Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TENTANG KORUPSI

DI INDONESIA

OLEH :
SAMIDI
B0A012001
KELOMPOK 01

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2012

BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Di dalam hiruk-pikuk masyarakat dunia termasuk di Indonesia,
dewasa i terjadi tindak criminal yang sudah membudaya dan sangat
kronik.

Suatu tindakan dapat digolongkan korupsi, kalau tindakan itu


merupakan penyalahgunaan sumber daya public, yang tujuannya untuk
memenuhi kepentingan pribadi atau kelompok .
Hasil survey (2004) Political and Economic Risk Consultancy
Ltd. (PERC) menyatakan bahwa korupsi di Indonesia menduduki skor
9,25 di atas India (8,90), Vietnam (8,67), dan Thailand (7,33). Artinya,
Indonesia masih menjadi Negara terkorup di Asia. Apabila banyak
upaya baik tingkat legislative, yudikatif, maupun eksekutif untuk
memberantas korupsi, maka timbul pertanyaan apakah korupsi telah
membudaya? Mampukah Sistem Pendidikan Nasional dijadikan strategi
pemberantasan korupsi di Indonesia?
Merujuk pada permasalahan tersebut dan fenomena yang
berkembang selama ini, maka kajian ini dipikir penting untuk
mendeskripsikan dan dijadikan salah satu strategi pemberantasan
korupsi di Indonesia.Korupsi tidak dapat dirumuskan dengan satu
kalimat saja yang mungkin ialah membuat gambaran yang masuk akal
mengenai gejala tersebut agar kita dapat memisahkanya dari gejala
lain yang bukan korupsi. Inti dari korupsi ialah penyalahgunaan
kepercayaan untuk kepentingan pribadi. Rumusan korupsi menurut
brooks adalah dengan sengaja melakukan kesalahan atau melalaikan
tugas yang diketahui sebagai kewajiban, atau tanpa hak menggunakan
kekuasaan, dengan tujuan memperoleh keuntungan yang sedikit
banyak untuk dirinya.
Dalam buku yang diterbitkan oleh Syed Hossein Atalas ciri-ciri
korupsi diringkaskan sebagaiberikut: (a) Suatu penghianatan terhadap
kepercayaan, (b) penipuan terhadap badan pemerintahan, lembaga
swasta atau masyarakat umumnya, (c) dengan sengaja melalaikan
kepentingan umum untuk kepentingan pribadi, (d) dilakukan dengan
rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasa
atau bawahanya menganggapnya tidak perlu, (e) melibatkan lebih dari
satu orang atau pihak, (f) adanya kewajiban dan keuntungan bersama,
dalambentuk uang atau yang lainya, (g) terpusatnya kegiatan (korupsi)
pda mereka yang menghendaki keputusan yang pasti dann
menguntungkan bagi dirinya ataupun kelompoknya, (h) adanya usaha
untuk menutupi perbuata korup dalam bentuk-bentuk pengesahan
hukum, dan (i) menunjukan fungsi ganda yang kontradiktitif pada
mereka yang melakukan korupsi.
Terddapat perhatian yang patut dicatat terhadap maasalh
korupsi dari para pemikir muslimdi masa Islam. Salah satu karya serupa
yang relevan disebutkan disini. Mustafa Ibn Abdullah, yang lebih
dikenal sebagai Katib Chelebi (1609-1657 M) seorang cendekiawan asl
turki, menulis tentang korupsi dan mengacu dari sumber-sumber yang
ada sebelumnya. Ia mengikhtisarkan pandangan-pandangan penulis
sebelumnya yang mengelompokan penyuapan kedalamm tiga jenis

dalam rangka penilaian boleh tidaknya dalam moral. Jenis-jenis ini


adalah: a. Penyuapan yang baik dari pihak pemberi ataupun
penerimanya secara moral bersalah; b. penyuapan boleh diberikan
tetapi tidak boleh diterima. Ini adalah korupsi difensif. Bila seorang
penguasa yang kejam menginginkan hak seseorang, tidak berdosalah
memberikan kepada penguasa tersebut sebagan dari harta itu untuk
menyelamatkan harta selebihnya; c. Penyuapan pihak pemberinya
bermasalah sedang pihak penerimanya tidak bermasalah. Ini adalah
korupsi investif yang direncanakan oleh pemberi dengan tujuan
korupsi.
Kiranya tidak perlu dikatakan bahwa masih banyak segi-segi
korupsi yang penting yang relevan dengan pendekatan kita yang belum
disentuh disini, karena ada alasan sederhana bahwa ada orang yang
dapat mengamati semua perubahan masalah atau memberikan seluruh
hidup dan tenaganya untuk menangani kesemuanya. Ada satu segi
penting yang tidak dibicarakan disini, yaitu hubungan antara korupsi
dengan filsafat hidup atau agama seseorang. Ini merupakan kajian
tersendiri. Tujuan makalah ini ialah menyajikan analisa dan latar
belakang pemikirann yang mendalam tentang masalah itu yang
mungkin dapat dipakai sebagai bahan pembelajaran.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana mengatasi korupsi di
masyarakat?
b. Apa dampak korupsi di masyarakat?
c.
Apa penyebab korupsi?

lingkungan

Negara

maupun

3. Tujuan

Salah satu upaya untuk menghilangkan budaya korupsi


Menyadarkan masyarakat
Mendidik generasi muda agar melakukan tindak pidana korupsi sehingga dapat
memajukan negara.
4. Manfaat
Mewujudkan
Indonesia
bebas
korupsi
Menghimbau
masyarakat
untuk
korupsi
Mengetahui sejarah bagai mana korupsi itu ada di indonesia
5. Ruang Lingkup

dari
tidak

Asal mula berkembangnya korupsi barangkali dapat di temukan


sumbernya pada fenomena sistem pemerintahan monarki absolut
tradisional yang berlandaskan pada budaya feodal. Pada masa lalu,
tanah-tanah di wilayah suatu negara atau kerajaan adalah milik mutlak

raja, yang kemudian di serahkan kepada para pangeran dan


bangsawan, yang di tugasi untuk memungut pajak, sewa dan upeti dari
rakyat yang menduduki tanah tersebut. Di samping membayar dalam
bentuk uang atau in natura, sering pula rakyat di haruskan membayar
dengan hasil bumi serta dengan tenaga kasar, yakni bekerja untuk
memenuhi berbagai keperluan sang raja atau penguasa. Elite penguasa
yang merasa diri sebagai golongan penakluk, secara otomatis juga
merasa memiliki hak atas harta benda dan nyawa rakyat yang di
taklukan. Hak tersebut biasanya di terjemahkan dalam tuntutan yang
berupa upeti dan tenaga dari rakyat (Onghokham, 1995).
Seluruh upeti yang masuk ke kantong para pembesar ini selain di
pergunakan untuk memenuhi kebutuhan pembesar itu sendiri, pada
dasarnya juga berfungsi sebagai pajak yang di pergunakan untuk
membiayai kegiatan-kegiatan negara. Hanya saja, belum ada lembaga
yang secara resmi ditunjuk sebagai pengumpul dana (revenue
gathering). Parahnya kedudukan dalam pemerintahan sebagai
pembesar atau pejabat ini dapat diperjualbelikan (venality of office),
yang menyebabkan pembeli jabatan tadi berusaha untuk mencari
kompensasi atas uang yang telah dikeluarkannya dengan memungut
upeti sebesar-besarnya dari rakyat.
Pada masa-masa sesudahnya, kondisi ini ternyata memperkuat sistem
patron - client, bapak - anak, atau kawula - gusti, dimana seorang
pembesar sebagai patron harus dapat memenuhi harapan rakyatnya,
tentu saja dengan adanya jasa-jasa timbal balik dari rakyat sebagai
client-nya. Hubungan patron - client ini merupakan salah satu sumber
korupsi, sebab seorang pejabat untuk membuktikan efektivitasnya
harus selalu berbuat sesuatu tanpa menghiraukan apakah ini untuk
kepentingan umum, kelompok atau perorangan, yakni para anak buah
yang seringkali adalah saudaranya sendiri. Selain itu, sistem patron client juga menjadi faktor perusak koordinasi dan kerjasama antar para
penguasa, dimana timbul kecendrungan persaingan antara para
penguasa/pejabat untuk menganak-emaskan orangnya. Disinilah
faksionalisme di kalangan elite menjadi berkepanjangan.
Korupsi yang sekarang merajalela di Indonesia, berakar pada masa
tersebut ketika kekuasaan pada birokrasi patrimonial (Weber) yang
berkembang pada kerangka kekuasaan feodal dan memungkinkan
suburnya
nepotisme.
Dalam
struktur
yang
demikian,
maka
penyimpangan, penyuapan, korupsi dan pencurian akan dengan mudah
berkembang (Mochtar Lubis, 1995).

Dalam perkembangan selanjutnya, dapat dilihat bahwa ruang lingkup


korupsi tidak terbatas pada hal-hal yang sifatnya penarikan pungutan
dan nepotisme yang parah, melainkan juga kepada hal-hal lain
sepanjang perbuatan tersebut merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi secara gamblang telah di
jelaskan dalam 13 buah pasal dalam UU No. 31 Tahun 1999 jo. UU No.
20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, korupsi di rumuskan
ke dalam tiga puluh bentuk/jenis tindak pidana korupsi. Pasal-pasal
tersebut menerangkan secara terperinci mengenai perbuatan yang bisa
dikenakan pidana penjara karena korupsi.

BAB II
ANALISA PERMASALAHAN

A.

Pengertian Korupsi
Korupsi tampaknya telah menjadi budaya yang mendarah daging di
negeri kita tercinta ini, Indonesia. Sebagai negara yang menggunakan
adat dan budaya ketimuran yang sangat menjunjung tinggi nilai - nilai
moralitas dan kejujuran, sangat miris rasanya bila mengetahui bahwa
negara ini menempati posisi 2 sebagai negara terkorup di Asia pasifik
menurut survei dari The World Justice Project. Sebelum kita membahas
apa dampak korupsi, sebaiknya kita bahas dulu apa itu korupsi.
Menurut KBBI, korupsi adalah penyelewengan atau penyalahgunaan
uang negara untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Sementara dari
arti kebahasaan, korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptiodari
kata kerja corrumpere yang bermakna busuk, rusak, menggoyahkan,
memutarbalik, menyogok. Menurut penulis sendiri, korupsi berarti
seseorang yang menyalahkan wewenangnya untuk kepentingan diri
sendiri tetapi merugikan institusinya dan orang banyak.

B.

Sejarah Korupsi di Indonesia


Dalam

konteks

memang

perjalanan

telah

mengakar

bangsa
dan

Indonesia,

membudaya.

persoalan
Bahkan

korupsi

dikalangan

mayoritas pejabat publik, tak jarang yang menganggap korupsi sebagi


sesuatu yang lumrah dan Wajar. Ibarat candu, korupsi telah menjadi
barang bergengsi, yang jika tidak dilakukan, maka akan membuat
stress para penikmatnya. Korupsi berawal dari proses pembiasan,
akhirnya menjadi kebiasaan dan berujung kepada sesuatu yang sudah
terbiasa untuk dikerjakan oleh pejabat-pejabat Negara. Tak urung
kemudian, banyak masyarakat yang begitu pesimis dan putus asa
terhadap upaya penegakan hukum untuk menumpas koruptor di Negara
kita.

Jika

dikatakan

telah

membudaya

dalam

kehidupan,

lantas

darimana awal praktek korupsi ini muncul dan berkembang?. Tulisan ini
akan

sedikit

memberikan

pemaparan

mengenai

asal-asul

budaya

korupsi di Indonesia yang pada hakekatnya telah ada sejak dulu ketika
daerah-daerah di Nusantara masih mengenal system pemerintah feodal
(Oligarkhi Absolut), atau sederhanya dapat dikatakan, pemerintahan
disaat

daerah-daerah

yang

ada

di

Nusantara

masih

terdiri

dari

kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh kaum bangsawan (Raja, Sultan


dll).
Secara

garis

besar,

budaya

korupsi

di

Indonesia

tumbuh

dan

berkembang melalu 3 (tiga) fase sejarah, yakni ; zaman kerajaan,


zaman penjajahan hingga zaman modern seperti sekarang ini. Mari kita
coba bedah satu-persatu pada setiap fase tersebut. Pertama, Fase
Zaman Kerajaan. Budaya korupsi di Indonesia pada prinsipnya, dilatar
belakangi

oleh

adanya

kepentingan

atau

motif

kekuasaan

dan

kekayaan. Literatur sejarah masyarakat Indonesia, terutama pada


zaman kerajaan-kerajaan kuno, seperti kerajaan Mataram, Majapahit,
Singosari, Demak, Banten dll, mengajarkan kepada kita bahwa konflik
kekuasan yang disertai dengan motif untuk memperkaya diri (sebagian
kecil karena wanita), telah menjadi faktor utama kehancuran kerajaankerajaan tersebut. Coba saja kita lihat bagaimana Kerajaan Singosari
yang memelihara perang antar saudara bahkan hingga tujuh turunan
saling

membalas

dendam

berebut

kekuasaan,

mulai

dari

Prabu

Anusopati, Prabu Ranggawuni, hingga Prabu Mahesa Wongateleng dan


seterusnya. Hal yang sama juga terjadi di Kerajaan Majapahit yang
menyebabkan terjadinya beberapa kali konflik yang berujung kepada
pemberontakan Kuti, Nambi, Suro dan lain-lain. Bahkan kita ketahui,
kerajaan Majapahit hancur akibat perang saudara yang kita kenal
dengan Perang Paregreg yang terjadi sepeninggal Maha Patih Gajah

Mada. Lalu, kerajaan Demak yang memperlihatkan persaingan antara


Joko Tingkir dengan Haryo Penangsang, ada juga Kerajaan Banten yang
memicu Sultan Haji merebut tahta dan kekuasaan dengan ayahnya
sendiri, yaitu Sultan Ageng Tirtoyoso (Amien Rahayu SS, Jejak Sejarah
Korupsi Indonesia-Analis Informasi LIPI). Hal menarik lainnya pada fase
zaman kerajaan ini adalah, mulai terbangunnya watak opurtunisme
bangsa Indonesia. Salah satu contohnya adalah posisi orang suruhan
dalam kerajaan, atau yang lebih dikenal dengan abdi dalem. Abdi
dalem dalam sisi kekuasaan zaman ini, cenderung selalu bersikap manis
untuk menarik simpati raja atau sultan. Hal tersebut pula yang menjadi
embrio lahirnya kalangan opurtunis yang pada akhirnya juga memiliki
potensi jiwa yang korup yang begitu besar dalam tatanan pemerintahan
kita

dikmudian

hari.

Kedua, Fase Zaman Penjajahan. Pada zaman penjajahan, praktek


korupsi telah mulai masuk dan meluas ke dalam sistem budaya sosialpolitik bangsa kita. Budaya korupsi telah dibangun oleh para penjajah
colonial (terutama oleh Belanda) selama 350 tahun. Budaya korupsi ini
berkembang dikalangan tokoh-tokoh lokal yang sengaja dijadikan badut
politik oleh penjajah, untuk menjalankan daerah adiministratif tertentu,
semisal

demang

provinsi),

(lurah),

tumenggung

dan pejabat-pejabat

(setingkat

lainnya yang

kabupaten

notabene

atau

merupakan

orang-orang suruhan penjajah Belanda untuk menjaga dan mengawasi


daerah territorial tertentu. Mereka yang diangkat dan dipekerjakan
oleh Belanda untuk memanen upeti atau pajak dari rakyat, digunakan
oleh penjajah Belanda untuk memperkaya diri dengan menghisap hak
dan kehidupan rakyat Indonesia. Sepintas, cerita-cerita film semisal Si
Pitung, Jaka Sembung, Samson & Delila, dll, sangat cocok untuk
menggambarkan situasi masyarakat Indonesia ketika itu. Para cukongcukong suruhan penjajah Belanda (atau lebih akrab degan sebutan
Kompeni) tersebut, dengan tanpa mengenal saudara serumpun
sendiri, telah menghisap dan menindas bangsa sendiri hanya untuk
memuaskan kepentingan si penjajah. Ibarat anjing piaraan, suruhan
panjajah Belanda ini telah rela diperbudak oleh bangsa asing hanya
untuk mencari perhatian dengan harapan mendapatkan posisi dan
kedudukan yang layak dalam pemerintahan yang dibangun oleh para
penjajah.

Secara

eksplisit,

sesungguhnya

budaya

penjajah

yang

mempraktekkan hegemoni dan dominasi ini, menjadikankan orang


Indonesia juga tak segan menindas bangsanya sendiri lewat perilaku
dan praktek korupsi-nya. Tak ubahnya seperti drakula penghisap darah
yang terkadang memangsa kaumnya sendiri demi bertahan hidup
(Survival).

Ketiga, Fase Zaman Modern. Fase perkembangan praktek korupsi


di zaman modern seperti sekarang ini sebenarnya dimulai saat lepasnya
bangsa Indonesia dari belenggu penjajahan. Akan tetapi budaya yang
ditinggalkan oleh penjajah kolonial, tidak serta merta lenyap begitu
saja. salah satu warisan yang tertinggal adalah budaya korupsi, kolusi
dan nepotisme (KKN). Hal tersebut tercermin dari prilaku pejabatpejabat pemerintahan yang bahkan telah dimulai di era Orde lama
Soekarno, yang akhirnya semakin berkembang dan tumbuh subur di
pemerintahan Orde Baru Soeharto hingga saat ini. Sekali lagi, pola
kepemimpinan yang cenderung otoriter, anti-demokrasi dan anti-kritik,
membuat jalan bagi terjadi praktek korupsi dimana-mana semakin
terbuka. Indonesia tak ayal pernah menduduki peringkat 5 (besar)
Negara

yang
Korupsi

pejabatnya
;

paling

korup,

Kekerasan

bahkan

Struktural

hingga

saat

Terhadap

ini.

Rakyat

Secara hakiki, korupsi merupakan bentuk kekerasan struktural yang


dilakukan oleh Negara dan pejabat pemerintahan terhadap masyarakat.
Betapa tidak, korupsi yang kian subur akan semakin membuat beban
devisit anggaran Negara semakin bertambah. Hal ini kemudian akan
mengakibatkan sistem ekonomi menjadi colaps dan berujung kepada
semakin

tingginya

inflasi

yang

membuat

harga-harga

kebutuhan

masyarakt kian melambung tinggi. Eknomi biaya tinggi ini berakibat


terjadinya ketidakseimbangan antara daya beli masyarakat dengan
tingkat harga komoditas terutama komoditas bahan pokok. Masyarakat
cenderung dipaksa untuk menerima keadaan ini, meski ambruknya
sistem ekonomi kita ini, adalah akibat dari ulah para pejabat yang
mengkorupsi uang Negara demi kepentingan pribadi, kelompok dan
golongan

masing-masing.

Intinya,

masyarakat

dipakda

untuk

menanggung beban yang tidak dilakukannya. Kita tentu masih ingat


dengan krisis moneter yang terjadi antara tahun 1997/1998 lalu!!!.
Penyebab utama dari terjadinya krisis yang melanda Indonesia ketika
itu adalah beban keuangan Negara yang semakin menipis akibat ulah
pemerintahan Orde Baru Soeharto yang sangat korup.
Mengapa korupsi dapat tumbuh subur di Indonesia? Ada banyak
penyebabnya. Salah satunya ialah kesejahteraan masyarakat yang
kurang, hal ini disebabkan oleh gaji dan pendapatan yang rendah dan
mental orang Indonesia yang ingin cepat kaya tanpa mau berusaha dan
bekerja

keras.

Budaya

orientedmenyebabkan

di

Indonesia

banyak

orang

sendiri

yang

masih money

berlomba-lomba

untuk

mendapatkan uang tanpa memikirkan halal haramnya. Ditambah lagi


sistem birokrasi Indonesia yang merupakan warisan budaya kolonial

Belanda yang rumit membuka celah-celah bagi orang-orang yang ingin


melaksanakan praktik korupsi. Apalagi kini nilai - nilai agama yang
semakin luntur membuat banyak orang mudah tergiur dengan praktik
korupsi.
Dari segi ekonomi sendiri, korupsi akan berdampak banyak
perekonomian negara kita. Yang paling utama pembangunan terhadap
sektor - sektor publik menjadi tersendat. Dana APBN maupun APBD dari
pemerintah yang hampir semua dialokasikan untuk kepentingan rakyat
seperti

fasilitas-fasilitas publik hampir tidak terlihat realisasinya,

kalaupun ada realisasinya tentunya tidak sebanding dengan biaya


anggaran yang diajukan. Walaupun belum banyak buktinya, jelas ini
merupakan indikasi terhadap korupsi. Tidak jelasnya pembangunan
fasilitas - fasilitas publik ini nantinya akan memberi efek domino yang
berdampak sistemik bagi publik, yang dalam ini adalah masyarakat.
Contoh kecilnya saja, jalan - jalan yang rusak dan tidak pernah
diperbaiki

akan

melaksanakan

mengakibatkan

mobilitas

mereka

susahnya
termasuk

masyarakat

juga

dalam

dalam

melakukan

kegiatan ekonomi mereka. Jadi akibat dari korupsi ini tidak hanya
mengganggu

perekonomian

dalam

skala

makro

saja,

tetapi

juga

mengganggu secara mikro dengan terhambatnya suplai barang dan


jasa sebagai salah satu contohnya.
Karena terhambatnya segala macam pembangunan dalam sektorsektor publik, Kebijakan- kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah
tidak akan optimal lagi. Segala macam kebijakan-kebijakan yang pro
rakyat dibuat pemerintah akan menjadi sia - sia hanya karena masalah
korupsi. Hal ini akan menambah tingkat kemiskinan, pengangguran dan
juga kesenjangan sosial karena dana pemerintah yang harusnya untuk
rakyat justru masuk ke kantong para pejabat dan orang - orang yang
tidak bertanggung jawab lainnya. Kebijakan-kebijakan pemerintah yang
tidak optimal ini akan menurunkan kualitas pelayanan pemerintah di
berbagai bidang. Menurunnya kualitas pelayanan pemerintah akan
mengurangi

kepercayaan

masyarakat

terhadap

pemerintah.

Kepercayaan masyarakat yang semakin berkurang dapat membuat


masyarakat menjadi marah. Kita bisa lihat contoh di Tunisia, Mesir dan
Libya

di

mana

kemarahan

masyarakat

dapat

menggulingkan

pemerintah, mereka melakukan hal - hal tersebut utamanya karena


masalah ekonomi. Pada tahun 1998 pun kerusuhan yang ada di dipicu
oleh

masalah

ekonomi,

yakni

krisis

moneter

yang

jika

dikaji

penyebabnya ialah karena masalah korupsi. Bukan hal tersebut akan


terulang

jika

korupsi

masih

merajalela

menanggapi masalah ini dengan serius.

dan

pemerintah

tidak

Dari segi investor sendiri, dengan adanya korupsi di dalam tubuh


pemerintah membuat produsen harus mengeluarkan cost tambahan
untuk

menyelesaikan

masalah

birokrasi.

Bertambahnya cost ini

tentunya akan merugikan mereka. Sementara bagi para investor asing,


mereka akan tidak tertarik untuk berinvestasi di Indonesia karena
masalah birokrasi yang menjadi ladang korupsi ini dan beralih untuk
berinvestasi di negara lain. Hal ini akan merugikan negara karena
dengan

adanya

investasi

asing

negara

kita

akan

mendapatkan

penghasilan yang besar melalui pajak, begitu juga dengan masyarakat,


mereka akan mendapatkan lapangan kerja dan penghasilan. Akan
tetapi gara - gara korupsi, semuanya menghilang begitu saja. Masalah
tingginya tingkat pengangguran dan rendahnya tingkat kesejahteraan
pun menjadi tak teratasi. Dari UKM sendiri yang merupakan tonggak
perekonomian Indonesia, adanya korupsi membuat mereka menjadi
tidak berkembang. Pemerintah menjadi tidak peduli terhadap mereka
lagi karena dalam sektor UKM sendiri tidak banyak menguntungkan
bagi pemerintah. Padahal, lagi - lagi UKM sendiri merupakan usaha
yang sifatnya massal dan banyak menyedot lapangan kerja. Tidak
berkembangnya UKM ini juga akan menyebabkan tingginya tingkat
pengangguran dan rendahnya tingkat kesejahteraan. Apalagi dengan
adanya China ASEAN Free Trade Agreement tentunya akan semakin
menyulitkan bagi sektor UKM untuk berkembang.
Kalau dari pemerintah yang merupakan tempatnya koruptor,
mereka pasti akan memindahkan uang-uang hasil korupsi yang mereka
dapatkan ke rekening di bank - bank negara asing. Padahal uang
tersebut seharusnya merupakan uang negara yang akan diinvestasikan
di negara ini dan mereka malah membawa uang tersebut ke luar negeri.
Hal ini akan membuat pembangunan ekonomi menjadi tersendat
tentunya. Dengan korupsi juga, pemerintah tidak akan lagi pro kepada
masyarakat. Mereka akan pro kepada para pengusaha kotor yang
memberi suap. Kebijakan - kebijakan yang mereka lakukan akan
menguntungkan para pengusaha licik ini. Bahkan mungkin saja mereka
akan tega menjual sektor-sektor vital negara, juga membuat kebijakan kebijakan yang tidak pro rakyat hanya untuk kepentingan pribadi.
Masalah korupsi ini sebenarnya bisa untuk diberantas, asalkan
pemerintah mau dan benar-benar berkomitmen untuk memberantas
masalah korupsi. Akan tetapi pemerintah terlihat setengah-setengah
untuk memberantas masalah korupsi. Bahkan, Presiden SBY pun hanya
bisa mengecam tindakan orang yang merampok uang negara sebesar
Rp 103 T. Tidak ada yang bisa pemerintah lakukan terhadap hal
tersebut. Kita bisa melihat bahwa tidak ada Undang - Undang yang

memberatkan para koruptor. Penegakan hukum terhadap para koruptor


juga sengat lemah. Sampai saat ini tidak ada satu pun koruptor yang
menerima

hukuman

berat.

Sebagian

besar

koruptor

hanya

mendapatkan hukuman penjara yang tidak sebanding dengan apa yang


telah mereka curi. Di dalam penjara pun mereka juga mendapatkan
fasilitas yang berbeda dengan tahanan lain, fasilitas yang lebih mewah.
Pemerintah
beberapa

juga

waktu

terlihat
yang

tidak

lalu

serius

ketua

DPR

mendukung
kita

KPK,

memberi

usul

bahkan
untuk

membubarkan KPK. Padahal KPK merupakan salah satu komisi yang


efektif

untuk

memberantas

korupsi.

Seperti

kita

tahu,

usulan

pembentukan KPK di daerah serta pembangungan penjara khusus


koruptor ditolak oleh pemerintah, seharusnya hal itu tak perlu terjadi.
Sudah seharusnya pemerintah berkomitmen penuh untuk memberantas
korupsi. Sudah seharusnya DPR mendukung penuh dengan membuat
Undang - Undang dan kebijakan - kebijakan yang memudahkan KPK.
Selain itu, penegakan hukum terhdapat koruptor juga harus diperbaiki.
Pemerintah juga perlu untuk mengubah Undang - Undang yang harus
memberatkan para koruptor. Pemerintah juga harus transparan dalam
melakukan segala sesuatu. Pemerintah juga harus mendukung penuh
KPK dalam melaksanakan tugasnya. Kita juga tahu yang namanya
prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang meliputi transparansi,
akuntabilitas, pertanggung jawaban, independen, dan adil. Sudah
sewajarnya prinsip -prinsip tersebut dilaksanakan pemerintah. Setiap
orang dari pemerintahan sendiri maupun dari luar pemerintahan juga
harus berlaku jujur. Seperti yang dikatakan oleh mantan wakil presiden
kita, Jusuf Kalla Korupsi bisa menjamur jika atasannya sendiri yang
mencontohkan. Jadi hal paling utama yang harus dilakukan untuk
memberantas korupsi ialah mengubah perilaku kita sendiri, yakni
membiasakan untuk jujur dalam melaksanakan segala sesuatu. Karena
jika semua berlaku seperti itu maka negara kita akan bebas dari
korupsi.

C. faktor penyebab terjadinya tindakan korupsi


.

Faktor Individu :

Kemiskinan pelakunya.

Kelihaian pelakunya.

Penggunaan teknologi canggih yang mempermudah korupsi.

Faktor Kelompok :

Lemahnya pengawasan dari atasan.

Atasan tidak mampu melaksanakan fungsinya.

Atasan kurang berani bertindak tegas pada bawahan korupsi.

Ketiadaan/kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci.

Kohesivitas kelompok yang tinggi.

Persaingan yang ketat.

. Faktor Pekerjaan dan Organisasi :

Gaji/penghasilan yang tidak sesuai dengan kebutuhan dasar.

Sistem alih tugas jabatan tidak diterapkan secara konsisten.

Tidak adanya hukuman/sanksi yang keras.

Adanya kesempatan.

Faktor Luar Organisasi (Lingkungan) :

Lemah/kurangnya pendidikan, pengajaran agama dan etika.

Feodalisme, unsur tidak menggugah kesetiaan & kepatuhan.

Langkanya lingkungan yang subur bagi perilaku anti korupsi.

Terjadinya perubahan radikal dalam struktur masyarakat.

Budaya patrimonial.

D. Dampak Korupsi di Indonesia


Salah satu faktor penyebab terbesar mengapa Indonesia tidak dapat
menjadi

negara

maju

adalah

karena

korupsi.

Budaya

korupsi

di

Indonesia sudah ada sejak zaman nenek moyang dengan gaya dan
model yang berbeda-beda. Pada lingkungan para pajabat negara,
korupsi sudah menjadi hal yang sangat lumrah dan sudah menjadi
rahasia umum.
Dampak korupsi itu sangatlah besar dan sangat merugikan banyak
orang. Dampak dari korupsi langsung dirasakan oleh pembangunan
bangsa.

Dampak

korupsi

di

dunia

politik

akan

mempersulit

berkembangnya demokrasi dan terselenggaranya tata pemerintahan


yang baik dan bersih. Dampak korupsi pada sektor hukum akan
menghambat

ketertiban

dan

penegakan

hukum.

Akibat

korupsi,

pembangunan ekonomi negara jadi semakin sulit dan berantakan.


Korupsi juga membuat kesenjangan sosial ekonomi antara si kaya dan
si miskin semakin lebar. Selain itu masih banyak lagi dampak korupsi
bagi negarayang sangat merugikan.
Pada sebuah kesempatan, para pakar ekonomi dunia berpendapat
bahwa salah satu faktor keterbelakangan bangsa Asia tidak dapat maju
adalah

karena

budaya

korupsi

yang

sudah

mendarah

daging

di

kalangan pejabat dan petinggi negara. Hal ini mengakibatkan para


investor yang telah menanam sahamnya di negara korup tersebut
beramai-ramai

pergi

dan

mencabut

semua

investasinya.

Menurut

survei, ada 13 negara yang terkorup yaitu Azerbaijan, Bangladesh,

Bolivia, Kamerun, Indonesia, Irak, Kenya, Nigeria, Pakistan, Rusia,


Tanzania, Uganda dan Ukraina.
Dampak negatif korupsi juga tidak berhenti sampai disini. Anak
keturunan bangsa Indonesia adalah calon korban berikutnya yang harus
siap menerima keadaan yang suram akibat ulah orang tuanya yang
gemar korupsi.
Jika uang rakyat tidak di korupsi, banyak sekolah yang rusak di
pelosok desa diperbaiki dan di gratiskan. Hal ini akan menekan habis
jumlah anak-anak yang putus sekolah karena masalah biaya. Negara
mampu membuat rumah sakit gratis dan pelayanan kesehatan lebih
merata untuk rakyat yang tidak mampu. Negara mampu membangun
perumahan untuk rakyat agar rakyatnya dapat hidup layak. Negara
dapat memfasilitasi para penemu dan ilmuwan muda yang pintar dan
berbakat untuk dikembangkan kemampuannya.
Negara dapat memberikan modal usaha kecil dan menengah dengan
suku bunga 0% agar perekonomian negara cepat berkembang dan
menurunkan jumlah pengangguran. Negara dapat membangun sarana
untuk

menanggulangi

krisis

energi

di

masa

depan

dengan

mengembangkan pembangkit tenaga air dan tenaga surya. Negara


dapat melunasi hutang luar negeri. Negara dapat membangun sarana
internet gratis / murah bagi golongan pelajar dan mahasiswa. Negara
dapat memperbaiki sarana dan fasilitas umum yang ada di kota maupun
di desa. Negara dapat menjamin kehidupan yang lebih layak bagi petani
dan nelayan. Begitu banyak yang negara Indonesia dapat lakukan jika
tidak ada orang jahat yang korupsi. Setelah diuraikan, ternyata dampak
korupsi bagi bangsa Indonesia sangatlah besar dan merugikan.

E. Hukuman bagi para koruptor


Terhadap Orang yang melakukan Tindak Pidana Korupsi
Pidana Mati
Dapat dipidana mati karena kepada setiap orang yang secara
melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau
orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan
Negara atau perekonomian Negara sebagaimana ditentukan dalam
Pasal 2 ayat (1) Undang-undang nomor 31 tahun 1999 jo Undangundang nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi, yang dilakukan dalam keadaan tertentu. (wiyono, 2008)
Pidana Penjara

1. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan
paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua

ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara
atau perkonomian Negara. (Pasal 2 ayat 1)
2. Pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling
banyak satu Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) bagi setiap orang yang dengan
tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan, atau sarana yang ada padanya karena
jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara atau perekonomian
Negara (Pasal 3)
3. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp.150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta) bagi setiap orang yang dengan
sengaja mencegah, merintangi atau menggagalkan secara langsung atau tidak langsung
penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di siding pengadilan terhadap tersangka
atau terdakwa ataupun para saksi dalam perkara korupsi. (Pasal 21)
4. Pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 12 (dua belas) tahun
dan/atau denda paling sedikit Rp. 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah) bagi setiap orang
sebagaimana dimaksud dalam pasal 28, pasal 29, pasal 35, dan pasal 36.

BAB III

RINGKASAN

korupsi berasal dari bahasa latin yaitu corruptiodari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok.
Sebagian besar tindakan yang dianggap korup oleh mereka yang melaksanakan
norma dalam sistem politik, pada dasarnya adalah transaksi pertukaran.
Ciri korupsi : (a) Suatu penghianatan terhadap kepercayaan, (b) penipuan
terhadap badan pemerintahan, lembaga swasta atau masyarakat umumnya, (c) dengan
sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan pribadi, (d) dilakukan
dengan rahasia, kecuali dalam keadaan dimana orang-orang yang berkuasa atau
bawahanya menganggapnya tidak perlu, (e) melibatkan lebih dari satu orang atau
pihak, (f) adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalambentuk uang atau yang
lainya, (g) terpusatnya kegiatan (korupsi) pda mereka yang menghendaki keputusan
yang pasti dann menguntungkan bagi dirinya ataupun kelompoknya, (h) adanya usaha
untuk menutupi perbuata korup dalam bentuk-bentuk pengesahan hukum, dan (i)
menunjukan fungsi ganda yang kontradiktitif pada mereka yang melakukan korupsi.
Faktor korupsi
-Faktor individu
-Faktor kelompok

-faktor pekerjaan/organisasi
-faktor luar organisasi

Dampak korupsi
Dampak dari korupsi langsung dirasakan oleh pembangunan bangsa. Dampak
korupsi di dunia politik akan mempersulit berkembangnya demokrasi dan
terselenggaranya tata pemerintahan yang baik dan bersih. Dampak korupsi pada
sektor hukum akan menghambat ketertiban dan penegakan hukum. Akibat korupsi,
pembangunan ekonomi negara jadi
semakin sulit dan berantakan. Korupsi juga membuat kesenjangan sosial ekonomi
antara si kaya dan si miskin semakin lebar.

Anda mungkin juga menyukai