HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
C. Rumusan Masalah
1. Pengertian Korupsi
2. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi
3. Dampak korupsi
4. Upaya pencegahan korupsi
5. Nilai dan prinsip anti korupsi
6. Pendidikan anti korupsi
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin corruptio (Fockema
Andrea, 1951) atau corruptus (Webster Student Dictionary, 1960).
Selanjutnya, disebutkan pula bahwa corruptio berasal dari
kata corrumpere satu kata dari bahasa Latin yang lebih tua. Dari
bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption,
corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan
“corruptie/korruptie” (Belanda).
Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata
“corruptio” dalam bahasa latin yang berarti kerusakan atau
kebobrokan, dan dipakai pula untuk menunjukkan keadaan atau
perbuatan yang busuk.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi
didefinisikan lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau
penyalahgunaan uang negara (perusahaan, organisasi, yayasan,
dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata
bahasa Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak
bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran” (S. Wojowasito-WJS
Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk
seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya”
(WJS Poerwadarminta: 1976).
3. Dampak Korupsi
a. Bidang Demokrasi
Dampak akibat korupsi bagi negara yang utama adalah di
bidang demokrasi. Bagi Anda yang pernah menjadi Dewan Pemilih
Tetap (DPT) saat pesta demokrasi (pemilu) berlangsung pasti
pernah mengetahui yang disebut “serangan fajar”. Sejumlah calon
tetentu memberikan imbalan uang bagi siapa saja yang memilihnya
saat pemilu, sehingga ia terpilih menduduki jabatan tertentu.
Pemberian imbalan uang tersebut sifatnya adalah sogokan.
Beberapa memang tidak memberikan uang untuk melancarkan
jalannya menduduki suatu jabatan, namun ia memberikan barang
tertentu kepada masyarakat.
Apapun bentuk sogokan yang diberikan tersebut adalah salah
satu bentuk korupsi. Sayangnya, masyarakat Indonesia kebanyakan
tidak cukup cerdas untuk memikirkan dampak jangka panjang jika
mereka menerima sogokan tersebut.
Maka jangan salah jika ada semboyan “Jadilah masyarakat
yang baik jika menginginkan pemimpin yang baik”.
b. Bidang Ekonomi
Maju tidaknya suatu negara biasa diukur dengan tingkat
ekonomi negara tersebut. Dan penelitian juga telah membuktikan,
makin maju suatu negara biasanya diikuti dengan makin rendahnya
tingkat korupsi negara tersebut. Korupsi memang biasa terjadi di
negara-negara berkembang. Maka tidak heran pula, jika negara-
negara berkembang memiliki perekonomian yang tidak baik dan
relatif tidak stabil. Bahkan pada beberapa kasus, sering ditemukan
perusahaan-perusahaan yang memiliki koneksi dengan pejabat
mampu bertahan dan dilindungi dari segala macam persaingan.
Akibatnya, perusahaan-perusahaan yang tidak efisien bertahan dan
justru merugikan perekonomian negara.
e. Pengikisan Budaya
Dampak ini bisa terjadi pada pelaku korupsi juga pada
masyarakat umum. Bagi pelaku korupsi, ia akan dikuasai oleh rasa
tak pernah cukup. Ia akan terus-menerus melakukan upaya untuk
menguntungkan diri sendiri sehingga lambat laun ia akan
menuhankan materi. Bagi masyarakat umum, tingginya tingkat
korupsi, lemahnya penegakan hukum, akan membuat masyarakat
meninggalkan budaya kejujuran dengan sendirinya. Pengaruh dari
luar akan membentuk kepribadian yang tamak, hanya peduli pada
materi, dan tidak takut pada hukum.
PRINSIP-PRINSIP ANTI-KORUPSI
Setelah memahami nilai-nilai anti korupsi yang penting untuk
mencegah faktor internal terjadinya korupsi, berikut akan dibahas
prinsip-prinsip Anti-korupsi yang meliputi akuntabilitas,
transparansi, kewajaran, kebijakan, dan kontrol kebijakan, untuk
mencegah faktor eksternal penyebab korupsi.
Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kesesuaian antara aturan dan pelaksanaan
kerja. Semua lembaga mempertanggung jawabkan kinerjanya
sesuai aturan main baik dalam bentuk konvensi (de facto) maupun
konstitusi (de jure), baik pada level budaya (individu dengan
individu) maupun pada level lembaga (Bappenas : 2002). Lembaga-
lembaga tersebut berperan dalam sektor bisnis, masyarakat, publik,
maupun interaksi antara ketiga sektor. Akuntabilitas publik
memiliki pola-pola tertentu dalam mekanismenya, antara lain
adalah akuntabilitas program, akuntabilitas proses, akuntabilitas
keuangan, akuntabilitas outcome,akuntabilitas hukum, dan
akuntabilitas politik (Puslitbang, 2001).
Dalam pelaksanaannya, akuntabilitas harus dapat diukur dan
dipertanggungjawabkan melalui mekanisme pelaporan dan
pertanggungjawaban atas semua kegiatan yang dilakukan. Evaluasi
atas kinerja administrasi, proses pelaksanaan, dampak dan manfaat
yang diperoleh masyarakat baik secara langsung maupun manfaat
jangka panjang dari sebuah kegiatan.
Transparansi
Salah satu prinsip penting anti korupsi lainnya adalah
transparansi. Prinsip transparansi ini penting karena pemberantasan
korupsi dimulai dari transparansi dan mengharuskan semua proses
kebijakan dilakukan secara terbuka, sehingga segala bentuk
penyimpangan dapat diketahui oleh publik (Prasojo : 2007). Dalam
bentuk yang paling sederhana, transparansi mengacu pada
keterbukaan dan kejujuran untuk saling menjunjung tinggi
kepercayaan (trust) karena kepercayaan, keterbukaan, dan kejujuran
ini merupakan modal awal yang sangat berharga bagi para
mahasiswa untuk dapat melanjutkan tugas dan tanggungjawabnya
pada masa kini dan masa mendatang (Kurniawan : 2010).
Kewajaran/ fairness
Prinsip anti korupsi lainnya adalah prinsip kewajaran.
Prinsip fairness atau kewajaran ini ditujukan untuk mencegah
terjadinya manipulasi (ketidakwajaran) dalam penganggaran, baik
dalam bentuk mark upmaupun ketidakwajaran lainnya. Sifat-sifat
prinsip kewajaran ini terdiri dari lima hal penting yaitu
komprehensif dan disiplin, fleksibilitas, terprediksi, kejujuran, dan
informatif.
Kebijakan
Prinsip anti korupsi yang keempat adalah prinsip kebijakan.
Pembahasan mengenai prinsip ini ditujukan agar mahasiswa dapat
mengetahui dan memahami kebijakan anti korupsi. Kebijakan anti
korupsi ini tidak selalu identik dengan undang-undang anti-korupsi,
namun bisa berupa undang-undang kebebasan mengakses
informasi, undang-undang desentralisasi, undang-undang anti-
monopoli, maupun lainnya yang dapat memudahkan masyarakat
mengetahui sekaligus mengontrol terhadap kinerja dan penggunaan
anggaran negara oleh para pejabat negara.
Kontrol kebijakan
Prinsip terakhir anti korupsi adalah kontrol kebijakan. Kontrol
kebijakan merupakan upaya agar kebijakan yang di buat betul-betul
efektif dan mengeliminasi semua bentuk korupsi.