Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya, kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................2
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN...............................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................4
A. penyebab dan motivasi korupsi dalam lingkup internal dan eksternal.......................................4
B. Dampak korupsi.........................................................................................................................5
C. Investigasi lapangan...................................................................................................................6
D. Upaya pemberantasan anti korupsi..........................................................................................10
E. Pencegahan korupsi sektor publik dan peran agama dan budaya dalam pemberantasan korupsi
11
F. Rencana investigasi tindak pidana korupsi.............................................................................13
BAB III................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan atas UUD 1945 dan Pancasila sebagai
landasan falsafah Negara. Era Reformasi Pancasila yang bersifat demokratis seperti saat ini
Indonesia sudah menerima hasilnya berupa pemerintahan yang koprol. Koprol dalam artian
adalah para pemimpin dan ahli politik saling membenarkan persepsi sendiri dan
mementingkan diri sendiri atau golongan sehingga rakyat kecil menjadi bingung dan terjadi
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang semakin lama semakin marak dan semakin sulit
untuk menumpasnya. Permasalahan ini memang bukan merupakan masalah yang baru, tapi
sungguh sangat berbahaya bagi kelangsungan Negara Bahkan Singapura pernah mengecap
Indonesia sebagai the envelope country, jika diterjemahkan secara bebas artinya adalah
sebuah Negara Amplop. Menurut penulis wajar Singapura mengecap Indonesia dengan
sebutan itu dan seharusnya para Aparatur Negara tanpa terkecuali seharusnya berkaca dari
ucapan itu dan bukan malah menuntut Singapura.
Mengapa demikian?, jelas karena fakta yang ada di Indonesia saat ini adalah segala
hal bisa dibeli mulai dari hukum, lisensi, tender, Wartawan, Hakim, Jaksa, petugas pajak dan
dari Lembaga Independen sekalipun bisa dibeli Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
adalah lembaga yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Selain itu KPK juga merupakan
lembaga yang independen dan bebas dari pengaruh dalam melaksanakan tugasnya, seperti
yang tercantum pada Pasal 3 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 telah dijelaskan
mengenai sanksi-sanksi dalam berbagai macam tindak korupsi. Pada kenyataannya masih
saja banyak ditemukan kasus korupsi, seakan-akan mereka tidak takut dengan hukuman atau
sanksi yang akan mereka dapat setelah terbukti sebagai koruptor nantinya. Hukuman dan
sanksi yang telah dirumuskan untuk para pelaku korupsi rasanya hanya dianggap sebagai
angin lalu saja.
Ketika upaya pemberantasan korupsi dengan membebankan sanksi yang berat kepada
koruptor belum juga mampu membuat korupsi lenyap, maka upaya pencegahan mulai
dipertimbangkan. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Selain itu bila hanya
menekankan pada hukuman yang diberikan pada koruptor tidak akan ada habisnya. Kasus
1
korupsi akan selalu muncul, dari generasi ke generasi. Korupsi sangat berkaitan dengan
kesadaran, kesadaran akan hukum tiaptiap orang tentu saja berbeda. Tetapi bila dilihat dari
banyaknya kasus korupsi yang ada, bisa disimpulkan bahwa kesadaran hukum warga
Indonesia cukup rendah. Perlu adanya penanaman kesadaran serta nilai-nilai positif lain sejak
dini, agar generasi muda nantinya akan mampu membawa bangsa Indonesia menjadi lebih
baik. Banyak faktor pendorong terjadinya korupsi di Indonesia, yakni diantaranya :
Konsentrasi kekuasan dipengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada
rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratis; Gaji yang masih
rendah; kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan, administrasi yang lamban;
Sikap mental para pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang haram, tidak ada
kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintah; Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah;
Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan
politik yang normal; Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.; Lingkungan
tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman lama”; Lemahnya ketertiban
hukum; Lemahnya profesi hukum; Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil; Rakyat yang
apatis, masa bodoh, tidak tertarik, atau mudah dibohongi; Ketidakadaannya kontrol yang
cukup untuk mencegah penyuapan. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi
mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab dan motivasi korupsi dalam lingkup internal dan eksternal?
2. Apa dampak korupsi?
3. Apa itu investigasi lapangan?
4. Bagaimana upaya pemberantasan anti korupsi?
5. Bagaimana Pencegahan korupsi sektor publik dan apa peran agama dan budaya dalam
pemberantasan korupsi?
6. Bagaimana Rencana investigasi tindak Pidana korupsi?
2
1. Dapat mengetahui penyebab dan motivasi korupsi dalam lingkup internal dan eksternal
2. Untuk mengetahui apa dampak korupsi
3. Untuk mengetahui apa itu investigasi lapangan.
4. Untuk mengetahui upaya pemberantasan anti korupsi
5. Untuk mengetahui cara pencegahan korupsi sektor publik dan peran agama dan budaya
dalam pemberantasan korupsi
6. Mengetahui rencana investigasi tindak pidana korupsi
3
BAB II
PERUMUSAN MASALAH
Merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci menjadi:
4
Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
Tidak adanya kultur organisasi yang benar
Kurang memadainya sistem akuntabilitas
Kelemahan sistim pengendalian manajemen
Lemahnya pengawasan
3. Motivasi korupsi
Menurut Abdullah Hehamahua (2005), motivasi korupsi dibagi kedalam:
1. Korupsi karena kebutuhan
2. Korupsi karena ada peluang
3. Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri
4. Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah
5. Korupsi karena ingin menguasai suatu negara
B. Dampak korupsi
Adapun dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:
5
3) Dampak Lain Korupsi
Dampak korupsi seringkali dilihat melalui perspektif pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya. Penelitian lain (Yamamura, Andres dan Katsaiti, 2012) mengidentifikasi dampak
korupsi terhadap tingkat bunuh diri masyarakat suatu negara. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa korupsi dapat meningkatkan tingkat bunuh diri.
C. Investigasi lapangan
1. Pengertian investigasi
Secara umum, dari berbagai definisi yang ada, investigasi bisa diartikan sebagai:
“Upaya pencarian dan pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui
kebenaran –atau bahkan kesalahan- sebuah fakta.
2. mengenal atau siapa saja yang bisa melakukan investigasi korupsi di lapangan
Dalam masyarakat kita, pelaku investigasi bisa dipetakan menjadi dua
6
Investigasi internal : BPK(badan pemeriksa keuangan), BPKP(badan pengawasan keuangan
dan pembangunan), Itjen(inspektorat jendral), Itwil(inspektorat wilayah), SPI(sumbangan
pengembangan institusi)
7
Whistleblower: Orang yang mau membocorkan informasi. Biasanya berasal dari
konflik manajemen antara lain: serikat perkerja, aparat pengawasan pemerintah (BPK,
BPKP, Itjen, Itwil, SPI), kontraktor/supplier yang kalah dalam tender, lawan politik,
dll
Mempelajari kelemahan sistem dan internal control suatu objek: proyek dengan dana
besar, pengadaan barang dan jasa, workflow, dll.
8
Tender: Keppres 14/94 atau 18/2000
Perbankan: UU Perbankan, operasional perbankan, Peraturan BI, SE BI, dll
Kliping koran biasanya berguna untuk kasus yang berulang polanya
Writing
• Penyimpangan/Penyelewengan/Indikasi Korupsi
• Kerugian negara
• Tuntutan
9
• Tempat, tanggal dan tanda tangan
Case Advocacy
• Press release
• Konferensi pers
• Melibatkan jaringan
• dll
10
b. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik
f. Kerjasama Internasional
E. Pencegahan korupsi sektor publik dan peran agama dan budaya dalam
pemberantasan korupsi
1. Cara Mencegah Dan Mengatasi Korupsi Dalam Pelayanan Sektor Publik
.Edwin H. Sutheralnd dan Donald R. Cressey, menyatakan bahwa kejahatan ada 3 cara
mencegah sebagai bagian dari kebijakan kriminal.
11
b. Kejaksaan
1) Melakukan penuntutan
2) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap
3) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan,dankeputusan lepas bersyarat
4) Melakukan penyidikan terhadap tindak
5) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
c. Komisi Pemberantasa Korupsi(KPK)
KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun
(Undang–Undang No. 30 Tahun 2002). KPK dalam nmberanta korupsi berasaskan pada
1) Kepastian hukum;
2) Keterbukaan;
3) Akuntabilitas;
4) Kepentingan umum;
5) Proporsionalitas.
12
Tugas BPK berwenang menghitung, menilai, dan/atau menetapkan kerugian negara
dalam penggunaan anggaran oleh suatu entitas. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
temuan BPK yang mengandung indikasi pidana dilaporkan kepada aparat penegak hukum,
yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan, dan Kepolisian
Agama sejatinya dapat berperan efektif dalam pencegahan melakukan korupsi dan
menjauhkan perilaku koruptif pejabat publik beserta aparatusnya. Bukan malah
menimbulkan kesan yang sebaliknya, dengan menjadikan “agama” hanya sebagai alat
kepentingan politik kekuasaan semata.
13
UU 20/2001 mengajukan tiga alasan memberantas korupsi, yaitu:
c. merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas
a. perencanaan pengadaan
a. pemilihan penyedia
b. penetapan penyedia,
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan
bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk
korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Korupsi
memiliki dampak negatif terhadap budaya dan norma yang berlaku di masyarakat.
Dampak korupsi seringkali dilihat melalui perspektif pertumbuhan ekonomi, sosial
dan budaya. Penelitian lain (Yamamura, Andres dan Katsaiti, 2012) mengidentifikasi dampak
korupsi terhadap tingkat bunuh diri masyarakat suatu negara.
• biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten.
• Reformasi birokrasi untuk menurunkan motivasi korupsi yaitu dengan memisahkan orang
korupsi karena terpaksa (kondisi sistemik) dengan koruptor yang tamak (greedy).
• biaya peradilan (jaksa, hakim, dan lain-lain).
Secara umum, dari berbagai definisi yang ada, investigasi bisa diartikan sebagai:
“Upaya pencarian dan pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui
kebenaran –atau bahkan kesalahan- sebuah fakta. Biasanya berasal dari konflik manajemen
antara lain: serikat perkerja, aparat pengawasan pemerintah (BPK, BPKP, Itjen, Itwil, SPI),
kontraktor/supplier yang kalah dalam tender, lawan politik, dll. Kesulitan investigasi publik:
mendapatkan alat pembuktian yang memadai (kesaksian, dokumen, keterangan tersangka,
barang bukti).
B. Saran
Untuk mengurangi tingkat kejahatan dalam fraud atau kecurangan, ada beberapa langkah
yang perlu dilakukan, yaitu :
15
a. Membangkitkan semangat para pegawai dalam perusahaan untuk menanamkan sifat jujur
dan pekerja keras.
b. Membangun individu yang berkualitas dalam menjalankan pekerjaannya, yaitu dengan
meningkatkan sikap integritas dan bertanggung jawab untuk mecapai standarisasi kerja
yang telah ditentukan.
c. Membangun sistem pengendalian internal di dalam perusahaan yang terbuka dan
fleksibilitas.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.
16
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Syed Hussein. 1986. Sosiologi Korupsi Sebuah Penjelajahan Dengan Data
Kontemporer. Jakarta: LP3ES.
Armico
A, Dyah Dwi. ―ICW: Korupsi 2015 Rugikan Negara Rp31,077 Triliun.‖ Antara
News. Last modified 2016. Accessed February 16, 2016.
http://www.antaranews.com/berita/546929/icwkorupsi-2015-rugikan-negara-
rp31077-triliun.
17
Abdussalam, H.R., and Andri Desasfuryanto. Sistem Peradilan Pidana. Jakarta:
PTIK, 2012.
Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti,
1996.
18