Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PBAK

PERAN MAHASISWA SEBAGAI AGENT OF CHANGE


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan dan Budaya Anti Korupsi
Dosen : Parta Suhanda, Skp.M.Biomed

Disusun Oleh : Kelompok 7

1. M. Fathulrozi
2. Huda Husyada
3. Mila Febila Cahyani
4. Shofie Awalia. K

PRODI DIII KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
limpahan rahmat nya. Sehingga kelompok dapat menyelesaikan tugas makalah ini
yang berjudul “PBAK Di Perguruan Tinggi”, disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kewirausahaan.
Dalam penulisan makalah ini tentunya penulis berterima kasih kepada dosen
pembimbing mata kuliah ini yaitu Parta Suhanda, Skp.M.Biomed yang telah
membimbing, memotivasi dan mendampingi kami dalam pembelajaran.
Makalah ini berisi tentang Pengertian, Pentingnya Peran dan Fungsi Agent Of
Change, PBAK Di Perguruan Tinggi, Peran Pendidik Dalam Pengajaran PBAK,
Peran Mahasiswa, Pelibatan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi.. Kelompok
menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kelompok mengharapkan kritik dan saran semua
pihak untuk menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang, 24 Juli 2020

Penyusun

i
BAB I

DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................i

Daftar Isi...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah ................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Agent Of Change................................................................3


B. Pentingnya Peran Dan Fungsi Agent Of Change..................................3
C. PBAK Di Perguruan Tinggi..................................................................5
D. Peran Pendidik Dalam Pengajaran PBAK............................................6
E. Peran Mahasiswa di Kampus, Keluarga dan Masyarakat.....................7
F. Pelibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Antikorupsi..............................11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................13
B. Saran.....................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................

ii
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Mahasiswa sebagai generasi muda memiliki kedudukan yang strategis
baik itu dalam masyarakat, bangsa, dan negara khususnya dalam aspek
pembangunan nasional. Hal tersebut disebabkan karena mahasiswa
merupakan bagian dari masyarakat suatu bangsa yang menuntut ilmu pada
jenjang pendidikan tinggi. Tidak bisa dipungkiri, mahasiswa sebagai kaum
intelektual menjadi tonggak peradaban bangsa yang diharapkan mampu
menjadi pionir terdepan dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang
dihadapi suatu bangsa. Oleh sebab itu, keberadaan mahasiswa sangat
memiliki peran penting dan strategis dalam perguruan tinggi maupun pada
suatu bangsa.
Mahasiswa sebagai agent of change artinya mahasiswa berfungsi
sebagai pendobrak atau agen perubahan. Istilah ini menitikberatkan pada
mahasiswa yang memiliki banyak tanggung jawab selain akademik,
diharapkan juga mampu menjadi penggerak untuk mengikutsertakan
mahasiswa lainnya dalam melakukan perubahan di berbagai bidang
khususnya mampu mempengaruhi kebijakan-kebijakan dalam suatu
perguruan tinggi. Selanjutnya, mahasiswa sebagai direktor of change
berarti mahasiswa sebagai seseorang yang mampu mengarahkan
perubahan.
Hal ini dimaksudkan bahwa setelah mahasiswa mampu menjadi agen
perubahan, mahasiswa mampu mengubah kebijakan-kebijakan yang ada,
setelah itu mahasiswa diharapkan mampu mengarahkan perubahan
tersebut sehingga perubahan yang terjadi bersifat positif serta memberikan
manfaat bagi banyak pihak. Dengan demikian, tanggung jawab mahasiswa
tidak cukup hanya mengubah keadaan tapi juga menentukan bagaimana
arah perubahan tersebut.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian agent of change?
2. Apa peran dan fungsi agent of change?
3. Bagaimana PBAK di perguruan tinggi?
4. Bagaimana peran pendidik dalam pengajaran PBAK?
5. Bagaimana peran mahasiswa di kampus, keluarga, masyarakat, tingkat
nasional dan internasional?
6. Bagaimana pelibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pegertian agent of change.
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi agent of change.
3. Untuk mengetahui PBAK di perguruan tinggi.
4. Untuk mengetahui peran pendidik dalam pengajaran PBAK.
5. Untuk mengetahui peran mahasiswa di kampus, keluarga, masyarakat,
tingkat nasional dan internasional.
6. Untuk mengetahui pelibatan mahasiswa dalam pergerakan antikorupsi.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Agent Of Change


Didalam era globalisasi yang mendunia saat ini, perubahan terus
bergerak cepat baik itu dalam produk baru, pasar baru, cara berfikir dan
kompentensi baru, serta teknologi yang semakin canggih. Perubahan
tersebutlah dapat menjadi peluang atau mungkin bisa menjadi sebuah
tantangan dalam menghadapi persaingan-persaingan yang ketat. Menurut
Soerjono Soekanto menyatakan, pihak-pihak yang menghendaki
perubahan dinamakan Agent of Change, yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan sebagai pemimpin satu atau lebih
lembaga-lembaga kemasyarakatan (Soekanto, 1992:273). Sedangkan
menurut Robbins & Coulter dalam (Supriyanto, 2016:32), agen perubahan
adalah orang yang bertindak sebagai katalisator dan mengelola perubahan
yang terjadi.
B. Peran dan Fungsi Agent Of Change
1. Peran Agent Of Change
Peranan utama seorang agen perubahan (Nasution, 2004:129), yaitu:
1) Sebagai katalisator, menggerakkan masyarakat untuk mau
melakukan perubahan.
2) Sebagai pemberi pemecahan persoalan.
3) Sebagai pembantu proses perubahan: membantu dalam proses
pemecahan masalah dan penyebaran inovasi, serta member
petunjuk mengenai bagaimana:
a) Mengenali dan merumuskan kebutuhan
b) Mendiagnosa permasalahan dan menentukan tujuan
c) Mendapatkan sumber-sumber yang relevan
d) Memilih atau menciptakan pemecahan masalah
e) Menyesuaikan dan merencanakan pentahapan pemecahan
masalah.

3
4) Sebagai penghubung (linker) dengan sumber-sumber yang
diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
2. Fungsi Agent Of Change
Agent of change mempunyai fungsi yang banyak dalam membantu
masyarakat untuk melakukan perubahan perilaku sesuai yang
diinginkan sebagai:
1) INISIATOR
Inisiator adalah seseorang yang memprakarsai suatu
tindakan yang memiliki kemampuan untuk berinisiatif
(membuat perubahan) atau memprakarsai suatu hal, kegiatan
rencana dan berbagai hal yang bertujuan untuk membuat suatu
perubahan. Ciri-Ciri inisiator:
a) Inisiator adalah seorang yang kaya dengan
ide/gagasan/konsep. Mereka selalu memproduksi
ide/gagasan. Ide/gagasan itu bisa datang dari berbagai
sumber
b) Inisiator juga harus seorang yang bertipe proaktif. Mereka
adalah orang-orang yang memiliki inisiasi untuk bergerak
c) Inisiator juga harus pandai dalam berkomunikasi. Mereka
harus mampu berkomunikasi dengan sederhana dan dapat
dipahami oleh orang lain. Mereka mampu membedakan
dengan siapa mereka berkomunikasi.
2) EDUKATOR
Edukator adalah orang yang memberikan pendidikan
untuk meningkatkan pengetahuan agar dapat diaplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Dapat berupa dalam bentuk
ajakan. Edukator adalah orang yang memajukan dan
meningkatkan mental, moral, psikis dan pengetahuan
seseorang melalui proses mengajar dan belajar. Edukator harus
mampu menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling
tidak 4 macam nilai yaitu:

4
a) Mental, hal-hal yang berkaitan dengan sikap batin dan
watak manusia
b) Moral,hal-hal yang berkaitan dengan ajaran baik buruk
mengenai perbuatan, sikap dan kewajiban atau moral yang
diartiakan sebagai akhlak, budi pekerti dan kesusilaan
c) Fisik, hal-hal yang berkaitan dengan kondisi jasmani atau
badan, kesehatan dan pemampilan manusia secara lahiriah
d) Artistik, hal-hal yamg berkaitan kepekaan manusia
terhadap seni dan keindahan
3) MOTIVATOR
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) motivator
merupakan orang (perangsang) yang menyebabkan timbulnya
motivasi pada orang lain untuk melaksanakan sesuatu.
Langkah-langkah tegap sang motivator menjadi inspirasi bagi
pengikutnya, langkah-langkah tegas sang motivator menjadi
panutan anak buahnya.
4) IMPLEMENTATOR
Implementator merupakan kegiatan akhir dari proses
penerapan system baru di mana sistem yang baru ini akan
dioperasikan secara menyeluruh. Kegiatan implementator
bertujuan untuk melakukan proses penerapan sistem baru.
Bentuk kegiatan yang dilakukan dapat seperti pelatihan
personil (training). Menjadi seorang implementator harus bisa
menjadi inisiator, educator dan motivator terlebihdahulu
sehingga bisa menjadi role model sepenuhnya yang bisa ditiru
oleh orang sekitar.
C. PBAK di Perguruan Tinggi
Sejak dulu gerakan mahasiswa berperan penting dalam menentukan
perjalanan bangsa Indonesia karena diyakini bahwa sosok mahasiswa
adalah mereka yang masih berjiwa bersih karena idealisme, semangat
muda, dan kemampuan intelektual yang tinggi. Dari pandangan ini

5
kemudian mahasiswa dianggap sebagai agen perubahan (agent of change)
pada suatu masyarakat atau bangsa. Dalam rangka pemberantasan korupsi
sangat diharapkan keterlibatan mahasiswa yang sifatnya tidak pada upaya
penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum, tetapi
mahasiswa berperan aktif dalam upaya pencegahan. Mahasiswa lebih
difokuskan dalam hal ikut membangun budaya antikorupsi di masyarakat
(Dikti, 2011).
Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan
motor penggerak dalam gerakan antikorupsi di lingkungan keluarga,
lingkungan kampus, serta lingkungan masyarakat sekitar dan di tingkat
lokal/nasional. Untuk keberhasilan gerakan tersebut, mahasiswa perlu
dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan
pemberantasannya. Di sinilah peran Pendidikan dan Budaya Antikorupsi
dapat diterapkan serta diwujudkan dalam pembelajaran dalam
pembelajaran di perguruan tinggi.
D. Peran Pendidik Dalam Pengajaran PBAK
Pendidik berperan penting dalam tercapainya tujuan dan pembelajaran
PBAK di dalam kelas serta di luar kelas. Beberapa hal yang patut
diperhatikan para dosen atau pengajar PBAK adalah sebagai berikut:
1. Kurikulum PBAK adalah sesuatu yang baru dalam konteks dunia
pendidikan Indonesia, bahkan konsep secara tertulis baru diterbitkan
Direktorat Pendidikan Tinggi pada tahun 2012 sehingga para dosen
perlu memahami secara mendalam materi PBAK dan juga mencermati
berbagai kasus korupsi di lingkungan pendidikan yang dapat dijadikan
contoh pada saat pembahasan pembelajaran.
2. Pengajar PBAK perlu menunjukkan contoh sikap antikorupsi dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tidak bertentangan dengan
pembelajaran PBAK yang diampu.
3. Pengajar PBAK perlu mendorong implementasi pendidikan, penelitian,
dan pengabdian pada masyarakat secara berintegritas sebagai refleksi
positif dari Tri Dharma Perguruan Tinggi.

6
4. Pengajar PBAK perlu mendorong mahasiswa untuk melakukan
kegiatan kegiatan pendidikan antikorupsi kepada masyarakat lebih.
E. Peran Mahasiswa
1. Di Lingkungan Kampus
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi di lingkungan
kampus dapat dibagi menjadi dua wilayah, yaitu untuk wilaya individu
dan wilayah kelompok mahasiswa. Dalam wilayah individu
seyogianya mahasiswa menyadari perilakunya agar tidak terjerembab
pada praktik yang menyuburkan benih-benih korupsi. Contohnya,
menitipkan presensi kehadiran kepada teman untuk mengelabui dosen.
Dalam wilayah kelompok, mahasiswa dapat saling mengingatkan dan
mengontrol apa yang terjadi di sekelilingnya terkait perilaku yang
menjurus korup. Berikut ini adalah upaya-upaya yang dapat dilakukan
mahasiswa di lingkungan kampus:
a) Menciptakan lingkungan kampus bebas korupsi
Seseorang melakukan korupsi jika ada niat dan kesempatan.
Kampus juga menjadi tempat dapat berkembangnya niat dan
kesempatan untuk berlaku korup. Untuk itu, penciptaan lingkungan
kampus yang bebas korupsi harus dimulai dari kesadaran seluruh
civitas academica kampus serta ditegakkannya aturan-aturan yang
tegas. Kampus dapat disebut sebagai miniatur sebuah negara.
Kampus juga harus menciptakan budaya transparansi, baik itu di
lingkungan pejabat kampus maupun pengelola kampus secara
keseluruhan. Para dosen juga harus menunjukkan teladan dalam
bersikap penuh integritas. Berita dalam kliping koran berikut ini
menunjukkan perilaku akademisi yang tidak mencontohkan sikap
berintegritas.
b) Memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang bahaya
melakukan korupsi
Kegiatan seperti kuliah kerja nyata (KKN) dapat dimodifikasi
menjadi kegiatan observasi tentang pelayanan publik di dalam

7
masyarakat dan sekaligus sosialisasi gerakan antikorupsi dan
bahaya korupsi kepada masyarakat. Selain itu, mahasiswa juga
dapat menciptakan kegiatan-kegiatan lain secara kreatif yang
berhubungan dengan masyarakat secara langsung, seperti
mengadakan sayembara karya tulis antikorupsi, mengadakan pentas
seni antikorupsi, meminta pendapat masyarakat tentang pelayanan
publik, atau mendengarkan keluhan masyarakat terkait pelayanan
publik.
c) Menjadi alat pengontrol terhadap kebijakan pemerintah
Mahasiswa selain sebagai agen perubahan juga bertindak
sebagai agen pengontrol dalam pemerintahan.Kebijakan
pemerintah, baik itu eksekutif, legislatif, maupun yudikatif sangat
perlu untuk dikontrol dan dikritisi jika dirasa kebijakan tersebut
tidak memberikan dampak positif pada keadilan dan kesejahteraan
masyarakat dan semakin memperburuk kondisi masyarakat.
Misalnya, dengan melakukan aksi damai untuk mengkritik
kebijakan pemerintah atau melakukan jajak pendapat untuk
memperoleh hasil negosiasi yang terbaik.
2. Di Lingkungan Keluarga
Penanaman nilai-nilai atau internalisasi karakter antikorupsi di
dalam diri mahasiswa dimulai dari lingkungan keluarga. Di dalam
keluarga dapat terlihat ketaatan tiap-tiap anggota keluarga dalam
menjalankan hak dan kewajibannya secara penuh tanggung jawab.
Keluarga dalam hal ini harus mendukung dan memfasilitasi sistem
yang sudah ada sehingga individu tidak terbiasa untuk melakukan
pelanggaran. Sebaliknya, seringnya anggota keluarga melakukan
pelanggaran peraturan yang ada dalam keluarga, bahkan sampai
mengambil hak anggota keluarga yang lain, kondisi ini dapat menjadi
jalan tumbuhnya perilaku korup di dalam keluarga. Kegiatan sehari-
hari anggota keluarga yang dapat diamati oleh mahasiswa, contohnya:
a) menghargai kejujuran dalam kehidupan

8
b) penerapan nilai-nilai religius di lingkungan terdekat, termasuk
dalam aktivitas ibadah;
c) pemberian bantuan tanpa pamrih dan atas kesadaran sendiri;
d) berani mempertanggung jawabkan perilakunya.
e) mempunyai komitmen tinggi termasuk mentaati aturan
f) berani mengatakan yang benar dan jujur
3. Di Tingkat Lokal dan Nasional
Keterlibatan mahasiswa dalam gerakan antikorupsi bertujuan
mencegah terjadinya perilaku korup dan berkembangnya budaya
korupsi di tengah masyarakat. Dalam gerakan antikorupsi ini
mahasiswa dapat menjadi pemimpin (leader), baik di tingkat lokal
maupun nasional serta memiliki kesempatan untuk memberikan
rekomendasi kepada pemerintah. Kegiatan yang dilakukan oleh
mahasiswa dimulai dari lingkungan kampus yaitu dengan
menyosilisasikan nilai-nilai antikorupsi, kemudian menyosialisasikan
ke luar lingkungan kampus atau perguruan tinggi lainnya dengan
dukungan BEM. Mahasiswa dapat memanfaatkan teknologi internet
dan media sosial dengan mengadakan situs opini antikorupsi atau
menciptakan komunitas-komunitas antikorupsi di dunia maya. Hal
yang penting adalah dimilikinya integritas oleh mahasiswa. Integritas
adalah salah satu pilar penting sebagai pembentuk karakter antikorupsi.
Secara harafiah, integritas bisa diartikan sebagai bersatunya antara
ucapan dan perbuatan.Jika ucapan mengatakan antikorupsi, maka
perbuatan pun demikian.Dalam bahasa sehari-hari di masyarakat,
integritas bisa pula diartikan sebagai kejujuran (KPK, t.t.). Bagaimana
cara agar integritas dapat ditanamkan?
a) Mempelajari dan menerapkan nilai-nilai agama dan etika
Menerapkan nilai-nilai agama dan etika menjadi filter bagi
setiap individu. Manusia menyadari ada kehidupan setelah
kematian, dan setiap orang akan mempertanggungjawabkan setiap
perbuatan yang dilakukan. Perbuatan korupsi adalah dosa, harta

9
hasil korupsi adalah barang haram, yang akan membawa akibat
yang tidak baik bagi diri sendiri, keluarga, dan masyarakat. Akibat
tersebut bisa langsung terasa di dunia, atau mungkin nanti berupa
siksa di neraka. Kesadaran akan hal ini, membuat setiap orang
lebih berhatihati, dan tidak terjebak ke dalam perilaku korupsi.
b) Belajar dari tokoh bangsa yang memiliki integritas tinggi
Banyak tokoh bangsa yang memiliki integritas, seperti
Muhammad Natsir, Mohammad Hatta, Jenderal Sudirman, dan
Hoegoeng.Mahasiswa perlu membaca kisah atau biografi tokoh
tersebut untuk menjadi pelajaran dan contoh keteladanan.
c) Berlatih dari hal-hal yang kecil
Jangan berbicara tentang korupsi jika masih suka melanggar
aturan lalu lintas, membuang sampah sembarangan, menyontek,
melanggar hal-hal lain yang dianggap “sepele”.Bagaimana
mungkin bisa memberantas korupsi yang demikian massif jika kita
tidak bisa mengatasi keinginan untuk melakukan pelanggaran
“kecil”? Integritas harus ditanamkan secara bertahap, mulai dari
yang kecil dan terdekat dengan tangan kita.
d) Mengajak yang lain untuk melakukan hal yang sama
Gerakan berintegritas harus menjadi gerakan massal dan
menyebar. Integritas parsial tidak akan membantu banyak
perubahan. Masyarakat harus memiliki budaya malu jika mereka
mengabaikan integritas. Karena itu, mahasiswa dapat mengajak
lingkungan terkecilnya yaitu keluarga untuk menjunjung tinggi
integritas.
e) Melakukannya mulai dari sekarang, jangan ditunda
Lakukan mulai dari sekarang juga, dan tidak ditunda. Mulai
dari yang kita bisa. Korupsi sudah menggurita, tidak ada waktu lagi
untuk menunda. Selagi masih ada kesempatan, lakukan mulai dari
sekarang.

10
F. Pelibatan Mahasiswa Dalam Gerakan Antikorupsi
Peran penting mahasiswa tersebut tidak dapat dilepaskan dari
karakteristik yang dimiliki, yaitu intelektualitas yang tinggi, jiwa muda
yang penuh semangat, dan idealisme yang murni.Selain itu, peran ini
sangat terkait dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan,
penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.Demikian pula dalam
memandang persoalan bangsa ini, terutama terkait korupsi, mahasiswa
patut menjadi garda terdepan gerakan antikorupsi.
Mahasiswa dapat berperan nyata melalui edukasi dan kampanye, yang
merupakan salah satu strategi pemberantasan korupsi yang sifatnya
represif (KPK, t.t.). Melalui program edukasi dan kampanye dapat
dibangun perilaku dan budaya antikorupsi antarsesama mahasiswa atau
jenjang lebih rendah lagi, yaitu taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan
sekolah menengah.
Program edukasi dilakukan melalui banyak kegiatan, seperti
pembuatan bahan ajar pendidikan dan budaya antikorupsi, materi
pendidikan dan budaya antikorupsi dimasukkan ke dalam kurikulum
pendidikan, dan pembentukan pusat studi antikorupsi di kampus.Program
kampanye dapat dilakukan melalui media cetak, media elektronik, media
daring (online), perlombaan/sayembara, termasuk modifikasi program
kuliah kerja nyata (KKN).
Apapun bakat mahasiswa dalam edukasi dan kampanye dapat
dijadikan pintu masuk untuk kampanye gerakan antikorupsi. Kegiatan ini
dapat dimasukkan melalui aneka bakat seni yang dimiliki oleh mahasiswa,
seperti menyanyi, menciptakan lagu antikorupsi, seni drama, atau juga
kemampuan menulis.Selain itu, organisasi-organsasi mahasiswa seperti
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Himpunan Mahasiswa (Hima), dan
unit-unit kegiatan dapat menjadi contoh komitmen penegakan integritas
dalam berorganisasi. Bukanlah hal yang mengejutkan jika praktik-praktik
korupsi juga menjalari organisasi-organisasi mahasiswa sehingga hal ini

11
pun harus dicegah sejak dini ketika mahasiswa juga dapat mengontrol
organisasi yang dikelola di antara mereka.

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi memang menjadi masalah utama yang dihadapi oleh
pemerintah dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Korupsi sudah
mengakar di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dan sudah menjadi
"budayanya Indonesia". Oleh karena itu upaya membersihkan Indonesia
dari gurita korupsi di perlukan peran dari semua pihak, salah satunya
adalah perguruan tinggi. Muncul ide agar budaya korupsi itu pelan-pelan
dihilangkan lewat pendidikan. Mungkinkah? Apakah pendidikan kita dapat
menjadi sarana untuk menekankan nilai "anti-korupsi" ? Persoalan korupsi
di Indonesia kini semakin subur dan massif serta berdampak sistemik
dalam semua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejarah
menunjukkan, perguruan tinggi selalu menjadi simbol perlawanan, tanpa
terkecuali terhadap kejahatan korupsi, meskipun perguruan tinggi pun tak
luput dari jerat kejahatan korupsi seperti yang diberitakan oleh beberapa
media belakangan.
Perguruan tinggi yang di dalamnya ada mahasiswa dan dosen
merupakan perwujudan masyarakat sipil (civil society) yang dapat menjadi
lokomotif dan pelopor pemberantasan korupsi di negara ini.
Pemberantasan korupsi tidak boleh sepenuhnya diserahkan kepada aparat
penegak hukum yang diindikasi banyak terlibat dalam praktik korupsi.
Sebagai perwujudan masyarakat sipil perguruan tinggi dapat menjadi
gerakan penyeimbang dan kontrol terhadap lembaga penegak hukum dan
aparat keamanan yang berwenang memberantas korupsi. Kontrol tentu
tidak bisa dimaksudkan sebagai upaya intervensi terhadap proses
persidangan dan penyelidikan kasus korupsi yang sedang berlangsung.
Namun lebih kepada upaya untuk menyampaikan kritik, masukan, saran
dan evaluasi terhadap proses pemberantasan korupsi yang dilakukan
B. Saran

13
Diharapkan semoga mahasiswa sebagai Agent Of change dapat berperan
penting dalam pelaksanaan dan penerapan Budaya Anti Korupsi diluar dan
di dalam kampus atau di berbagai lapisan masyarakat.

14
DAFTAR PUSTAKA

Adwirman. dkk. 2014. Buku Ajar Pendidikan Dan Budaya Antikorupsi. Jakarta:
Pusdiklatnakes
Trionovan, elvi. 2016. Pengetahuan Budaya Anti Korupsi. Jakarta: Kemenkes RI
Wulandari, desy. 2016. Pendidikan Budaya Anti Korupsi.
http://punyadesywulandari.blogspot.com/2016/04/pbak.html?m=1.
Diakses pada 23 Juli 2020.

15

Anda mungkin juga menyukai