Anda di halaman 1dari 27

1

MAKALAH LITERATURE REVIEW


DAMPAK KORUPSI DI INDONESIA

OLEH:

CANTIKA KEZIA QUEEN TOMOPAWIRO


NIM : 2114201150

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2021
2

Cantika Kezia Queen Tomopawiro, 2021. Dampak Korupsi Di Indonesia (Di


bawah bimbingan Yones Maarisit,S.IP,M.Si).

ABSTRAK
Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk mengetahui dampak korupsi
yang ada di Indonesia. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini karena
Indonesia adalah salah satu Negara yang memiliki angka korupi yang tinggi. Rasa
kemanusiaan yang ada diindonesia semakin hari semakin terkikis . selain itu juga
korupsi juga mengancam kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Budaya serta dapat
menimbukan perpecahan yang ada di Indonesia.
Data yang digunakan dalam kajian ini, ialah data sekunder yang diperoleh
dengan melakukan studi kepustakaan dan menggunakan media internet. Data yang
dikumpulkan menggunakan sumber permasalahan yang ada di Indonesia sebagai
objek penelitian dan dampak yang di akibatkan. Dari hasil pengumpulan data
menunjukan bahwa pengaruh korupsi amat sangat besar terhadap rakyat yang ada
di Indonesia, juga kesejahteraan di Indonesia.
Korupsi adalah suatu perbuatan melanggar hukum demi kepentingan
pribadi atau suatu kelompok dengan jalan memperkaya diri . oleh karena itulah
Indonesia mengalami kerugian yang membuat rakyat kesusahan. Selain
menyengsarakan rakyat, korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan
penuh perhitungan oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan
terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada situasi dimana seseorang
memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber-sumber dana dan
memiliki kesempatan untuk menyalahgunakannya guna kepentingan pribadi.
Negara seharunya tidak di nodai ataupun di lukai oleh adanya suatu tindakan yang
dapat merugikan segala pihak.

Kata kunci : Korupsi, Dampak Korupsi, Jenis Korupsi


3

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada hadirat Tuhan Allah Yang Maha
Kuasa atas berkat dan kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah
Kajian Literatur dengan judul “Dampak Korupsi di Indonesia” tepat pada
waktunya dengan baik.
Dalam kajian ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan
dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan
selama mengerjakan kajian ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan kajian ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
kajian ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat
kami harapkan untuk penyempurnaan kajian selanjutnya. Akhir kata semoga
kajian ini dapat memberikan manfaat bagi kita sekalian.

Manado, Oktober 2021

Penulis
4

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1

ABSTRAK ...................................................................................................... 2
KATA PENGHANTAR ................................................................................. 3
DAFTAR ISI ................................................................................................... 4
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 5
A. Latar Belakang Penulisan ................................................................. 5
B. Rumusan Masalah.............................................................................. 6
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 6
D. Tinjauan Teoritis ................................................................................ 6
BAB II METODE........................................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN .............................................................................. 10

A. Korupsi ................................................................................................ 10
B. Dampak Korupsi ................................................................................ 17
C. Upaya Penangulangan Korupsi ........................................................ 23
D. Tujuan Penulisan ............................................................................... 24
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................ 25

KEPUSTAKAAN ........................................................................................... 26
LAMPIRAN .................................................................................................... 27
5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan


Membicarakan korupsi di Indonesia rasanya tidak akan ada habisnya,
mengingat kasus yang terjadi secara beruntun terus bermunculan di sana-sini
baik di lingkungan privat maupun di lingkungan birokrasi pemerintahan
tampaknya sudah menjadi hal yang biasa, bukan hal yang luar biasa sehingga
penyelesaiannya dituntut luar biasa pula. Lembaga Survei Indonesia (LSI)
merilis hasil survei nasional mengenai persepsi publik atas pengelolaan dan
potensi korupsi sektor sumber daya alam. Hasilnya, 60 persen publik menilai
tingkat korupsi di Indonesia meningkat dalam dua tahun terakhir.
Apabila disederhanakan penyebab korupsi meliputi dua faktor yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan penyebab
korupsi yang datang dari diri pribadi sedang faktor eksternal adalah faktor
penyebab terjadinya korupsi karena sebab-sebab dari luar. Faktor internal
terdiri dari aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kejujuran, rasa malu,
aspek sikap atau perilaku misalnya pola hidup konsumtif dan aspek social
seperti keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku korup.
Faktor eksternal bisa dilacak dari aspek ekonomi misalnya pendapatan atau
gaji tidak mencukupi kebutuhan, aspek politis misalnya instabilitas politik,
kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan, aspek
managemen dan organisasi yaitu ketiadaan akuntabilitas dan transparansi,
aspek hukum, terlihat dalam buruknya wujud perundang-undangan dan
lemahnya penegakkan hokum serta aspek social yaitu lingkungan atau
masyarakat yang kurang mendukung perilaku anti korupsi.
Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari
keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara
tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah
merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin.
Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya manusianya.
Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya tetapi
juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya.
Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara
negara menyebabkan terjadinya korupsi.
Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social
(penyakit social) yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah
mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar. Namun
yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan
keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota
legislative dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain
sebagainya di luar batas kewajaran.
Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat
membawa negara kejurang kehancuran. Dalam arti yang luas, korupsi atau
korupsi politis adalah penyalahgunaan jabatan resmiuntuk keuntungan pribadi.
Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan
6

pengaruh dan dukungan untuk member dan menerima pertolongan, sampai


dengan korupsi berat yang diresmikan dan sebagainya.
Titik ujung korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya
pemerintahan oleh para pencuri, di mana pura-pura bertindak jujur pun tidak
ada sama sekali. Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa
berbentuk sepele atau berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering
memudahkan kegiatan criminal seperti penjualan narkotika, pencucian uang,
dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk
mempelajari masalah ini dan membuat solusinya, sangat penting untuk
membedakan antara korupsi dan kriminalitas kejahatan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang diangkat penulis
dalam makalah ini antara lain:
1. Apakah yang dimaksud dengan korupsi?
2. Bagaimanakah dampak korupsi di bidang ekonomi, pelayananckesehatan,
sosial dan kemiskinan, birokrasi pemerintahan, politik dan demokrasi,
penegakkan hokum, pertahanan dan keamanan dan terhadap kerusakan
lingkungan?
3. Bagaimana upaya penanggulan terhadap korupsi?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disajikan, tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
2. Untuk mengetahui dampak korupsi di bidang ekonomi, pelayanan
kesehatan, sosial dan kemiskinan, birokrasi pemerintahan, politik dan
demokrasi, penegakkan hokum, pertahanan dan keamanan dan terhadap
kerusakan lingkungan
3. Untuk mengetahui upaya penanggulangan yang dapat dilakukan dalam
melawan korupsi.

D. Tinjauan Teoritis
Pengertian kata korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” (fockema
Andrea, 1951) atau “corruptus” (webster student dictionary, 1960).
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”,
suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian dikenal
istilah “ corruption/korruptie”(belanda). Arti kata korupsi secara harfia adalah
kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjjujuran, dapat disuap, tidak
bermoral, penyimpangan dari kesucian.
Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat
dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut:
sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkup
jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam
jabatan karena pembrian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan
penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan dibawah kekuasaan
jabatan.
7

Kata korupsi telah dikenal luas oleh masyarakat, tetapi definisinya


belum tuntas dibukukan. Pengertian korupsi berevolusi pada tiap zaman,
peradaban, dan teritorial. Rumusannya bisa berbeda tergantung pada titik
tekan dan pendekatannya, baik dari perspektif politik, sosiologi, ekonomi dan
hukum. Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan sosial,
budaya, kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah secara
kritis oleh banyak ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, yang diikuti oleh
Machiavelli, telah merumuskan sesuatu yang disebutnya sebagai korupsi
moral (moral corruption).
Penyebab terjadinya korupsi diantaranya adalah: (1) Aspek Individu
Pelaku korupsi : Sifat Tamak Manusia, Moral Yang Kurang Kuat Menghadapi
Godaan, Penghasilan Kurang Mencukupi Kebutuhan Hidup Yang Wajar,
Kebutuhan Hidup Yang Mendesak, Gaya Hidup Konsumtif, Malas Atau Tidak
Mau Bekerja Keras , Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar.
(2) Aspek Organisasi: Kurang Adanya Teladan Dari Pemimpin, Tidak Adanya
Kultur Organisasi Yang Benar, Sistem Akuntabilitas di Instansi Pemerintah
Kurang Memadai, Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen, Manajemen
Cenderung Menutupi Korupsi Di Dalam Organisasinya. (3) Aspek Masyarakat
Tempat Individu dan Organisasi Berada : Nilai-Nilai Yang berlaku Di
Masyarakat Ternyata Kondusif Untuk Terjadinya Korupsi, Masyarakat
Kurang Menyadari Bahwa Yang Paling Dirugikan Oleh Setiap Praktik
Korupsi Adalah Masyarakat Sendiri, Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa
Masyarakat Sendiri Terlibat Dalam Setiap Praktik Korupsi, Masyarakat
Kurang Menyadari Bahwa Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Hanya
Akan Berhasil Kalau Masyarakat Ikut Aktif Melakukannya.
Korupsi memiliki pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek
kehidupan, khususnya dalam aspek ekonomi. Kita tahu bahwa korupsi sangat
lah perbuuatan yang buruk dan merugikan banyak pihak. Pada aspek ekonomi
yang sangat jelas terlihat pada kalangan umum, yang menyangkut dalam
kehidupan masyarakat dan bernegara. Dampak korupsi di bidang kesehatan,
antara lain tingginya biaya kesehatan, tingginya angka kematian ibu hamil dan
ibu menyusui, tingkat kesehatan masih buruk, dan lain - lain. Angka mortalitas
ibu hamil dan melahirkan pada tahun 2012, ternyata masih tinggi yakni 359
per 100.000 kelahiran. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2007,
yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Secara makro, angka kematian ibu
hamil dan melahirkan, merupakan parameter kualitas kesehatan masyarakat
pada suatu negara. Dampak yang sangat terasa di dalam masyarakat yaitu
dengan mahalnya layanan publik, kemudian terdapat kualitas yang rendah
dalam pelayanan publik tersebut. Kemudian dampak yang terasa secara
tersembunyi yaitu pengalihan sumber daya milik publik untuk kepentingan
pribadi atau kelompok, yang seharusnya diberikan kepada publik demi
kemajuan sosial dan sektor miskin, melalui pembangunan. Tindak korupsi ini
merusak tatanan yang ada dalam pemerintahan membuat pemrintahan semakin
tindak kondusif dan adanya perselisihan satu dengan yang lain. Tindakan
korupsi yang terjadi membuat ada banyak permasalahan yang terjadi dalam
politik dan demokrasi yang ada dalam suatu negara. Korupsi yang terjadi juga
berimbas kepada penagakan hukum yang ada. Dalam pertahanan dan
keamanan juga terkena imbas dari sebuah tindakan korupsi. Tindakan korupsi
8

yang terjadi mempengaruhi lingkungan bahkan mengakibatkan kerusakan


kerusakan yang terjadi.
Kondisi tersebut diperparah lagi dengan lemahnya penegakan hukum,
sehingga korupsi semakin menjadi-jadi termasuk juga tindak kejahatan
lainnya, seperti narkoba. Kelemahan dalam penanganan kasus korupsi selama
ini disamping masih lemahnya kualitas aparat penegak hokum (personil :
kepolisian, kejaksaan dan hakim) juga masih kuatnya intervensi pemerintah
dalam proses peradilan terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan pejabat
negara. Selain itu dalam penyelesaian kasus-kasus korupsi selama ini masih
kurang mengedepankan penyelamatan keuangan negara. Denda yang
diberikan kepada koruptor sangat kecil jika dibandingkan dengan uang yang
dikorupsinya. Sehingga jika dikalkulasi secara ekonomis terlepas dari masalah
moral maka para koruptor masih diuntungkan. Misalnya seorang korupsi
sepuluhan milyar rupiah, hanya didenda oleh pengadilan ratusan juta rupiah
(kurang dari Rp 1 milyar) dan dihukum 2 tahun penjara. Secara matematis
berarti yang bersangkutan masih mempunyai pendapatan Rp 9 milyar. Kondisi
ini jelas tidak akan membuat jerah para koruptor. Untuk itu dalam penanganan
kasus korupsi hendaknya seluruh uang yang terbukti dikorupsi harus
dikembalikan secara utuh, kemudian diberikan hukuman denda dan hukuman
kurungan (penjara). Dengan demikian diharapkan akan membuat takut setiap
orang untuk melakukan korupsi.
9

BAB II
METODE

Data yang digunakan dalam kajian ini, ialah data sekunder yang diperoleh
dengan melakukan studi kepustakaan dan menggunakan media internet. Data yang
dikumpulkan menggunakan sumber permasalahan yang ada di Indonesia sebagai
objek penelitian dan dampak yang di akibatkan. Kata korupsi telah dikenal luas
oleh masyarakat, tetapi definisinya belum tuntas dibukukan. Pengertian korupsi
berevolusi pada tiap zaman, peradaban, dan teritorial. Rumusannya bisa berbeda
tergantung pada titik tekan dan pendekatannya, baik dari perspektif politik,
sosiologi, ekonomi dan hukum.
Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan sosial, budaya,
kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah secara kritis oleh
banyak ilmuwan dan filosof. Sebetulnya pengertian korupsi sangat bervariasi.
Namun demikian, secara umum korupsi itu berkaitan dengan perbuatan yang
merugikan kepentingan publik atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi
atau kelompok tertentu. Agar bisa mendapatkan pemahaman secara gamblang,
penulis mengambil pandangan dan pengertian korupsi menurut berbagai sumber

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah studi literatur.


Literatur yang digunakan merupakan jurnal terkait yang telah dipublikasikan oleh
lembaga jurnal lokal. Tahapan yang dilakukan adalah pengumpulan jurnal terkait,
pengkajian ulang terhadap jurnal, dan pembahasan. Adapun tujuan daripada
penulisan ini adalah untuk melihat dampak dari tindakan busuk korupsi di
Indonesia, sehingga sebagai generasi muda penerus bangsa dapat memahami
bahwa korupsi bukanlah hal yang baik untuk dilakukan guna untuk memajukan
kejahkteraan hidup berbangsa dan bernegara.
10

BAB III
PEMBAHASAN

A. Korupsi
Pada tahun 2011 Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia naik
menjadi 3,0 dari tahun sebelumnya yakni 2,8, tetapi Indonesia tetap
dipersepsikan sebagai negara dengan tingkat korupsi yang tinggi (Liputan
6.com, 29 Januari 2012).
Hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan, mayoritas
responden atau sebesar 60 % mempunyai persepsi korupsi di Indonesia
meningkat dalam dua tahun terakhir. "Mayoritas publik nasional, 60 %,
menilai bahwa tingkat korupsi di Indonesia dalam dua tahun terakhir
meningkat," ujar Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, dalam konferensi
pers, Minggu (8/8/2021).
1. Pengertian Korupsi
Pengertian kata korupsi berasal dari bahasa latin “corruptio” (fockema
Andrea, 1951) atau “corruptus” (webster student dictionary, 1960).
Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”,
suatu bahasa latin yang lebih tua. Dari bahasa latin tersebut kemudian
dikenal istilah “ corruption/korruptie”(belanda). Arti kata korupsi secara
harfia adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjjujuran, dapat
disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Dengan demikian arti
kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan
kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat
amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkup jabatan instansi atau
aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena
pembrian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan
keluarga atau golongan ke dalam kedinasan dibawah kekuasaan jabatan.
Menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik,
baik politikus/ politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar
dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang
dipercayakan kepada mereka.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, korupsi secara
harfiah berarti: buruk, rusak, suka memakai barang (uang) yang
dipercayakan padanya, dapat disogok (melalui kekuasaannya untuk
kepentingan pribadi). Adapun arti terminologinya, korupsi adalah
penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaan) untuk
kepentingan pribadi atau orang lain.
Sementara, disisi lain, korupsi (corrupt, corruptie, corruption) juga bisa
bermakna kebusukan, keburukan, dan kebejatan. Definisi ini didukung
oleh Acham yang mengartikan korupsi sebagai suatu tindakan yang
menyimpang dari norma masyarakat dengan cara memperoleh keuntungan
untuk diri sendiri serta merugikan kepentingan umum. Intinya, korupsi
adalah menyalahgunakan kepercayaan yang diberikan publik atau pemilik
untuk kepentingan pribadi. Sehingga, korupsi menunjukkan fungsi ganda
yang kontradiktif, yaitu memiliki kewenangan yang diberikan publik yang
11

seharusnya untuk kesejahteraan publik, namun digunakan untuk


keuntungan diri sendiri.
Korupsi merupakan kejahatan yang dilakukan dengan penuh
perhitungan oleh mereka yang justru merasa sebagai kaum terdidik dan
terpelajar. Korupsi juga bisa dimungkinkan terjadi pada situasi dimana
seseorang memegang suatu jabatan yang melibatkan pembagian sumber-
sumber dana dan memiliki kesempatan untuk menyalahgunakannya guna
kepentingan pribadi. Nye mendefinisikan korupsi sebagai perilaku yang
menyimpang dari tugas formal sebagai pegawai publik untuk mendapatkan
keuntungan finansial atau meningkatkan status. Selain itu, juga bisa
diperoleh keuntungan secara material, emosional, atau pun simbol.
Kata korupsi telah dikenal luas oleh masyarakat, tetapi definisinya
belum tuntas dibukukan. Pengertian korupsi berevolusi pada tiap zaman,
peradaban, dan teritorial. Rumusannya bisa berbeda tergantung pada titik
tekan dan pendekatannya, baik dari perspektif politik, sosiologi, ekonomi
dan hukum. Korupsi sebagai fenomena penyimpangan dalam kehidupan
sosial, budaya, kemasyarakatan, dan kenegaraan sudah dikaji dan ditelaah
secara kritis oleh banyak ilmuwan dan filosof. Aristoteles misalnya, yang
diikuti oleh Machiavelli, telah merumuskan sesuatu yang disebutnya
sebagai korupsi moral (moral corruption).
Sebetulnya pengertian korupsi sangat bervariasi. Namun demikian,
secara umum korupsi itu berkaitan dengan perbuatan yang merugikan
kepentingan publik atau masyarakat luas untuk kepentingan pribadi atau
kelompok tertentu. Agar bisa mendapatkan pemahaman secara gamblang,
berikut ini adalah pandangan dan pengertian korupsi menurut berbagai
sumber:
a. Syed Husein Alatas
Menurut pemakaian umum, istilah „korupsi‟ pejabat, kita
menyebut korup apabila seorang pegawai negeri menerima pemberian
yang disodorkan oleh seorang swasta dengan maksud
mempengaruhinya agar memberikan perhatian istimewa pada
kepentingankepentingan si pemberi. Terkadang perbuatan menawarkan
pemberian seperti itu atau hadiah lain yang menggoda juga tercakup
dalam konsep itu. Pemerasan, yakni permintaan pemberian-pemberian
atau hadiah seperti itu dalam pelaksanaan tugas-tugas publik, juga bisa
dipandang sebagai „korupsi‟. Sesungguhnyalah, istilah itu terkadang
juga dikenakan pada pejabat-pejabat yang menggunakan dana publik
yang mereka urus bagi keuntungan mereka sendiri; dengan kata lain,
mereka yang bersalah melakukan penggelapan di atas harga yang harus
dibayar publik.
b. David H. Bayley
Korupsi sebagai “perangsang (seorang pejabat pemerintah)
berdasarkan itikad buruk (seperti misalnya, suapan) agar ia melakukan
pelanggaran kewajibannya”. Lalu suapan (sogokan) diberi definisi
sebagai “hadiah, penghargaan, pemberian atau keistimewaan yang
dianugerahkan atau dijanjikan, dengan tujuan merusak pertimbangan
atau tingkah laku, terutama seorang dari dalam kedudukan terpercaya
(sebagai pejabat pemerintah). Jadi korupsi sekalipun khusus terkait
12

dengan penyuapan atau penyogokan, adalah istilah umum yang


mencakup penyalahgunaan wewenang sebagai hasil pertimbangan
demi mengejar keuntungan pribadi. Dan tidak usah hanya dalam
bentuk uang. Hal ini secara baik sekali dikemukakan oleh sebuah
laporan pemerintah India tentang korupsi: dalam arti yang seluas-
luasnya, korupsi mencakup penyalahgunaan kekuasaan serta pengaruh
jabatan atau kedudukan istimewa dalam masyarakat untuk maksud-
maksud pribadi.
c. Sudomo
Sebenarnya pengertian korupsi ada tiga, pertama menguasai
atau mendapatkan uang dari negara dengan berbagai cara secara tidak
sah dan dipakai untuk kepentingan sendiri, kedua, menyalahgunakan
wewenang, abuse of power. Wewenang itu disalahgunakan untuk
memberikan fasilitas dan keuntungan yang lain. Yang ketiga adalah
pungutan liar. Pungli ini interaksi antara dua orang, biasanya pejabat
dengan warga setempat, yang maksudnya si-oknum pejabat
memberikan suatu fasilitas dan sebagainya, dan oknum warga
masyarakat tertentu memberi imbalan atas apa yang dilakukan oleh
oknum pejabat yang bersangkutan.
d. Transparency International
Corruption involves behavior on the part of officials in the
public sector, whether politicians or civil servants, in which they
improperly and unlawfully enrich themselves, or those close to them,
by the misuse of the public power entrusted them. (korupsi mencakup
perilaku dari pejabat-pejabat di sektor publik, apakah politikus atau
pegawai negeri, di mana mereka secara tidak benar dan secara
melanggar hukum memperkaya diri sendiri atau pihak lain yang dekat
dengan mereka, dengan cara menyalahgunakan kewenangan publik
yang dipercayakan kepada mereka).
2. Penyebab Terjadinya Korupsi
a. Aspek Individu Pelaku korupsi
Apabila dilihat dari segi si pelaku korupsi, sebabsebab dia
melakukan korupsi dapat berupa dorongan dari dalam dirinya, yang
dapat pula dikatakan sebagai keinginan, niat, atau kesadarannya untuk
melakukan. Sebab-sebab seseorang terdorong untuk melakukan
korupsi antara lain sebagai berikut:
1) Sifat Tamak Manusia
Kemungkinan orang yang melakukan korupsi adalah orang
yang penghasilannya sudah cukup tinggi, bahkan sudah berlebih
bila dibandingkan dengan kebutuhan hidupnya. Dalam hal seperti
ini, berapapun kekayaan dan penghasilan sudah diperoleh oleh
seseorang tersebut, apabila ada kesempatan untuk melakukan
korupsi, maka akan dilakukan juga.
2) Moral Yang Kurang Kuat Menghadapi Godaan
Seseorang yang moralnya tidak kuat cenderung lebih mudah
untuk terdorong berbuat korupsi karena adanya godaan. Godaan
terhadap seorang pegawai untuk melakukan korupsi berasal dari
13

atasannya, teman setingkat, bawahannya, atau dari pihak luar yang


dilayani.
3) Penghasilan Kurang Mencukupi Kebutuhan Hidup Yang Wajar
Apabila ternyata penghasilannya tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya yang wajar, maka mau tidak mau harus
mencari tambahan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Usaha untuk mencari tambahan penghasilan tersebut
sudah merupakan bentuk korupsi, misalnya korupsi waktu, korupsi
pikiran, tenaga, dalam arti bahwa seharusnya pada jam kerja,
waktu, pikiran, dan tenaganya dicurahkan untuk keperluan dinas
ternyata dipergunakan untuk keperluan lain.
4) Kebutuhan Hidup Yang Mendesak
Kebutuhan yang mendesak seperti kebutuhan keluarga,
kebutuhan untuk membayar hutang, kebutuhan untuk membayar
pengobatan yang mahal, kebutuhan untuk membiayai sekolah
anaknya, merupakan bentukbentuk dorongan seseorang yang
berpenghasilan kecil untuk berbuat korupsi.
5) Gaya Hidup Konsumtif
Gaya hidup yang konsumtif di kota-kota besar, mendorong
seseorang untuk dapat memiliki mobil mewah, rumah mewah,
pakaian yang mahal, hiburan yang mahal, dan sebagainya. Gaya
hidup yang konsumtif tersebut akan menjadikan penghasilan yang
sedikit semakin tidak mencukupi. Hal tersebut juga akan
mendorong seseorang untuk melakukan korupsi bilamana
kesempatan untuk melakukannya ada.
6) Malas Atau Tidak Mau Bekerja Keras
Kemungkinan lain, orang yang melakukan korupsi adalah
orang yang ingin segera mendapatkan sesuatu yang banyak, tetapi
malas untuk bekerja keras guna meningkatkan penghasilannya.
7) Ajaran-Ajaran Agama Kurang Diterapkan Secara Benar
Para pelaku korupsi secara umum adalah orangorang yang
beragama. Mereka memahami ajaran-ajaran agama yang
dianutnya, yang melarang korupsi. Akan tetapi pada kenyataannya
mereka juga melakukan korupsi. Ini menunjukkan bahwa banyak
ajaran-ajaran agama yang tidak diterapkan secara benar oleh
pemeluknya.
b. Aspek Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
termasuk sistem pengorganisasian lingkungan masyarakat. Organisasi
yang menjadi korban korupsi atau dimana korupsi terjadi biasanya
memberi andil terjadinya korupsi karena membuka peluang atau
kesempatan untuk terjadinya korupsi. Diantara penyebabnya adalah:
1) Kurang Adanya Teladan Dari Pemimpin
Dalam organisasi, pimpinannya baik yang formal maupun yang
tidak formal (sesepuhnya) akan menjadi panutan dari setiap
anggota atau orang yang berafiliasi pada organisasi tersebut.
Apabila pimpinannya mencontohkan gaya hidup yang bersih
dengan tingkat kehidupan ekonomi yang wajar, maka anggota-
14

anggota organisasi tersebut akan cenderung untuk bergaya hidup


yang sama.
2) Tidak Adanya Kultur Organisasi Yang Benar
Kultur atau budaya organisasi biasanya akan mempunyai
pengaruh yang sangat kuat kepada anggotaanggota organisasi
tersebut terutama pada kebiasaannya, cara pandangnya, dan sikap
dalam menghadapi suatu keadaan. Kebiasaan tersebut akan
menular ke anggota lain dan kemudian perbuatan tersebut akan
dianggap sebagai kultur di lingkungan yang bersangkutan.
Misalnya, di suatu bagian dari suatu organisasi akan dapat muncul
budaya uang pelicin, “amplop”, hadiah, dan lain-lain yang
mengarah ke akibat yang tidak baik bagi organisasi.
3) Sistem Akuntabilitas di Instansi Pemerintah Kurang Memadai
Pada organisasi dimana setiap unit organisasinya mempunyai
sasaran yang telah ditetapkan untuk dicapai yang kemudian setiap
penggunaan sumber dayanya selalu dikaitkan dengan sasaran yang
harus dicapai tersebut, maka setiap unsur kuantitas dan kualitas
sumber daya yang tersedia akan selalu dimonitor dengan baik.
Pada instansi pemerintah, pada umumnya instansi belum
merumuskan dengan jelas visi dan misi yang diembannya dan juga
belum merumuskan dengan tepat tujuan dan sasaran yang harus
dicapai dalam periode tertentu guna mencapai misi tersebut.
Demikian pula dalam memonitor prestasi kerja unit-unit
organisasinya, pada umumnya hanya melihat tingkat penggunaan
sumber daya (input factor), tanpa melihat tingkat pencapaian
sasaran yang seharusnya dirumuskan dengan tepat dan seharusnya
dicapai (faktor out-put). Akibatnya, terhadap instansi pemerintah
sulit dilakukan penilaian apakah instansi tersebut berhasil
mencapai sasarannya atau tidak. Keadaan ini memunculkan situasi
organisasi yang kondusif untuk terjadi korupsi.
4) Kelemahan Sistem Pengendalian Manajemen
Pada organisasi di mana pengendalian manajemennya lemah
akan lebih banyak pegawai yang melakukan korupsi dibandingkan
pada organisasi yang pengendalian manajemennya kuat. Seorang
pegawai yang mengetahui bahwa sistem pengendalian manajemen
pada organisasi di mana dia bekerja lemah, maka akan timbul
kesempatan atau peluang baginya untuk melakukan korupsi.
5) Manajemen Cenderung Menutupi Korupsi Di Dalam
Organisasinya
Pada umumnya jajaran manajemen organisasi di mana terjadi
korupsi enggan membantu mengungkapkan korupsi tersebut
walaupun korupsi tersebut sama sekali tidak melibatkan dirinya.
Kemungkinan keengganan tersebut timbul karena terungkapnya
praktek korupsi di dalam organisasinya. Akibatnya, jajaran
manajemen cenderung untuk menutup-nutupi korupsi yang ada,
dan berusaha menyelesaikannya dengan cara-cara sendiri yang
kemudian dapat menimbulkan praktek korupsi yang lain.
c. Aspek Masyarakat Tempat Individu dan Organisasi Berada
15

1) Nilai-Nilai Yang berlaku Di Masyarakat Ternyata Kondusif Untuk


Terjadinya Korupsi
Korupsi mudah timbul karena nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat kondusif untuk terjadinya hal itu. Misalnya, banyak
anggota masyarakat yang dalam pergaulan sehari-harinya ternyata
dalam menghargai seseorang lebih didasarkan pada kekayaan yang
dimiliki orang yang bersangkutan.
2) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Yang Paling Dirugikan
Oleh Setiap Praktik Korupsi Adalah Masyarakat Sendiri
Masyarakat pada umumnya beranggapan bahwa apabila terjadi
perbuatan korupsi, maka pihak yang akan paling dirugikan adalah
negara atau pemerintah. Masyarakat kurang menyadari bahwa
apabila negara atau pemerintah yang dirugikan, maka secara pasti
hal itu juga merugikan masyarakat sendiri.
3) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Masyarakat Sendiri Terlibat
Dalam Setiap Praktik Korupsi
Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa apabila terjadi
perbuatan korupsi, yang terlibat dan yang harus bertanggung jawab
adalah aparat pemerintahnya. Masyarakat kurang menyadari bahwa
pada hampir setiap perbuatan korupsi, yang terlibat dan
mendapatkan keuntungan adalah termasuk anggota masyarakat
tertentu. Jadi tidak hanya aparat pemerintah saja.
4) Masyarakat Kurang Menyadari Bahwa Pencegahan dan
Pemberantasan Korupsi Hanya Akan Berhasil Kalau Masyarakat
Ikut Aktif Melakukannya
Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa pihak yang
bertanggung jawab untuk melakukan pemberantasan korupsi
adalah pemerintah. Pandangan seperti itu adalah keliru, dan ini
terbukti bahwa selama ini pemberantasan korupsi masih belum
berhasil karena upaya pemberantasan korupsi tersebut masih lebih
banyak mengandalkan pemerintah. Masyarakat secara nasional
mempunyai berbagai potensi dan kemampuan diberbagai bidang,
yang apabila dipergunakan secara terencana dan terkoordinasi
maka akan lebih memberikan hasil pada upaya pemberantasan
korupsi. Sebagai contoh, peranserta secara aktif dari kalangan
pemuka agama memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk
berhasil mengurangi ketamakan manusia. Demikian peran-serta
secara aktif dari para pendidik.
Alatas menjelaskan beberapa hal yang menjadi penyebab
korupsi, antara lain, yaitu:
a) Lemahnya/ tidak adanya kepemimpinan yang berpengaruh
dalam “menjinakkan” korupsi
b) Kurangnya pendidikan agama dan etika
c) Konsumerisme dan globalisasi
d) Kurangnya pendidikan
e) Kemiskinan
f) Tidak adanya tindak hukuman yang keras
g) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilakuanti korupsi
16

h) Struktur pemerintahan
i) Perubahan radikal/ transisi demokrasi
Sementara, berdasarkan jajak pendapat yang dilakukan oleh
bagian Litbang Harian Kompas menunjukkan bahwa penyebab
perilaku korupsi, yaitu:
a) Didorong oleh motif-motif ekonomi, yakni ingin memiliki
banyak uang dengan cara cepat meski memiliki etos kerja yang
rendah.
b) Rendahnya moral
c) Penegakan hukum yang lemah.
3. Jenis-jenis Korupsi
Menurut Alatas (1987) dari segi tipologi, membagi korupsi ke dalam
tujuh jenis yang berlainan, yaitu:
a. Korupsi transaktif (transactive corruption), menunjuk kepada adanya
kesepakatan timbal balik antara pemberi dan penerima, demi
keuntungan kedua belah pihak.
b. Korupsi yang memeras (extortive corruption), menunjuk adanya
pemaksaan kepada pihak pemberi untuk menyuap guna mencegah
kerugian yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau hal-
hal yang dihargainya.
c. Korupsi investif (investive corruption), adalah pemberian barang atau
jasa tanpa ada pertalian langsung dengan keuntungan tertentu, selain
keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh dimasa yang akan
datang.
d. Korupsi perkerabatan (nepotistic corruption), adalah penunjukan yang
tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan
dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan
istimewa secara bertentangan dengan norma dan peraturan yang
berlaku.
e. Korupsi defensive (defensive corruption), adalah korban korupsi
dengan pemerasan. Korupsinya adalah dalam rangka mempertahankan
diri.
f. Korupsi otogenik (autogenic corruption), adalah korupsi yang
dilakukan oleh seseorang seorang diri.
g. Korupsi dukungan (supportive corruption), adalah korupsi yang
dilakukan untuk memperkuat korupsi yang sudah ada.
Korupsi dilihat dari proses terjadinya perilaku korupsi dapat dibedakan
dalam tiga bentuk:

a. Graft, yaitu korupsi yang bersifat internal. Korupsi ini terjadi karena
mereka mempunyai kedudukan dan jabatan di kantor tersebut. Dengan
wewenangnya para bawahan tidak dapat menolak permintaan
atasannya.
b. Bribery (penyogokan, penyuapan), yaitu tindakan korupsi yang
melibatkan orang lain di luar dirinya (instansinya). Tindakan ini
dilakukan dengan maksud agar dapat mempengaruhi objektivitas
dalam membuat keputusan atau membuat keputusan yang dibuat akan
menguntungkan pemberi, penyuap atau penyogok.
17

c. Nepotism, yaitu tindakan korupsi berupa kecenderungan pengambilan


keputusan yang tidak berdasar pada pertimbangan objektif, rasional,
tapi didasarkan atas pertimbangan “nepotis” dan “kekerabatan”.
Sedangkan korupsi bila dilihat dari sifat korupsinya dibedakan menjadi
dua yaitu:
a. Korupsi individualis, yaitu penyimpangan yang dilakukan oleh salah
satu atau beberapa orang dalam suatu organisasi dan berkembang suatu
mekanisme muncul, hilang dan jika ketahuan pelaku korupsi akan
terkena hukuman yang bisa disudutkan, dijauhi, dicela, dan bahkan
diakhiri nasib karirnya.
b. Korupsi sistemik, yaitu korupsi yang dilakukan oleh sebagian besar
(kebanyakan) orang dalam suatu organisasi (melibatkan banyak
orang).

B. Dampak Korupsi
1. Dampak ekonomi
Korupsi memiliki pengaruh yang besar terhadap berbagai aspek
kehidupan, khususnya dalam aspek ekonomi. Kita tahu bahwa korupsi
sangat lah perbuuatan yang buruk dan merugikan banyak pihak. Pada
aspek ekonomi yang sangat jelas terlihat pada kalangan umum, yang
menyangkut dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Adapun
permasalahan yang disebabkan oleh dampak korupsi dalam bidang
ekonomi yaitu:
a. Lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi
Korupsi sangatlah mengganggu dalam pertumbuhan ekonomi
suatu negara, karena di dalam bidang ekonomi yang seharusnya di
jadikan untuk kepentingan bersama dalam membangun di berbagai
sektor ekonomi akhirnya tidak terlaksana, di karenakan oleh tindakan
korupsi ini. Para investor pun mulai tidak percaya untuk menanamkan
investasinya karena adanya tindakan korupsi ini, sungguh hal tersebut
sangat menyulikan suatu negara untuk maju. Kondisi pada suatu
negara yang korup akan membuat penguasaha mulai meniggalkannya
karena investasi dalam negara yang korup akan sangat merugikan bagi
para investor.
b. Penurunan produktifitas
Dengan terjadi lesunya pertumbuhan dan investasi berpengaruh
juga dalam produktifitas yang semakin menurun. Terdapat peningkatan
dalam hal produksi dengan cara membuka pabrik pabrik dan usaha
untuk membuat produktifitas menjadi semakin tinggi tetapi terkendala
dengan tidak adanya investasi. Penurunan produktifitas ini juga akan
mengakibatkan para pegawai pegawai di keluarkan dan akan
meningkatkan pengangguran. Dan hal yang paling jelas di rasakan dari
penurunan produktifitas ini yaitu kemiskinan yang terjadi dalam
masyarakat.
c. Rendahnya kualitas barang dan jasa bagi publik
Dampak korupsi dalam hal ini sangat lah terasa di kalangan
masyarakat. Terjadinya perlengkapan perlengkapan umum yang mulai
18

rusak atau tidak layak pakai, seperti halnya jalanan yang mulai rusak,
beras murah yang tidak layak pakai, tidak layaknya transportasi
umum,sekolah sekolah yang masih kurang layak pakai. Ini semua
tersakan oleh masyarakat dan disebabkan oleh tindakan korupsi
tersebut.Yang pada akhirnya korupsi mengakibatkan penurunan
kualitas barang dan jasa jasa yang terjadi bagi public
d. Meningkatnya hutang negara
Kondisi perekonomian suatu negara yang korup, mengakibat
kan melambatnya perekonomian di negara tersebut. Mendorong negara
tersebut untuk hutang di negara lain agar perekonomian mulai stabil.
Contoh kasus korupsi dalam bidang ekonomi:
Kasus dugaan korupsi presiden soeharto yang tidak kunjung selesai di
sinyalir menggelapkan uang negara 1,7 triliun. Presiden soeharto dengan
kepemimpinan yang otoriter memudahkannya melakukan tindakan
korupsi dan sudah terbukti banyaknya penderitaan yang terjadi di
masyarakat dan menurunya perkenomian indonesia hingga akhirnya
presiden soeharto di lengserkan.
2. Dampak terhadap pelayanan kesehatan
Dampak korupsi di bidang kesehatan, antara lain tingginya biaya
kesehatan, tingginya angka kematian ibu hamil dan ibu menyusui, tingkat
kesehatan masih buruk, dan lain - lain. Angka mortalitas ibu hamil dan
melahirkan pada tahun 2012, ternyata masih tinggi yakni 359 per 100.000
kelahiran. Angka ini meningkat tajam dibanding tahun 2007, yakni 228
per 100.000 kelahiran hidup. Secara makro, angka kematian ibu hamil dan
melahirkan, merupakan parameter kualitas kesehatan masyarakat pada
suatu negara. Sistem manajemen rumah sakit yang diharapkan untuk
pengelolaan lebih baik menjadi sulit dibangun. Apabila korupsi terjadi di
berbagai level maka akan terjadi keadaan sebagai berikut:
a. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi
bayangan yang semakin gelap;
b. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak
relevan;
c. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar
untuk menjadi direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen;
d. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan tidak
seperti yang kita bayangkan;
e. Adanya layanan kesehatan yang kurang memadai dan masih tumpang
tindih juga pengadministrasian yang kurang baik dari sebuah badan
penyelenggara yang bergerak di bidang kesehatan
3. Dampak sosial dan kemiskinan
Tindakan korupsi mengakibatkan dampak yang luar biasa terhadap
masyarakat. Dampak yang sangat terasa di dalam masyarakat yaitu dengan
mahalnya layanan publik, kemudian terdapat kualitas yang rendah dalam
pelayanan publik tersebut. Kemudian dampak yang terasa secara
tersembunyi yaitu pengalihan sumber daya milik publik untuk kepentingan
pribadi atau kelompok, yang seharusnya diberikan kepada publik demi
19

kemajuan sosial dan sektor miskin, melalui pembangunan. Tindakan


korupsi seperti itulah yang membuat kemiskinan semakin meluas.
Terdapat beberapa macam dampak korupsi dalam aspek sosial dan
kemiskinan masyarakat, yaitu:
a. Mahalnya jasa dan pelayanan publik
Praktek korupsi yang terjadi memiliki pengaruh yang besar
terhadap biaya ekonomi yang tinggi. Kondisi tersebut mempengaruhi
jasa dan pelayanan pubik dalam masyarakat. Karena adanya modal
yang besar sedangkan modal tersebut banyak di selewengkan.
b. Terbatasnya akses masyarakat bagi masyarakat miskin
Korupsi yang telah mewabah di negara kita menjadi sebuah
virus dalam aspek kehidupan. Dimana bahan bahan makanan serta
keperluan pokok lainnya melambung tinggi dengan begitu tidak
terjangkau para orang yang miskin.
c. Rakyat miskin tidak mudah mengakses jasa dengan mudah seperti:
pendidikan, kesehatan,rumah yang layak,informasi,hukum dsb.
Hal seperti itu membuat masyarakat semakin terpuruk dalam
kemiskinan.
d. Meningkatnya kriminalitas
Dengan terjadinya tindak korupsi kejahatan semakin meluas
dan melanggar hukum yang ada. Praktek penyuapan terhadap berbagai
aspek kehidupan demi mecapai tujuan pribadi atau kelompok. Hal
seperti itulah yang membuat angka kejahatan semakin meningkan dan
menyebar di mana mana.
4. Dampak birokrasi pemerintahan
Tindakan korupsi juga berpengaruh terhadap pemerintahan suatu
negara. Tindak korupsi ini merusak tatanan yang ada dalam pemerintahan
membuat pemrintahan semakin tindak kondusif dan adanya perselisihan
satu dengan yang lain. Terdapat beberapa macam korupsi terhadap
birokrasi pemerintahan, yaitu:
a. Matinya etika sosial politik
Korupsi bukan tindakan yang biasa melainkan dapat merusak
aspek aspek kehidupan. Terjadi juga di dalam pemerintahan yaitu etika
sosial dari para pejabat pemerintahan yang sudah tdak menegakkan
kejujuran. Melindungi para koruptor dengan indikasi ingin
mendapatkan jabatan ini lah yang membuat etika sosial politik begitu
buruk karena adanya tindak korupsi.
b. Tidak efektifnya peraturan dan perundang undangan
Saat ini banyak orang yang tersangkut dengn maalah tetapi
mereka saling menginginkan posisi yang benar. Dengan hal seperti
itulah banyak orang ingin memenangkan suatu perkara dengan cara
menyuap hakim. Dengan terjadinya tindakan seperti itu peraturan
perundang undangan yang berlaku menjadi mandul karena dalam
setiap perkara diselesaikan dengan tindakan korupsi.
c. Birokrasi tidak efisien
Terdapat banyak sekali investor asing ingin menanamkan
modal kepada indonesia tetapi untuk mendapakan itu harus
mendapatkan perizinan yang berbelit belit, yang pada akhirnya jalan
20

yang dipilih adalah penyuapan untuk memudahkan izin usaha mereka,


hal sepeti harusnya birokrasi di indonesia harus segera di benahi.
5. Dampak terhadap politik dan demokrasi
Tindakan korupsi yang terjadi membuat ada banyak permasalahan
yang terjadi dalam politik dan demokrasi yang ada dalam suatu negara.
Terdapat beberapa macam dampak korupsi terhadap politik dan
demokrasi:
a. Munculnya pemimpin korup
Perbuatan korupsi dilakukan dari bawah dimana di dapatkan
karena adanya suap yang dilakukan oleh para calon calon pemimpin
partai. Terjadimya suap tersebut untuk kepentingan dalam
persainganmerebutkan jabatan. Ketika sudah menjadi pimpinan
akhirnyaterjadilah tindakan korupsi.
b. Hilangnya kepercayaan pada demokrasi
Terjadinya tindak korupsi besar besaran yang dilakukan para
petinggi pemerintah atau petinggi partai. Hal tersebut mengakibatkan
berkurangnya kepercayaan dari masyarakat terhadap pemerintahan
yang sedang berjalan.
c. Hancurnya kedauatan rakyat
Kekayaan di negara indonesia hanya dinikmati oleh sekolompok orang
saja, bukan kepada rakyat. Seharusnya kedaulatan ada di tangan
rakyat, namun kedaulatan yang ada dalam partai politik di anggap
bahwa sebuah partai memiliki andil yang besar dalam rakyat.

Contoh kasus korupsi di bidang politik yaitu:


Kasus suap penanganan sengketa pilkada akil mochtar, akil mohtar
menerima suap dan gratifikasi terkait penanganan belasan sengketa
pilkada di MK, serta tindak pidana pencucian uang.
6. Dampak terhadap penegakan hokum
Korupsi yang terjadi juga berimbas kepada penagakan hukum yang
ada. Berikut merupakan beberapa macam dampak yang terjadi terhadap
penegakan hukum, yaitu:
a. Fungsi pemerintahan yang mandul
Dampak korupsi yang terjadi menghambat jalnnya suatu fungsi
dalam pemerintahan. Korupsi menghambat adanya peran negara dalam
atuaran aturan alokasi, menghambat negara dalam pemerataan suatu
aset dan memperlemah pemerintah dalam mengurusi kestabilan politik
dan ekonomi.
b. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara
Korupsi yang terjadi dalam lembaga lembaga indonesia yang di
publikasiakan kepada masyarakat mengakibatkan kepercayaan
mayarakat mulai hilang.
Contoh kasus korupsi terhadap penegakan hukum yaitu:
Kasus korupsi wisma atlet dan kasus hambalang yang dilakukan
oleh para pejabat aparatur negara. Tindakan korupsi tersebut membuat
masyarakat mulai tidak percya terhadap kinerja para pejabat negara.
21

7. Dampak terhadap pertahanan dan keamanan


Dalam pertahanan dan keamanan juga terkena imbas dari sebuah
tindakan korupsi, terdapat beberapa macam dampak nya antaralain yaitu:
a. Lemahnya alutista dan SDM
Kita ambil contoh negara indonesia, indonesia adalah negara
yang luas memiliki beribu ribu pulau di dalamnya dan memiliki
banyak penduduk. Saat ini sering sekali negara indoneia mendapatkan
banyak berita bahwa negara lain mudah masuk dan menerobos wilayah
negara indonesia. Hal tersebut dikarenakan lemahnya alutista yang ada
di indonesia.
b. Lemahnya garis batas negara
Kemiskinan yang terjadi di dalam pelosok pelosok negera
indonesia, khusunya di daerah perbatasan negara membuat lemahnya
garis batas negara. Para penduduk lebih dekat dengan negara lain
karena negara lain lebih banyak memberikan bantuan kehidupan bagi
mereka. Hal tersebut membuat perbatasan melemah.selain itu juga
dapat memungkinkan penyelundupan gelap melewati garis batas
negara.
c. Menguatnya sisi kekerasan dalam masyarakat
Kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat membuat
masyarakat tertekan karena sulitnya mencari sumber kehidupan.
Sehingga mengakibatkan masyarakat mulai mencari jalan jalan yang
negatif guna untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Tekanan
hidup yang tinggi membuat efek yang sangat merusak yaitu dengan
kekerasan.
8. Dampak terhadap kerusakan lingkungan
Tindakan korupsi yang terjadi mempengaruhi lingkungan bahkan
mengakibatkan kerusakan kerusakan yang terjadi. Terdapat beberapa
macam dampak korupsi terhadap lingkungan, yaitu:
a. Menurunnya kualitas lingkungan
Kerusakan lingkungan disebabkan oleh beberapa hal, seperti
adanya kepentingan ekonomi, dimana kelestarian hutan kemudian di
eksploitasi untuk mendapatkan keuntungan. Kerusakan lingkungan
tersebut di picu dengan lemahnya aparat penegak hukum. Para
penegak hukum hanya menahan dan memproses pelaku pengrusakan
tetapi tidak bisa memproses aktor di balik semua itu. Akibat dari
pengrusakan lingkungan ini sangat merugikan bagi lingkungan itu
sendiri dan merambat pada sektor sektor yang lain.
b. Menurunnya kualitas hidup
Kondisi lingkungan hidup yang telah rusak akan berdampak
kepada kualitas hidup manusia. Kerusakan hutan yang mengakibatkan
mengurangnya oksigen untuk bumi, kemudian bencana bencana yang
dihasilkan akibat rusanya lingkungan, kerusakan yang terjadi di
perairan pun mengakibatkan menurunya kualitas manusia, dan juga
kerusakan tanah yang mempengaruhi tngkat cocok tanam yang
menurun . hal seperti itu lah yang membuat kualitas hidup manusia
menunurun.
22

Korupsi kata ini tak asing lagi di telinga masyarakat, banyak


sekali isu yang diberitakan mengenai korupsi yang terjadi di kalangan
pemerintah, pejabat maupun bukan pejabat. Korupsi merupakan suatu
tindakan yang tidak bertanggung jawab, ini dilakukan serta-merta
hanya untuk memenuhi kebutuhan mereka yang dirasa kurang tanpa
memikirkan dampak buruk yang telah mereka lakukan.
Korupsi tidak hanya merugikan keuangan negara namun
korupsi juga menyebabkan berbagai persoalan sosial dan lingkungan
hidup. Korupsi telah menyebabkan kemiskinan karena hilangnnya
akses rakyat terhadap sumber-sumber kehidupan mereka. Korupsi
telah menyebabkan hilangnnya jaminan hak-hak dasar hidup warga.
Bahkan korupsi berperan besar dalam hal terjadinya kerusakan
lingkungan hidup yang berujung pada bencana ekologis yaitu sosial
dan lingkungan kehidupan masyarakat.
Korupsi juga memiliki dampak, salah satunya adalah
berdampak terhadap lingkungan. Indonesia merupakan negara terbesar
yang memiliki hutan alam, akan tetapi hutan-hutan di indonesia makin
hari makin berkurang ini terjadi karena kita sebagai masyarakat dan
pihak-pihak yang bertugas sebagai perlindungan hutan kurang bersikap
tegas kepada oknum yang tidak bertanggung jawab yang telah merusak
lingkungan. Kerusakan lingkunan hidup juga disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti kepentingan ekonomi.
Eksploitasi dianggap paling mudah dan murah untuk
mendapatkan keuntungan, akan tetapi hal ini dilakukan tanpa dibarengi
dengan penanaman kembali atau reboisasi yang baik, dan ini
meninggalkan jejak kerusakan lingkungan yang parah bahkan di
beberapa tempat sudah sangat melebihi ambang batas sehingga
menyebabkan terjadinya bencana ekologis yang berdampak pada
melemahnya kemampuan warga dalam memenuhi kebutuhan hidup
mereka. Berbagai perizinan eksploitasi tambang, hutan, pesisir dan laut
mengalir tanpa prosedur dan proses yang benar, banyak ijin diberikan
tanpa sebelumnya melakukan Amdal dan persyaratan standar lainnya.
Semua ini dimungkinkan karena ada uang sogok dan suap bagi
pemberi ijin alias praktek korupsi. Hasilnya juga banyak yang tidak
masuk ke kas negara karena digunakan untuk membayar "jatah"
oknum-oknum pejabat.
Penegakan hukum dibidang lingkungan hidup juga cenderung
tidak seimbang karena adanya praktek korupsi. Illegal logging terus
terjadi tanpa mampu dikendalikan, sekali lagi negara dirugikan dan
rakyat yang menanggung dampak buruknya berupa hilangnnya sumber
mata pencaharian mereka, banjir, tanah longsor, kekeringan, kebakaran
lahan dan hutan, ketiadaan air bersih, gagal tanam dan gagal panen.
Kerusakan juga disebabkan oleh lemahnya penegakan hukum.
Penegakan hukum hanya melihat pelaku yang terlibat dilingkungan
saja, tanpa melihat pelaku dibalik perusakan tersebut yang merupakan
pejabat tinggi, penegak hukum bahkan pengusaha besar nasional.
Pembalakan liar atau illegal loging diyakini sebagai faktor utama
kerusakan hutan dan mengakibatkan kerusakan hutan yang parah.
23

Pemerintah yang mengetaui hal itu menutup mata seolah-olah tidak


mau tau dan membiarkannya.

C. Upaya Penanggulangan Korupsi


Korupsi merupakan masalah yang kompleks. Penanggulangannya pun
bersifat kompleks dan memerlukan keterpaduan. Upaya penanggulangan
terhadap korupsi dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu pencegahan dan
penindakan. Kedua upaya tersebut sama pentingnya. Upaya pencegahan
mencakup semua usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah agar tidak
terjadi tindak korupsi pada semua spek kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Sedangkan upaya penindakan adalah usaha yang dilakukan
untuk menyelamatkan uang atau kerugian negara akibat korupsi dan
menindak/mengadili pelaku sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
Upaya pemberantasan korupsi skala nasional dalam jangka panjang
membutuhkan dukungan dari masyarakat secara luas. Tanpa dukungan
masyarakat niscaya upaya untuk memberantas korupsi di bumi tercinta ini
akan mengalami kegagalan. Jeremy Pope (2003) mengemukakan bahwa upaya
pemberantasan korupsi memerlukan dukungan masyarakat secara luas dan
tanpa dukungan masyarakat secara luas niscaya akan mengalami kegagalan.
Komponen masyarakat yang memegang peranan penting dalam upaya
pemberantasan korupsi tersebut terutama adalah kalangan birokrasi sebagai
aparatur negara. Kemudian organisasi kepemudaan dan keagamaan agar dapat
memberikan contoh dan tekanan-tekanan terhadap upaya pemberantasan
korupsi.
Upaya peningkatan kesadaran aparatur negara, kalangan pemuda dan
tokoh agama te rhadap perubahan perilaku anti korupsi dapat dilakukan
melalui berbagai cara atau forum, seperti penataran, seminar, lokakarya dan
sebagainya. Melalui forum tersebut dapat disampaikan pesan-pesan
pembangunan yang diharapkan dapat merubah perilaku ke arah anti korupsi
dan malu melakukan korupsi. Melalui pelaksanaan penataran untuk
meningkatkan kesadaran aparatur negara (birokrasi), kalangan organisasi
pemuda dan organisasi keagamaan untuk berperilaku anti korupsi dan malu
melakukan korupsi dengan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
terhadap konsep, bentuk, dampak serta hukuman bagi pelaku korupsi, baik
dilihat dari sisi moral, norma, hokum agama maupun hukum negara.
Upaya meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya kalangan
birokrasi untuk berprilaku anti korupsi tersebut hendaknya dilakukan secara
terprogram di seluruh departemen maupun lembaga-lemabaga negara non
departemen. Sehingga seluruh pegawai atau staf yang ada secara bertahap
harus ikut dalam program pembinaan. Selain itu, materi pembinaan untuk
berprilaku anti korupsi tersebut juga harus dimasukkan dalam program
pendidikan prajabatan bagi calon-calon pegawai baru yang akan diterima.
Di samping upaya pencegahan yang dilakukan secara terprogram pada
masing-masing departemen atau lemaga tersebut maka upaya pengawasan dan
penindakan juga pelu dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional.
Mekanisme, pelaksanaan dan hasil pengawasan/pemeriksaan terhadap
penggunaan keuangan negara harus dilakukan secara transparan. Pengawasan
dan pemiksaan hendaknya tidak hanya dilakukan oleh lembaga negara, tetapi
24

juga mengikutsertakan lembaga independen (LSM/NGO). Selama ini


pengawasan terhadap keuangan dan pembangunan hanya dilakukan oleh
pemerintah melalui lembaga pemeriksaan keuangan dan pembangunan (BPK).
Ketua BPK diusulkan oleh DPR dan diangkat oleh Presiden. Akibatnya
pemeriksaan terhadap keuangan negara terutama terhadap lembaga-lembaga
negara termasuk lembaga kepresidenan tidak optimal dan cenderung hanya
bersifat formalitas.
Kondisi tersebut diperparah lagi dengan lemahnya penegakan hukum,
sehingga korupsi semakin menjadi-jadi termasuk juga tindak kejahatan
lainnya, seperti narkoba. Kelemahan dalam penanganan kasus korupsi selama
ini disamping masih lemahnya kualitas aparat penegak hokum (personil :
kepolisian, kejaksaan dan hakim) juga masih kuatnya intervensi pemerintah
dalam proses peradilan terutama dalam kasus-kasus yang melibatkan pejabat
negara. Selain itu dalam penyelesaian kasus-kasus korupsi selama ini masih
kurang mengedepankan penyelamatan keuangan negara.
Denda yang diberikan kepada koruptor sangat kecil jika dibandingkan
dengan uang yang dikorupsinya. Sehingga jika dikalkulasi secara ekonomis
terlepas dari masalah moral maka para koruptor masih diuntungkan. Misalnya
seorang korupsi sepuluhan milyar rupiah, hanya didenda oleh pengadilan
ratusan juta rupiah (kurang dari Rp 1 milyar) dan dihukum 2 tahun penjara.
Secara matematis berarti yang bersangkutan masih mempunyai pendapatan Rp
9 milyar. Kondisi ini jelas tidak akan membuat jerah para koruptor. Untuk itu
dalam penanganan kasus korupsi hendaknya seluruh uang yang terbukti
dikorupsi harus dikembalikan secara utuh, kemudian diberikan hukuman
denda dan hukuman kurungan (penjara). Dengan demikian diharapkan akan
membuat takut setiap orang untuk melakukan korupsi.

D. Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi tujuan penulisan dari kajian literatur dengan judul
“Dampak Korupsi di Indonesia” adalah untuk memberi pemahaman terkait
tindakan korupsi yang pada hakekatnya adalah tindakan yang tidak dibenarkan
dan sangat merugikan banyak pihak yang utama kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
Sebagai generasi muda penerus bangsa alangkah baiknya pemahaman
tentang korupsi sudah harus kita pahami agar dimasa depan kasus korupsi di
Indonesia berkurang bahkan tidak ada. Karena dampak dari korupsi sangat
besar adanya tentu saja sampai kepada tindakan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
25

BAB IV
KESIMPULAN

Semua bentuk korupsi dicirkan tiga aspek. Pertama pengkhianatan


terhadap kepercayaan atau amanah yang diberikan, kedua penyalahgunaan
wewenang, pengambilan keuntungan material ciri-ciri tersebut dapat ditemukan
dalam bentuk-bentuk korupsi yang mencangkup penyapan pemersasn,
penggelapan dan nepotisme. Ketiga jenis ini apapun alasannya dan motivasinya
merupakan bentuk pelanggaran terhadap norma-norma tanggung jawab dan
menyebabkan kerugian bagi badan-badan negara dan publik. Korupsi dapat
membawa dampak negatif yang cukup luas dalam kehidupan masyarakat, bangsa
dan negara. Dampak negatif ini berimbas kepada berberapa aspek kehidupan
antara lain aspek ekonomi, pelayanan kesehatan, sosial dan kemiskinan, birokrasi
pemerintahan, politik dan demokrasi, penegakkan hokum, pertahanan dan
keamanan dan kerusakan lingkungan.
Upaya penanggulangan atau pemberantasan terhadap korupsi dapat
dilakukan melalui dua cara, yaitu pencegahan dan penindakan. Upaya pencegahan
adalah mencakup keseluruhan usaha yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
korupsi, baik dilakukan melalui pendidikan maupun pengawasan. Sedangkan
upaya penindakan adalah usaha yang dilakukan untuk menindak pelaku korupsi
sesuai ketentuan hukum yang berlaku serta menyelamatkan keuangan negara
Adanya berbagai ketentuan, kemudian dibuatnya kesepakatan bersama
memperkokoh keterpaduan dan kebersamaan dalam pemberantasan korupsi, pada
gilirannya akan membawa dampak positif dalam mengoptimalkan pemberantasan
korupsi di Indonesia. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah komitmen
penegak hukum dalam menjalankan penegakan hukum dengan tegas, konsisten,
dan terpadu agar mampu menghasilkan penegakan hukum yang berkeadilan,
memberikan kepastian hukum, dan kemanfaatan bagi masyarakat. Langkah yang
diambil melalui pengenaan sanksi yang yang terberat bagi pelaku korupsi, baik
sanksi pidana, denda, uang pengganti, pembuktian terbalik dikumulasikan dengan
tindak pidana pencucian uang (TPPU), dibarengi dengan pemberian sanksi sosial.
Dengan demikian operasionalisasi pemberantasan korupsi dilakukan secara
komprehensif, integral, dan holistik. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan
kepercayaan masyarakat, investor, harga diri bangsa, serta menimbulkan efek jera,
mencegah calon koruptor, mengoptimalkan pengembalian uang negara/rakyat
serta dampak positif lainny
26

KEPUSTAKAAN
Dikutip dari :

http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/3925/3/104211009_Bab2.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/1108-Article%20Text-2205-1-10-20140905.pdf
file:///C:/Users/user/Downloads/MAKALAH%20PBAK%20DAMPAK%20KOR
UPSI.pdf
http://stia-asmisolo.ac.id/jurnal/index.php/jmbb/article/view/81/54

Muhammad Shoim, Laporan Penelitian Individual (Pengaruh Pelayanan Publik


Terhadap Tingkat Korupsi pada Lembaga Peradilan di Kota Semarang), Pusat
Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2009.
Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Pon Pes Al-
Munawwir Krapyak, Yogyakarta, 1984.

Adib Bisri dan Munawir AF, Kamus Al-Bisri, Pustaka Progresif, Surabaya, 1999.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta, 1995.
Nadiatus Salama, Fenomena Korupsi Indonesia (Kajian Mengenai Motif dan
Proses Terjadinya Korupsi), Pusat Penelitian IAIN Walisongo Semarang, 2010.

Albert Hasibuan, Titik Pandang Untuk Orde Baru, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta, 1997.
BPKP, Strategi Pemberantasan Korupsi Nasional, Pusat Pendidikan dan
Pengawasan BPKP, Jakarta, Cet I, 1999.
Anonim. 2017. Otoritas Semu. diakses dari
http://otoritassemu.blogspot.co.id/2017/01 tanggal 1 Agustus 2017

Ramadhan, dzikri. Dampak Masif Korupsi. diakses dari


http://www.kompasiana.com/dzikriramadhan/dampak-masif-korupsi, 31 Juli 2017
Saib, Khaidir. 2016. Dampak Korupsi Dalam Berbagai Aspek. diakses dari
http://korupsidampakdalamberbagaiaspek.blogspot.co.id/2016/04/makalahdampak
-tindakan korupsi.html tanggal 1 Agustus 2017

Yanti. Korupsi Pada Sektor Kesehatan. diakses dari https://www.


kompasiana.com/yantigobel/korupsi-pada-sektor-kesehatan tanggal 1 Agustus
2017.
27

LAMPIRAN
Ridwan Zachrie, Wijayanto, Gramedia Pustaka Utama, Korupsi Mengorupsi
Indonesia, 7 Mei 2013,

Dikutip dari : file:///C:/Users/user/Downloads/1108-Article%20Text-2205-1-10-


20140905.pdf

Anda mungkin juga menyukai