LATAR BELAKANG
Pancasila sebagai sumbeer nilai anti korupsi dibenarkan denga pernyataan
komisi pemberantasan korupsi, yang menegeskan bahwa pancasil merupakan
sumber nilai anti korupsi. Persoalannya, arah ideologi sekarang seperti di
persimpangan jalan. Nilai-nilai lain yang kita anut menjadikan tindak korupsi
merebak kemana-mana.Korupsi terjadi Ketika ada pertemuan dan kesempatan.
Nilai-nilai kearifan local semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitasis,
sehingga terdoronglah seseorang untuk bertindak korupsi. Saatnya Pancasila
Kembali direviitalisasi sebagai dasar filsafat negara bersama-sama dengan norma
agama
PERMASALAHAN
PEMBAHASAN
Kata korupsi berasal dari Bahasa latin corruption (Fockema Andrea,1951) atau
corruptus (Webster Student Dictionary, 1960). Selanjutnya, disebutkan pula
bahwa corruptio berasal dari kata corrumpere satu kata dari Bahasa latin yang
lebih tua .dari Bahasa latin tersebut kemudian dikenal dengan istilah ”corruption,
corrupt”(inggris) “corruption(perancis ) dan “corruptive/korruptie(belanda).
Dari segi terminologi, istilah korupsi berasal dari kata “corruptio” dalam Bahasa latin
yang berarti kerusakan atau kebobrokan, dan dipakai pula untuk menunjukka keadaan atau
perbuatan yang busuk.Dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi keempat, korupsi
didefinisakan lebih spesifik lagi yaitu penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara
(perusahaan, organisasi, Yayasan, dsb.) untuk keuntungan pribadi atau orang lain.
Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata Bahasa Indonesia, adalah
“kejahatan, kebusukan,dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan, dan ketidakjujuran” (S.
Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk seperti
penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976).
Pengertian Korupsi Menurut Undang-Undang
“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau
kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara.”
Dalam ilmu politik, korupsi didefinisikan sebagai penyalahgunaan jabatan dan andministrasi,
ekonomi atau politik, baik yang disebabkan oleh diri sendiri maupun orang lain, yang
ditujukan untuk memperoleh keuntungan pribadi, sehingga menimbulkan kerugian bagi
masyarakat umum, perusahaan, atau pribadi lainnya.
Para ahli ekonomi menggunakan definisi yang lebih konkret. Korupsi didefinisakan sebagai
pertukaran yang menguntungkan ( anatara prestasi san kontraprestasi, imbalan materi atau
nonmateri), yang terjadi secara diam-diam dan sukarela, yang melanggar norma-norma yang
berlaku, dan setidaknya merupakan penyalahgunaan jabatan atau wewenang yang dimiliki
salah satu pihak yang terlabit dalam bidang umum atau swasta.
Korupsi di tanah negeri, ibarat, “warisan haram’’ tanpa surat wasiat. Ia tetap lestari
sekalipun diharamkan oleh aturan hukum yang berlaku dalam tiap orde yang datang silih
berganti. Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi, baik berasal dari dalam diri
pelaku atau dari luar pelaku. Sebagaimana dikatan Yamamah bahwa Ketika perilaku
materialistik dan konsumtif masyrakat serta sistem politik yang masih ‘’ mendewakan’’
materi maka dapat ‘’ memaksa’’ terjadinya permaianan uang dan korupsi (Ansari
Yamamah: 2009) “Dengan kondisi itu hamper dapat dipastikan seluruh pejabat kemudian ‘’
terpaksa’’ korupsi kalua sudah menjabat. Hampir semua segi kehidupan terjangkit korupsi.
Apabila disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua factor yaitu factor internal dan
eksternal’
Faktor internal, merupakan factor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci
menjadi:
Faktor eksternal, pemicu perilaku korupsi yang disebabkan oleh di luar diri perilaku
Masyarakat kurang menyadari dirinya terlibat korupsi.
Setiap perbuatan korupsi pasti melibatkan anggota masyarakat. Hal ini kuurang
disadari oleh masyarakat.
Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas bila
masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan. Pada umumnya
masyarakat berpandangan bahwa masalah korupsi adalah tanggung jawab pemerintah
semata.
Aspek Sosial
Perilaku korupsi dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behvioris
mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan
bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sikap baik seseorang. Lingkungan dalam
hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman pada orang
Ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Aspek ekonomi
Pendapatan tidak menutupi kebutuhan. Dalam tentang kehidupan ada
kemungkinan seseorang mengalami situasi terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan
itu membuka peluang bagi seseorang untuk mengambil jalan pintas diantaranya
dengan melakukan korupsi.
Aspek Politis
Menurut Rahardjo (1983) bahwa control sosial adalah suatu proses yang
dulakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku Sesuai harapan
masyarakat. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi.
Aspek Organisasi
- Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
- Tidak adanya kultur organisasi yang benar
- Kurang memadainya sistem akuntabilitas
- Kelemahan sistem pengendalian manajemen
- Lemahnya pengawasan
Referensi
•
https@DDwww.academia.eduD<4>&9DpancasilaJsebagai JbentengJantiJkorups
i
•
http@DDotoritas(semu.blogspot.comD3>2:D>9Dpengertian(dan(de'inisi(tentang(kor
upsi.html
•
http@DDhasbagiilmu.blogspot.co.idD3>29D>D'aktor( penyebab(korupsi.html
•
http@DDguruppkn.comDdampak(korupsi(bagi(negara
•
http@DDshil6ystewart.blogspot.co.idD3>22D><Dupaya( pencegahan(korupsi(di(ind
onesia.html
•
http@DDjeyysiska.blogspot.co.idD3>24D>&Dpencegahan(dan(upaya(pemberantasa
n.html
•
https@DDaepnurulhidayat.wordpress.comD3>29D2>D29Dnilai(prinsip(anti(korupsi
D
•
http@DDwww.in'oduniapendidikan.comD3>29D>2Dmakna(dan(tujuan(pendidikan(a
nti(korupsi.html
•
http@DDkorupsidalampandanganpancasila.blogspot.co.idD