Anda di halaman 1dari 10

DEFINISI DAN BENTUK TINDAK PIDANA KORUPSI DAN CONTOH

PERILAKU KORUPTIF

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu : Basri, A.Pi, M.Si

Disusun Oleh :

Miftahul Huda Nelas

JURUSAN PENGOLAHAN HASIL LAUT

POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN DUMAI


2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis
dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas matakuliah
pendidikan kewarganegaraan di Politek KP Dumai.

Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca. Sehingga memberikan gambaran tentang proses bangsa yang menegara dan
hubungan warga negara.

Penulis sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, maka dari itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan penulis sendiri khususnya.

Concong Luar, Oktober 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.
Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus dan jumlah
kerugian uang Negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan yang dilakukan
secara sistematis serta ruang lingkup yang yang telah masuk diberbagai aspek.
Permasalahan ini bukan merupakan masalah baru, namun sungguh sangat berbahaya
bagi kelangsungan Negara ini. Berbagai upaya pemberantasan dilakukan namun tidak mampu
mengikis habis kejahatan korupsi. Kasus korupsi sudah menjadi kasuh yang lumrah
dikalangan masyarakat apalagi perbuatan korupsi dilakukan dengan sangat rapi.
Korupsi memberikan dampak buruk bagi Negara. Korupsi memberi ancaman terhadap
pembangunan. Korupsi menilbulkan kekacauan di sekror public sehingga hal itu bias
dirasakan diberbagai pihak.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang didapatkan rumusan masalah pada makalah:
1. Apa definisi korupsi?
2. Apa bentuk tindak pidana korupsi?
3. Apa contoh perilaku koruptif?
1.3 Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah yang didapat maka didapatkan tujuan :
1. Mengetahui definisi korupsi
2. Mengetahui bentuk tindak pidana korupsi
3. Mengetahui contoh perilaku koruptif
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Korupsi
Menurut Juniadi Suwartojo (1997)) adalah tingkah laku atau tindakan seseorang atau
lebih yang melanggar norma-norma yang berlaku dengan menggunakan dan/atau
menyalahgunakan kekuasaan atau kesempatan melalui proses pengadaan, penetapan pungutan
penerimaan atau pemberian fasilitas atau jasa lainnya yang dilakukan pada kegiatan
penerimaan dan/atau pengeluaran uang atau kekayaan, penyimpanan uang atau kekayaan serta
dalam perizinan dan/atau jasa lainnya dengan tujuan keuntungan pribadi atau golongannya
sehing langsung atau tidak langsung merugikan kepentingan dan/atau keuangan
negara/masyarakat.
Dalam arti yang luas, korupsi diartikan sebagai sebuah penyalahgunaan jabatan resmi
oleh pejabat publik untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintahan di
seluruh dunia ini memang sangat rentan korupsi dalam praktiknya.
Dari sudut pandang ekonomi, definisi korupsi lebih konkret, yakni pertukaran yang
menguntungkan (antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri), yang
terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang berlaku, dan
setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu pihak
yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.
2.2 Tindak Pidana Korupsi
Tindak pidana korupsi di Indonesia adalah tindak pidana melawan hukum yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan tentang tindak pidana korupsi Pasal 1 angka 1 Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002 Tentang Komisi Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi (UU KPK).
Karasteristik tindak pidana korupsi mensyaratkan bahwa pelaku, tersangka, terdakwa
haruslah aparat penegak hukum atau penyelenggara Negara atau orang lain/korporasi yang
ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau
penyelenggara Negara.
H.Baharuddinlopa(1997:6),mengemukakan:“ Tindak pidana korupsi adalah suatu
tindak pidana yang dengan penyuapan manipulasi dan perbuatan-perbuatan melawan hukum
yang merugikan atau dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara,
merugikan kesejahteraan atau kepentingan rakyat/umum”.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi Korupsi


Korupsi atau rasuah (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan pejabat
publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat dalam tindakan itu
yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan publik yang
dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan sepihak.
Korupsi menunjukan tantangan serius terhadap pembangunan. Di dalam dunia politik,
korupsi mempersulit demokrasi dan tata pemerintahan yang baik (good governance) dengan
cara menghancurkan proses formal. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi
mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi. Pada saat
yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai demokrasi seperti
kepercayaan dan toleransi.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan korupsi atau korupsi politis adalah
penyalahgunaan jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk
pemerintah/pemerintahan rentan korupsi dalam praktiknya. Beratnya korupsi berbeda-beda,
dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan
menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik
ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri, di
mana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.
3.2 Tindak Pidana Korupsi
Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat.
Perkembangannya terus meningkat dari tahun ke tahun, baik dari jumlah kasus yang terjadi
dan jumlah kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan
semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja
terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan
bernegara pada umumnya.
Tindak pidana korupsi yang meluas dan sistematis juga merupakan pelanggaran
terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat, dan karena itu semua maka tindak
pidana korupsi tidak lagi dapat digolongkan sebagai kejahatan biasa melainkan telah menjadi
suatu kejahatan luar biasa. Menurut pasal-pasal tindak pidana korupsi dirumuskan dalan 30
bentuk/jenis yang digolongkan menjadi 7 golongan sebagai berikut:
3.2.1 Kerugian Uang Negara
Unsur ‘dapat merugikan keuangan negara’ seharusnya diartikan merugikan negara
dalam arti langsung maupun tidak langsung. Artinya, suatu tindakan otomatis dapat
dianggap merugikan keuangan negara apabila tindakan tersebut berpotensi menimbulkan
kerugian negara. Adanya tindak pidana korupsi cukup dengan dipenuhinya unsur-unsur
perbuatan yang sudah dirumuskan, bukan dengan timbulnya akibat.
3.2.2. Suap-menyuap
Menurut pasal 5 UU 20/2001 yang berbunyi :
A).Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima)
tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp 250.000.000,00 (dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
 memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
dengan maksud supaya pegawai negeri atau penyelenggara negara tersebut berbuat
atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya;
atau
 memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara karena atau
berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajiban, dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya.
B).Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau huruf b, dipidana dengan pidana yang
sama sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
3.2.3. Penggelapan Dalam Jabatan
Menurut R. Soesilo dalam bukunya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal (hal. 258), penggelapan adalah
kejahatan yang hampir sama dengan pencurian. Bedanya ialah pada pencurian, barang yang
dimiliki itu belum berada di tangan pencuri dan masih harus ‘diambilnya’. Sedangkan pada
penggelapan, waktu dimilikinya barang itu sudah ada di tangan si pembuat, tidak dengan
jalan kejahatan.
3.2.4. Pemerasan
Pemerasan dalan UU tipikor berbentuk tindakan :
 pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau untuk
mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri
 pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, meminta atau menerima pekerjaan, atau penyerahan barang, seolah-olah
merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan
merupakan utang; atau
 pegawai negeri atau penyelenggara negara yang pada waktu menjalankan
tugas, telah menggunakan tanah negara yang di atasnya terdapat hak pakai,
seolah-olah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, telah merugikah
orang yang berhak, padahal diketahuinya bahwa perbuatan tersebut
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
3.2.5. Perbuatan Curang
Perbuatan curang dalam UU Tipikor dan perubahannya di antaranya berbentuk:
 pemborong, ahli bangunan yang pada waktu membuat bangunan, atau penjual
bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan
perbuatan curang yang dapat membahayakan keamanan orang atau barang,
atau keselamatan negara dalam keadaan perang;
 setiap orang yang bertugas mengawasi pembangunan atau penyerahan bahan
bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang di atas;
 setiap orang yang pada waktu menyerahkan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia
melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara
dalam keadaan perang; atau
 setiap orang yang bertugas mengawasi penyerahan barang keperluan Tentara
Nasional Indonesia dan atau Kepolisian Negara Republik Indonesia dengan
sengaja membiarkan perbuatan curang di atas.
3.2.6. Benturan Kepentingan dalam Pengadaan
Benturan kepentingan dalam pengadaan barang/jasa pemerintah adalah situasi di mana
seorang pegawai negeri atau penyelenggara negara, baik langsung maupun tidak
langsung, dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan, atau persewaan,
yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk
mengurus atau mengawasinya
3.2.7. Gratifiksi
Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian
suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban
atau tugasnya, dengan ketentuan :
 Yang nilainya Rp10 juta atau lebih, pembuktiannya bahwa gratifikasi tersebut
bukan merupakan suap dilakukan oleh penerima gratifikasi
 Yang nilainya kurang dari Rp10 juta, pembuktian bahwa gratifikasi tersebut suap
dibuktikan oleh penuntut umum.

3.3 Contoh Perilaku Koruptif


Contoh tindakan korupsi di lingkungan Keluarga, antara lain :
1.    Berkata bohong dengan cara mengambil sebagian uang kembalian belanja yang
diamanahkan oleh ibu.
2.    Meminta uang kepada orangtua untuk membeli buku pelajaran melebihi dari harga buku
sebenarnya.
3.    Pulang ke rumah tidak sesuai dengan jam yang telah ditentukan peraturan keluarga.
4.    Kepala keluarga yang tidak memberikan hak-hak keluarganya.
5.    Perbuatan berkata bohong.

Contoh tindakan korupsi di lingkungan Sekolah, antara lain :


1.    Berangkat sekolah dengan sengaja terlambat.
2.    Menitip absen temannya.
3.    Penggelapan dana kas kelas.
4.    Guru yang menikmati gaji buta tanpa melakukan kewajibannya.
5.    Membayar harga makanan kantin tidak sesuai dengan jumlah makanan yang diambil.

Contoh tindakan korupsi di lingkungan Masyarakat / Bangsa dan Negara, antara lain :
1.    Tidak mengikuti kegiatan Siskamling yang telah ditentukan masyarakat.
2.    Menyalahgunakan kekuasaan yang diemban untuk memperkaya diri sendiri.
3.    Melakukan Money Politics.
4.    Melakukan penyuapan atau penyogokan terhadap polisi.
5.    Datang kerja tidak tepat waktu.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
diantaranya :
1. korupsi diartikan sebagai sebuah penyalahgunaan jabatan resmi oleh pejabat publik
untuk mendapatkan keuntungan pribadi
2. Tindak pidana korupsi di Indonesia adalah tindak pidana melawan hukum yang
diatur dalam peraturan perundang-undangan
3. korupsi mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian
prosedur, penyedotan sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena
prestasi. Pada saat yang bersamaan, korupsi mempersulit legitimasi pemerintahan dan nilai
demokrasi seperti kepercayaan dan toleransi.

4.2 Saran
Dari pembahasan yang telah dipaparkan penulis menyarankan untuk mengembangkan
tulisan ini, yaitu :
1. Memperdalam pembahasan yang telah ditulis.
2. Menambahkan acuan yang lebih jelas dan akurat.
DAFTAR PUSTAKA

[1] https://id.wikipedia.org/wiki/Korupsi

[2]https://acch.kpk.go.id/id/jejak-pemberantasan/uu-30-tahun-2002-komisi-pemberantasan-

tindak-pidana-korupsi

[3] https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5e6247a037c3a/bentuk-bentuk-

tindak-pidana-korupsi/

[4] https://www.zonareferensi.com/pengertian-korupsi/

[5] https://www.kanal.web.id/pengertian-tindak-pidana-korupsi

[6] http://sitimaryamnia.blogspot.com/2012/02/pengertian-tindak-pidana-korupsi.html

Anda mungkin juga menyukai