Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PAPER

“ KORUPSI ”

Dosen Pengampu:

Dr. A. W. Dewantara, S.S., M.Hum

Disusun oleh:

Arin Arena Putri (71418004)

Fakultas Psikologi

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA MADIUN


TAHUN 2018/2019

Jl. Manggis 15-17 Madiun Telp. (0351)453328,463311,459205


Fax. (0351)453167, http.//www.widyamandala.ac.id

Email : widyamandala@widyamandala.ac.id

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kekuatan dan
kemampuan sehingga makalah paper ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penyusunan makalah paper ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila yang
membahas mengenai Korupsi.

Saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam
penyusunan makalah paper ini.

Saya sadar makalah paper ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Madiun,1 Desember 2018

Arin Arena Putri


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN1

1.1. LATAR BELAKANG1

1.2. TUJUAN1

1.3. SISTEMATIKA PENULISAN 2

BAB II LANDASAN TEORI 3

2.1. PENGERTIAN KORUPSI 3

2.2. TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERSPEKTIF

NORMATIF3
BAB III ANALISIS 5

BAB IV PENUTUP7

 3.1.ABSTRAK7

  3.2.SARAN7

DAFTAR PUSTAKA8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam melaksanakan
pembangunan. Pembangunan sebagaisuatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh dua faktor,
yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibatsejak dari perencanaan samapai pada
pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantaradua faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor
manusianya.Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman
kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negarater cinta ini dibandingkan dengan negara lain di
kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang
miskin.Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya.
Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas
moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara
negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan penyakit
social yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar. Hal itu
merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap
kerakusan dan kekuasaan. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada jawaban lain
kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau
paling tidak mengurangi sampai pada titik nadir yang paling rendah maka jangan harap Negara ini akan
mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang maju.
Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang
kehancuran.

1.2.     Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.

2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.

3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.

4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.

5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi

1.3. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

1.2. TUJUAN

1.3. SISTEMATIKA PENULISAN

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. PENGERTIAN KORUPSI SECARA TEORITIS

2.2. TINDAK PIDANA KORUPSI DALAM PERSPEKTIF NORMATIF

BAB III ANALISIS

BAB III PENUTUP

 3.1.KESIMPULAN
  3.2.SARAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB IILANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Korupsi secara Teoritis


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak, menggoyahkan,
memutar balik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah tingkah laku individu yang
menggunakan wewenang dan jabatan guna mencari keuntungan,  dan merugikan kepentingan umum.
Menurut saya sendiri tindakan korupsi merupakan tindakan dimana para pejabat public menggelapkan
uang untuk kepentingan pribadi sebagai pemuas kebutuhan dalah kehidupannya. Jadi korupsi merupakan
gejala salah pakai dan salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-
sumber kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya
denagan alasan hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.

Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki oleh pejabat
atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatas namakan pribadi atau keluarga, sanak saudara
dan teman. Hal itu akan masuk dalam dalam pembahasan saya mengenai tindak korupsi Masyarakat
Pancasila Dalam Persepektif Paradigma Konflik Dan Sruktural Fungsional

2.2. Tindak Pidana Korupsi Dalam Perspektif Normatif

Memperhatikan Undang-undang nomor 31 tahun 1999 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001,maka


tindak Pidana Korupsi itu dapat dilihat dari dua segi yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif, Adapun yang
dimaksud dengan Korupsi Aktif adalah sebagai berikut :

-  Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)

- Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang menyalahgunakan
kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3
Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)

-     Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat
pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi hadiah atau janji dianggap melekat pada jabatan atau
kedudukan tersebut (Pasal 4 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)

-    Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana Korupsi (Pasal 15
Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)

-     Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara Negara dengan
maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang bertentangan dengan
kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)

-  Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena atau berhubung dengan
sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal
5 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20 Tagun 2001)

-   Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan
perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20
Tahun 2001)
BAB III

ANALISIS

Peraturan-peraturan tentang pemberantasan korupsi silih berganti, selalu orang yang belakangan yang
memperbaiki dan menambahkan, namun korupsi dalam segala bentuknya dirasakan masih tetap
merajalela. Istilah korupsi sebagai istilah hukum pengertian korupsi adalah perbuatan-perbuatan yang
merugikan keuangan dan perekonomian Negara atau daerah atau badan hukum lain yang
mempergunakan modal atau kelonggaran yang lain dari masyarakat, sebagai bentuk khusus daripada
perbuatan korupsi. Oleh karena itu, Negara memandang bahwa perbuatan atau tindak pidana korupsi
telah masuk dan menjadi suatu perbuatan pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak
hanya merugikan keuangan Negara dan daerah, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-
hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan
sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa.

            Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3 (tiga) pendekatan
berdasarkan alur proses korupsi yaitu :

-          Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi (Preventif)

-          Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi (Deduktif)

-          Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi (Represif)

Dalam tulisan Marx, German Ideology,beliau merumuskan suatu premis dasar bahwa bidang ekonomi
menentukan pemikiran manusia, Mengapa ekonomi? Karena Marx hendak konsisten dengan dalilnya
mengenau dialektika materi. Baginya materi ini dapat diidentikan sebagai ekonomi. Kondisi ekonomi
seseorang yang kemudian membentuk kesadaran seseorang tersebut. Sehingga pandangan seseorang
mengenai dunia ditentukan oleh posisi ekonominya (Marx: posisi kelasnya). Seseorang yang berada pada
kelas yang terhormat tentu memiliki pandangan dan wawasan yan berbeda dengan orang yang berada
pada kelas bawah. Perbedaan inilah yang kemudian menimbulkan konflik seperti halnya tindak Korupsi
yag dilakukan oleh kalangan yang berada pada kelas atas sehingga menimbulkan perselisihan mengenai
nilai-nilai atau tuntutan-tuntutan yang mengenai status,kekuasaan, dan sumber-sumber kekayaan yang
persediaannya tidak mencukupi sehingga tindak korupsipun akan terjadi, karena kepentingan dari pihak
yang berkuasa pasti berbeda dengan kepentingan dari pihak lemah sehingga ada celah-celah kesempatan
untuk bisa melakukan tindak korupsi tanpa memikirkan kaum yang berada di bawah (kaum lemah). Hal
penting dalam Teori Konflik yang pertama adalah Kekuasaan, di mana setiap kemampuan untuk
memenangkan kemauan sendiri, juga kalau kemauan itu sendiri harus bertentangan dengan kemauan
orang lain, seperti halnya korupsi yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa itu muncul berawal dari konsep
dan minusnya kekuasaan yang selalu hadir dalam suatu relasi. Yang kedua adalah Kepentingan,
masyarakat terdiri dari kelas-kelas. Kelas yang tentu mempunyai perbedaan kepentingan dengan kelas
yang lain. Pihak penguasa memiliki kepentingan untuk mempertahankan apa yang dimilikinya,
sedangkan pihak bawah akan cenderung mengadakan suatu perubahan. Bisa saja orang yang melakukan
tindak korupsi yang berada pada kelas atas mempertahankan jabatan dan wewenang yang dimilikinya
sedangkan pihak yang berada pada kelas bawah ingin melakukan perubahan atas tindakan pihak kelas
atas yang dianggap menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang untuk kepentingan pribadi, sehingga
pihak bawah merasa keadilan Negara terhadap rakyat kelas bawah kurang, serta tindakan tersebut
dianggap merugikan mereka karena hak keungan Negara yang harusnya digunakan untuk
mensejahterakan mereka digelapkan oleh pihak kelas atas ang tidak bertanggung jawab.
BAB III

PENUTUP

3.1. Abstrak

Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan negara atau
perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya
diri dengan menggunakan kekuasaannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk
kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan
pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya
hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi, rendahnya sumber daya
manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan
tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan
kesejahteraan negara.  

Keywords

Korupsi, aspek, perilaku

  3.2. Saran

Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan pencegahan korupsi dapat
dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal menurut saya yang harus dilakukan guna mengurangi sifat dan
perilaku masyarakat untuk korupsi, anatara lain;

(1) menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,

(2) menaikkan moral pegawai tinggi, serta

(3) legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.

DAFTAR PUSTAKA
Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Dewantara, A. (2017). Alangkah Hebatnya Negara
Gotong Royong (Indonesia dalam Kacamata Soekarno).

SUMBER: http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html.

Diakses 31 Oktober 2013

Anda mungkin juga menyukai