Anda di halaman 1dari 23

FAKTOR INTERNAL PENYEBAB TERJADINYA KORUPSI

OLEH

KELAS 1.A

NI MADE RASITA PUSPITASWARI P07120216016


NI LUH PUTU ARY APRILIYANTI P07120216017
NI MADE TARIANI P07120216018
PUTU INDAH PERMATA SARI P07120216019
NI PUTU NOVIA HARDIYANTI P07120216020

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN DIV KEPERAWATAN
TAHUN AKADEMIK
2016/2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang
Hyang WidhiWasa, atas karunianya kami dapat menyelesaikan makalah
yangberjudul “FAKTOR INTERNAL PENYEBAB TERJADINYA
KORUPSI” dengan baik dan lancar. Atas dukungan moral dan materil yang
diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah
ini.
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, dan bermanfaat di masyarakat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna. Oleh karena
itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan
makalah ini.

Denpasar, 9 Februari 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 3

D. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 4

BAB II PEMBAHASAN .............................................................................................. 5

A. Pengertian Korupsi ............................................................................................. 5

B. Faktor Penyebab Korupsi Secara Umum ........................................................... 6

C. Faktor Internal Penyebab Terjadinya Korupsi ................................................... 8

D. Contoh Kasus Korupsi di Indonesia ................................................................. 12

E. Upaya Pemerintah dalam Pemberantasan Tindakan Korupsi .......................... 15

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 17

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 17

B. Saran ................................................................................................................. 19

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Korupsi adalah suatu tindak pidana yang merugikan banyak pihak.
Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam.
Akan tetapi, secara umum dapatlah dirumuskan, sesuai dengan pengertian
korupsi diatas yaitu bertujuan untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau
orang lain secara tidak sah.
Banyak kasus korupsi yang sampai sekarang tidak diketahui ujung
pangkalnya Korupsi tidak akan pernah bisa kita pisahkan dari apa yang
dinamakan kekuasaan. Di mana ada kekuasaan, pasti ada korupsi. Hal ini telah
menjadi kodrat dari kekuasaan itu sendiri, yang menjadi “pintu masuk” bagi
terjadinya tindakan korupsi. Kekuasaan dan korupsi yang selalu berdampingan,
layaknya dua sisi mata uang, merupakan hakikat dari pernyataan yang
disampaikan oleh Lord Acton, dari Universitas Cambridge, “Power tends to
corrupt, and absolute power corrupt absolutely.
Akhir-akhir ini masalah korupsi sedang hangat-hangatnya dibicarakan
publik, terutama dalam media massa baik lokal maupun nasional. Banyak para
ahli mengemukakan pendapatnya tentang masalah korupsi ini. Pada dasarnya,
ada yang pro ada pula yang kontra. Akan tetapi walau bagaimanapun korupsi
ini merugikan negara dan dapat meusak kebersamaan bangsa.
Pada hakekatnya, korupsi adalah “benalu sosial” yang merusak struktur
pemerintahan, dan menjadi penghambat utama terhadap jalannya pemerintahan
dan pembangunan pada umumnya. Dalam prakteknya, korupsi sangat sukar
bahkan hampir tidak mungkin dapat diberantas, oleh karena sangat sulit
memberikan pembuktian-pembuktian yang kongkret.
. Namun karena penyakit tersebut sudah mewabah dan terus meningkat
dari tahun ke tahun, maka banyak orang memandang bahwa masalah ini bisa
menghambat kelancaran tugas-tugas pemerintah dan merugikan ekonomi

1
Negara. Persoalan korupsi di Negara Indonesia terbilang kronis, bukan hanya
membudaya tetapi sudah membudidaya.
Di Indonesia, korupsi telah dianggap sebagai kejahatan luar biasa,
begitupula di belahan duni lainnya. Kasus korupsi yang banya dipublikasikan
media masa saat ini, kerap kali perbuatan korupsi yang tidak terlepas dari
kekuasaan, birokrasi, ataupun pemerintahan. Korupsi juga erat kaitannya
dengan masalah politik yang ada. Selain dengan masalah politik, korupsi juga
dikaitkan dengan permasalahan ekonomi, kebijakan publi, kebijakan
internasional, kesejahteraan social dan pembangunan nasional.
Masalah korupsi saat ini sangat sulit untuk dideteksi dengan dasar-
dasar hukum yang pasti. Namun akses perbuatan korupsi merupakan bahaya
yang harus diwaspadai baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat itu
sendiri. Korupsi adalah produk dari sikap hidup satu kelompok masyarakat
yang memakai uang sebagai standard kebenaran dan sebagai kekuasaaan
mutlak. Sebagai akibatnya, kaum koruptor yang kaya raya dan para politisi
korup yang berkelebihan uang bisa masuk ke dalam golongan elit yang
berkuasa dan sangat dihormati. Mereka ini juga akan menduduki status sosial
yang tinggi dimata masyarakat.
Praktek ini akan berlangsung terus menerus sepanjang tidak adanya
kontrol dari pemerintah dan masyarakat, sehingga timbul golongan pegawai
yang termasuk OKB-OKB (orang kaya baru) yang memperkaya diri sendiri
(ambisi material).
Melihat konteks kasus-kasus korupsi yang terjadi di Indonesia, korupsi
kelas kakap, merupakan korupsi serius yang merugikan negara dan masyarakat
banyak. Korupsi yang dimaksud ini juga tidak lepas dari masalah kekuasaan.
Para pejabat publik telah dengan sengaja menyalahgunakan wewenangnya
untuk melakukan tindakan melanggar hukum untuk kepentingan pribadi.
Seorang pejabat publik yang memegang kekuasaan (memiliki wewenang)
secara otomatis memiliki daya untuk mempengaruhi kebijakan yang akan
dikeluarkan. Sesuai dengan sifat dari kekuasan (kekuasaan politik) itu, yaitu

2
mengendalikan tingkah laku manusia (masyarakat) secara koersif (memaksa)
agar supaya masyarakat bersedia tunduk kepada negara (pemerintah). Dalam
hal ini, setiap kebijaksanaan yang diberlakukan sejatinya merupakan sebuah
ketentuan atau aturan yang sesuai dengan tujuan-tujuan pemegang kekuasaan
sendiri. Dari sini lah peluang untuk terjadinya tindakan korupsi besar sekali.

B. Rumusan Masalah
Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan
runtutan sesuai dengan ketentuan yang ada.Maka dari itu perlu penyusunan
suatu rumusan masalah yang menjadi batu pijak untuk pembahasan makalah
ini. Adapun rumusan masalah ialah sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan korupsi?


2. Apa saja factor penyebab korupsi secara umum?
3. Apakah faktor internal penyebab terjadinya korupsi?
4. Contoh Kasus Korupsi di Indonesia?
5. Bagaimanakah upaya pemerintah dalam memberantas tidakan korupsi di
Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
-Untuk mengetahui faktor internal terjadinya korupsi
-Untuk memenuhi tugas pendidikan budaya anti korupsi
B. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui pengertian korupsi
2. Untuk mengetahui factor penyebab korupsi secara umum
3. Untuk mengetahui factor internal penyebab terjadinya korupsi
4. Untuk menetahui Contoh Kasus Korupsi di Indonesia
5. Untuk mengetahui upaya pemerintah dalam memberantas tidakan
korupsi di Indonesia.

3
D. Manfaat Penulisan
A. Manfaat teoritis
Secara teoritis makalah ini bermanfaat untuk menambah wawasan
faktor internal terjadinya korupsi .
B. Manfaat praktis
Dapat dijadiakan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan
lebih lanjut, serta referensi terhadap penelitian yang sejenisnya.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Korupsi adalah kejahatan atau penyimpangan berupa pelanggaran
hukum yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya demi kepentingan pribadi, di mana tindakan tersebut menimbulkan
kerugian yang besar bagi negara dan masyarakat.
Korupsi pada dasarnya dapat terjadi kapan saja dan di mana saja,
menyentuh semua kalangan di dalam masyarakat. Namun dengan mengacu
kepada kasus Gayus Tambunan, korupsi yang sangat merugikan ini sering kali
terjadi di kalangan atas, kau elite, dan para pejabat yang memiliki kekuasaan
dan posisi yang strategis.
Korupsi muncul bukan tanpa sebab. Korupsi merupakan akibat dari
sebuah situasi kondisi di mana seseorang membutuhkan penghasilan lebih,
atau merasa kurang terhadap apa yang dia peroleh jika menjalankan usaha
dengan cara-cara yang sah. Korupsi merupakan tindakan yang tidak lepas dari
pengaruh kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki oleh individu maupun
kelompok, dan dilaksanakan baik sebagai kejahatan individu (professional)
maupun sebagai bentuk dari kejahatan korporasi (dilakukan denga kerjasama
antara berbagai pihak yang ingin mendapatkan keuntungan sehingga
membentuk suatu struktur organisasi yang saling melindungi dan menutupi
keburukan masing-masing). Korupsi merupakan cerminan dari krisis
kebijakan dan representasi dari rendahnya akuntabilitas birokrasi publik.
Korupsi juga dapat terjadi karena kurangnya kesadaran untuk
mematuhi prinsip “mempertahankan jarak”. Ketika di dalam tatanan sosial
masyarakat Indonesia yang menjujung tinggi konsep keluarga besar menjadi
sebuah faktor individu untuk berada di situasi yang sulit dalam menutupi
kekurangan ekonomi, pengaruh-pengaruh dari keluarga dan kerabat dapat
menyebabkan munculnya sikap untuk melakukan kecurangan dan pelanggaran

5
hukum. Individu yang melakukan korupsi gagal dalam memilah antara
kepentingan pribadi dengan kepentingan umum. Korupsi terjadi karena
hilangnya rasa tanggung jawab dan rasa malu di dalam diri pelakunya.
Korupsi juga tidak datang begitu saja di pikiran seorang pelaku. Dia
dipahami seabagai suatu tindakan melanggara hukum dan diperoleh melalui
proses belajar. Sesuai dengan teori different association, kemungkinan terbesar
aksi pelanggaran hukum ini dipelajari ketika seseorang mulai belajar
melakukan bisnis atau usaha untuk mencari keuntungan. Semakin kuatnya
paham setiap pelaku bisnis bahwa mendapatkan keuntungan (materil) adalah
tujuan utama dari suatu bisnis, menyebabkan pelangaran hukum, seperti
korupsi, menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan. Selain itu, semakin
bertambahnya anggota yang memiliki paham yang sama tentang keuntungan
tersebut, menjadikan korupsi sebagai lahan untuk mencari uang sehingga
membuka lebar untuk terjadinya tindakan kejahatan korporasi.
Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk
melakukan kejahatan: korupsi. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kesadaran
akan pentingnya tanggung jawab moral bagi mereka yang memiliki jabatan
dan kekuasaan. Oleh karena itu, meskipun terkesan sebagai mimpi dan harapan
yang muluk, memperbaiki kesadaran seseorang dan mengembalikan rasa
tanggung jawab moralnya adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk
mencegah dan menghentikan korupsi di negeri ini. Pendidikan agama dan aksi
memperkuat iman adalah metode yang mesti ditingkatkan demi mendapatkan
orang-orang yang memiliki hati nurani bersih dan mau bekerja demi
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.

B. Faktor Penyebab Korupsi Secara Umum


Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi, yaitu :
1. Penegakan hukum tidak konsisten, penegakan hukum hanya sebagai make
Up politik, sifatnya sementara, selalu berubah setiap berganti
pemerintahan.

6
2. Penyalahgunaan kekuasaan/wewenanng, takut dianggap bodoh kalau tidak
menggunakan kesempatan.
3. Langkanya lingkungan yang antikorup, sistem dan pedoman antikorupsi
hanya dilakukan sebatas formalitas.
4. Rendahnya pendapatan penyelenggara Negara. Pendapatan yang diperoleh
harus mampu memenuhi kebutuhan penyelenggara Negara, mampu
mendorong penyelenggara Negara untuk berprestasi dan memberikan
pelayanan terbaik kepada masyarakat.
5. Kemiskinan, keserakahan, masyarakat kurang mampu melakukan korupsi
karena kesulitan ekonomi. Sedangkan mereka yang berkecukupan
melakukan korupsi karena serakah, tidak pernah puas dan menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan keuntungan.
6. Budaya memberi upeti, imbalan jasa dan hadiah.
7. Konsekuensi bila ditangkap lebih rendah daripada keuntungan korupsi,
saat tertangkap bisa menyuap penegak hukum sehingga dibebaskan atau
setidaknya diringankan hukumannya.
8. Budaya permisif/serba membolehkan, tidak mau tahu, menganggap biasa
bila sering terjadi. Tidak peduli orang lain, asal kepentingannya sendiri
terlindungi.
9. Gagalnya pendidikan agama dan etika. Pendapat Franz Magnis Suseno
bahwa agama telah gagal menjadi pembendung moral bangsa dalam
mencegah korupsi karena perilaku masyarakat yang memeluk agama itu
sendiri. Sebenarnya agama bisa memainkan peran yang lebih besar dalam
konteks kehidupan sosial dibandingkan institusi lainnya, sebab agama
memiliki relasi atau hubungan emosional dengan para pemeluknya. Jika
diterapkan dengan benar kekuatan relasi emosional yang dimiliki agama
bisa menyadarkan umat bahwa korupsi bisa membawa dampak yang
sangat buruk (Indopos.co.id, 27 September 2005)
10. Gaji yang masih rendah ,kurang sempurnanya peraturan perundang-
undangan ,administrasi yang lamban dan sebagainya.

7
11. Sikap mental para pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang haram
,tidak ada kesadaran bernegara,tidak ada pengetahuan pada bidang
pekerjaan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah.
12. Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah yang besar.
13. Lingkungan tertutup yang hanya mementingkan dirinya sendiri dan
“jaringan teman lama”
14. Masih lemahnya ketertiban hukum di negara kita
15. Gaji pegawai pemerintah yang sangat Kecil.

C. Faktor Internal Penyebab Terjadinya Korupsi


Banyak yang menjadi faktor - faktor yang menimbulkan penyebab
terjadinya korupsi. Dalam hal ini kita membagi faktor penyebab menjadi 2
yaitu faktor internal dan eksternal. Pada bagian ini akan dijelaskan penyebab
korupsi dari faktor internal, merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam
diri, yang dapat dirinci menjadi:
1. Aspek Perilaku Individu
a. Sifat tamak/rakus manusia
Korupsi bisa terjadi pada orang yang tamak/rakus karena walaupun
sudah berkecukupan, tapi masih juga merasa kurang dan mempunyai
hasrat besar untuk memperkaya diri. Korupsi berkaitan dengan
perbuatan yang merugikan kepentingan umum (publik) atau
masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu.
Penyebab seseorang melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya
akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika
dorongan untuk menjadi kaya tidak mampu ditahan, sementara akses
ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara berkorupsi, maka jadilah
seseorang akan melakukan korupsi.
Contoh : Seorang pegawai suatu institusi ditugaskan atasannya untuk
menjadi panitia pengadaan barang. Pegawai tersebut memiliki prinsip

8
bahwa kekayaan dapat diperoleh dengan segala cara dan ia harus
memanfaatkan kesempatan. Karena itu, ia pun sudah memiliki niat dan
mau menerima suap dari rekanan (penyedia barang). Kehidupan mapan
keluarganya dan gaji yang lebih dari cukup tidak mampu menghalangi
untuk melakukan korupsi.
b. Moral yang kurang kuat
Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk
melakukan korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman
setingkat, bawahannya, atau pihak yang lain yang memberi
kesempatan untuk itu. Moral yang kurang kuat salah satu penyebabnya
adalah lemahnya pembelajaran agama dan etika.
Contoh : Seorang mahasiswa yang moralnya kurang kuat, mudah
terbawa kebiasaan teman untuk menyontek, sehingga sikap ini bisa
menjadi benih-benih perilaku korupsi.
c. Penghasilan yang kurang mencukupi
Penghasilan seorang pegawai selayaknya memenuhi kebutuhan hidup
yang wajar. Apabila hal itu tidak terjadi, seseorang akan berusaha
memenuhinya dengan berbagai cara. Akan tetapi, apabila segala upaya
yang dilakukan ternyata sulit didapatkan, keadaan semacam ini akan
mendorong tindak korupsi, baik korupsi waktu, tenaga, maupun
pikiran serta tuntutan kebutuhan yang tidak seimbang dengan
penghasilan.
Contoh : Seorang tenaga penyuluh kesehatan yang bekerja di suatu
puskesmas mempunyai seorang istri dan empat orang anak. Gaji
bulanan pegawai tersebut tidak mencukupi kebutuhan hidup
keluarganya. Pada saat memberi penyuluhan kesehatan di suatu desa,
dia menggunakan kesempatan untuk menambah penghasilannya
dengan menjual obat-obatan yang diambil dari puskesmas

9
d. Kebutuhan hidup yang mendesak
Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk mengambil
jalan pintas, di antaranya dengan melakukan korupsi. Kehilangan
pekerjaan dapat menyebabkan seseorang terdesak dalam segi ekonomi.
Orang bisa mencuri atau menipu untuk mendapatkan uang. Untuk
mencari pekerjaan orang menyuap karena tidak ada jalan lain untuk
mendapatkan pekerjaan kalau tidak menyuap.
Contoh: Seorang bidan membuka jasa aborsi wanita hamil dengan
bayaran yang tinggi karena terdesak oleh kebutuhan sehari-hari. Di sisi
lain, suaminya telah di PHK dari pekerjaannya.
e. Gaya hidup yang konsumtif
Kehidupan di kota – kota besar sering mendorong gaya hidup
seseorang konsumtif atau hedonis. Perilaku konsumtif apabila tidak
diimbangi dengan pendapatan yang memadai akan mendorong
seseorang untuk melakukan berbagai tindakan guna memenuhi
hajatnya. Perilaku materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem
politik yang masih mendewakan materi berkembang, hal itu akan
memaksa terjadinya permainan uang dan korupsi.
Contoh: Seorang perawat sebuah rumah sakit berbaur dengan
kelompok ibu-ibu modis yang senang berbelanja barang-barang mahal.
Perawat tersebut berusaha mengimbangi. Karena penghasilan perawat
tersebut kurang, ia pun coba memanipulasi sisa obat pasien untuk
dijual kembali, sedangkan kepada rumah sakit dilaporkan bahwa obat
tersebut habis digunakan.
f. Malas atau tidak mau bekerja
Sebagian orang ingin mendapatkan hasil dari sebuah pekerjaan tanpa
keluar keringat atau malas bekerja. Sifat semacam ini berpotensi
melakukan tindakan apapun dengan cara-cara mudah dan cepat atau
jalan pintas, di antaranya melakukan korupsi.

10
Contoh: Seorang mahasiswa yang malas berpikir, tidak mau
mengerjakan tugas yang diberikan oleh dosen. Untuk mendapatkan
nilai yang tinggi, mahasiswa tersebut menyuruh temannya untuk
mengerjakan tugas.
g. Ajaran agama yang kurang diterapkan
Agama apa pun melarang tindakan korupsi seperti agama Islam yang
juga mengecam praktik korupsi. Istilah riswah terdapat dalam Islam
yang bermakna suap, lalu di Malaysia diadopsi menjadi rasuah yang
bermakna lebih luas menjadi korupsi. Kenyataan di lapangan
menunjukan bahwa korupsi masih berjalan subur di tengah
masyarakat. Situasi paradoks ini menandakan bahwa ajaran agama
kurang diterapkan dalam kehidupan.
Contoh: Suka menyontek pada waktu ujian. Seorang petugas kesehatan
memeras pasiennya
2. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum
behavioris mengatakan bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat
memberikan dorongan bagi orang untuk korupsi dan mengalahkan sifat
baik seseorang yang sudah menjadi sifat pribadinya. Lingkungan dalam
hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan hukuman
pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
Contoh: Seorang karyawan baru di suatu institusi pelayanan kesehatan
sangat dihargai oleh atasan dan teman-temannya karena perilakunya yang
baik dan saleh. Setelah menikah karyawan tersebut jadi orang yang suka
menipu karena terpengaruh oleh lingkungan keluarganya yang baru.
Keluarganya senang terhadap perubahan perilaku karyawan tersebut
karena menghasilkan banyak uang.

11
D. Contoh Kasus Korupsi di Indonesia
Berikut beberapa contoh kasus korupsi yang terjadi di Indonesia
1. Soeharto
Kasus soeharto bekas presiden indonesia diduga melakukan tindak
korupsi ditujuh yayasan(dakrab,amal bakti muslim,pancasila, supersemar,
dana sejahtera mandiri, gotong royong ,dan trikora) rp 1,4 triliun.Ketika
diadili di pengadilan Negeri Jakarta Selatan, ia idak hadir dengan alasan
sakit. Kemudian mejelis hakim pengadilan Negeri Jakarta Selatan
mengembalikan berkas tersebut ke kejaksaan. Kejaksaan menyatakan
soeharto dapat kembali ke pengadilan jika ia sedang sembuh. Walaupun
pertanyaan kejaksaan ini diragukan banyak kalagan.lantas bagaimana
hukum bisa ditegakkan, jika dalam mengadili sebuah perkara saja
ditunda-tunda dengan berbagai jenis alasan. begitulah jalannya hukum di
negara kita masih sangat kurang, para koruptor masih bisa berkeliaran dan
menghirup udara segar.
2. Gayus Tambunan
Contoh lain yaitu kasus gayus tambunan Salah satunya adalah
kasus korupsi yang dilakukan oleh seorang pegawai pajak golongan IIIA,
yang sempat menggegerkan Mabes Polri, Gayus Tambunan. Keterkejutan
semua orang terhadap apa yang telah dilakukan oleh Gayus Tambunan
adalah suatu hal yang wajar. Karena apabila kita melihat dari statusnya
yang hanyalah seorang pegawai negeri biasa, tetapi memiliki tabungan
yang begitu banyak, senilai Rp. 25 Miliar, tentu saja hal ini mengundang
tanya: Apalagi kalau bukan korupsi? Padahal, pekerjaan Gayus sehari-hari
cuma menjadi penelaah keberatan pajak (banding) perorangan dan badan
hukum di Kantor Pusat Direktorat Pajak. Mengingat gaji pegawai pajak
setingkat golongan IIIA hanyalah berkisar antara Rp 1.655.800 sampai Rp
1.869.300 per bulan, hal ini menegaskan bahwa seorang Gayus Tambunan
pasti telah melakukan kecurangan yang dapat merugikan Negara dan
masyarakat banyak.

12
Seperti yang telah diberitakan oleh berbagai media bahwa nama
Gayus Tambunan mulai mencuat ketika disebutkan oleh mantan
Kabareskrim Komjen Susno Duadji sebagai seseorang yang berkaitan erat
dengan makelar kasus. Susno menyebutkan Gayus memiliki Rp 25 miliar
di rekeningnya, namun hanya Rp 395 juta yang disita negara. Sisanya Rp
24,6 miliar menguap entah ke mana. Susno mengutarakan bahwa ada
keterlibatan dari tubuh Polri sendiri dalam kasus manipulasi pengusutan
pajak.
Gayus kemudian dituntut kepolisian dengan tiga pasal, yakni pasal
penggelapan, pencucian uang, dan korupsi. Namun pada persidangan itu
Gayus hanya dituntut dengan pasal penggelapan, divonis oleh hakim
dengan hukuman 1 tahun percobaan, kemudian dibebaskan. Terdapat
berbagai kejanggalan di pengadilan Gayus saat itu, antara lain soal
ancaman hukuman yang ternyata lebih ringan dari ketentuan Undang-
Undang, tuntutan dari jaksa yang hanya berupa tuntutan soal penggelapan
uang, serta penggelaran persidangan yang dilakukan di hari Jumat, di
Pengadilan Negeri Tangerang, yang biasanya tidak digelar persidangan
pidana. (www.tempointeraktif.com, Maret 2010).
Modus Gayus melakukan pelanggaran dengan memanfaatkan
wewenangnya bermacam-macam. Dalam posisinya sebagai pegawai Sub
Direktorat Banding Direktorat Keberatan dan Banding, pada pertengahan
2007 Gayus berhasil memenangkan lebih dari 40 kasus banding
perusahaan. Berkaitan dengan ini, Gayus memiliki peluang besar untuk
memenangkan Ditjen Pajak dalam pengadilan pajak, yaitu dengan
memainkan selisih pemenangan banding. Misalnya seorang wajib pajak
seharusnya membayar pajak Rp 3 Miliar. Lalu dia keberatan, ditolak lalu
banding. Di pengadilan pajak itu Gayus memenangkan banding wajib
pajak. Selain itu, menurut Indonesia Corruption Watch (ICW), diduga
modus Gayus memanipulasi pajak dengan bermain kurs Rupiah saat
menangani pajak Bumi Resources tahun 2002-2005. Hasil manipulasi

13
tersebut menyebabkan kewajiban pajak berkurang hingga US$ 164,627
ribu (www.mediaindonesia.com, November 2009).
Kini Gayus Tambunan kembali ditetapkan sebagai terdakwa dan
dijerat pasal berlapis yakni korupsi, pencucian uang dan penggelapan.
Kasus Gayus kini melebar dan melibatkan sejumlah pihak. Namanya
mencuat kembali saat dirinya diduga bebas berkeliaran keluar dari rumah
tahanan. Gayus Tambunan, entah mengapa, mendapatkan perlakukan
khusus yang sangat tidak masuk akal.
Perkembangan terkini dari penanganan kasus korupsi Gayus
Tambunan semakin membuat masyarakat jengah. Gayus Tambunan
sebagai tersangka korupsi seolah-olah memiliki kuasa sahingga dia selalu
mendapatkan perlakuan istimewa. Terakhir, dia kembali mendapatkan
perlakuan istimewa di depan hukum, yaitu kepolisian hanya menjeratnya
dengan pasal gratifikasi, di mana dia hanya dapat dihukum maksimal 3
tahun penjara. Dalam berbagai perkara yang pernah ada, seseorang yang
terjerat pasal gratifikasi sering lolos dari jeratan hukum. Hal ini kemudian
menyebabkan krisis kepercayaan masyarakat terhadap kinerja penegak
hukum dalam menangani kasus Gayus. Oleh karena itu masyarakat banyak
yang mendesak agar kasus Gayus ditangai oleh KPK. Akan tetapi,
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri tetap menegaskan bahwa
kasus Gayus tetap ditangai oleh Polisi. Padahal, telah jelas terlihat bahwa
Kepolisian sendiri tidak serius dalam menangani kasus korupsi Gayus
sehingga menyebabkan kasus ini tidak menemui ujungnya.
Hal ini kemudian menjadi pertanyaan penting bagi kita semua.
Ada apa dengan negeri ini? Mengapa korupsi tetap saja dapat berjaya
dan bersemayam di tubuh semua lembaga, bahkan di lembaga yang
seharusnya memiliki kewajiban untuk memberantas korupsi itu sendiri. Ini
menjadi tantangan bagi bangsa dan Negara dalam mengatur dan menata
kehidupannya.

14
E. Upaya Pemerintah dalam Pemberantasan Tindakan Korupsi
Bertambah besar volum pembangunanmaka semakin besar pula
kemungkinan kebocoran.Ditambah dengan gaji pegawainegeri yang memang
sangat minim di negara-negara berkembang seperti indonesia,pegawai negeri
terdprng untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang kadang-kadang
menggunakan kekuasannya untuk menambahkan penghasilannya.Memang
terjadi korupsi yang besar-besaran bagi mereka yang telah memperoleh
pendapatan yang memadai disebabkan karena sifatnnya yang serakah,tetapi ini
bukan hal yang menyeluruh.
Guner Myrdal berpendapat bahwa jalan untuk memberantaskan korupsi ialah
sebagai berikut:
1. Menaikkan gaji pegawai rendah dan (menengah).
2. Menaikkan moral pegawai tinggi
3. Legalisasi pemungutan liar menjadi pendapatan resmi atau legal.
Sudah jelas bahwa kalangan elite kekuasaan harus memberikan
keteladanan bagi yang bawah.Untuk mencegahkorupsi besar-besaran,bagi
pejabat yang menduduki jabatan yang rawan korupsi seperti bidang
pelayanan masyarakat,pendapatan negara,penegak hukum,dan pembuat
kebijaksanaan harus didaftar kekayaannya sebelum menjabat jabatannya
sehingga mudah diperiksa pertambahan kekayaannya dibandingkan dengan
pendapatan yang resmi.Artinya pegawai negeri atua pejabat yang tidak
membuktikan kekayaannya yang tidak seimbang dengan pendapatannya
yang resmi dapat diduga langsung secara perdata oleh penuntu umum
berdasarkan perbuatan melanggar hukum. Degan demikian , Harus ada
sistem pendaftaran kekayaan pejabat sebelum dan sesudah menjabat
sehingga dapat dihitung pertambahan kekayannya itu. Penuntutan pidana
hnaya mempunyai fungsi sebagai obat yang terakhir. Jelas bahwa korupsi
tidak akan terberantas hanya dengan penjatuhan pidana yang berat saja,
tanpa ada suatu prevensi yang lebih efektif.

15
Dengan pidana mati pun di RRC tidak menhapuskan korupsi . satu hal
yang kurang diperhatikan peningkatan kesadaran hukum rakyat. Selalu
penegak hukum saja yang diancam dengan tindakan keras, tetapi jika
rakyatnya sendiri masih menoleransi korupsi, yang setiap kali memerlukan
layanan selalu menyediakan amplop, dan setiap mendapat perkara selalu
mencari siapa penyidiknya penuntut, atau hakimnya untuk di sogok,
lingkaran setan korupsi tidak akan terberantaskan.
Di negara-negara Afrika bagian selatan dirumuskan strategi
pembrantasan korupsi berbentuk pirmida yang pada puncaknya adalah
prevensi (pencerahan), sedangkan pada kedua sisinya masing-masing
pendidikan masyarakat (public education) dalam memberantaskan korupsi
harus dicari penyebab terlebih dahulu, kemudian penyebab itu dihilangkan
dengan cara prevensi disusul dengan pendidikan (peningkatan kesadaran
hukum)disertai dengan tindakan represif (pemidana). Kebijakan pemerintah
dalam memberantaskan korupsi harus didukung oleh seluruh warga.

16
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa korupsi yang terjadi di negara kita
masih merajalela, yaitu bisa kita melihat para koruptor yang mengambil uang
rakyat untuk keperluan pribadinya tanpa memikirkan bagaimana nasib negara
kita, khususnya masyarakat indonesia. Apakah para koruptor tidak memikirkan
hal tersebut, lantas mereka hanya memikirkan diri mereka sendiri, tanpa
memperdulikan nasib negara kita. Negara kita banyak dirugikan oleh para
koruptor, bagaimana negara kita bisa menjadi negara maju jika penyakit
Korupsi ini masih mendarah daging. Ekonomi Negara kita akan slalu menjadi
tidak stabil, bila ini terus menerus terjadi, dan tidak segera ditindak lanjuti
dengan cepat. Korupsi pada dasarnya dapat terjadi kapan saja dan di mana saja,
menyentuh semua kalangan di dalam masyarakat. Namun dengan kita melihat
kasus Gayus Tambunan, korupsi yang sangat merugikan ini sering kali terjadi
di kalangan atas, atau elite, dan para pejabat yang memiliki kekuasaan dan
posisi yang strategis.
Korupsi muncul bukan tanpa sebab. Korupsi merupakan akibat dari
sebuah situasi kondisi di mana seseorang membutuhkan penghasilan lebih, atau
merasa kurang terhadap apa yang dia peroleh jika menjalankan usaha dengan
cara-cara yang sah. Korupsi merupakan tindakan yang tidak lepas dari pengaruh
kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki oleh individu maupun kelompok, dan
dilaksanakan baik sebagai kejahatan individu (professional) maupun sebagai
bentuk dari kejahatan korporasi (dilakukan denga kerjasama antara berbagai
pihak yang ingin mendapatkan keuntungan sehingga membentuk suatu struktur
organisasi yang saling melindungi dan menutupi keburukan masing-masing).
Korupsi merupakan cerminan dari krisis kebijakan dan representasi dari
rendahnya akuntabilitas birokrasi publik.

17
Korupsi juga dapat terjadi karena kurangnya kesadaran untuk mematuhi
prinsip “mempertahankan jarak”. Ketika di dalam tatanan sosial masyarakat
Indonesia yang menjujung tinggi konsep keluarga besar menjadi sebuah faktor
individu untuk berada di situasi yang sulit dalam menutupi kekurangan
ekonomi, pengaruh-pengaruh dari keluarga dan kerabat dapat menyebabkan
munculnya sikap untuk melakukan kecurangan dan pelanggaran hukum.
Individu yang melakukan korupsi gagal dalam memilah antara kepentingan
pribadi dengan kepentingan umum. Korupsi terjadi karena hilangnya rasa
tanggung jawab dan rasa malu di dalam diri pelakunya.
Korupsi juga tidak datang begitu saja di pikiran seorang pelaku. Dia
dipahami seabagai suatu tindakan melanggara hukum dan diperoleh melalui
proses belajar. Sesuai dengan teori different association, kemungkinan terbesar
aksi pelanggaran hukum ini dipelajari ketika seseorang mulai belajar
melakukan bisnis atau usaha untuk mencari keuntungan. Semakin kuatnya
paham setiap pelaku bisnis bahwa mendapatkan keuntungan (materil) adalah
tujuan utama dari suatu bisnis, menyebabkan pelangaran hukum, seperti
korupsi, menjadi hal yang lumrah untuk dilakukan. Selain itu, semakin
bertambahnya anggota yang memiliki paham yang sama tentang keuntungan
tersebut, menjadikan korupsi sebagai lahan untuk mencari uang sehingga
membuka lebar untuk terjadinya tindakan kejahatan korporasi.
Semua faktor-faktor itu sangat mempengaruhi diri individu untuk
melakukan kejahatan: korupsi. Hal ini disebabkan kurangnya rasa kesadaran
akan pentingnya tanggung jawab moral bagi mereka yang memiliki jabatan
dan kekuasaan. Oleh karena itu, meskipun terkesan sebagai mimpi dan harapan
yang muluk, memperbaiki kesadaran seseorang dan mengembalikan rasa
tanggung jawab moralnya adalah salah satu cara yang paling ampuh untuk
mencegah dan menghentikan korupsi di negeri ini. Pendidikan agama dan aksi
memperkuat iman adalah metode yang mesti ditingkatkan demi mendapatkan
orang-orang yang memiliki hati nurani bersih dan mau bekerja demi
kepentingan dan kesejahteraan masyarakat. Terutama demi negara kita sendiri,

18
B. Saran
Saran dari kelompok kami yaitu seharusnya Negara kita itu bisa
mengambil indakan yang tegas agar korupsi dapat diberentaskan/dibasmi
sampai ke akar-akarnya. kalau bisa orang yang melakukan korupsi itu bisa
dijatuhi hukuman seberat-beratnya sebagai suatu proses untuk membuat para
koruptor itu jera dan tidak mengulangi perbuatan kejinya itu.

19
DAFTAR PUSTAKA

Mustofa, Muhammad. kleptokrasi: Persengkongkolan Birokrat-Korporat


sebagai Pola White-Collar Crime di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2010.
Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik, cetakan ke duapuluh tujuh.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005
Bellone, Carl.1980.Organization Theory and The New Public Administration.
United States Of America.Allyn and Bacon, Inc. Boston/ London
Sydney/ Toronto.
Sandri Justiana, dkk. 2014. Buku ajar pendidikan budaya anti korupsi. Jakarta.
Pusat pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

20

Anda mungkin juga menyukai