Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI PEJABAT NEGARA UNTUK


MENCEGAH KASUS KORUPSI

DOSEN PENGAMPU : SALMAN AL FARISI S.H.,M.H

DISUSUN OLEH:
1 Felicia Aurelia Octaviani 1122006681
2 Isyna Hida 1122006721
3 Rahmaniah Dewi 1122006711

DIII FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PEKALONGAN
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepat pada waktunya. Adapun
tujuan dari penyusunan makalah paper ini adalah untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pendidikan Pancasila yang membahas mengenai Korupsi. Saya mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Saya sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak.

Pekalongan, 9 April 2023

Penyusun
BAB I
LANDASAN TEORI

I Pengertian Korupsi secara Teoritis


Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Menurut Dr. Kartini Kartono, korupsi adalah
tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mencari keuntungan, dan
merugikan kepentingan umum. Menurut saya sendiri tindakan korupsi merupakan tindakan
dimana para pejabat public menggelapkan uang untuk kepentingan pribadi sebagai pemuas
kebutuhan dalah kehidupannya. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan salah urus dari
kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber kekayaan negara
dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal (misalnya denagan alasan
hukum dan kekuatan senjata) untuk memperkaya diri sendiri.
Korupsi terjadi disebabkan adanya penyalahgunaan wewenang dan jabatan yang dimiliki
oleh pejabat atau pegawai demi kepentingan pribadi dengan mengatas namakan pribadi atau
keluarga, sanak saudara dan teman. Hal itu akan masuk dalam dalam pembahasan saya
mengenai tindak korupsi Masyarakat Pancasila Dalam Persepektif Paradigma Konflik Dan
Sruktural Fungsional
Tindak Pidana Korupsi Dalam Perspektif Normatif memperhatikan Undang-undang
nomor 31 tahun 1999 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001,maka tindak Pidana Korupsi itu
dapat dilihat dari dua segi yaitu korupsi Aktif dan Korupsi Pasif, Adapun yang dimaksud dengan
Korupsi Aktif adalah sebagai berikut :
1. Secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian Negara (Pasal 2 Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999)
2. Dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau Korporasi yang
menyalahgunakan kewenangan,kesempatan atau dapat merugikan keuangan
Negara,atau perekonomian Negara (Pasal 3 Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999)
3. Memberi hadiah Kepada Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang
yang melekat pada jabatan atau kedudukannya,atau oleh pemberi hadiah atau janji
dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut (Pasal 4 Undang-undang
Nomor 31 Tahun 1999)
4. Percobaan pembantuan,atau pemufakatan jahat untuk melakukan Tindak pidana
Korupsi (Pasal 15 Undang-undang Nomor 20 tahun 2001)
5. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara Negara
dengan maksud supaya berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya yang
bertentangan dengan kewajibannya (Pasal 5 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 20
tahun 2001)
6. Memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau Penyelenggara negara karena atau
berhubung dengan sesuatu yang bertentangan dengan kewajibannya dilakukan atau
tidak dilakukan dalam jabatannya (Pasal 5 ayat (1) huruf b Undang-undang Nomor 20
Tagun 2001)
7. Memberi atau menjanjikan sesuatu kepada Hakim dengan maksud untuk
mempengaruhi putusan perkara yang diserahkan kepadanya untuk diadili (Pasal 6 ayat
(1) huruf a Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001)

II Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi.
2. Untuk mengetahui penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi.
3. Untuk mengetahui macam-macam dari korupsi.
4. Untuk mengetahui dampak adanya korupsi.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi

III Rumusan Masalah


1. Apa pengertian korupsi?
2. Apa saja penyebab atau latar belakang terjadinya korupsi?
3. Apa macam-macam dari korupsi?
4. Bagaimana dampak adanya korupsi?
5. Bagaimana langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberantas korupsi?
BAB II
PEMBAHASAN

Peraturan-peraturan tentang pemberantasan korupsi silih berganti, selalu orang yang


belakangan yang memperbaiki dan menambahkan, namun korupsi dalam segala bentuknya
dirasakan masih tetap merajalela. Istilah korupsi sebagai istilah hukum pengertian korupsi
adalah perbuatan-perbuatan yang merugikan keuangan dan perekonomian Negara atau daerah
atau badan hukum lain yang mempergunakan modal atau kelonggaran yang lain dari
masyarakat, sebagai bentuk khusus daripada perbuatan korupsi. Oleh karena itu, Negara
memandang bahwa perbuatan atau tindak pidana korupsi telah masuk dan menjadi suatu
perbuatan pidana korupsi yang selama ini terjadi secara meluas, tidak hanya merugikan
keuangan Negara dan daerah, tetapi juga telah merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial
dan ekonomi masyarakat secara luas, sehingga tindak pidana korupsi perlu digolongkan
sebagai kejahatan yang pemberantasannya harus dilakukan secara luar biasa.
Dalam melakukan analisis atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 3 (tiga)
pendekatan berdasarkan alur proses korupsi yaitu :
1. Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi (Preventif)
2. Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi (Deduktif)
3. Pendekatan pada posisi setelah perbuatan korupsi terjadi (Represif)
Dalam tulisan Marx, German Ideology,beliau merumuskan suatu premis dasar bahwa
bidang ekonomi menentukan pemikiran manusia, Mengapa ekonomi? Karena Marx hendak
konsisten dengan dalilnya mengenau dialektika materi. Baginya materi ini dapat diidentikan
sebagai ekonomi. Kondisi ekonomi seseorang yang kemudian membentuk kesadaran seseorang
tersebut. Sehingga pandangan seseorang mengenai dunia ditentukan oleh posisi ekonominya
(Marx: posisi kelasnya). Seseorang yang berada pada kelas yang terhormat tentu memiliki
pandangan dan wawasan yan berbeda dengan orang yang berada pada kelas bawah. Perbedaan
inilah yang kemudian menimbulkan konflik seperti halnya tindak Korupsi yag dilakukan oleh
kalangan yang berada pada kelas atas sehingga menimbulkan perselisihan mengenai nilai-nilai
atau tuntutan-tuntutan yang mengenai status,kekuasaan, dan sumber-sumber kekayaan yang
persediaannya tidak mencukupi sehingga tindak korupsipun akan terjadi, karena kepentingan
dari pihak yang berkuasa pasti berbeda dengan kepentingan dari pihak lemah sehingga ada
celah-celah kesempatan untuk bisa melakukan tindak korupsi tanpa memikirkan kaum yang
berada di bawah (kaum lemah). Hal penting dalam Teori Konflik yang pertama adalah
Kekuasaan, di mana setiap kemampuan untuk memenangkan kemauan sendiri, juga kalau
kemauan itu sendiri harus bertentangan dengan kemauan orang lain, seperti halnya korupsi
yang tidak dapat dipungkiri lagi bahwa itu muncul berawal dari konsep dan minusnya
kekuasaan yang selalu hadir dalam suatu relasi. Yang kedua adalah Kepentingan, masyarakat
terdiri dari kelas-kelas. Kelas yang tentu mempunyai perbedaan kepentingan dengan kelas yang
lain. Pihak penguasa memiliki kepentingan untuk mempertahankan apa yang dimilikinya,
sedangkan pihak bawah akan cenderung mengadakan suatu perubahan. Bisa saja orang yang
melakukan tindak korupsi yang berada pada kelas atas mempertahankan jabatan dan wewenang
yang dimilikinya sedangkan pihak yang berada pada kelas bawah ingin melakukan perubahan
atas tindakan pihak kelas atas yang dianggap menyalahgunakan kekuasaan dan wewenang
untuk kepentingan pribadi, sehingga pihak bawah merasa keadilan Negara terhadap rakyat
kelas bawah kurang, serta tindakan tersebut dianggap merugikan mereka karena hak keungan
Negara yang harusnya digunakan untuk mensejahterakan mereka digelapkan oleh pihak kelas
atas ang tidak bertanggung jawab.

Persepsi Masyarakat tentang Korupsi


Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan memberikan
sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling menyedihkan adalah sikap
rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya praktik-praktik korupsi oleh be-berapa
oknum pejabat lokal, maupun nasional. Kelompok mahasiswa sering menanggapi
permasalahan korupsi dengan emosi dan de-monstrasi. Tema yang sering diangkat adalah
"penguasa yang korup dan "derita rakyat". Mereka memberikan saran kepada pemerintah untuk
bertindak tegas kepada para koruptor. Hal ini cukup berhasil terutanma saat gerakan reformasi
tahun 1998. Mereka tidak puas terhadap perbuatan manipulatif dan koruptif para pejabat. Oleh
karena itu, mereka ingin berpartisipasi dalam usaha rekonstruksi terhadap masyarakat dan
system pemerintahan secara menyeluruh, mencita-citakan keadilan, persamaan dan
keseiahteraan yang merata.

Fenomena Korupsi di Indonesia


Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang, contohnya Indonesia, ialah:
1. Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber daya manusia pada
lembaga lembaga politik yang ada. Institusi-institusi politik yang ada masih lemah
disebabkan oleh mudahnya "ok -num" lembaga tersebut dipengaruhi oleh kekuatan
bisnis/ekonomi, sosial, keaga-maan, kedaerahan, kesukuan, dan profesi serta kekuatan
asing lainnya.
2. Selalu muncul kelompok sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak
di antara mereka yang tidak mampu.
3. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan pribadinya dengan dalih
"kepentingan rakyat"

Peran Serta Masyarakat dalam Pemberantasan Korupsi


Bentuk - bentuk peran serta mayarakat dalam pemberantasan tindak pidana korupsi
menurut UU No, 31 tahun 1999 antara lain adalah SBB:
1. Hak Mencari, memperoleh, dan memberikan informasi adanya dugaan tindak pidana
korupsi
2. Hak untuk memperoleh layanan dalam mencari, memperoleh, dan memberikan
informasi adanya dugaan telah tindak pidana korupsi kepada penegak hokum
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggung jawab kpada penegak
hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi
4. Hak memperoleh jawaban atas pertanyaan tentang laporan yg di berikan kepada
penegak hukum waktu paling lama 30 hari
5. Hak untuk memperoleh perlindungan hukum
6. Penghargaan pemerintah kepada mayarakat

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi


Menurut Baharuddin Lopa, mencegah korupsi tidaklah begitu sulit kalau kita secara sadar
untuk menempatkan kepentingan umum (kepentingan rakyat banyak) di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Ini perlu ditekankan sebab betapa pun sempurnanya peraturan, kalau
ada niat untuk melakukan korupsi tetap ada di hati para pihak yang ingin korup, korupsi tetap
akan terjadi karena faktor mental itulah yang sangat menentukan. Dalam melakukan analisis
atas perbuatan korupsi dapat didasarkan pada 2 (dua) pendekatan berdasarkan alur proses
korupsi yaitu :
1. Pendekatan pada posisi sebelum perbuatan korupsi terjadi,
2. Pendekatan pada posisi perbuatan korupsi terjadi.
Pencegahan korupsi adalah perkara yang tidak mudah diselesaikan karena tindak
pidana korupsi merupakan perilaku yang terbentuk dari kebiasaan perilaku buruk sejak
kecil. Solusi tepat bagi pencegahan korupsi ini hanya bisa dilakukan dengan
mempersiapkan generasi mendatang yang berkarakter kuat, yang memiliki integritas
dan komitmen yang kuat, memiliki prinsip-prinsip mulia seperti sikap dan moral
perilaku dalam kedisiplinan dan kejujuran. Persiapan tersebut dilakukan dengan cara
menanamkan kebiasaan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai kebaikan yang
terkandung dalam nilai dasar bela negara, sejak anak usia dini. Hal ini dapat
dilaksanakan melalui pendidikan di lingkup pendidikan informal yaitu keluarga,
pendidikan formal di sekolah, dan pendidikan non formal di tengah masyarakat.
Pencegahan korupsi perlu dilakukan secara lebih optimal, sehingga diperlukan upaya
yang dilaksanakan bersama dan bersinergi oleh kementerian, lembaga, pemerintah
daerah, pemangku kepentingan lainnya, dan KPK, dalam rangka mewujudkan
masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera.

Strategi Pencegahan Korupsi


 Strategi Pencegahan Korupsi Waktu
Waktu adalah hal yang paling dasar dari sebuah tindakan korupsi. Banyak orang yang
tidak menyadari akan hal ini. Dari mulai usia anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan
orang tua melakukan tindakan korupsi waktu. Korupsi waktu ini dimulai dengan tanda-
tanda terlambatnya seseorang menepati janji, kemudian hal yang lebih besar lagi adalah
mengingkari janji. Korupsi waktu ini sering dilakukan secara tidak sadar oleh siapapun.66
Meskipun korupsi waktu tidak secara langsung merugikan aspek materi orang banyak
seperti korupsi uang, namun secara tidak langsung berdampak pada kerugian bangsa dan
negara serta sendi-sendi kebersamaan bangsa. Ada 4 cara yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya korupsi waktu, yaitu:
a Menginformasikan “Peraturan” yang berlaku disetiap lingkup (pendidikan, masyarakat
atau pekerjaan) dengan jelas kepada semua anggota yang berada di dalam lingkup
terkait, lengkap dengan informasi tentang Reward and Punishment jika mematuhi atau
melanggar peraturan tersebut.
b Mensinkronkan pemahaman harapan yang dimiliki oleh anggota yang berada di dalam
setiap lingkup, dengan yang dimiliki oleh pengelola lingkup tersebut. Pencegahan
korupsi waktu adalah dengan menetapkan dan meluruskan harapan yang dimiliki oleh
anggota dengan harapan yang dimiliki oleh pengelola di lingkup bersangkutan yang
disampaikan dengan tegas tidak bermakna ganda. Misal: Membangun citra perusahaan
tepat janji dalam pelayanan pelangganan merupakan harapan perusahaan, hal ini
haruslah sinkron dengan harapan karyawan. Membangun citra keluarga yang tepat
waktu dalam melakukan ibadah sholat merupakan harapan orang tua, hal ini haruslah
sinkron dengan harapan anak-anaknya dalam beribadah.
c Menerapkan prosedur kedisiplinan dengan jelas dan tegas, tidak ada kompromi.
Terkadang membiarkan pelanggaran kecil memang hal yang dapat ditoleransi karena
mungkin tidak sengaja dilakukan. Namun ketika membiarkan korupsi waktu berjalan
secara terus-menerus tanpa ada teguran yang pasti dan tegas, maka individu pelanggar
akan mulai berpikir “Yang saya lakukan ini bukanlah suatu masalah yang besar karena
bos atau ortu tidak marah dan tidak menegur saya sama sekali.” Inilah sebabnya
pemimpin perlu memiliki prosedur kepemimpinan yang kuat. Misal: memalsukan kartu
kehadiran adalah hal yang lebih buruk daripada bermain ponsel saat jam kerja, atau
telah 5 menit datang kekantor lebih baik dariada pergi makan siang selama tiga jam.
d Pemimpin harus memberi contoh yang baik. Layaknya seorang anak kecil yang tidak
akan mendengarkan nasihat ayah ibunya, jika orangtuanya juga melakukan pelanggaran
yang dilakukan oleh anak tersebut. Seorang karyawan juga meniru perilaku para
pemimpinnya. Peserta didik juga meniru perilaku guru atau dosennya.

 Strategi Pencegahan Korupsi Pengadaan Bahan dan Jasa


Dalam penyelenggaraan kehidupan berbangsa, pemerintah dituntut untuk memajukan
kesejahteraan umum yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk
mewujudkan hal tersebut, pemerintah berkewajiban menyediakan kebutuhan rakyat dalam
berbagai bentuk berupa barang, jasa, maupun pembangunan infrastruktur. Di sisi lain,
pemerintah juga memerlukan barang dan jasa itu dalam melaksanakan kegiatan
pemerintahan. Pemenuhan kebutuhan barang dan jasa merupakan bagian yang penting
dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) Pemerintah
merupakan mekanisme belanja pemerintah yang memegang peranan penting dalam
pemanfaatan anggaran negara. PBJ melibatkan jumlah uang yang sangat besar, sehingga
pemerintah disebut sebagai pembeli yang terbesar (the largest buyer) di suatu negara.
Anggaran PBJ setiap tahunnya menurut LKPP sekitar 40% dari APBN dan APBD,
sehingga pada tahun 2015 ini diperkirakan anggaran PBJ adalah sebesar 815,8 Trilyun dari
total belanja APBN sebesar 2,039 Trilyun. Sementara anggaran PBJ dari APBD tahun 2015
diperkirakan sebesar 405,1 Trilyun dari total belanja APBD Tahun 2015 sebesar 1,012
Trilyun. Pengaturan yang dilakukan pada proses pelaksanaan PBJ semata-mata bertujuan
agar PBJ dapat berjalan secara efisien, terbuka, kompetitif, dan terjangkau, sehingga
tercapai output berupa barang atau jasa yang berkualitas. Dengan adanya barang atau jasa
yang berkualitas, maka akan berdampak pda peningkatan pelayanan publik. Untuk itu
dilakukan kajian sebagai upaya solutif pencegahan untuk menekan tingginya angka tindak
pidana korupsi pada sektor pengadaan barang dan jasa pemerintah. Kajian ini menelaah
pengadaan barang dan jasa sebagai sub sistem kecil dari sistem belanja pemerintah melalui
APBN/APBD.

 Strategi Nasional Pencegahan Korupsi


Strategi Nasional Pencegahan Korupsi yang disingkat Stranas PK adalah arah
kebijakan nasional yang memuat fokus dan sasaran pencegahan korupsi yang digunakan
sebagai acuan kementerian, lembaga, pemerintah daerah dan pemangku kepentingan
lainnya dalam melaksanakan aksi pencegahan korupsi di Indonesia. Penyusunan Stranas
PK dimaksudkan untuk mendorong upaya pencegahan korupsi yang lebih efektif dan
efisien. Upaya pencegahan korupsi menjadi lebih efektif apabila terfokus pada sector yang
strategis, merupakan sector yang mempengaruhi performa pembangunan dan kepercayaan
public kepada Pemerintah.
BAB III
KESIMPULAN

Korupsi adalah tingkah laku individu yang menggunakan wewenang dan jabatan
guna mencari keuntungan, dan merugikan kepentingan umum. Adapun faktor penyebab
korupsi meliputi dua faktor, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal merupakan
penyebab korupsi dari diri pribadi, sedang faktor eksternal karena sebab-sebab dari luar.
Selain itu, ada pula faktor pendorong agar tidak melakukan korupsi yaitu tanamkan nilai
moral sejak kecil, mengatur keuangan,tidak sering mengikuti tren, perkuat ibadah dan
fokus pada tanggung jawab. Tindakan korupsi merupakan tindakan yang sangat merugikan
negara. Korupsi mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi negara, menurunnya
investasi, meningkatnya kemiskinan serta meningkatnya ketimpangan pendapatan. Korupsi
juga dapat menurunkan tingkat kebahagiaan masyarakat di suatu negara.

BAB IV
SARAN

Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini dan pencegahan korupsi
dapat dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal menurut saya yang harus dilakukan guna
mengurangi sifat dan perilaku masyarakat untuk korupsi, antara lain;
1. menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,
2. menaikkan moral pegawai tinggi, serta
3. legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.
DAFTAR PUSTAKA

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini. Dewantara, A. (2017).


Alangkah Hebatnya Negara Gotong Royong (Indonesia dalam Kacamata Soekarno).
SUMBER: http://makalainet.blogspot.com/2013/10/korupsi.html. Diakses 31 Oktober
2013
Alkostar Artidjo, Korupsi Politik Di Negara Modern, cetakan kedua, (FH UII Press-
Yogyakarta, 2015).
Arief, Barda Nawawi. Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan
Hukum Pidana, cetakan kedua, Bandung:Citra Aditya Bhakti, 2005.

Anda mungkin juga menyukai