Anda di halaman 1dari 6

Vol.2 No.

8 Januari 2022 2741


……………………………………………………………………………………………………...
PROSES PEMBUKTIAN TERHADAP DELIK PENYERTAAN TINDAK PIDANA
KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA PADA DINAS PERKEBUNAN
INDRAGIRI HILIR DALAM PERKARA NOMOR 45/PID.SUS/TIPIKOR/2013/PN.PBR

Oleh
Feni Puspitasari
Prodi Ilmu Hukum. Fakultas Hukum, Universitas Islam Indragiri
Email: fenipuspitasari14@gmail.com

Abstrak
Dalam istilah yuridis formal, definisi tindak pidana korupsi tertuang dalam Bab II tentang tindak
pidana korupsi dalam Pasal 2 dengan Pasal 20 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999, tentang
unsur-unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud dengan "melawan hukum" dalam
pasal ini termasuk perbuatan melawan hukum secara formal serta dalam arti materiil. Berdasarkan
laporan hasil audit BPKP Provinsi Riau atas dugaan penyimpangan pengelolaan anggaran
pembuatan tanggul mekanik di dinas perkebunan Indragiri Hilir tahun anggaran 2011, pekerjaan
tersebut mengakibatkan kerugian keuangan negara/daerah. Dalam hal ini, akan dibahas bagaimana
proses pembuktian tindak pidana korupsi pengadaan barang dan jasa di Dinas Perkebunan
Indragiri Hilir dan kendala yang terjadi akan dibahas.
Kata Kunci: Yuridis, Korupsi, UU Nomor 31 Tahun 1999

PENDAHULUAN Indonesia dan praktik korupsi inilah yang


Tindak pidana korupsi merupakan menjadi akar masalah.
kejahatan yang telah lama ada. Di masa awal Sebagaimana telah dijabarkan
Orde Baru, pemerintah menerbitkan Keppres sebelumnya bahwa terdapat Perpres yang
No.28 Tahun 1967 tentang Pembentukan Tim mengatur berkaitan dengan pengadaan barang
Pemberantasan Korupsi. Dalam dan jasa. Akan tetapi, secara umum pengaturan
pelaksanaannya, tim tidak bisa melakukan berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa
pemberantasan korupsi secara maksimal, tersebar dalam beberapa peraturan
bahkan bisa dikatakan hampir tidak berfungsi. perundangundangan yaitu Undang-undang,
Peraturan ini malahan memicu berbagai bentuk Peraturan Pemerintah, dan Peraturan
protes dan demonstrasi mulai tahun 1969 dan Presiden[2]. Akan tetapi, pengaturan yang
puncaknya di tahun 1970 yang kemudian tersebar tersebut tidak memiliki payung hukum
ditandai dengan dibentuknya Komisi IV yang atau peraturan perundang-undangan dalam
bertugas menganalisa permasalahan dalam bentuk undang-undang yang secara jelas
birokrasi dan mengeluarkan rekomendasi untuk memiliki nomenklatur pengadaan barang dan
mengatasinya. Menurut [1] menyatakan bahwa jasa.
fenomena korupsi sangat menarik untuk dikaji, Pengadaan barang dan/atau jasa dalam
apalagi dalam situasi seperti sekarang ini, kenyataannya justru telah banyak merugikan
dimana ada indikasi yang mencerminkan Negara. Penyimpangan yang dilakukan oleh
ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintah. pelaku dalam pengadaan barang dan/atau jasa
Tuntutan akan pemerintahan yang bersih telah memasuki ranah tindak pidana korupsi
semakin keras, menyusul krisis ekonomi akhir- yang menjadi frame dari hukum pidana
akhir ini. Hal ini sungguh masuk akal, sebab Indonesia. Dalam kaitannya dengan tindak
kekacauan ekonomi saat ini merupakan akses pidana korupsi, maka korupsi pada sektor
dari buruknya kinerja pemerintahan di

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2742 Vol.2 No.8 Januari 2022
………………………………………………………………………………………………………
pengadaan barang dan/atau jasa tergolong substansi hukum meliputi perundang-
kepada tindak pidana di bidang ekonomi [3]. undangan, dan budaya hukum merupakan
Pembuktian merupakan suatu hal yang hukum yang hidup yang dianut dalam suatu
sangat rumit karena dibutuhkan keahlian dan masyarakat.
ketepatan yang akurat dalam menganalisis serta Untuk menciptakan sistem yang baik,
memahami secara benar dan detail dari diperlukan peran pengawasan untuk tegaknya
perbuatan pidana yang dilakukan oleh pelaku peraturan pengadaan barang dan jasa. Menurut
tersebut. Hal ini terjadi dikarenakan tak jarang [6] bahwa diperlukan pengawasan yang kuat
hakim sering keliru dalam menafsirkan istilah untuk mencegah terjadinya kejahatan, “The
yang mempunyai beragam pengertian atau stronger these bonds, the less likelihood of
bahkan yang lebih parah lagi hakim tertutup delinquency”. Untuk mencegah terjadinya
mata hatinya oleh berbagai hal yang tidak kejahatan tersebut dibutuhkan attachment,
berkaitan dengan proses perkara pidana. commitment, involment dan belief. Tingkah
Berdasarkan putusan perkara nomor : laku jahat timbul karena tidak ada keterikatan
45/pid.sus/Tipikor/2013/PN.PBR yang moral pelaku terhadap masyarakat serta
dijatuhkan menurut dakwaan primair terhadap lemahnya ikatan-ikatan yang berkaitan dengan
Dwiyanto bin Samarjo dan M. Nur bin tingkah laku, “Weakness in any of the bonds
Samsudin., korupsi yang dilakukan oleh was associated with delinquent behavior[7].”
Dwiyanto bin Sunarjo dan M. Nur bin Dalam [8] Bab V KUHP yang ditentukan
Samsudin dapat digolongkan sebagai tindak mengenai penyertaan terbatas hanya sejauh
pidana korupsi yang dilakukan untuk yang tercantum dalam pasal 55 sampai dengan
memperkaya diri sendiri atau orang lain secara pasal 60 yang ada garis besarnya bentuk
melawan hukum. Korupsi tidak terjadi hanya penyertaan dalam arti sempit (pasal 55) dan
ditingkat pusat mellainkan juga terjadi di pembantu (pasal 56 dan 59). Pembagian
daerah-daerah. Salah satu terjadi permasalahan penyertaan dalam KUHP Indonesia adalah [9]:
korupsi adalah kasus korupsi di daerah 1. Pelaku
kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau [4]. Pelaku adalah orang yang melakukan
Ada 3 hal yang harus dilakukan guna sendiri perbuatan yang memenuhi perumusan
mengurangi sifat dan perilaku masyarakat delik dan dipandang paling bertanggung jawab
untuk korupsi, antara lain, (1) menaikkan gaji atas kejahatan.
pegawai rendah dan menengah, (2) menaikkan 2. Orang yang menyuruh lakukan (doenpleger)
moral pegawai tinggi, serta (3) legislasi Doenpleger adalah orang yang
pungutan liar menjadi pendapat resmi atau melakukan perbuatan dengan perantaraan
legal. orang lain, sedang perantara itu hanya
digunakan sebagai alat. Dengan demikian ada
LANDASAN TEORI dua pihak, yaitu pembuat langsung (manus
Tindak pidana terhadap penyalahgunaan ministra/auctor physicus), dan pembuat tidak
wewenang, khususnya korupsi pada pengadaan langsung (manus domina/auctor intellectualis).
barang dapat menimbulkan kerugian yang 3. Orang yang turut serta (Medepleger)
sangat besar terhadap pembangunan bangsa. Medepleger menurut Mvt adalah orang
Untuk dapat mewujudkan amanat sila kelima yang dengan sengaja turut berbuat atau turut
Pancasila diperlukan moral dan sistem yang mengejakan terjadinya sesuatu. Oleh karena itu,
baik, yaitu struktur hukum (Structure of the kualitas masing-masing peserta tindak pidana
Law), substansi hukum (Substance of the Law), adalah sama.
dan budaya hukum (Legal Culture)[5]. Struktur 4. Penganjur (Uitlokker)
hukum menyangkut aparat penegak hukum,
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.8 Januari 2022 2743
……………………………………………………………………………………………………...
Penganjur adalah orang yang menyatakan bahwa “pembuktian merupakan
menggerakkan orang lain untuk melakukan masalah yang memegang peranan dalam proses
suatu tindak pidana dengan menggunakan pemeriksaan sidang pengadilan karena dalam
sarana-sarana yang ditentukan oleh undang- pembuktian inilah akan ditentukan nasib
undang secara limitative, yaitu memberi atau terdakwa.
menjanjikan sesuatu, menyalahgunakan Sebenarnya dalam pembuktian untuk
kekuasaan atau martabat, kekerasan, ancaman perkara korupsi dibebankan pada kedua pihak
atau penyesatan dengan memberi kesempatan, yang berkepentingan. Penuntut umum
sarana, atau keterangan (pasal 55 (1) angka 2). membuktikan dari dakwaanya dan penasihat
5. Pembantuan hukum membuktikan kliennya tidak bersalah,
Sebagaimana disebutkan dalam pasal 56 tujuannya untuk hakim memutus dari
KUHP, pembantuan ada dua jenis yaitu: pembuktian itu.
a. Pembantuan pada saat kejahatan dilakukan. Sehingga dapat diperoleh bahwa pada
b. Pembantuan sebelum kejahatan dilakukan, tahapan pembuktian,beban pembuktinnya ada
yang dilakukan dengan cara memberi pada penuntut umum dan penasihat hukum.
kesempatan, sarana atau keterangan. Pembuktian dalam proses peradilan mengacu
Penyertaan diartikan sebagai perbarengan pada aturan umum dan aturan khusus,dalam
kejahatan dimana terdapat beberapa pihak yang pasal 184 ayat (1) KUHAP disebutkan lima
menjalankan suatu kejahatan yang memiliki macam alat bukti yang sah,diantaranya :
pertanggungjawaban pidana yang berbeda, 1. Keterangan saksi
Harus dibedakan antara seseorang yang 2. Keterangan ahli
menyuruh dan orang yang disuruh, dengan 3. Surat
hubungan seseorang yang menggerakkan 4. Petunjuk
(uitlokker) terhadap yang digerakkan 5. Keterangan terdakwa
(uitgelokte) : hubungan antara seseorang
dengan orang lain yang bersama-sama 2. Hambatan yang dihadapi dalam proses
(berbarengan) melakukan tindak pidana, pembuktian terhadap delik.
dengan seseorang yang dibantu dengan orang A.Menentukan kerugian yang terjadi dalam
lain yang melakukan kejahatan. tindak pidana korupsi,terutama yang
berskala besar, sangatlah sulit untuk
METODE PENELITIAN dibuktikan secara tepat dan akurat
Metode penelitian yang digunakan adalah Dalam menentukan kerugian negara ada
yuridis normative denga menggunakan tiga banyak lembaga seperti BPK, dan BPKP yang
pendekatan yaitu pendekatan peraturan berwenang menghitung itu, disamping ada juga
perundang-undangan, pendekatan konseptual, kantor akuntan public. Dan kadang-kadang,di
dan pendekatan sejarah. antara para ahli, hitungan kerugian keuangan
negaranya pun berbeda-beda [10].
HASIL DAN PEMBAHASAN Selain itu, definisi keuangan Negara yang
1. Proses Pembuktian Terhadap Delik. terlalu luas juga bias bermasalah. Tersangka
Proses peradilan dalam acara biasa koruptor bias saja bersembunyi di balik unsur
memiliki beberapa tahapan atau agenda siding, tersebut. Oleh karena itu dalam hal ini sering
yang salah satunya adalah agenda sidang menjadi perdebatan dengan beberapa ahli dan
pembuktian. Agenda sidang pembuktian adalah penegak hukum bahwa sebaiknya unsur
agenda sidang yang menentukan akan kerugian Negara dalam perkara korupsi
penyelesaian perkara, karena alat bukti yang sebaiknya dihilangkan saja dalam undang-
mengungkapkan fakta sebuah perkara. Harahap undang Tipikor[11]. Tetapi dalam hal ini bila

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2744 Vol.2 No.8 Januari 2022
………………………………………………………………………………………………………
kerugian keuangan Negara tetap ingin PENUTUP
dipertahankan dalam undang-undang sebagai Kesimpulan
pemberat, maka definisi keuangan Negara 1. Kekuatan hukum terhadap alat bukti dalam
harus diperjelas. Bukan hanya yang bersifat proses pembuktian pada system peradilan
ekonomi, melainkan juga kerugian Negara pidana di Indonesia adalah sangat penting,
berupa sumber daya alam atau lingkungan meskipun pengertian mengenai barang bukti
akibat hasil korupsi yang saat ini belum tidak dijelaskan dalam KUHAP (Kitab
tersentuh [12]. Undang-undang Hukum Acara Pidana).
Kerugian yang terjadi dalam tindak Akan tetapi, kekuatan hukum barang bukti
pidana korupsi, terutama yang skala besar, tidak dapat dilepaskan dari keberadaan alat-
sangatlah sulit untuk dibuktikan secara tepat alat bukti sebagaimana diatur dalam Pasal
dan akurat. Ketetapan yang dituntut sedemikian 184 ayat (1) KUHAP.
rupa akan menimbulkan kerugian, apakah jika 2. Menentukan kerugian yang terjadi dalam
suatu angka jumlah kerugian diajukan dan tidak tindak pidana korupsi, terutama yang
selalu dapat dibuktikan secara akurat, namun berskala besar, sangatlah sulit untuk
kegiatan telah terjadi, akan berakibat pada dibuktikan secara tepat dan akurat. Unsure
terbukti adanya perbuatan yang didakwakan[7]. tindak pidana korupsi dapat merugikan
Hal demikian telah mendorong antisipasi atau keuangan Negara atau perekonomian
akurasi kesempurnaan pembuktian sehingga Negara menggunakan kata-kata yang samar.
menyebabkan dianggap perlu mempermudah Fakta ini akan membuat undang-undang
beban pembuktian tersebut. memberikan keweenangan kepada setiap
pejabat yang melaksanakan undang-undang
B. Hambatan yang terjadi dalam proses tersebut, secara tanpa batas,untuk
pembuktian menafsirkan makna pasal sesuai
Korupsi sangat erat kaitannya dengan kehendaknya.
penyalahgunnaan wewenang atau pengaruh
yang ada pada kedudukan seseorang sebagai DAFTAR PUSTAKA
pejabat yang menyimpang dari ketentuan [1] R. Hidayat, “Penyertaan dalam Tindak
hukum sehingga tindakan tersebut merugikan Pidana Korupsi (Telaah terhadap
perekonomian dan keuangan Negara [13]. Kelalaian dalam Penyertaan untuk
Sulitnya memperoleh alat bukti dan Melakukan Tindak Pidana Korupsi),” e-
barang bukti yang sah menurut hukum dalam Jurnal Katalogis, vol. 3, no. 12, pp. 1–13,
mengungkapkan kasus korupsi merupakan 2015.
salah satu kendala pihak penyidik untuk [2] L. Anindito, “Lingkup Tindak Pidana
mengajukan pelaku korupsi ke depan Korupsi dan Pembuktian Kesalahan
pengadilan. Pelaku korupsi dan saksi maupun dalam Sistem Pertanggungjawaban
mereka yang terlibat didalamnya sengaja Pidana Korporasi di Indonesia, Inggris,
menutupi sehingga pihak penyidik/penuntut dan Perancis,” Integritas J. Anti Korupsi,
umum mengalami kesulitan untuk vol. 3, no. 1, pp. 1–30, 2017, [Online].
mendapatkan bukti-bukti dan saksi-saksi Available:
berikut data yang akurat serta konkrit sebagai https://acch.kpk.go.id/id/jurnal-
dasar untuk melakukan penuntutan integritas.
[3] A. S. Maharani, “Penyertaan Dalam
Delik Jabatan Pada Tindak Pidana
Korupsi,” Jurist-Diction, vol. 3, no. 4, p.
1311, 2020, doi: 10.20473/jd.v3i4.20208.
………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)
Vol.2 No.8 Januari 2022 2745
……………………………………………………………………………………………………...
[4] M. A. Setiawan and M. Ali, “When as a Prevention and Control of Corona
Double Intention Ignored: A Study of Virus Disease 2019 in Indragiri Hilir
Corruption Judicial Decisions,” J. Huk. District,” Ann. R.S.C.B., vol. 25, no. 6, pp.
Ius Quia Iustum, vol. 28, no. 3, pp. 459– 5506–5517, 2021.
480, 2021, doi: [11] V. A. Siregar, “PERSPEKTIF
10.20885/iustum.vol28.iss3.art1. RESTORATIVE JUSTICE DALAM
[5] H. Sitompul, “Penyertaan Dalam Tindak PERLINDUNGAN ANAK SEBAGAI
Pidana Korupsi,” vol. 6, no. 2, pp. 318– SISTEM PERADILAN PIDANA DI
332, 2019. INDONESIA,” Dass Solen, vol. 4, no. 1,
[6] W. Setiadi, “KORUPSI DI INDONESIA pp. 1–22, 2020.
(Penyebab, Bahaya, Hambatan dan [12] V. A. Siregar, Jamri, I. M. Adnan, and M.
Upaya Pemberantasan, Serta Regulas,” Ridwa, “RESPONSIBILITY POLICY
Legis. Indones., vol. 15, no. 3, pp. 249– PEMERINTAH KABUPATEN
262, 2018, [Online]. Available: INDRAGIRI HILIR TERHADAP
https://doi.org/10.1103/PhysRevB.101.0 ANAK JALANAN,” J-Abdi J. Pengabdi.
89902%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.na Kpd. Masy., vol. 1, no. 6, pp. 1259–1266,
ntod.2015.04.009%0Ahttp://dx.doi.org/1 2021.
0.1038/s41467-018-05514- [13] I. M. Adnan, M. Ridwan, and V. A.
9%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41467- Siregar, “Penyuluhan Hukum tentang
019-13856- Pemahaman Siswa SMK terhadap
1%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41467- Bullying dalam Perspektif Hukum Pidana
020-14365- dan Perdata di SMK Dr. Indra Adnan
2%0Ahttp://dx.doi.org/10.1038/s41. Indragiri College Tembilahan,”
[7] A. Azhar, M. Maryanto, and V. A. KANGMAS Karya Ilm. Pengabdi. Masy.,
Siregar, “Penanganan Tindak Pidana vol. 1, no. 3, pp. 167–173, 2020, doi:
Kejahatan Premanisme di Wilayah 10.37010/kangmas.v1i3.126.
Hukum Indragiri Hilir,” Log. J.
Multidiscip. Stud., vol. 11, no. 02, pp. 79–
86, 2020, doi:
10.25134/logika.v11i02.3121.
[8] U. M. Sosiawan, “Peran Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK) Dalam
Pencegahan dan Pemberantasan
Korupsi,” J. Penelit. Huk. Jure, vol. 19,
no. 4, p. 517, 2019, doi:
10.30641/dejure.2019.v19.517-538.
[9] M. Apriyanto, K. N. S. M. S. N. S. Fikri,
and A. Azhar, “Pendampingan Santri
untuk Penurunan Tingkat Pelanggaran
Lalu Lintas,” Magistrorum Sch. J.
Pengabdi. Masy., vol. 1, no. 2, pp. 238–
247, 2020, doi:
10.24246/jms.v1i22020p238-247.
[10] K. N. S. Fikri and Jamri, “Juridical
Review of Regional Regulation Number
50 of 2020 Concerning Health Protocols

……………………………………………………………………………………………………...
ISSN 2722-9475 (Cetak) Jurnal Inovasi Penelitian
ISSN 2722-9467 (Online)
2746 Vol.2 No.8 Januari 2022
………………………………………………………………………………………………………

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN

………………………………………………………………………………………………………
Jurnal Inovasi Penelitian ISSN 2722-9475 (Cetak)
ISSN 2722-9467 (Online)

Anda mungkin juga menyukai