Anda di halaman 1dari 20

KATAPENGANTAR

Kami panjatkan puji syukur kehadirat-nya(Allah SWT) yang telah melimpahkan


rahmat hidayah, serta inayah-nya kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah.
Dengan judul “Pendidikan Anti Korupsi”. Penulisan makalah dilakukan sebagai bagian dari
tugas mata kuliah “Pendidikan Anti Korupsi” UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
NUSA TENGGARA BARAT 2021 Dari prodi S1 ilmu gizi Makalah ini sudah kami susun
dengan maksimal dan berkat Kerjasama kelompok hingga bisa memperlancar pembuatan
makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya, kami
dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki makalah
ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah bisa memberikan manfaat
maupun inspirasi untuk pembaca.

Mataram, 27 September 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR.............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...........................................................................................................2
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN...............................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................4
A. penyebab dan motivasi korupsi dalam lingkup internal dan eksternal.......................................4
B. Dampak korupsi.........................................................................................................................5
C. Investigasi lapangan...................................................................................................................6
D. Upaya pemberantasan anti korupsi..........................................................................................10
E. Pencegahan korupsi sektor publik dan peran agama dan budaya dalam pemberantasan korupsi
11
F. Rencana investigasi tindak pidana korupsi.............................................................................13
BAB III................................................................................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................................................15
B. Saran........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara yang berdasarkan atas UUD 1945 dan Pancasila sebagai
landasan falsafah Negara. Era Reformasi Pancasila yang bersifat demokratis seperti saat ini
Indonesia sudah menerima hasilnya berupa pemerintahan yang koprol. Koprol dalam artian
adalah para pemimpin dan ahli politik saling membenarkan persepsi sendiri dan
mementingkan diri sendiri atau golongan sehingga rakyat kecil menjadi bingung dan terjadi
KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang semakin lama semakin marak dan semakin sulit
untuk menumpasnya. Permasalahan ini memang bukan merupakan masalah yang baru, tapi
sungguh sangat berbahaya bagi kelangsungan Negara Bahkan Singapura pernah mengecap
Indonesia sebagai the envelope country, jika diterjemahkan secara bebas artinya adalah
sebuah Negara Amplop. Menurut penulis wajar Singapura mengecap Indonesia dengan
sebutan itu dan seharusnya para Aparatur Negara tanpa terkecuali seharusnya berkaca dari
ucapan itu dan bukan malah menuntut Singapura.

Mengapa demikian?, jelas karena fakta yang ada di Indonesia saat ini adalah segala
hal bisa dibeli mulai dari hukum, lisensi, tender, Wartawan, Hakim, Jaksa, petugas pajak dan
dari Lembaga Independen sekalipun bisa dibeli Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
adalah lembaga yang dibentuk dengan tujuan meningkatkan daya guna dan hasil guna
terhadap upaya pemberantasan tindak pidana korupsi. Selain itu KPK juga merupakan
lembaga yang independen dan bebas dari pengaruh dalam melaksanakan tugasnya, seperti
yang tercantum pada Pasal 3 UndangUndang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2002.
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2001 telah dijelaskan
mengenai sanksi-sanksi dalam berbagai macam tindak korupsi. Pada kenyataannya masih
saja banyak ditemukan kasus korupsi, seakan-akan mereka tidak takut dengan hukuman atau
sanksi yang akan mereka dapat setelah terbukti sebagai koruptor nantinya. Hukuman dan
sanksi yang telah dirumuskan untuk para pelaku korupsi rasanya hanya dianggap sebagai
angin lalu saja.

Ketika upaya pemberantasan korupsi dengan membebankan sanksi yang berat kepada
koruptor belum juga mampu membuat korupsi lenyap, maka upaya pencegahan mulai
dipertimbangkan. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati. Selain itu bila hanya
menekankan pada hukuman yang diberikan pada koruptor tidak akan ada habisnya. Kasus

1
korupsi akan selalu muncul, dari generasi ke generasi. Korupsi sangat berkaitan dengan
kesadaran, kesadaran akan hukum tiaptiap orang tentu saja berbeda. Tetapi bila dilihat dari
banyaknya kasus korupsi yang ada, bisa disimpulkan bahwa kesadaran hukum warga
Indonesia cukup rendah. Perlu adanya penanaman kesadaran serta nilai-nilai positif lain sejak
dini, agar generasi muda nantinya akan mampu membawa bangsa Indonesia menjadi lebih
baik. Banyak faktor pendorong terjadinya korupsi di Indonesia, yakni diantaranya :
Konsentrasi kekuasan dipengambil keputusan yang tidak bertanggung jawab langsung kepada
rakyat, seperti yang sering terlihat di rezim-rezim yang bukan demokratis; Gaji yang masih
rendah; kurang sempurnanya peraturan perundang-undangan, administrasi yang lamban;
Sikap mental para pegawai yang ingin cepat kaya dengan cara yang haram, tidak ada
kesadaran bernegara, tidak ada pengetahuan pada bidang pekerjaan yang dilakukan oleh
pejabat pemerintah; Kurangnya transparansi di pengambilan keputusan pemerintah;
Kampanye-kampanye politik yang mahal, dengan pengeluaran lebih besar dari pendanaan
politik yang normal; Proyek yang melibatkan uang rakyat dalam jumlah besar.; Lingkungan
tertutup yang mementingkan diri sendiri dan jaringan “teman lama”; Lemahnya ketertiban
hukum; Lemahnya profesi hukum; Gaji pegawai pemerintah yang sangat kecil; Rakyat yang
apatis, masa bodoh, tidak tertarik, atau mudah dibohongi; Ketidakadaannya kontrol yang
cukup untuk mencegah penyuapan. Korupsi di pemilihan umum dan di badan legislatif
mengurangi akuntabilitas dan perwakilan di pembentukan kebijaksanaan; korupsi di sistem
pengadilan menghentikan ketertiban hukum; dan korupsi di pemerintahan publik
menghasilkan ketidak-seimbangan dalam pelayanan masyarakat. Secara umum, korupsi
mengkikis kemampuan institusi dari pemerintah, karena pengabaian prosedur, penyedotan
sumber daya, dan pejabat diangkat atau dinaikan jabatan bukan karena prestasi.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa penyebab dan motivasi korupsi dalam lingkup internal dan eksternal?
2. Apa dampak korupsi?
3. Apa itu investigasi lapangan?
4. Bagaimana upaya pemberantasan anti korupsi?
5. Bagaimana Pencegahan korupsi sektor publik dan apa peran agama dan budaya dalam
pemberantasan korupsi?
6. Bagaimana Rencana investigasi tindak Pidana korupsi?

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN


Tujuan dan manfaat penulisan makalah ini adalah :

2
1. Dapat mengetahui penyebab dan motivasi korupsi dalam lingkup internal dan eksternal
2. Untuk mengetahui apa dampak korupsi
3. Untuk mengetahui apa itu investigasi lapangan.
4. Untuk mengetahui upaya pemberantasan anti korupsi
5. Untuk mengetahui cara pencegahan korupsi sektor publik dan peran agama dan budaya
dalam pemberantasan korupsi
6. Mengetahui rencana investigasi tindak pidana korupsi

3
BAB II
PERUMUSAN MASALAH

A. penyebab dan motivasi korupsi dalam lingkup internal dan eksternal


1. Faktor Internal

Merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat dirinci menjadi:

a. Aspek Perilaku Individu


 Sifat tamak/rakus manusia.
 Moral yang kurang kuat
 Gaya hidup yang konsumtif
b. Aspek Sosial
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan
bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk
korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya.
Lingkungan dalam hal ini malah memberikan dorongan dan bukan memberikan
hukuman pada orang ketika ia menyalahgunakan kekuasaannya.
2. Faktor eksternal
Pemicu perilaku korup yang disebabkan oleh faktor di luar diri pelaku, dapat dirinci
menjadi:
a. Aspek sikap masyarakat terhadap korupsi
 Nilai-nilai di masyarakat kondusif untuk terjadinya korupsi.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korban utama korupsi adalah masyarakat
sendiri.
 Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat korupsi.
 Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi akan bisa dicegah dan diberantas
bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan.
b. Aspek Ekonomi
 Pendapatan tidak mencukupi kebutuhan.
c. Aspek Politis
 instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan
sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi
d. Aspek Organisasi

4
 Kurang adanya sikap keteladanan pimpinan
 Tidak adanya kultur organisasi yang benar
 Kurang memadainya sistem akuntabilitas
 Kelemahan sistim pengendalian manajemen
 Lemahnya pengawasan
3. Motivasi korupsi
Menurut Abdullah Hehamahua (2005), motivasi korupsi dibagi kedalam:
1. Korupsi karena kebutuhan
2. Korupsi karena ada peluang
3. Korupsi karena ingin memperkaya diri sendiri
4. Korupsi karena ingin menjatuhkan pemerintah
5. Korupsi karena ingin menguasai suatu negara

B. Dampak korupsi
Adapun dampak-dampak tersebut adalah sebagai berikut:

1) Dampak korupsi terhadap perekonomian


a. Korupsi Berdampak Negatif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
b. Korupsi Menurunkan Tingkat Investasi
c. Korupsi Menambah Beban dalam Transaksi Ekonomi dan Menciptakan Sistem
Kelembagaan yang Buruk
d. Korupsi Menyebabkan Sarana dan Prasarana Berkualitas Rendah
e. Korupsi Menciptakan Ketimpangan Pendapatan
f. Korupsi Meningkatkan Kemiskinan

2) Dampak Korupsi Terhadap Budaya


Korupsi memiliki dampak negatif terhadap budaya dan norma yang berlaku di
masyarakat. Ketika korupsi sudah sering terjadi di dalam masyarakat dan masyarakat
menganggap korupsi sebagai hal yang biasa, maka korupsi akan mengakar dalam masyarakat
sehingga menjadi norma dan budaya.

5
3) Dampak Lain Korupsi
Dampak korupsi seringkali dilihat melalui perspektif pertumbuhan ekonomi, sosial dan
budaya. Penelitian lain (Yamamura, Andres dan Katsaiti, 2012) mengidentifikasi dampak
korupsi terhadap tingkat bunuh diri masyarakat suatu negara. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa korupsi dapat meningkatkan tingkat bunuh diri.

4) Biaya sosial korupsi debagai dampak teknik investigasi


a) Biaya sosial korupsi terdiri dari:
1) Biaya Eksplisit korupsi terdiri atas nilai uang yang dikorupsi
2) Biaya Implisit korupsi terdiri atas:
 biaya oportunitas yang ditimbulkan akibat korupsi.
 beban cicilan bunga di masa datang yang timbul akibat korupsi di masa lalu.
 perbedaan jenjang kelipatan ekonomi antara kondisi dengan adanya korupsi
dibandingkan kondisi tanpa korupsi.
b) Biaya Antisipasi Tindak Korupsi, terdiri atas:
 biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten.
 Reformasi birokrasi untuk menurunkan motivasi korupsi yaitu dengan
memisahkan orang korupsi karena terpaksa (kondisi sistemik) dengan koruptor
yang tamak (greedy).
c) Biaya Akibat Reaksi Terhadap Korupsi, terdiri atas:
 biaya peradilan (jaksa, hakim, dan lain-lain).
 biaya penyidikan (KPK, PPATK, dan lainnya).
 biaya kebijakan (biaya operasional KPK, PPATK).
 biaya proses perampasan aset baik di dalam maupun di luar negeri.

C. Investigasi lapangan

1. Pengertian investigasi
Secara umum, dari berbagai definisi yang ada, investigasi bisa diartikan sebagai:
“Upaya pencarian dan pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui
kebenaran –atau bahkan kesalahan- sebuah fakta.

2. mengenal atau siapa saja yang bisa melakukan investigasi korupsi di lapangan
Dalam masyarakat kita, pelaku investigasi bisa dipetakan menjadi dua

6
Investigasi internal : BPK(badan pemeriksa keuangan), BPKP(badan pengawasan keuangan
dan pembangunan), Itjen(inspektorat jendral), Itwil(inspektorat wilayah), SPI(sumbangan
pengembangan institusi)

Investigasi eksternal (publik) : NGO(non governmental organization, Ormas, Parpol(partai


politik), wartawan, dll.

3. Kasus apa yang dapat diinvestigasi?


 Menyangkut masyarakat luas, dan ada indikasi kecurangan oleh pihak tertentu
 berkaitan dengan penggunaan dana dalam jumlah besar (contoh: kasus BLBI,
PLN, Bulogate, Suharto, BPPC)
 berkaitan dengan peristiwa politik yang menyangkut kepentingan publik (contoh:
peristiwa tanjung priok, penyerbuan kantor PDI Pusat 1997, kasus Prabowo)
 menimbulkan silang pendapat antar beberapa pihak
 Golongan kuat yang selalu dominan dalam masyarakat (partai, keluarga cendana)
 Kasus-kasus kriminal yang janggal (peristiwa Udin, Marsinah, Pak De).
4. Tahapan Investigasi
First Phase (Fase Pertama)
 First lead (pemimpin pertama)
 Initial investigation (investigasi awal)
 Forming on investigation hypothesis (membentuk hipotesis=dugaan/jawaban yang
kita tentukan untuk di buktikan kebenarannya, investigasi)
 Literature search & Interviewing experts (pencarian sastra dan ahli
mewawancarai)
 Finding a paper trail (menemukan jejak kertas)
 Interviewing key informants & sources (kunci informasi wawancara dan sumber)

Second phase (fase Kedua)


 Organizing & analyzing data (organisasi dan alaisis data)
 Writing (penulisan)
 Internal expose (membuka internal)

First Lead/Petunjuk awal


Petunjuk awal biasanya dari:

7
 Whistleblower: Orang yang mau membocorkan informasi. Biasanya berasal dari
konflik manajemen antara lain: serikat perkerja, aparat pengawasan pemerintah (BPK,
BPKP, Itjen, Itwil, SPI), kontraktor/supplier yang kalah dalam tender, lawan politik,
dll
 Mempelajari kelemahan sistem dan internal control suatu objek: proyek dengan dana
besar, pengadaan barang dan jasa, workflow, dll.

Initial Investigation/Investigasi Awal


Upaya pengecekan petunjuk awal apakah memang telah terjadi korupsi terhadap suatu objek
tertentu atau tidak Ditujukan terutama untuk menemukan:
 Unsur melawan hukum/melanggar hukum
 Unsur menyalahgunakan kewenangan/ kesempatan/ sarana yang ada padanya karena
jabatan/ kedudukannya (abuse of power)
 Unsur kerugian keuangan/ kekayaan/ perekonomian negara
 Unsur memperkaya diri sendiri

Forming on Investigation Hypothesis


 Membentuk hipotesis berdasarkan investigasi pendahuluan yang telah dilakukan
dalam bentuk:
 Membuat kasus posisi dan modus operandi yang menjelaskan 5W 1H (apa, siapa,
dimana, bagaimana, bilamana, bagaimana) kasus tersebut terjadi.
 Skema kasus/flowchart: mencakup pihak-pihak yang diduga terlibat untuk
mempermudah pemahaman
 Perencanaan pembuktian untuk membuktikan korupsi
 Kesaksian (sulit, biasanya wawancara anonim)
 Dokumen/surat (andalannya hanya ini)
 Keterangan tersangka (apalagi ini!)
 Barang bukti (sulit juga, mungkin bisa didokumentasikan)
 Keterangan ahli

Literature Search & Interviewing Expert


Wawancara ahli dan pendalaman literatur untuk mempeluas pemahaman dan menguji
hipotesis
 Literatur: biasanya berupa peraturan perundangan:
 Money politics: UU 22/99 dan peraturan pelaksananya

8
 Tender: Keppres 14/94 atau 18/2000
 Perbankan: UU Perbankan, operasional perbankan, Peraturan BI, SE BI, dll
 Kliping koran biasanya berguna untuk kasus yang berulang polanya

Paper Trail & Key Informants

Kesulitan investigasi publik: mendapatkan alat pembuktian yang memadai (kesaksian,


dokumen, keterangan tersangka, barang bukti). Jadi yang bisa diandalkan hanya dokumen
dan informan
• Paper trail: dokumen apa saja yang behubungan dengan kasus (surat, dokumen tender,
transfer uang, kontrak, dll)
• Key Informants: untuk mendapatkan pemahaman dan kronologi dari tangan
pertama(first hand observers)

Organizing & Analyzing Data


Pengorganisasian data: mengklasifikasi dokumen yang diperoleh Analisis kasus:
melakukan pembandingan, pemeriksaan bukti tertulis, rekonsiliasi, penghitungan kembali,
dll, untuk diperbandingkan dengan informasi dari sumber.

Tujuannya untuk menemukan secara rinci unsur-unsur korupsi, modus


operandi & pihak-pihak yang terlibat (5W 1H), kerugian negara.

Writing

Penulisan laporan dugaan korupsi sebaiknya mencakup:

• Latar Belakang (data umum)

• Kasus posisi (5W 1H)

• Kronologi (berikut dokumen pendukung)

• Modus operandi (berikut flowchart)

• Pihak yang terlibat

• Penyimpangan/Penyelewengan/Indikasi Korupsi

• Kerugian negara

• Tuntutan

9
• Tempat, tanggal dan tanda tangan

Case Advocacy

• Press release

• Konferensi pers

• Lobby/tulis surat ke lembaga terkait (penegak hukum)

• Parlemen, Polisi, Kejaksaan, Presiden, Menteri Kepala Daerah, dll

• Diskusi terbuka dengan ahli dan wartawan

• Membuat policy paper

• Melibatkan jaringan

• dll

D. Upaya pemberantasan anti korupsi


1. Upaya Penanggulangan Kejahatan (Korupsi) dengan Hukum Pidana
Kebijakan penanggulangan kejahatan atau yang biasa dikenal dengan istilah politik
kriminal atau criminal policy oleh G. Peter Hoefnagels dibedakan sebagai berikut
(Nawawi Arief : 2008) :
a. kebijakan penerapan hukum pidana (criminal law application);
b. kebijakan pencegahan tanpa hukum pidana (prevention without punishment);
c. kebijakan untuk mempengaruhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan
pemidanaan lewat mass media (influencing views of society on crime and punishment
/ mass media) (atau media lainnya seperti penyuluhan, pendidikan dll : tambahan dari
penulis).
2. Berbagai Strategi dan/atau Upaya Pemberantasan Korupsi
Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang dilakukan untuk
memberantas korupsi yang dikembangkan oleh United Nations yang dinamakan the
Global Program Against Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti-
Corruption Toolkit (UNODC : 2004) .

a. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi

10
b. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik

c. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat

d. Pengembangan dan Pembuatan berbagai Instrumen Hukum yang mendukung


Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

e. Monitoring dan Evaluasi

f. Kerjasama Internasional
E. Pencegahan korupsi sektor publik dan peran agama dan budaya dalam
pemberantasan korupsi
1. Cara Mencegah Dan Mengatasi Korupsi Dalam Pelayanan Sektor Publik

.Edwin H. Sutheralnd dan Donald R. Cressey, menyatakan bahwa kejahatan ada 3 cara
mencegah sebagai bagian dari kebijakan kriminal.

a. menjaga segregasi antara orang yang menunjukkan perilaku jahat dengan


masyarakat di sekitarnya.
b. mengintegrasikan warga menjadi masyarakat yang taat hukum.
c. mendefinisikan kembali situasi sosial masyarakat yang dapat mendorong
terjadinya kejahatan.
2. Lembaga-lembaga Apa Yang Terjadi Dalam Pemberantasan Korupsi
a. Kepolisian
1) Tugas polisi secara umum sebagaimana tercantum dalam Pasal 13 Undang-
Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat
2) Menegakkan hokum
3) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat
4) Menerima laporan dan/atau pengaduan;
5) Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum;
6) Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat

11
b. Kejaksaan

Tugas dan wewenang Kejaksaan di bidang pidana :

1) Melakukan penuntutan
2) Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap
3) Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat, putusan
pidana pengawasan,dankeputusan lepas bersyarat
4) Melakukan penyidikan terhadap tindak
5) Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan
tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksanaannya
dikoordinasikan dengan penyidik.
c. Komisi Pemberantasa Korupsi(KPK)

KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) adalah lembaga negara yang dalam melaksanakan
tugas dan wewenangnya bersifat independen dan bebas dari pengaruh kekuasaan manapun
(Undang–Undang No. 30 Tahun 2002). KPK dalam nmberanta korupsi berasaskan pada

1) Kepastian hukum;
2) Keterbukaan;
3) Akuntabilitas;
4) Kepentingan umum;
5) Proporsionalitas.

d. Pusat Pelaporan Dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK)


pencegahan dan pemberantasan tindak pidana Pencucian Uang;
1) pengelolaan data dan informasi yang diperoleh PPATK;
2) pengawasan terhadap kepatuhan Pihak Pelapor; dan
3) analisis atau pemeriksaan laporan dan informasi Transaksi Keuangan yang
berindikasi tindak pidana Pencucian Uang dan/atau tindak pidana lain

e. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

12
Tugas BPK berwenang menghitung, menilai, dan/atau menetapkan kerugian negara
dalam penggunaan anggaran oleh suatu entitas. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara,
temuan BPK yang mengandung indikasi pidana dilaporkan kepada aparat penegak hukum,
yaitu Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan, dan Kepolisian

f. Badan Pengawasan Keuangan Dan Pembangunan (BPKP)

1) Melaksanakan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara


dan/atau daerah atas kegiatan yang bersifat lintas sektoral.
2) Melaksanakan kegiatan pengawasan kebendaharaan umum negara.
3) Melaksanakan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden dan atau
permintaan Kepala Daerah.
4) Melaksanakan pembinaan penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah (SPIP) pada wilayah kerjanya.
5) Melaksanakan penyelenggaraan dan pelaksanaan fungsi lain di bidang
pengawasan keuangan dan pembangunan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
3. Peran Agama Dan Budaya Dalam Pemberantasan Korupsi

Agama sejatinya dapat berperan efektif dalam pencegahan melakukan korupsi dan
menjauhkan perilaku koruptif pejabat publik beserta aparatusnya. Bukan malah
menimbulkan kesan yang sebaliknya, dengan menjadikan “agama” hanya sebagai alat
kepentingan politik kekuasaan semata.

Budaya hukum masyarakat menyatakan perang terhadap korupsi, membenci tindakan


koruptor, bahkan mengutuk para koruptor

F. Rencana investigasi tindak pidana korupsi

Dalam masyarakat kita, pelaku investigasi bisa dipetakan menjadi dua :


Investigasi internal Investigasi eksternal (publik): BPK, BPKP, Itjen, Itwil, SPI : NGO,
Ormas, Parpol, wartawan, dll

13
UU 20/2001 mengajukan tiga alasan memberantas korupsi, yaitu:

a. tindak pidana korupsi telah terjadi secara meluas,

b. merugikan keuangan negara, dan

c. merupakan pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan ekonomi masyarakat secara luas

Investigasi Pengadaan Tahapan pengadaan setidak-tidaknya dapat dibagi dalam 4


(empat) tahapan kegiatan, yaitu:

Pertama, tahap persiapan pengadaan yang meliputi:

a. perencanaan pengadaan

b. pembentukan panitia pengadaan

c. penetapan sistem pengadaan

d. penyusunan jadwal pengadaan,

e. Penyusunan harga perkiraan sendiri (HPS),

f. penyusunan dokumen pengadaan

, Kedua, tahap proses pengadaan yang meliputi:

a. pemilihan penyedia

b. penetapan penyedia,

Ketiga, Tahap penyusunan kontrak, dan

Keempat: tahap pelaksanaan kontrak.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perilaku korup dapat terjadi karena dorongan keluarga. Kaum behavioris mengatakan
bahwa lingkungan keluargalah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk
korupsi dan mengalahkan sifat baik seseorang yang sudah menjadi traits pribadinya. Korupsi
memiliki dampak negatif terhadap budaya dan norma yang berlaku di masyarakat.
Dampak korupsi seringkali dilihat melalui perspektif pertumbuhan ekonomi, sosial
dan budaya. Penelitian lain (Yamamura, Andres dan Katsaiti, 2012) mengidentifikasi dampak
korupsi terhadap tingkat bunuh diri masyarakat suatu negara.
• biaya sosialisasi korupsi sebagai bahaya laten.
• Reformasi birokrasi untuk menurunkan motivasi korupsi yaitu dengan memisahkan orang
korupsi karena terpaksa (kondisi sistemik) dengan koruptor yang tamak (greedy).
• biaya peradilan (jaksa, hakim, dan lain-lain).
Secara umum, dari berbagai definisi yang ada, investigasi bisa diartikan sebagai:
“Upaya pencarian dan pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui
kebenaran –atau bahkan kesalahan- sebuah fakta. Biasanya berasal dari konflik manajemen
antara lain: serikat perkerja, aparat pengawasan pemerintah (BPK, BPKP, Itjen, Itwil, SPI),
kontraktor/supplier yang kalah dalam tender, lawan politik, dll. Kesulitan investigasi publik:
mendapatkan alat pembuktian yang memadai (kesaksian, dokumen, keterangan tersangka,
barang bukti).

B. Saran
Untuk mengurangi tingkat kejahatan dalam fraud atau kecurangan, ada beberapa langkah
yang perlu dilakukan, yaitu :

15
a. Membangkitkan semangat para pegawai dalam perusahaan untuk menanamkan sifat jujur
dan pekerja keras.
b. Membangun individu yang berkualitas dalam menjalankan pekerjaannya, yaitu dengan
meningkatkan sikap integritas dan bertanggung jawab untuk mecapai standarisasi kerja
yang telah ditentukan.
c. Membangun sistem pengendalian internal di dalam perusahaan yang terbuka dan
fleksibilitas.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya
pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan
makalah ini. Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, Syed Hussein. 1986. Sosiologi Korupsi Sebuah Penjelajahan Dengan Data
Kontemporer. Jakarta: LP3ES.

Azhari. 2004. Korupsi yang membumi. http:// www.hayatulislam.net

Bassar, M. Sudradjat. 1983. Hukum Pidana (Pelengkap KUHP), Bandung : CV

Armico

Henderson, J.V., & Kuncoro, A. (2006). Corruption in Indonesia, mimeo.


Brown University. Jain, Anil Kumar. (1987). “Tax Avoidance and Tax Evasion: The Indian
Case”, Modern Asian Studies 21(2): 233-255.
Jain, Anil Kumar. (2001). “Corruption: A Review”, Journal of Economic Surveys 15(1): 71-
121.
Kolstad, I. & Wiig, A. (2008). “Is Transparency the Key to Reducing Corruption in
Resource-Rich Countries?”, World Development.
TN. 2006. Peran Audit Investigasi Dalam Pengungkapan Tindak PidanaKorupsi.

A, Dyah Dwi. ―ICW: Korupsi 2015 Rugikan Negara Rp31,077 Triliun.‖ Antara
News. Last modified 2016. Accessed February 16, 2016.

http://www.antaranews.com/berita/546929/icwkorupsi-2015-rugikan-negara-
rp31077-triliun.

17
Abdussalam, H.R., and Andri Desasfuryanto. Sistem Peradilan Pidana. Jakarta:
PTIK, 2012.

Anwar, Yesmil, and Adang. Pembaharuan Hukum Pidana (Reformasi Hukum Di


Indonesia).

Jakarta: Grasindo, 2008.

Arief, Barda Nawawi. Bunga Rampai Hukum Pidana. Bandung: Citra Aditya Bakti,
1996.

18

Anda mungkin juga menyukai