OLEH:
NAMA KELOMPOK 4
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah paper ini bisa selesai tepat
pada waktunya.Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi yang membahas mengenai Korupsi.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan makalah ini.
Kami sadar makalah paper ini belum sempurna dan memerlukan berbagai
perbaikan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat dibutuhkan.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua
pihak.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.1. Latar Belakang..................................................
1.2. Rumusan
Masalah………………………………………………………
1.3. Tujuan........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Korupsi merupakan fenomena yang masih memerlukan perhatian lebih
karena merupakan kejahatan luar biasa yang dampaknya sangat merugikan
masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, tindak pidana korupsi tidak hanya
merugikan keuangan negara, tetapi juga pelanggaran terhadap hak-hak
sosial dan ekonomi masyarakat secara luas. Menurut Lopa (1996: 1) dalam
Nurdjana (2005: 31-32), ketidakberdayaan upaya pemberantasan korupsi
yang dilakukan oleh pemerintah dan penegak hukum bukan disebabkan oleh
lemahnya undang-undang, melainkan karena faktor kelemahan sistem.
Faktor kelemahan sistem merupakan produk integritas moral. Upaya yang
seharusnya dilakukan dalam perbaikan sistem tergantung pada integritas
moral, karena yang memiliki pemikiran bahwa sistem harus diperbaiki
adalah orang yang bermoral. Orang yang berilmu namun tidak bermoral
tidak akan terdorong untuk memperbaiki sistem, bahkan akan menggunakan
kesempatan dari kelemahan sistem tersebut. Upaya pemberantasan korupsi
memerlukan keteladanan yang dimulai dari kalangan atas. Dewasa ini kasus
korupsi sudah terjadi diberbagai 2 kalangan mulai dari kalangan eksekutif,
legislatif, yudikatif, dan swasta.
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Korupsi?
2. Apa Macam-Macam Korupsi?
3. Apa penyebab terjadinya korupsi?
1.3. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Korupsi.
2. Untuk Mengetahui Macam-Macam Dari Korupsi
3. Untuk Mengetahui faktor penyebab terjadinya korupsi
BAB II
LANDASAN TEORI
2.2.Macam-macam Korupsi
Korupsi telah didefinisikan secara jelas oleh UU No 31 Tahun 1999 dan UU No 20
Tahun 2001 dalam pasal-pasalnya. Berdasarkan pasal-pasal tersebut, terdapat 33 jenis
tindakan yang dapat dikategorikan sebagai korupsi. 33 tindakan tersebut
dikategorikan kedalam 7 kelompok yakni :
1. Korupsi yang terkait dengan merugikan keuangan Negara
2. Korupsi yang terkait dengan suap-menyuap
3. Korupsi yang terkait dengan penggelapan dalam jabatan
4. Korupsi yang terkait dengan pemerasan
5. Korupsi yang terkait dengan perbuatan curang
6. Korupsi yang terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Korupsi yang terkait dengan gratifikasi.
a. Faktor politik
Adanya Money Politic merupakan tingkah laku negatif karena uang digunakan untuk
membeli suara atau menyogok para pemilih atau anggota-anggota partai politik
supaya memenangkan si pemberi uang. Praktik politik uang pada saat ini masih sering
kali terjadi hal ini disebabkan karena belum adanya undang-undang yang mengatur
secara tegas dalam pelaksanaan kampanye. Pada dasarnya ketika terjadi adanya
indikasi politik uang, pihak penegak hukum tampaknya ragu-ragu untuk mengambil
keputusan. Hal tersebut menandakan bahwa hukum yang berlaku di Indonesia masih
lemah.
b. Faktor Hukum
Faktor hukum menjadi penyebab korupsi, dikarenakan banyak produk hukum yang
tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan aturan
hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu meskipun orang awam
tidak bisa melihatnya. Selain itu, sanksi yang tidak ekuivalen dengan perbuatan yang
dilarang, sehingga tidak tepat sasaran dan dirasa terlalu ringan atau terlalu berat.
Susila (dalam Hamzah, 2004), tindakan korupsi itu mudah timbul karena ada
kelemahan dalam perundang-undangan yang mencakupi :
c. Faktor ekonomi
d. Faktor Transnasional
Faktor transnasional amat terkait dengan perkembangan
hubungan ekonomi lintas Negara yanga tidak jarang
menambah lahan sumber bagi tumbuhnya korupsi
dikalangan birokrasi pemerintahan. Korupsi mudah terjadi,
karena perusahaan-perusahaan asing (transnasional) dapat
beroperasi di suatu Negara tanpa harus masuk ke lini
birokrasi pusat. Mereka bias masuk ke lini birokrasi
pemerintah daerah dengan cara memberi uang pelican agar
dapat berinvestasi di daerah.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Korupsi adalah suatu tindak perdana yang memperkaya diri yang secara langsung
merugikan negara atau perekonomian negara.Jadi, unsur dalam perbuatan korupsi
meliputi dua aspek. Aspek yang memperkaya diri dengan menggunakan
kekuasaannya dan aspek penggunaan uang Negara untuk kepentingannya.Adapun
penyebabnya antara lain, ketiadaan dan kelemahan pemimpin,kelemahan pengajaran
dan etika, kolonialisme, penjajahan rendahnya pendidikan, kemiskinan, tidak adanya
hukuman yang keras, kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku korupsi,
rendahnya sumber daya manusia, serta struktur ekonomi.Korupsi dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu bentuk, sifat,dan tujuan. Dampak korupsi
dapat terjadi di berbagai bidang diantaranya, bidang demokrasi, ekonomi, dan
kesejahteraan negara.
3.2. Saran
Sikap untuk menghindari korupsi seharusnya ditanamkan sejak dini.Dan
pencegahan korupsi dapat dimulai dari hal yang kecil. Ada 3 hal menurut saya yang
harus dilakukan guna mengurangi sifat dan perilaku masyarakat untuk korupsi,
anatara lain;
(1) menaikkan gaji pegawai rendah dan menengah,
(2) menaikkan moral pegawai tinggi, serta
(3) legislasi pungutan liar menjadi pendapat resmi atau legal.
DAFTAR PUSTAKA