Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

PENDIDIKAN ANTIKORUPSI

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3:
RAHMTA A. MUIN
HENDRIK YORDAN AKAY
AL IKHSAN M LASODI
ELSA WIDYA
HELVINA TARINGOLU
WINDI WAHYUNI
ILHAM PURNOMO

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telahmemberikan kekuatan
dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai tepatpada waktunya. Adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini adalah untukmemenuhi tugas Mata Kuliah tentang Korupsi.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telahmembantu dan mendukung
dalam penyusunan makalah ini.

Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagaiperbaikan, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.

Akhir kata, semogamakalahini dapat bermanfaat bagi para pembaca dansemua pihak.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUD……………………………………………………………………..

KATA PENGANTAR ..................................................................................

DAFTAR ISI .................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1.1. Latar Belakang...........................................................................
1.2. Rumusan Masalah…………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN…............................................................................
2.1. Korupsi Semakin Marak Terjadi……………………………………….

BAB III PENUTUP.......................................................................................


3.1. kesimpulan.....................................................................................................
3.2. Saran...................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Korupsi merupakan suatu perbuatan yang sangat tidak terpuji dan diklasifikasi dalam bentuk
kejahatan luar biasa yang dapat merugikan kehidupan masyarakat luas. Perilaku korupsi di
Indonesia sudah membudaya sedemikian rupa dan berkembang secara sistemik, bagi banyak
orang korupsi bukan lagi merupakan suatu pelanggaran hukum, melainkan sekedar suatu
kebiasaan, hal tersebut menjadikan Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah kasus
korupsi yang tertinggi. Hampir di setiap lembaga pemerintah tidak lepas dari praktik korupsi,
kita melihat akhir-akhir ini pemberitaan di media selalu didominasi dengan pemberitaan
beberapa kasus korupsi yang oknumnya kebanyakan berasal dari pejabat negara, pejabat di
pemerintahan, pegawai negeri dan tidak terkecuali aparat penegak hukum sendiri yang
seharusnya berkhidmat untuk negara ini.

Dalam teori hukum positif yang dianut di Indonesia, setiap orang tanpa terkecuali dianggap telah
mengetahui semua hukum/undang-undang yang berlaku dan apabila melanggarnya, akan dituntut
dan dihukum berdasarkan undang-undang/hukum yang berlaku tersebut. Hal ini didasarkan pada
teori fiksi (fiktie) yang menyatakan bahwa begitu suatu norma hukum diberlakukan, maka pada
saat itu setiap orang dianggap tahu hukum/undang-undang. Ketidaktahuan seseorang akan
hukum/undang-undang tidak dapat dijadikan alasan permaafaan atau membebaskan orang
tersebut dari tuntutan hukum. Demikian juga dalam hukum Islam, seorang Muslim wajib
mengatahui apa, bagaimana dan dari mana sumber yang ia konsumsi dan ia pakai, apakah dari
sumber yang halal ataukah dari sumber yang haram baik haram dari segi zat-nya yang memang
haram (haram-lidzatihi) maupun haram karena sebab lain yang mengharamkannya meskipun zat-
nya dalam bentuk yang halal (haram-lighairihi).

Adalah suatu kerugian yang sangat besar apabila selaku penyelenggara negara, pejabat
pemerintah maupun pegawai negeri yang disebut dalam Undang-Undang merupakan subjek
hukum tindak pidana korupsi, orang tersebut tidak memahami bentuk-bentuk tindak pidana
korupsi sehingga dikhawatirkan ia tidak menyadari bahwa langkah dan kebijakan yang diambil
merupakan suatu perbuatan korupsi. Begitupula sebagai seorang muslim yang tidak mau
mengetahui tentang apa, bagaimana dan dari mana sumber yang ia konsumsi dan ia pakai maka
akan berdampak pada menurunnya kondisi spiritualitas dalam kehidupannya terlebih
pertanggungjawaban yang akan dihadapi di akhirat. Dalam tulisan ini Penulis mencoba mengulas
secara singkat agar lebih mudah memahami tentang bentuk–bentuk tindak pidana korupsi dalam
hukum positif dan pandangan islam mengenai pemanfaatan harta hasil korupsi.

B. Rumusan Masalah
mengapa korupsi tetap ada walaupun sudah ada undang-undang yang mengaturnya?
BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Korupsi Semakin Marak Terjadi

Masalah Korupsi merupakan gejala masyarakat yang sangat sulit untuk diberantas. Sejarah
membuktikan, hampir setiap Negara dihadapkan pada masalah korupsi. Tak hanya ‘menjangkiti’
pejabat public yang menyalahgunakan kewenangannya kini korupsi juga mewabah pada
perorangan.

Menyikapi keadaan ekonomi yang kian memburuk, tak sedikit yang menilai bahwa berbagai
permasalahan yang timbul adalah karena telah berurat-akarnya praktik-praktik kolusi, korupsi,
dan nepotisme (KKN). Praktik tercela ini disinyalir sudah menjadi bagian dari budaya, sehingga
dalam pikiran banyak orang terkesan sebagai sesuatu yang lumrah untuk dikerjakan, meskipun
secara moral dan hukum diakui sebagai hal yang salah.

Tindak pidana korupsi sudah mengkristal dalam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia. Tidak
hanya mengancam perekonomian Negara, nyatanya korupsi juga dapat mengancam lingkungan
hidup, lembaga-lembaga demokrasi, hak-hak asasi manusia dan hak-hak dasar kemerdekaan, dan
yang paling buruk adalah menghambat jalannya pembangunan dan semakin memperparah
kemiskinan.

Di samping itu, korupsi juga terbukti telah melemahkan kemampuan pemerintahan untuk
memberikan pelayanan-pelayanan dasar, memperlebar jurang ketaksetaraan dan ketakadilan,
serta dapat berdampak pada pengurangan masuknya bantuan luar negeri dan investasi asing.
Korupsi menjadi unsur penting yang menyebabkan ekonomi kurang berkinerja sekaligus sebagai
rintangan utama dalam pengentasan kemiskinan dan pembangunan.

Korupsi benar-benar telah menjadi permasalahan akut dan sistemik yang sangat membahayakan
dan merugikan Negara maupun masyarakat. Modus dan pelaku kejahatan korupsi selalu berganti
secara cepat. Sementara itu, laju perubahan undang-undang sendiri selalu terlambat beberapa
langkah di belakang kejahatannya. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh banyak orang,
kelompok, maupun oknum tertentu untuk melakukan berbagai perbuatan yang dapat
dikategorikan sebagai tindak pidana korupsi.

Berdasar kondisi aktual di Indonesia, perbuatan para koruptor sudah mengancam national
security. Pelaku korupsi adalah orang-orang terdidik dan relatif memiliki jabatan, karenanya
patut disimpulkan bahwa pelaku kejahatan ini adalah yang paling rasional dibanding pelaku dari
jenis kejahatan lainnya. Sebelum melakukan kejahatan, mereka telah berhitung masak-masak
berdasar prinsip untung-rugi (benefit cost-ratio). Dalam melaksanakan kejahatannya, mereka
senantiasa berada dalam pilihan yang sadar.

Tindak pidana korupsi sudah merupakan tindak pidana luar biasa (extra ordinary crime) dan
secara internasional telah diakui sebagai salah satu jenis transnational organized crime. Ia ada
dan tumbuh seiring laju peradaban manusia. Korupsi muncul karena laku manusia yang
menyimpang akibat syahwat materi yang tak pernah terpuaskan. Hal inilah yang menyebabkan
korupsi sulit diberantas. Menurut Abraham Samad, manusia dan korupsi adalah dua senyawa
yang sulit dipisahkan. Berasal dari satu sifat kekal manusia, yaitu keserakahan.

Tidak seperti kejahatan konvensional lainnya, korupsi adalah kejahatan yang berkembang secara
dinamis dari waktu ke waktu. Apabila sebelumnya orang hanya mengenal kerugian Negara dan
suap-menyuap, saat ini korupsi sudah berkembang menjadi penggelapan dalam jabatan,
perbuatan curang, pemerasan, benturan kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. Di masa
mendatang, korupsi bisa saja berkembang lagi secara dinamis, karena korupsi mengikuti pola
hidup manusianya yang materialis.

Tidak hanya itu, korupsi juga terjadi akibat ringannya hukuman yang didapatkan para koruptor
usai melakukan tindak pidana korupsi. Selain hukumannya yang rendah, alasan masih adanya
korupsi di Indonesia karena adanya keserakahan, kesempatan, dan kebutuhan. Bahkan, korupsi
juga dapat terjadi karena sistem yang tidak berjalan maksimal.

Selain itu, alasan masih adanya korupsi karena kurangnya integritas. Karena dalam sebuah teori
menyebutkan, korupsi terjadi karena adanya kekuasaan dan disertai kurangnya integritas. Jadi
selain perbaikan sistem juga perlu ada perbaikan integritas supaya tidak melakukan korupsi
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan

Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung merugikan
negara atau perekonomian negara. Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi meliputi dua aspek.
Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan kekuasaannya dan aspek penggunaan uang
Negara untuk kepentingannya.Adapun penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan
pemimpin,kelemahan pengajaran dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan,
kemiskinan, tidak adanya hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk
perilaku korupsi, rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan. Dampak korupsi dapat terjadi
di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan negara.

3.2. Saran

Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan pencegahan korupsi
dapat dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal menurut saya yang harus dilakukan guna
mengurangi sifat dan perilaku masyarakat untuk korupsi, anatara lain;
(1) menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,
(2) menaikkan moral pegawai tinggi, serta
(3) legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.

Anda mungkin juga menyukai