Anda di halaman 1dari 4

Nama : Athaya Sekar Noviana

NPM : 120110190049
Mata Kuliah : Audit Investigasi
Kelas :A
Dosen Pengampu : Bapak I Nyoman Wara, SE, M.Ak, CA, CPA, ACPA, CFrA, CFSA

Pengertian Korupsi menurut ACFE (Association of Certified Fraud Examiners)


Korupsi menurut ACFE terbagi menjadi empat jenis yaitu pertentangan kepentingan (Conflict of
Interest), Suap (Bribery), pemberian illegal (Illegal Gratuity), dan pemerasan (Economic
Extortion). Berikut merupakan penjelasan dari keempat jenis korupsi tersebut:
1. Pertentangan Kepentingan (Conflict of Interest)
Situasi dimana terdapat konflik kepentingan seseorang yang memanfaatkan kedudukan
dan wewenang yang dimilikinya (baik dengan sengaja maupun tidak sengaja) untuk
kepentingan pribadi, keluarga, atau golongannya sehingga tugas yang diamanatkan tidak
dapat dilaksanakan dengan obyektif dan berpotensi menimbulkan kerugian dengan pihak
tertentu.
2. Suap (Briberry)
Bribery atau biasa disebut dengan suap adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh
seseorang maupun sekelompok orang dengan memberikan, membayar, maupun
menawarkan sesuatu berupa materi yang memiliki nilai moneter, yang nantinya akan
mempengaruhi tindakan maupun keputusan sesorang dan sekelompok orang tersebut
demi mempelancar suatu urusan atau demi kepentingan mereka, atau dengan kata lain
memberikan sesuatu demi mempelancar suatu urusan yang diinginkan.
3. Pemberian Illegal (Illegal Gratuity)
Penawaran, pemberian, penerimaan atau permohonan sesuatu yang berharga karena
sudah adanya tindakan yang diambil sesuai keinginan pelaku kecurangan.
4. Pemerasan (Economic Extortion)
Suatu pemaksaan yang dilakukan suatu individu atau perusahaan untuk mendapatkan
sesuatu yang berharga.
Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang di Indonesia
Pengertian Korupsi menurut UU No.31 Tahun 1999 Jo UU No.20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah tindakan melawan hukum dengan maksud
memperkaya diri sendiri, orang lain, atau korupsi yang berakibat merugikan negara atau
perekonomian negara. Secara gamblang dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun
2001, tindak pidana korupsi di jelaskan dalam 13 pasal. Berdasarkan pasal-pasal tersebut,
korupsi dirumuskan ke dalam 30 (tiga puluh) bentuk/jenis tindak pidana korupsi, dan dari 30
(tiga puluh) jenis tindak pidana korupsi pada dasarnya dikelompokkan dalam 7 kelompok pidana
korupsi dan Tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana korupsi, yakni sebagai
berikut :
● Kelompok Pidana Korupsi
1. Merugikan keuangan negara
2. Suap-menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

● Tindak Pidana Lain yang Berkaitan dengan Tindak Pidana Korupsi


- Merintangi proses pemeriksaan perkara korupsi
- Tersangka tidak memberikan keterangan mengenai kekayaannya
- Bank yang tidak memberikan keterangan rekening tersangka
- Saksi atau ahli yang tidak memberi keterangan atau memberi keterangan palsu
- Orang yang memegan rahasia jabatan tidak memberi keterangan atau memberi keterangan
palsu
- Saksi yang membuka identitas pelapor

Selain 30 perilaku di atas yang termasuk tindak pidana korupsi yang sering terjadi dalam
penyelenggaraan Pemerintah Daerah
- Mark up harga
- SPPD fiktif
- Pengurangan fisik bangunan
- Pelanggaran prinsip-prinsip pengadaan barang dan jasa
- Pelanggaran lainnya yang merugikan pemerintah daerah

Analisis 5W 2H Kasus Korupsi Bupati Banjarnegara


● What
Kasus korupsi yang menjerat Bupati Banjarnegara yaitu Budhi Sarwono pada tahun 2017
dengan besaran korupsi sebesar Rp2,1 miliar.
● Who
Tersangka dalam yang ditetapkan oleh KPK dalam kasus ini adalah Bupati Banjarnegara
yaitu Budhi Sarwono dan juga orang kepercayaannya yaitu Kedy Afandi yang merupakan
ketua tim sukses Budhi Sarwono pada saat pemilihan bupati.
● When
Awal mula kejadian terjadi pada saat Budi Sarwono dilantik menjadi Bupati Banjarnegara
pada tahun 2017. Budhi Sarwono ditetapkan menjadi tersangka oleh KPK pada tanggal 3
September 2021
● Where
KPK menggeledah kantor Dinas PUPR Banjarnegara, kantor Bupati Banjarnegara,
sampai dengan rumah dinas dan rumah pribadi Bupati Banjarnegara. Selain itu KPK juga
menggeledah salah satu rumah milik Kedy Afandi di Desa Blambangan, Kecamatan
Bawang, Banjarnegara. Adapula basecamp sebuah perusahaan pengolahan aspal di
Kabupaten Purbalingga.
● Why
Kasus ini terjadi karena adanya kepentingan pribadi dari Bupati Banjarnegara yaitu
Budhi Sarwono yang melibatkan perusahaan pribadinya untuk memenangkan tender
proyek mengatasnamakan kepentingan publik.
● How
Budhi Sarwono ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan pada Dinas PUPR
Banjarnegara. KPK mulai mengusut kasus dengan menggeledah beberapa tempat di
Banjarnegara pada 9 Agustus 2021. JPU menyebut dalam kasus yang terjadi 2017-2018
itu Budhi (terdakwa I) dan orang kepercayaannya, Kedy Afandi (terdakwa II),
mengikutsertakan perusahaan terdakwa I yaitu PT Sutikno Tirta Kencana, PT Buton Tirto
Baskoro, dan PT Bumi Redjo, di mana terdakwa I adalah selaku penerima manfaat dari
perusahaan tersebut dengan cara mengatur atau memploting agar tiga perusahaan itu ikut
serta dalam paket pekerjaan yang dibiayai APBD dan APBD-P TA 2017 serta DAK dan
APBD TA 2018. Selain itu jaksa juga menyebut ada gratifikasi yang diterima terdakwa
dengan nilai total Rp 7,4 miliar yang diberikan oleh berbagai pihak.Jaksa mengatakan
Budhi menyampaikan perintah dalam pertemuan dengan pengusaha bahwa paket
pekerjaan di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 2017 sudah dilonggarkan, dengan
menaikkan pagu anggaran sebesar kurang lebih 20 persen dan untuk perusahaan yang
ingin mendapatkan paket pekerjaan wajib memberikan komitmen fee sebesar 10 persen
dari nilai paket pekerjaan kepada terdakwa I melalui terdakwa II. Budhi didakwa dengan
Pasal 12 huruf i Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) Ke-1 KUHP Jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP.
Serta Pasal 12B dalam undang-undang yang sama.

● How much
Bupati nonaktif Banjarnegara Budhi Sarwono didakwa menerima suap senilai Rp18,7
miliar dan gratifikasi Rp7,4 miliar dengan total Rp26,1 miliar.

Anda mungkin juga menyukai