Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan seluruh alam, karena berkat


rakhmat dan hidayahnyalah kami telah berhasil menyelesaikan
makalah yang berjudul "Pancasila Sebagai Pendidikan Anti Korupsi”.
Shalawat dan sallam tak lupa selalu kami panjatkan kepada junjungan
kita Nabi Muhamad Rasulullah SAW beserta keluarganya, para
sahabatnya, para tabi'in, para tabi'ut tabi'in, serta kita semua umatnya
hingga akhir zaman. Penulisan makalah ini dalam rangka memenuhi
penugasan yang telah diamanatkan kepada kelompok 7 di mata kuliah
Pendidikan Pancasila. Pembahasan pada makalah ini meliputi
pengertian korupsi, faktor-faktor penyebab korupsi, dampak korupsi,
upaya pencegahan korupsi, nilai dan prinsip anti korupsi, pendidikan
anti korupsi, pancasila sebagai sumber nilai anti korupsi, korupsi dan
pengkhianat pancasila.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati, kami menyadari


bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan.
Pada kesempatan ini pula kami mengharapkan kritikan dan saran yang
bersifat membangun demi untuk memperbaiki dan meningkatkan agar
penulisan makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Akhir kata kami
hanya bisa berdo'a semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita
semua. Amin-amin ya Robbal alamin.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah

BAB II
PEMBAHASAN

BAB III
PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pancasila sebagai sumber nilai anti korupsi dibenarkan dengan
pernyataanKomisi Pemberantasan Korupsi, yang menegaskan bahwa
Pancasila merupakan sumbernilai anti korupsi. Persoalannya, arah
ideologi sekarang seperti di persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang
kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana.
Korupsi terjadi ketika ada pertemuan dan kesempatan. Nilai-
nilai kearifan lokal semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai
kapitalis, sehingga terdoronglah seseorang untuk bertindak korupsi.
Saatnya Pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar
filsafat Negara bersama-sama dengan norma agama. 
Nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama merupakan dasar
untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik, sehingga Pancasila
dianggap sebagai ideologi yang bersifat universal karena dalam
Pancasila ada nilai-nilai sosialis religius dan nilai-nilai etis. Korupsi
merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh bangsa
Indonesia. Masih banyak orang yang sadar bahwa korupsi itu
merupakan tindakan menyimpang. Oleh karena itu, orang-orang
tersebut harus dibekali dengan ilmu dan nilai-nilai
yang baik agar terhindar dari tindakan menyimpang.
Benar adanya bahwa korupsi terjadi karena pemahaman kita
mengenai Pancasila masih kurang. Kebanyakan dari kita hanya
mengetahui sila-sila dari Pancasila namun dalam memaknainya masih
kurang sehingga masih banyak pelanggaran-pelanggaran dan
penyimpangan- penyimpangan yang terjadi di negeri ini. Hal-hal
tersebut yang menjadikan Pancasila itu diperlukan sebagai pendidikan
anti korupsi.
B. Tujuan
Makalah ini disusun bertujuan untuk memberikan 
pemahaman khusus tentang Pancasila Sebagai Pendidikan Anti
Korupsi.

C. Rumusan Masalah 
1. Pengertian Korupsi
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi
3. Dampak korupsi
4. Upaya pencegahan korupsi
5. Nilai dan prinsip anti korupsi
6. Pendidikan anti korupsi
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema
Andrea, 1951) atau corruptus (Webster Student Dictionary, 1960).
Selanjutnya, disebutkan pula bahwa corruptio berasal dari
kata corrumpere satu kata dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda).
Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata
“corruptio” dalam bahasa latin yang berarti kerusakan atau
kebobrokan, dan dipakai pula untuk menunjukkan keadaan atau
perbuatan yang busuk.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia  edisi keempat, korupsi
didefinisikan lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan,
dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata
bahasa Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak
bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS
Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”
(WJS Poerwadarminta: 1976).

Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang


Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, yang termasuk dalam
tindak pidana korupsi adalah: 
“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri, menguntungkan diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara.”
UU No. 24 tahun 1960
“Perbuatan  seseorang,  yang  dengan  atau  karena
melakukan  suatu kehajatan atau dilakukan dengan menyalah
gunakan jabatan atau kedudukan.”
Korupsi Menurut Ilmu Politik
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai
penyalahgunaan jabatan dan administrasi, ekonomi atau politik,
baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang
ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga
meninmbulkan kerugian bagi masyarakat umum, perusahaan, atau
pribadi lainnya.  
Korupsi Menurut Ahli Ekonomi
Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret.
Korupsi didefinisikan sebagai pertukaran yang menguntungkan
(antara prestasi dan kontraprestasi, imbalan materi atau nonmateri),
yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar
norma-norma yang berlaku, dan setidaknya merupakan
penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki salah satu
pihak yang terlibat dalam bidang umum dan swasta.

2. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Korupsi


Korupsi di tanah negeri, ibarat, “warisan haram” tanpa surat
wasiat. Ia tetap lestari sekalipun diharamkan oleh aturan hukum
yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih berganti.
Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik
berasal dari dalam diri pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana
dikatakan Yamamah bahwa ketika perilaku matrealistik dan
konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih
“mendewakan” materi maka dapat “memaksa” terjadinya
permainan uang dan korupsi (ansari Yamamah: 2009) “Dengan
kondisi itu hampir dapat dipastikan seluruh pejabat kemudian
“terpaksa” korupsi kalau sudah menjabat.
Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi. Apabila
disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu faktor
internal dan eksternal. 

FAKTOR INTERNAL, MERUPAKAN FAKTOR


PENDORONG KORUPSI DARI DALAM DIRI, YANG
DAPAT DIRINCI MENJADI:

Aspek Perilaku Individu


· Sifat tamak/rakus manusia
Korupsi, bukan kejahatan kecil-kecilan karena mereka
membuuhkan makan. Korupsi adalah kehjahatan orang profesional
yang rakus. Sedah berkecukupan, tapi serakah. Mempunyai hasrat
besar untuk memperkaya diri.
· Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang  lain yang memberi
kesempatan untuk itu.
· Gaya hidup konsumtif
Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup
seorang konsumtif. Perilaku konsumtif bila tidak diimbangi dengan
pendapatan yang memadai akan membuka peluang seseorang untuk
melakukan berbagai tindakan untuk memenuhi  hajatnya. Salah satu
kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

FAKTOR EKSTERNAL, PEMICU PERILAKU KORUPSI


YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR DI LUAR DIRI
PELAKU.
Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
·         Nilai-nilai di masyakat kondusif untuk terjadinya korupsi.
Korupsi bisa ditimbulkan oleh budaya masyarakat. Misalnya,
masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang
dimilikinya.
·         Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama
korupsi adalah masyarakat sendiri. Anggapan umum terhadap
peristiwa korupsi, sosok yang paling dirgikan adalah negara.
Padahal bila negara merugi, esensinya yang paling rugi adalah
masyarakat juga.
·         Masyarakat kurang menyadari dirinya terlibat korupsi.
Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal
ini kuurang disadari oleh masyarakat.
·         Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa
dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda
pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya masyarakat
berpandangan bahwa masalah korupsi adalah tanggungjawab
pemerintah semata.
Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara
kuat memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan
mengalahkan sikap baik seseorang. Lingkungan dalam hal ini
malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman
pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Aspek ekonomi
Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang kehidupan
ada kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal
ekonomi. Keterdesakan itu membuka peluang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas diantaranya dengan melakukan korupsi.
Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa kontrol sosial adalah suatu
proses yang dulakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar
bertingkah laku untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah
laku sesuai harapan masyarakat. Dengan demikian instabilitas
politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan
sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Aspek Organisasi
·         Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
·         Tidak adanya kultur organisasi yang benar
·         Kurang memadainya sistem akuntabilitas
·         Kelemahan sistem pengendalian manajemen 
·         Lemahnya pengawasan

3. Dampak Korupsi
a. Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di
bidang demokrasi. Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih
Tetap (DPT) saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti
pernah mengetahui yang disebut “serangan fajar”. Sejumlah calon
tetentu memberikan imbalan uang bagi siapa saja yang memilihnya
saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki jabatan tertentu.
Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan.
Beberapa memang tidak memberikan uang untuk melancarkan
jalannya menduduki suatu jabatan, namun ia memberikan barang
tertentu kepada masyarakat.
Apapun bentuk sogokan yang diberikan tersebut adalah salah
satu bentuk korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan
tidak cukup cerdas untuk memikirkan dampak jangka panjang jika
mereka menerima sogokan tersebut.
Maka jangan salah jika ada semboyan “Jadilah masyarakat
yang baik jika menginginkan pemimpin yang baik”.

b. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat
ekonomi negara tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan,
makin maju suatu negara biasanya diikuti dengan makin rendahnya
tingkat korupsi negara tersebut. Korupsi memang biasa terjadi di
negara-negara berkembang. Maka tidak heran pula, jika negara-
negara berkembang memiliki perekonomian yang tidak baik dan
relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering ditemukan
perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat
mampu bertahan dan dilindungi dari segala macam persaingan.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang tidak efisien bertahan dan
justru merugikan perekonomian negara.

c. Bidang Keselamatan dan Kesehatan Manusia


Anda mungkin masih mengingat robohnya jembatan Kutai
Kertanegara. Masih ada kasus-kasus lain mengenai kerusakan
fasilitas publik yang juga menimbulkan korban jiwa. Selain itu, ada
pula pekerja-pekerja fasilitas publik yang mengalami kecelakaan
kerja. Ironisnya, kejadian tersebut diakibatkan oleh korupsi. Bukan
rahasia jika dana untuk membangun insfrastruktur publik
merupakan dana yang sangat besar jika dilihat dalam catatan.
Nyatanya, saat dana tersebut melewati para pejabat-pejabat
pemerintahan, dana tersebut mengalami pangkas sana-sini sehingga
dalam pengerjaan insfrastruktur tersebut menjadi minim
keselamatan. Hal tersebut terjadi karena tingginya resiko yang
timbul ketika korupsi tersebut memangkas dana menjadi sangat
minim pada akhirnya. Keselamatan para pekerja dipertaruhkan
ketika berbagai bahan insfrstruktur tidak memenuhi standar
keselamatan karena minimnya dana.

d. Bidang Kesejahteraan Umum


Dampak korupsi dalam bidang ekonomi lainnya adalah tidak
adanya kesejahteraan umum. Anda pasti sering memperhatikan
tayangan televisi tentang pembuatan peraturan-peraturan baru oleh
pemerintah. Dan tidak jarang pula, ketika dicermati, peraturan-
peraturan tersebut ternyata justru lebih memihak pada perusahaan-
perusahaan besar yang mampu memberikan keuntungan untuk para
pejabat. Akibatnya, perusahaan-perusahaan kecil dan juga industri
menengah tidak mampu bertahan dan membuat kesejahteraan
masyarakat umum terganggu. Tingkat pengangguran makin tinggi,
diikuti dengan tingkat kemiskinan yang juga semakin tinggi.

e. Pengikisan Budaya
Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada
masyarakat umum. Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa
tak pernah cukup. Ia akan terus-menerus melakukan upaya untuk
menguntungkan diri sendiri sehingga lambat laun ia akan
menuhankan materi. Bagi masyarakat umum, tingginya tingkat
korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat
meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari
luar akan membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada
materi, dan tidak takut pada hukum.

f. Terjadinya Krisis Kepercayaan


Dampak korupsi bagi negara yang paling penting adalah tidak
adanya kepercayaan terhadap lembaga pemerintah. Sebagai
pengamat, masyarakat Indonesia saat ini sudah semakin cerdas
untuk menilai sebuah kasus. Berdasarkan pengamatan, saat ini
masyarakat Indonesia tidak pernah merasa puas dengan tindakan
hukum kepada para koruptor. Banyak koruptor yang
menyelewengkan materi dalam jumlah yang tidak sedikit, namun
hanya memperoleh hukuman tidak seberapa. Akibatnya, rakyat
tidak lagi percaya pada proses hukum yang berlaku. Tidak jarang
pula masyarakat lebih senang main hakim sendiri untuk
menyelesaikan sebuah kasus. Hal tersebut sebenarnya merupakan
salah satu tanda bahwa masyarakat Indonesia sudah tidak percaya
dengan jalannya hukum, terutama dengan berbagai tindakan yang
diambil oleh pemerintah dalam menangani kasus korupsi.

4. Upaya pencegahan dan pemberantasan korupsi

a. Pembentukan Lembaga Anti Korupsi


 Membentuk lembaga independen yang khusus menangani
korupsi. Di Hongkong bernama Independent Commission
Against Corruption (ICAC), di Malaysia the Anti-Corruption
Agency (ACA), dan di Indonesia: KPK
 Memperbaiki kinerja lembaga peradilan baik dari tingkat
kepolisian, kejaksaan, pengadilan, dan Lembaga
Permasyarakatan.
 Di tingkat departemen kinerja lembaga-lembaga audit seperti
Inspektorat Jenderal harus ditingkatkan. Ada kesan lembaga
ini sama sekali tidak punya ‘gigi’ ketika berhadapan dengan
korupsi yang melibatkan pejabat tinggi
 Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik adalah
salah satu cara mencegah korupsi. Semakin banyak meja yang
harus dilewati untuk mengurus suatu hal, semakin banyak
pula kemungkinan terjadinya korupsi
 Hal lain yang krusial untuk mengurangi resiko korupsi adalah
dengan memperbaiki dan memantau kinerja Pemerintah
Daerah. Sebelum Otonomi Daerah diberlakukan umumnya
semua kebijakan diambil oleh Pemerintah Pusat. Pada waktu
itu korupsi besar-besaran umumnya terjadi di Ibukota Negara.
Dengan otonomi, kantong korupsi tidak terpusat hanya di
ibukota negara tapi berkembanga ke berbagai daerah
 Dalam berbagai pemberitaan di media-media, ternyata korupsi
juga banyak dilakukan oleh anggota parlemen baik di pusat
(DPR) maupun di daerah (DPRD). Alih-alih menjadi wakil
rakyat dan berjuang untuk kepentingan rakyat, anggota
parlemen justru melakukan korupsi yang “dibungkus” rapi.
 
b. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
 Salah satu cara mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan
pejabat publik melaporkan dan mengumumkan jumlah
kekayaan yang dimiliki baik sebelum dan sesudah menjabat.
Masyarakat ikut memantau tingkat kewajaran peningkatan
jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul
ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi
dialihkan kepemilikannya ke orang lain. 
 Pengadaan barang atau kontrak pekerjaan di pemerintahan
pusat dan daerah maupun militer sebaiknya melalui lelang
atau penawaran secara terbuka. Masyarakat diberi akses untuk
dapat memantau dan memonitor hasil pelelangan tersebut.
 Korupsi juga banyak terjadi dalam perekrutan pegawai negeri
dan anggota TNI-Polri baru. Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
sering terjadi dalam proses rekrutmen tersebut. Sebuat sistem
yang transparan dan akuntabel dalam hal perekrutan perlu
dikembangkan. 
 Sistem penilaian kinerja pegawai negeri yang menitik-
beratkan pada proses (process oriented) dan hasil kerja akhir
(result oriented) perlu dikembangkan. Untuk meningkatkan
budaya kerja dan motivasi kerjanya, bagi pegawai negeri yang
berprestasi perlu diber insentif. 
c. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat
 Salah satu upaya memberantas korupsi adalah dengan
memberi hak kepada masyarakat untuk mendapatkan akses
terhadap informasi. Perlu dibangun sistem dimana masyarakat
(termasuk media) diberikan hak meminta segala informasi
sehubungan dengan kebijakan pemerintah yang berkaitan
dengan hajat hidup orang banyak.
 Isu mengenai public awareness atau kesadaran dan kepedulian
publik terhadap bahaya korupsi dan isu pemberdayaan
masyarakat merupakan salah satu bagian penting upaya
pemberantasan korupsi. Salah satu cara meningkatkan public
awareness adalah dengan melakukan kampanye tentang
bahaya korupsi.
 Menyediakan sarana untuk melaporkan kasus korupsi.
Misalnya melalui telepon, surat, faksimili (fax), atau internet.
 Di beberapa negara pasal mengenai ‘fitnah’ dan ‘pencemaran
nama baik’ tidak dapat diberlakukan untuk mereka yang
melaporkan kasus korupsi, dengan pemikiran bahwa bahaya
korupsi lebih besar daripada kepentingan individu.
 Pers yang bebas adalah salah satu pilar demokrasi. Semakin
banyak informasi yang diterima masyarakat, semakin paham
mereka akan bahaya korupsi
 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs baik
tingkat lokal maupun internasional juga memiliki peran
penting untuk mencegah dan memberantas korupsi. Sejak era
Reformasi, LSM baru yang bergerak di bidang Anti Korupsi
banyak bermunculan. LSM memiliki fungsi untuk melakukan
pengawasan atas perilaku pejabat publik. Contoh LSM lokal
adal ICS (Indonesian Corruption Watch).
 Cara lain untuk mencegah dan memberantas korupsi adalah
dengan menggunakan perangkat electronic surveillance. Alat
ini digunakan untuk mengetahui dan mengumpulkan data
dengan menggunakan peralatan elektronik yang dipasang di
tempat-tempat tertentu. Misalnya kamera video (CCTV).
 Melakukan tekanan sosial dengan menayangkan foto dan
menyebarkan data para buronan tindak pidana korupsi yang
putusan perkaranya telah berkekuatan hukum tetap. 
d. Pengembangan dan Pembuatan Berbagai Instrumen Hukum
yang Mendukung Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi 
Dukungan terhadap pencegahan dan pemberantasan korupsi
tidak cukup hanya mengandalkan satu instrumen hukum yaitu
Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Berbagai
peraturan perundang-undangan atau instrumen hukum lain perlu
dikembangkan. Perlu peraturan perundang-undangan yang
mendukung pemberantasan korupsi yaitu Undang-Undang Tindak
Pidana Money Laundering atau pencucian uang. Untuk melindungi
saksi dan korban tindak pidana korupsi, perlu instrumen hukum
berupa Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban.
e. Pemantauan dan Evaluasi
Perlu pemantauan dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau
kegiatan pemberantasan korupsi agar diketahui capaian yang telah
dilakukan. Melalui pemantauan dan evaluasi dapat dilihat strategi
atau program yang sukses dan gagal. Program yang sukses
sebaiknya silanjutkan, sementara yang gagal dicari penyebabnya.
Pengalaman di negara lain yang sukses maupun gagal dapat
dijadikan bahan pertimbangan ketika memilih cara, strategi, upaya,
maupun program permberantasan korupsi di negara tertentu.
f. Kerjasama Internasional 
Upaya lain yang dapat dilakukan dalam memberantas korupsi
adalah melakukan kerjasama internasional baik dengan negara lain
maupun dengan International NGOs. Sebagai contoh di tingkat
internasional, Transparency International (TI) membuat program
National Integrity Sistem. OECD (Organization for Economic Co-
operation and Development) yang didukung oleh PBB untuk
mengambil langkah baru dalam memerangi korupsi di tingkat
internasional membuat program the Ethics Infrastructure dan World
Bank membuat program A Framework for Integrity. 

5. Nilai dan prinsip anti korupsi


Nilai-nilai anti korupsi yang akan dibahas meliputi kejujuran,
kepedulian, kemandirian, kedisiplinan, pertanggungjawaban, kerja
keras, kesederhanaan, keberanian, dan keadilan. Nilai-nilai inilah
yang akan mendukung prinsip-prinsip anti korupsi untuk dapat
dijalankan dengan baik.
 Kejujuran
Menurut Sugono kata jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati,
tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat
yang sangat penting bagi kehidupan mahasiswa,tanpa sifat jujur
mahasiswa tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya
(Sugono: 2008).
 Kepedulian
Menurut Sugono definisi kata peduli adalah mengindahkan,
memperhatikan dan menghiraukan (Sugono : 2008).
 Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. Hal ini penting untuk
masa depannya, harus mengatur kehidupannya dan orang-orang
yang berada di bawah tanggung jawabnya sebab tidak mungkin
orang yang tidak dapat mandiri mengatur dirinya sendiri) akan
mampu mengatur hidup orang lain.
 Kedisiplinan
Menurut Sugono definisi kata disiplin adalah ketaatan
(kepatuhan) kepada peraturan (Sugono: 2008). Dalam mengatur
kehidupan kampus baik akademik maupun social mahasiswa perlu
hidup disiplin. Hidup disiplin tidak berarti harus hidup seperti pola
militer di barak militier namun hidup disiplin adalah dapat
mengatur dan mengelola waktu yang ada untuk dipergunakan.
 Tanggung Jawab
Menurut Sugono definisi kata tanggung jawab adalah keadaan
wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh
dituntut, dipersalahkan dan diperkarakan) (Sugono : 2008).
 Kerja keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan. Kata ”kemauan”
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan,
tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan, kelaki-lakian dan pantang
mundur. Bekerja keras merupakan hal yang penting guna
tercapainya hasil yang sesuai dengan target. Akan tetapi bekerja
keras akan menjadi tidak berguna jika tanpa adanya pengetahuan.
 Sederhana
Gaya hidup sederhana sebaiknya perlu dikembangkan sejak me-
ngenyam masa pendidikannya. Dengan gaya hidup sederhana,
dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan
kemampuannya dan dapat memenuhi semua kebutuhannya. Kerap
kali kebutuhan diidentikkan dengan keinginan semata, padahal
tidak selalu kebutuhan sesuai dengan keinginan dan sebaliknya.
 Keberanian
Jika kita temui di dalam kampus, ada banyak mahasiswa yang
sedang mengalami kesulitan dan kekecewaan. Meskipun demikian,
untuk menumbuhkan sikap keberanian, dituntut untuk tetap
berpegang teguh pada tujuan. Di mana pun dan dalam kondisi apa
pun sering kali harus diambil keputusan yang cepat dan harus
dilaksanakan dengan cepat pula. Salah satu kesempatan terbaik
untuk membentuk suatu pendapat atau penilaian yang sebaik-
baiknya adalah dalam kesunyian di mana dia bisa berpikir tanpa
diganggu. Rasa percaya kepada diri sendiri adalah mutlak dan
diperlukan. Pengetahuan mengenai kepribadian dan kemampuan
sendiri perlu dikaitkan dengan pengetahuan mengenai lingkungan.
 Keadilan
Berdasarkan arti katanya, adil adalah sama berat, tidak berat
sebelah, tidak memihak. Di dalam kehidupan sehari-hari,
pemikiran-pemikiran sebagai dasar pertimbangan untuk
menghasilkan keputusan akan terus berkembang seiring dengan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang. Dalam masa
perkuliahan setiap mahasiswa perlu didorong untuk mencari
pengalaman dan pengetahuan melalui interaksinya dengan sesama
mahasiswa lainnya. Dengan demikian mahasiswa diharapkan dapat
semakin bijaksana dalam mengambil keputusan dimana
permasalahannya semakin lama semakin kompleks atau rumit untuk
diselesaikan.

PRINSIP-PRINSIP ANTI-KORUPSI
Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk
mencegah faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas
prinsip-prinsip Anti-korupsi yang meliputi akuntabilitas,
transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk
mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
 Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan
kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya
sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun
konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga (Bappenas : 2002). Lembaga-
lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik,
maupun interaksi antara ketiga sektor. Akuntabilitas publik
memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain
adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas
keuangan, akuntabilitas outcome,akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat
yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat
jangka panjang dari sebuah kegiatan.
 Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah
transparansi. Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan
korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua proses
kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik (Prasojo : 2007). Dalam
bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi
kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran
ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para
mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya
pada masa kini dan masa mendatang (Kurniawan : 2010).
 Kewajaran/ fairness
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran.
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik
dalam bentuk mark upmaupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat
prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu
komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan
informatif.
 Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan anti
korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti-korupsi,
namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat
mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan
anggaran negara oleh para pejabat negara.
 Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang di buat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.

6. Pendidikan anti korupsi


Pendidikan anti korupsi memiliki makna yang kian penting
sekarang ini karena semakin banyaknya kasus-kasus korupsi yang
dilakukan oleh orang-orang berpendidikan tinggi. Pendidikan ini
dengan demikian merupakan bagian dari pendidikan berbasis
karakter karena dilakukan demi tercapainya pemahaman manusia
atas etika dan norma yang unversal diakui sebagai norma yang baik.
Pada dasarnya pendidikan ini harus dilakukan semenjak dini
demi menanamkan pemahaman yang lebih mudah mengenai
buruknya korupsi pada siswa sesuai dengan tahap perkembangan
psikologis mereka.

Pengenalan bahwa korupsi sepintar apapun tetap akan


ditemukan merupakan bagian dari pendidikan yang bisa sangat
efektif khususnya ketika hal tersebut disajikan dengan contoh yang
tepat dan populer.
Pendidikan Anti Korupsi dan Berbagai Langkahnya
Sebenarnya pendidikan karakter kebangsaan juga merupakan
langkah yang bisa menyaran pada sikap anti korupsi. Korupsi jelas
merugikan negara dan sikap cinta tanah air yang merupakan bagian
integral dari karakter kebangsaan akan menolak tindakan korupsi.
Konsep-konsep jujur, religiius, dan mandiri akan sangat mendorong
siswa untuk menjauhi berlaku korupsi yang merupakan bagian dari
perilaku tidak jujur dan curang. Setiap agama juga jelas melarang
melakukan tindakan korupsi karena kerugian yang ditimbulkan dari
tindakan tersebut.
Pendidikan anti korupsi yang dilakukan secara berjenjang dari
tahap dasar sampai tinggi pendidikan formal merupakan pilihan
yang sangat cocok pada kondisi seperti sekarang ini.
Generasi anti korupsi tentu saja bukan merupakan generasi yang
muncul secara langsung. Kebiasaan mencontek yang dianggap
sepele misalnya bisa menyaran pada tindakan korupsi juga. Karena
itu penanamkan nilai-nilai luhur anti korupsi selain melalui
pendidikan formal lewat kurikulumnya juga bisa dilakukan melalui
pendidikan informal di rumah. Tugas orang tua dalam menanamkan
pendidikan semacam ini bisa jadi bahkan lebih efektif daripada
pendidikan formal.
BAB III
PENUTUP
Korupsi merupakan perbuatan yang bertentangan dan
melanggar kaidah/norma umum yang berlaku di masyarakat.
Praktek korupsi yang meluas di suatu negara akan merusak
dan menghancurkan sendi-sendi kehidupan bernegara.
Indonesia termasuk Negara yang tingkat korupsinya tinggi di
dunia. Banyak faktor yang menyebabkan tingginya kejahatan
korupsi di Indonesia bisa faktor internal juga faktor eksternal.
Untuk itu perlu dilakukan upaya-upaya pemberantasan,
pencegahan kejahatan korupsi. Upaya pencegahan korupsi
dapat dimulai dengan menanamkan nilai-nilai anti korupsi
pada masyarakat lewat pendidikan anti korupsi untuk
menumbuhkan karakter kejujuran, dan sikap anti korupsi.
DAFTAR PUSTAKA

 Esti Suntari, S.H., M.Pd, dkk. 2015. Pendidikan


Pancasila. Jakarta: UNJ Press.
 https://www.academia.edu/9830875/pancasila_sebagai
_benteng_anti_korupsi
 http://otoritas-semu.blogspot.com/2016/05/pengertian-
dan-definisi-tentang-korupsi.html
 http://hasbagiilmu.blogspot.co.id/2015/08/faktor-
penyebab-korupsi.html
 http://guruppkn.com/dampak-korupsi-bagi-negara
 http://shilvystewart.blogspot.co.id/2011/09/upaya-
pencegahan-korupsi-di-indonesia.html
 http://jeyysiska.blogspot.co.id/2013/07/pencegahan-
dan-upaya-pemberantasan.html
 https://aepnurulhidayat.wordpress.com/2015/10/15/nila
i-prinsip-anti-korupsi/
 http://www.infoduniapendidikan.com/2015/01/makna-
dan-tujuan-pendidikan-anti-korupsi.html
 http://korupsidalampandanganpancasila.blogspot.co.id/

Anda mungkin juga menyukai