk menangani korupsi secara tegas dan tuntas, serta
sikap permisif (masa bodoh) sebagian besar masyarakat terhadap upaya pemberantasan
korupsi.
c. Hambatan Instrumental,
Yaitu hambatan yang bersumber dari kurangnya instrumen pendukung dalam bentuk
peraturan perundangundangan yang membuat penanganan tindak pidana korupsi
tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk dalam kelompok ini di antaranya:
masih terdapat peraturan perundang-undangan yang tumpang tindih sehingga
menimbulkan tindakan koruptif berupa penggelembungan dana di lingkungan instansi
pemerintah; belum adanya “single identification number” atau suatu identifikasi yang
berlaku untuk semua keperluan masyarakat (SIM, pajak, bank, dll.) yang mampu
mengurangi peluang penyalahgunaan oleh setiap anggota masyarakat; lemahnya
penegakan hukum penanganan korupsi; serta sulitnya pembuktian terhadap tindak
pidana korupsi. d. Hambatan Manajemen, yaitu hambatan yang bersumber dari
diabaikannya atau tidak diterapkannya prinsip-prinsip manajemen yang baik (komitmen
yang tinggi dilaksanakan secara adil, transparan dan akuntabel) yang membuat
penanganan tindak pidana korupsi tidak berjalan sebagaimana mestinya. Yang termasuk
dalam kelompok ini di antaranya: kurang komitmennya manajemen (Pemerintah) dalam
menindaklanjuti hasil pengawasan; lemahnya koordinasi baik di antara aparat
pengawasan maupun antara aparat pengawasan dan aparat penegak hukum; kurangnya

15
dukungan teknologi informasi dalam penyelenggaraan pemerintahan; tidak
independennya organisasi pengawasan; kurang profesionalnya sebagian besar aparat
pengawasan; kurang adanya dukungan sistem dan prosedur pengawasan dalam
penanganan korupsi, serta tidak memadainya sistem kepegawaian di antaranya sistem
rekrutmen, rendahnya ”gaji formal” PNS, penilaian kinerja dan reward and punishment.

Langkah Pemberantasan Korupsi Untuk mengatasi berbagai hambatan tersebut :


a. Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang berhubungan
langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari. Tujuannya adalah
untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan publik yang profesional,
berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/ pungutan liar.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
- Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik
- Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik
- Peningkatan Kinerja Lembaga Pelayanan Publik
- Peningkatan Pengawasan terhadap Pelayanan Publik, dengan kegiatankegiatan
prioritas sebagaimana terlampir dalam matriks.
b. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan pemerintah
yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia. Tujuannya adalah
untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam pengelolaan sumber daya
negara dan sumber daya manusia serta memberikan akses terhadap informasi dan
berbagai hal yang lebih memberikan kesempatan masyarakat luas untuk berpartisipasi
di bidang ekonomi. Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
- Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara
- Penyempurnaan Sistem Procurement/ Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
- Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara, dengan kegiatan-kegiatan
prioritas.
c. Meningkatkan pemberdayaan perangkatperangkat pendukung dalam pencegahan
korupsi.
Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat budaya hukum
dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan korupsi.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:

16
- Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
- Penyempurnaan Materi Hukum Pendukung.
d. Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor bukan
merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk memberantas
korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru menjadi tempat yang
tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga pemasyarakatan asal narapidana
korupsi bisa membayar sejumlah uang untuk mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang
tidak beda dengan pelayanan dan fasilitas di luar lembaga pemasyarakatan. Oleh
karena itu, muncul istilah lembaga pemasyarakatan dengan fasiltas dan pelayanan
mewah. Melihat pada kondisi seperti ini, maka perlu dipikirkan cara lain agar orang
merasa malu dan berpikir panjang untuk melakukan korupsi. Cara yang dapat
dilakukan antara lain adanya ketentuan untuk mengumumkan putusan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap atas kasus korupsi melalui media masa. Ketentuan
ini selain untuk memberikan informasi kepada publik juga sekaligus sebagai sanksi
moral kepada pelaku tindak pidana korupsi. Selain itu, perlu juga ditambah sanksi
pencabutan hak kepada terdakwa kasus korupsi. Hal ini sangat penting untuk
memberikan pembelajaran bahwa pengemban jabatan publik adalah pribadi yang
bermoral dan berintegritas tinggi.
e. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi. SDM
penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai integritas tinggi.
Sudah saatnya diakhiri terjadinya ego sektoral atau ego institusional di antara lembaga
penegak hukum. Negara juga perlu memikirkan bagaimana agar tingkat kesejahteraan
bagi para penegak hukum itu baik, tidak berkekurangan dan menjadi penegak hukum
yang bersih. Bagaimana bisa bersih, kalau sapu yang digunakan untuk membersihkan
adalah sapu kotor.

8. Design contoh rencana aksi yang dibutuhkan untuk instansi saya guna memberantas
tindak pidana korupsi :
Pemberantasan korupsi tidak cukup dilakukan hanya dengan komitmen semata karena
pencegahan dan penanggulangan korupsi bukan suatu pekerjaan yang mudah. Strategi

17
tersebut mencakup aspek preventif, detektif dan represif, yang dilaksanakan secara
intensif dan terus menerus.
a. Strategi Preventif
Strategi preventif diarahkan untuk mencegah terjadinya korupsi dengan cara
menghilangkan atau meminimalkan faktor-faktor penyebab atau peluang terjadinya
korupsi. Strategi preventif dapat dilakukan dengan:
- Memperkuat orang- orang yang duduk di struktur Direksi dan Manager
- Peningkatan kualitas penerapan sistem pengendalian manajemen dengan Good
Governence yaitu : Kooperatif, Partisipasitif, Akuntabel, Reliabel, dan Transparant
- Menerapkan kode etik Organisasi Profesi di Rumah Sakit (kode etik kedokteran,
Keperawatan dll)
- Membangun dan melengkapi regulasi yang harus ada di Rumah Sakit sesuai
dengan aturan Komite Akreditasi Rumah Sakit
- Meneliti sebab-sebab perbuatan korupsi secara berkelanjutan, dan membenahi
penyebab tersebut agar hilang dari perusahaan
- Penyempurnaan manajemen sumber daya manusia (SDM) dan peningkatan
kesejahteraan karyawan
- Pengharusan pembuatan perencanaan strategik dan laporan akuntabilitas kinerja
bagi semua bidang yang ada di RS (Program kerja dan Laporan Monitoring serta
Evaluasi realisasi Proker) yang di laporkan harian, mingguan, bulanan, Trimester,
Semester dan Tahunan)
- Penyempurnaan manajemen pengadaan barang dan jasa
- Peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat
- Kampanye untuk menciptakan nilai (value) anti korupsi secara nasional
b. Strategi Detektif
Strategi detektif diarahkan untuk mengidentifikasi terjadinya perbuatan korupsi. Strategi
detektif dapat dilakukan dengan :
- Perbaikan sistem dan tindak lanjut atas pengaduan dari karyawan dan masyarakat
- Pemberlakuan kewajiban pelaporan transaksi keuangan tertentu
- Pelaporan kekayaan pribadi pemegang jabatan dan fungsi strategis terutama bagi
level BOD, Direktur Regional, Direktur RS dan Kepala Departemen

18
- Partisipasi Perusahaan pada gerakan anti korupsi dan anti pencucian uang di
masyarakat internasional
- Peningkatan kemampuan SPI dalam mendeteksi tindak pidana korupsi
- Penerapan Whistleblowing, yaitu sistem pelaporan pelanggaran yang
memungkinkan seluruh pihak dalam organisasi melaporkan tindakan pelanggaran
apa pun yang disaksikannya, baik pelanggaran kecil maupun penipuan berskala
besar. Selanjutnya, laporan tersebut akan ditindaklanjuti oleh pihak yang
berwenang di internal perusahaan
c. Strategi Represif
Strategi represif diarahkan untuk menangani atau memproses perbuatan korupsi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Strategi represif dapat dilakukan
dengan :
- Pembentukan Badan/Komisi Anti Korupsi seperti SPI
- Penyidikan, penuntutan, peradilan, dan penghukuman koruptor besar (Catch
some big fishes)
- Penentuan jenis-jenis atau kelompok-kelompok korupsi yang diprioritaskan untuk
diberantas
- Pemberlakuan konsep pembuktian terbalik
- Meneliti dan mengevaluasi proses penanganan perkara korupsi dalam sistem
peradilan pidana secara terus menerus
- Pemberlakuan sistem pemantauan proses penanganan tindak pidana korupsi
secara terpadu
- Publikasi kasus-kasus tindak pidana korupsi beserta analisisnya

9. Yang akan saya lakukan jika ada anggota keluarga yang melakukan tindak pidana
korupsi adalah:
- Menanyakan sumber dana/uang/barang yang didapat dari mana/siapa.
- Jika yang bersangkutan tidak dapat membuktikan bahwa harta/benda tersebut
bukan dihasil korupsi, maka melaporkan kepada orang yang bertanggung jawab
sebagai atasannya di kantor/perusahaan serta bisa melaporkan ke kepolisian jika
memang terbukti harta/benda tersebut didapat dari cara tidak halal (busuk)

19
- Keluarga memiliki peran yang sangat strategis didalam melahirkan generasi yang
antikorupsi. Ada tiga peran yang dapat dilakukan keluarga, yaitu: Pertama,
keluarga adalah sekolah antikorupsi yang paling baik untuk anak. Kedua, keluarga
sebagai institusi kontrol perilaku koruptif. Ketiga, kumpulan keluarga yang
antikorupsi akan membentuk tatanan masyarakat yang antikorupsi. Dan
seterusnya, membentuk bangsa dan negara yang antikorupsi.

10. Apakah anda pernah melakuakn pencegahan korupsi? jelaskan jika sdh ataupun belum
Ya saya pernah mencegah korupsi yang terjadi pada salah seorang staf saya, singkat
cerita yang bersangkutan menerima pembayaran sewa Open booth dari klien kami di RS
secara tunai (cash), dengan memberikan bukti pembayaran ke klien kwitansi manual.
Seharusnya peraturan yang berlaku di perusahaan bahwa segala jenis pembayaran
apapun harus melalui bagian Finance, secara transfer ke Rekening perusahaan dan
mendapatkan bukti pembayaran elektronik.
Yang bersangkutan melaporkan ke saya bahwa klien sudah membayar sewa tetapi
diberikan kwitansi manual dengan alasan system computer di Finance sedang error, dan
uang sudah disetorkan oleh yang bersangkutan kepada bagian finance secara cash. Saya
merasa ada suatu yang janggal disini, lalu saya langsung crosscheck ke klien kami apakah
benar sudah membayar sewa Open booth dengan staf saya secara tunai dan berapa
jumlah uang yang dibayarkan. Klien kami menyebutkan benar sudah membayar secara
tunai dengan nominal Rp. 25.000.000,- (dua puluh lima juta rupiah). Alangkah
terkejutnya saya Ketika mendengarkan jumlah yang dibayarkan melebihi harga sewa
sebenarnya yaitu Rp. 20.000.000 (dua puluh juta rupiah).
Kemudian saya check kebagian finance berapa jumlah uang yang disetorkan oleh staf
saya, dan ternyata jumlah yang di setorkan sesuai dengan harga sewa Open booth yaiti
20 juta. Selanjutnya saya kumpulkan staf saya, klien yang membayar dan bagian Finance,
akhirnya terungkaplah bahwa memang ada korupsi disini yaitu Tindakan kecurangan
dengan melakukan mark up harga sewa open booth kepada klien, dan memberikan
kwitansi palsu.
Akhirnya saya langsung melaporkan kejadian ini kepada Direktur dan SPI, untuk
selanjutnya diproses secara hukum yang berlaku di perusahaan terhadap koruptor yaitu
bersangkutan dilaporkan ke polisi dan di pecat dari perusahaan.

20
11. Jelaskan pernyataan "yang paling dirugikan dalam tindakan korupsi adalah
masyarakat"
Korupsi adalah tindakan merugikan. Pernyataan ini selaras dengan pengertian korupsi
yang merupakan suatu tindakan yang dilakukan oleh pihak berwenang atau pejabat
publik yang menyalahgunakan wewenangnya untuk memperkaya atau mencapai
keuntungan pribadi dan golongannya. Korupsi adalah tindakan merugikan juga dapat
kita ketahui dari dampak yang ditimbulkannya.
Kita sama-sama mengetahui bahwa korupsi merupakan tindakan yang dapat
menimbulkan efek dan dampak negatif bagi masyarakat luas. Bagaimana tidak, biasanya
penyalahgunaan wewenang ini dilakukan untuk dapat menguntungkan diri atau
golongannya. Dengan menyalahgunakan wewenang tersebut, pelaku korupsi mengambil
hak-hak masyarakat yang seharusnya digunakan masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya.
Korupsi ini juga menghambat pembangunan ekonomi suatu negara. Hal ini terjadi
karena dengan korupsi hal yang seharusnya dapat digunakan secara maksimal untuk
menyediakan sarana pengembangan dan kemajuan negara malah digunakan untuk
kepentingan pribadinya dan juga fokus untuk memperkaya diri, bukan melayani
masyarakat.
Korupsi juga menimbulkan masalah ekonomi berupa inflasi dan juga membuat
kekacauan dalam perekonomian negara. Korupsi tidak hanya berdampak pada sistem
ekonomi yang berantakan, namun dampak lebih jauhnya dapat berupa kerusakan dan
keruntuhan suatu negara karena kesejahteraan yang tidak memadai dan tidak
memenuhi syarat sebagai negara yang layak untuk ditempati.
Degan praktik korupsi yang terus dibiarkan, maka dampak negatif akan terus meluas.
Meski tanpa kita sadari dan dampaknya tidak dapat dirasakan secara langsung, korupsi
ini dapat berdampak pada kesejahteraan umum negara. Hal ini dapat diketahui dengan
angka kemiskinan suatu negara dan juga tingkat kejahatan pada suatu negara. Jika
negara tersebut memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi maka akan diketahui
bahwa salah satu faktornya adalah tingkat korupsi yang juga tinggi.

21
12. Jelaskan dengan baik hubungan antara indek persepsi korupsi, biaya sosial korupsi dan
dampak korupsi
Indeks Persepsi Korupsi adalah :
Alat untuk mengukur tingkat korupsi di suatu negara atau daerah, indeks yang dapat
mengukur persepsi pelaku usaha terhadap praktek suap di suatu daerah. Negara atau
daerah yang memiliki indeks persepsi korupsi yang tinggi memiliki daya saing yang
tinggi, sebaliknya negara atau daerah yang memiliki indeks persepsi korupsi yang
rendah, memiliki daya saing yang rendah.

Pemberantasan dan pencegahan korupsi dinilai berhasil jika terjadi peningkatan skor
pada Corruption Perception Index (CPI) dan National Integrity System (NIS). Kedua
indikator tersebut mengukur indikator-indikator yang bersifat nasional. Dalam konteks
desentralisasi/otonomi dan Stranas PPK, daerah memiliki kewenangan dan aksi yang
bisa berbeda dengan nasional. Untuk itu, perlu menyediakan alat tera dampak
implementasi aksi Stranas PPK untuk konteks daerah.

Jadi sejatinya kalau kita berbicara akibat korupsi maka tidak hanya membahas uang hasil
korupsi saja yang berhasil didapatkan dari seorang koruptor namun juga disisi lain
sebenarnya ada dampak dari korupsi itu yang tidak semata menyangkut kerugian
keuangan Negara namun terkait dengan Biaya Sosial Korupsi.
Dampak sosial Korupsi adalah sebuah dampak dari perilaku korupsi yang membenani
keuangan negara karena bukan hanya dampak uang yang dikorupsi akan tetapi segala
biaya yang timbul karena perilaku korupsi itu termasuk biaya pencegahan maupun
penindakan yang dilakukan oleh penegak Hukum yang membutuhkan biaya mulai dari
proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan serta peradilan bahkan ketika pelaku
korupsi dipenjara negara tetap mengeluarkan biaya yakni biaya selama seorang
terpidana atau warga binaan menjalani hukuman di LAPAS termasuk biaya makannya
disana.

Menurut Brand and Price (2000) dikatakan bahwa biaya sosial korupsi meliputi tiga hal
yakni biaya antisipasi kejahatan, biaya akibat kejahatan dan biaya reaksi terhadap
kejahatan, tiga biaya ini dikataka sebagai biaya sosial Korupsi.

22
Biaya antsipasi kejahatan, secara umum biasa dikatakan biaya antsispasi adalah segalah
upaya yang dilakukan oleh penegak hukum untuk mencegah perilaku korupsi terjadi
yang tentunya memerlukan anggaran yang begitu besar, contoh misalnya anggaran
operasional kampanye anti korupsi maupun anggaran pembuatan sistem didalam
sebuah organisasi untuk menangkal potensi munculnya korupsi maupun Fraud.

Biaya reaksi terhadap Korupsi, bisa dikatakan adalah biaya yang muncul akibat
penaganan sebuah perkara korupsi misalnya biaya penyelidikan, penyidikan yang
dialukan oleh Jaksa, Polisi, Hakim melalui proses penegakan hukum terhadap Pelaku
Korupsi.

Terakahir Biaya akibat korupsi yang dibedakan menjadi dua yakni biaya implisit dan
biaya eksplisit dari korupsi, biaya eksplisit bisa dikatakan penghitungan kerugian negara
dari suatu tindak pidana korupsi dalam hal ini kerugian langsung sedangkan biaa implisit
merupakan biaya yang tidak secara langsung muncul dari perilaku korupsi itu namun
menjadi biaya oportunitas dari perilaku korupsi itu yang tentunya membebani dan bisa
berdampak pada aspek ekonomi maupun investasi dalam sebuah Negara.

Korupsi memang memiliki efek yang begitu besar bahkan mampu memberikan dampak
dalam berbagai lini kehidupan baik politik,ekonomi ,sosial dan sebagainya namun
tentunya Dampak Biaya sosial korupsi akan semakin menambah pemahaman kita bahwa
korupsi mememiliki efek yang luar biasa.

13. Apa yang kalian fahami tentang korupsi


Pengertian korupsi atau mencuri adalah tindakan pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu yang secara tidak wajar
dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka
untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Pengertian Korupsi
Korupsi berasal dari kata latin corruptio atau corruptus yang berarti kerusakan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, dan tidak bermoral kesucian.

23
Dalam bahasa Inggris dan Perancis Corruption berarti menyalahgunakan wewenangnya,
untuk menguntungkan dirinya sendiri.
Sedangkan menurut kamus lengkap Webster’s Third New International Dictionary
definisi korupsi adalah ajakan (dari seorang pejabat politik) dengan pertimbangan-
pertimbangan yang tidak semestinya (misalnya suap) untuk melakukan pelanggaran
tugas.
Sedangkan pendapat pakar antara lain:

Corruptie adalah korupsi, perbuatan curang. Perbuatan curang, tindak pidana yang
merugikan keuangan negara. (Subekti dan Citrisoedibio)
Menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah
penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang
menyangkut bidang kepentingan umum.
Hal ini diambil dari definisi financial” manipulations and deliction injurious to the
economy are often labeled corrupt. (Baharudin Lopa-mengutip pendapat Dafid M.
Chalmers).

Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidak
jujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Istilah korupsi
yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah kejahatan,
keburukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidak jujuran.
Dampak dari tindak pidana korupsi memberikan kerugian pada masyarakat yaitu
pelayanan publik yang tidak membaik, pelayanan kesehatan yang mahal, biaya
pendidikan yang mahal, kemiskinan meningkat hingga naikknya besaran pajak setiap
tahunnya. Dampak tersebut disebabkan karena terjadi mis-alokasi sumber daya yang
seharusnya dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat. Biaya yang
dikeluarkan dari dampak korupsi disebut biaya sosial korupsi.

14. Menurut anda, bagaimanakah kondisi pemberantasan korupsi di indonesia saat ini
Skor Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2020 yang baru saja dilansir Transparency
International menjelaskan nasib pemberantasan korupsi yang tidak menentu dan
bahkan mengalami kemunduran. Skor CPI dan peringkat global Indonesia turun drastis,

24
dari skor 40 pada tahun lalu menjadi hanya 37 pada 2020. Sementara peringkat global
Indonesia dari 85 dunia kembali turun menjadi 102. Data TI ini menjelaskan bahwa
politik hukum pemerintah semakin menjauh dari agenda penguatan pemberantasan
korupsi.
Dalam arti kata hasil survei tersebut menjelaskan adanya penurunan kepercayaan publik
pada agenda pemberantasan korupsi. Namun sayangnya sinyal itu tidak dijadikan
sebagai bahan evaluasi dan pertimbangan oleh pemerintah. Tak heran jika masyarakat
global pun memberikan respon negatif atas keputusan-keputusan buruk Pemerintah
dalam upaya pemberantasan korupsi yang salah kaprah di periode 2 tahun terakhir.

Secara garis besar, menurunnya skor IPK Indonesia dapat dimaknai pada tiga hal.
Pertama, ketidakjelasan orientasi pemerintah dalam merumuskan kebijakan
pemberantasan korupsi. Sebagaimana diketahui, terlepas dari perubahan regulasi
kelembagaan KPK, sepanjang tahun 2020, pemerintah dan DPR juga mengundangkan
beberapa aturan yang mementingkan kelompok oligarki dan mengesampingkan nilai-
nilai demokrasi. Sebut saja misalnya Omnibus Law UU Cipta Kerja, tak bisa dipungkiri,
pemerintah maupun DPR hanya mengakomodir kepentingan elit dalam kerangka
investasi ekonomi dan mengesampingkan pentingnya tata Kelola pemerintahan yang
baik. Padahal pada saat yang sama, legislasi yang dapat menjadi suplemen bagi
penguatan pemberantasan korupsi, mulai dari revisi UU Tindak Pidana Korupsi,
Rancangan UU Perampasan Aset, dan Rancangan UU Pembatasan Transaksi Tunai dapat
dijadikan prioritas agenda. Namun, berbagai regulasi penting itu justru menggantung
tanpa pembahasan.

Kedua, kegagalan reformasi penegak hukum dalam memaksimalkan penindakan perkara


korupsi. Kesimpulan ini bukan tanpa dasar, merujuk pada data KPK, jumlah penindakan
mengalami penurunan drastis di sepanjang tahun 2020 lalu. Mulai dari penyidikan,
penuntutan, sampai pada instrumen penting seperti tangkap tangan. Akan tetapi,
penurunan ini dapat dimaklumi karena adanya perubahan hukum acara penindakan
yang mengakibatkan penegakan hukum menjadi tumpul.

25
Ketiga, menurunnya performa KPK dalam pemberantasan korupsi. Sejak Komisioner
baru dilantik, praktis lembaga anti rasuah itu banyak melahirkan kontroversi ketimbang
memperlihatkan prestasi. Mundurnya kinerja KPK tentu tidak bisa dilepaskan dari
keputusan politik Pemerintah dan DPR dalam menentukan komisioner KPK saat ini.
Padahal KPK selama ini merupakan salah satu pilar penting pemberantasan korupsi yang
menunjang kenaikan skor CPI Indonesia.

15. Jika anda menjadi penyelenggara negara, apa yg anda lakukan untuk mencegah
korupsi
Korupsi merupakan kejahatan luar biasa yang terjadi hampir di semua sektor, termasuk
dunia usaha. Menurut saya, korupsi sangat mengganggu iklim bisnis dan usaha, serta
berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi, karena dunia usaha memiliki peran
strategis dalam mendukung dan menggerakkan roda perekonomian masyarakat. Jika
dicermati dengan saksama, sebagian besar kasus korupsi yang menimpa dunia usaha,
baik pengusaha swasta dan korporasi disebabkan karena berbelitnya perizinan, praktik
suap dan gratifikasi yang melibatkan juga pejabat publik.
Langkah-langkah pencegahan dan pemberantasan korupsi pada sektor dunia usaha
harus dilakukan dengan membenahi perangkat hukum, dan birokrasi serta sistem
pelayanan perizinan dan investasi, sehingga dunia usaha dapat menjalankan usahanya
dengan baik dan tidak ditemui celah, yang memungkinkan bagi pengusaha dan korporasi
untuk melakukan praktek suap dan gratifikasi dalam memuluskan urusan bisnisnya.

Niat baik mencegah dan memberantas korupsi harus dimulai dari diri sendiri. Sehingga
kita terhindar dari kemungkinan untuk memanfaatkan kesempatan dan/atau
dimanfaatkan oleh orang lain, untuk memperkaya diri sendiri dan atau kelompok
tertentu serta merugikan pihak lain dan masyarakat.
Sebagai kejahatan kemanusiaan, korupsi telah berdampak luar biasa bagi sendi-sendi
dan kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Hak-hak masyarakat tak
terpenuhi dengan baik dan utuh, kepercayaan rakyat dinistakan, merusak demokrasi,
kekayaan negara dan daerah dirampok, hingga kekayaan alam dikeruk sehingga
mengakibatkan kerusakan lingkungan dan menimbulkan bencana alam

26
Upaya pencegahan yang akan saya lakukan adalah :
a. Mendesain ulang pelayanan publik, terutama pada bidang-bidang yang
berhubungan langsung dengan kegiatan pelayanan kepada masyarakat sehari-hari.
Tujuannya adalah untuk memudahkan masyarakat luas mendapatkan pelayanan
publik yang profesional, berkualitas, tepat waktu dan tanpa dibebani biaya ekstra/
pungutan liar.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
- Penyempurnaan Sistem Pelayanan Publik
- Peningkatan Kinerja Aparat Pelayanan Publik
- Peningkatan Kinerja Lembaga Pelayanan Publik
- Peningkatan Pengawasan terhadap Pelayanan Publik, dengan kegiatankegiatan
prioritas sebagaimana terlampir dalam matriks.
b. Memperkuat transparansi, pengawasan dan sanksi pada kegiatan-kegiatan
pemerintah yang berhubungan dengan ekonomi dan sumber daya manusia.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan akuntabilitas Pemerintah dalam
pengelolaan sumber daya negara dan sumber daya manusia serta memberikan
akses terhadap informasi dan berbagai hal yang lebih memberikan kesempatan
masyarakat luas untuk berpartisipasi di bidang ekonomi.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
- Penyempurnaan Sistem Manajemen Keuangan Negara
- Penyempurnaan Sistem Procurement/ Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah
- Penyempurnaan Sistem Manajemen SDM Aparatur Negara, dengan kegiatan-
kegiatan prioritas.
d. Meningkatkan pemberdayaan perangkatperangkat pendukung dalam pencegahan
korupsi.
Tujuannya adalah untuk menegakan prinsip “rule of law,” memperkuat budaya
hukum dan memberdayakan masyarakat dalam proses pemberantasan korupsi.
Langkah-langkah prioritas ditujukan pada:
- Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat
- Penyempurnaan Materi Hukum Pendukung.
f. Tampaknya memasukan ke lembaga pemasyarakatan (penjara) bagi koruptor
bukan merupakan cara yang menjerakan atau cara yang paling efektif untuk

27
memberantas korupsi. Apalagi dalam praktik lembaga pemasyarakatan justru
menjadi tempat yang tidak ada bedanya dengan tempat di luar lembaga
pemasyarakatan asal narapidana korupsi bisa membayar sejumlah uang untuk
mendapatkan pelayanan dan fasilitas yang tidak beda dengan pelayanan dan fasilitas
di luar lembaga pemasyarakatan. Oleh karena itu, muncul istilah lembaga
pemasyarakatan dengan fasiltas dan pelayanan mewah. Melihat pada kondisi seperti
ini, maka perlu dipikirkan cara lain agar orang merasa malu dan berpikir panjang
untuk melakukan korupsi. Cara yang dapat dilakukan antara lain adanya ketentuan
untuk mengumumkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap atas
kasus korupsi melalui media masa. Ketentuan ini selain untuk memberikan
informasi kepada publik juga sekaligus sebagai sanksi moral kepada pelaku tindak
pidana korupsi. Selain itu, perlu juga ditambah sanksi pencabutan hak kepada
terdakwa kasus korupsi. Hal ini sangat penting untuk memberikan pembelajaran
bahwa pengemban jabatan publik adalah pribadi yang bermoral dan berintegritas
tinggi.
g. Penegakan hukum dalam rangka pemberantasan korupsi ini harus dilakukan secara
terpadu dan terintegrasi dengan satu tujuan, yaitu untuk memberantas korupsi.
SDM penegak hukum harus berasal dari orang-orang pilihan dan mempunyai
integritas tinggi. Sudah saatnya diakhiri terjadinya ego sektoral atau ego institusional
di antara lembaga penegak hukum. Negara juga perlu memikirkan bagaimana agar
tingkat kesejahteraan bagi para penegak hukum itu baik, tidak berkekurangan dan
menjadi penegak hukum yang bersih. Bagaimana bisa bersih, kalau sapu yang
digunakan untuk membersihkan adalah sapu kotor.

16. Menurut anda apa yg harus dilakukan pemerintah agar korupsi berkurang ?
a. Untuk dapat mencegah atau mengurangi korupsi dibutuhkan kerja sama, komunikasi
dan juga kolaborasi oleh semua pihak dan instansi untuk dapat mewujudkan sistem
penegakan hukum yang transparan dan akutanbel demi terciptanya Indonesia yang
bebas dari korupsi.
b. Pemerintah harus bertindak tegas terhadap pelaku korupsi, berikan hukum seberat-
beratnya kepada koruptor, seperti yang oleh negara-negara lain yang berhasil
memberantas korupsi dan meningkatkan indeks persepsi korupsi di negaranya.

28
c. Mengembangkan budaya antikorupsi dan menumbuhkan rasa malu menikmati hasil
korupsi merupakan hulu yang penting dalam pencegahan tindak pidana korupsi.
d. Pendidikan antikorupsi harus diperluas untuk melahirkan generasi masa depan yang
antikorupsi.
e. Membangun sistem yang menutup peluang terjadinya tindak pidana korupsi juga
merupakan kunci utama.

29

Anda mungkin juga menyukai