Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

INVESTIGASI TINDAK PIDANA KORUPSI DAN PENGADAAN

Disusun oleh :
UMAYA UMASANGADJI
02271711132

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Investigasi Tindak Pidana Korupsi
dan Pengadaan”

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik
secara langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.

Saya mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan karya kami. Semoga
karya ilmiah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua
tentang Investigasi Tindak Pidana Korupsi dan Pengadaan.

TERNATE, 12 MEI 2020

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................6
1.3 Tujuan Penelitian..............................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................7
2.1 INVESTIGASI TINDAK PIDANA KORUPSI ..............................................7
2.1.1 Defenisi Infestigasi................................................................................7
2.2 Infestigasi Pengadaan .......................................................................................7
2.3 Sistem Pengadaan Indnesia Tidak Brfungsi.......................................................8
BAB III PENUTUP................................................................................................................17
3.1 Kesimplan........................................................................................................17
3.2 Saran.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................17

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tindak pidana korupsi merupakan salah satu bagian dari hukum pidana khusus di
samping mempunyai spesifikasi tertentu yang berbeda dengan hukum pidana khusus, seperti
adanya penyimpangan hukum acara serta apabila ditinjau dari materi yang diatur maka
tindak pidana korupsi secara langsung maupun tidak langsung dimaksudkan menekan
seminimal mungkin terjadinya kebocoran dan penyimpangan terhadap keuangan dan
perekonomian negara. Dengan diantisipasi sedini dan seminimal mungkin penyimpangan
tersebut, diharapkan roda perekonomian dan pembangunan dapat dilaksanakan sebagaimana
mestinya sehingga lambat laun akan membawa daampak adanya peningkatan pembangunan
dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Di berbagai belahan dunia, korupsi selalu mendapatkan perhatian yang lebih
dibandingkan dengan tindak pidana lainnya. Fenomena ini dapat dimaklumi mengingat
dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana ini. Dampak yang ditimbulkan dapat
menyentuh berbagai bidang kehidupan. Korupsi merupakan masalah serius, tindak pidana
ini dapat membahayakan stabilitas dan keamanan masyarakat, membahayakan
pembangunan sosial ekonomi, dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai demokrasi
dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi budaya. Korupsi merupakan
ancaman terhadap cita-cita menuju masyarakat adil dan makmur.
Selama ini korupsi lebih banyak dimaklumi oleh berbagai pihak daripada
memberantasnya, padahal tindak pidana korupsi adalah salah satu jenis kejahatan yang dapat
menyentuh berbagai kepentingan yang menyangkut hak asasi, ideologi negara,
perekonomian, keuangan negara, moral bangsa, dan sebagainya, yang merupakan perilaku
jahat yang cenderung sulit untuk ditanggulangi. Sulitnya penanggulangan tindak pidana
korupsi terlihat dari banyak diputus bebasnya terdakwa kasus tindak pidana korupsi atau
minimnya pidana yang ditanggung oleh terdakwa yang tidak sebanding dengan apa yang
dilakukannya. Hal ini sangat merugikan negara dan menghambat pembangunan bangsa. Jika
ini terjadi secara terus-menerus dalam waktu yang lama, dapat meniadakan rasa keadilan
dan rasa kepercayaan atas hukum dan peraturan perundang-undangan oleh warga negara.
Perasaaan tersebut memang telah terlihat semakin lama semakin menipis dan dapat
dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang ingin melakukan aksi main hakim sendiri
kepada pelaku tindak pidana di dalam kehidupan masyarakat dengan mengatasnamakan
keadilan yang tidak dapat dicapai dari hukum, peraturan perundang-undangan, dan juga para
penegak hukum di Indonesia.
Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit social) yang
sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materil keuangan negara yang sangat
besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan
keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan alih
studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk
perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh wilayah
tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang
menonjol adalah sikap kerakusan dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi
diberantas? Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas.
Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi, atau paling tidak mengurangi sampai pada titik
nadi yang paling rendah maka jangan harap negara ini akan mampu mengejar
ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang maju.
Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke
jurang kehancuran
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Apa Yang dimaksud dengan Tindak Pidana Korupsi?
2. Bagaimana Dampak yang Diakibatkan Oleh Tindak Pidana Korupsi?
3. Apa Persepsi Masyarakat tentang Korupsi?
4. Bagaimana Fenomena Korupsi di Indonesia?
5. Apa saja Peran Pemerintah dalam Memberantas Korupsi?
6. Bagaimana Cara atau Upaya Memberantas Tindak Pidana Korupsi?
7. Apa yang di maksud dengan pengadaan?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka tujua dari penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui Apa Yang dimaksud dengan Tindak Pidana Korupsi
2. Untuk mengetahui Bagaimana Dampak yang Diakibatkan Oleh Tindak Pidana
Korupsi
3. Untuk mengetahui Apa Persepsi Masyarakat tentang Korupsi
4. Untuk mengetahui Bagaimana Fenomena Korupsi di Indonesia
5. Unuk mengetahui Apa saja Peran Pemerintah dalam Memberantas Korupsi
6. Untuk mengetahui Bagaimana Cara atau Upaya Memberantas Tindak Pidana Korupsi
7. Untuk mengetahui Apa yang di maksud dengan pengadaan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 INVESTIGASI TINDAK PIDANA KORUPSI
2.1.1 Definisi Investigasi
Investigasi Robert Greene dari Newsday Kegiatan investigasi merupakan karya
seorang/tim atau beberapa wartawan atas suatu hal yang penting buat kepentingan
masyarakat namun dirahasiakan. Kegiatan investigasi ini minimal memiliki tiga elemen
dasar: 1. Bahwa kegiatan itu adalah ide orisinil dari si investigator, bukan hasil
investigasi pihak lain yang ditindaklanjuti oleh media
2. Bahwa subyek investigasi merupakan kepentingan bersama yang cukup masuk akal
mempengaruhi kehidupan sosial;
3. Bahwa ada pihak-pihak yang mencoba menyembunyikan kejahatan ini dari hadapan
publik.
Lanjutan Investigasi Goenawan Mohammad Kegiatan jurnalistik investigatif merupakan
jurnalisme "membongkar kejahatan". Ada suatu kejahatan yang biasanya terkait dengan
tindak korupsi yang ditutuptutupi. Namun, belakangan istilah investigasi semakin meluas.
Secara umum, dari berbagai definisi yang ada, investigasi bisa diartikan sebagai: “Upaya
pencarian dan pengumpulan data, informasi dan temuan lainnya untuk mengetahui
kebenaran–atau bahkan kesalahan- sebuah fakta
Investigasi Internal BPK BPKP Inspektorat Jendral Inspektorat Wilayah Satuan
Pengawas Internal (SPI) Investigasi Eksternal Non- Government Organization (NGO)
Ormas Parpol dll
Mengenal Korupsi Pandangan Secara Yuridis :
 Melawan hukum/melanggar hukum
 menyalahgunakan kewenangan/ kesempatan/ sarana yang ada padanya karena
jabatan/ kedudukannya
 Kerugian keuangan/kekayaan/perekonomian negara
 Memperkaya diri sendiri/orang lain/korporasi Definisi korupsi menurut
Transparancy International "Perilaku pejabat publik, baik politisi maupun
pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidal legal memperkaya diri atau
memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan
kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka".
a. Tujuan Infestigasi Setiap kegiatan investigasi harus memiliki tujuan
a. Memberhentikan manajemen
b. Melindungi reputasi karyawan yang tidak bersalah
c. Menemukan dokumen yang relevan
d. Menemukan aset yang digelapkan
e. Memastikan institusi publik terbebas dari penjarahan
f. Mengidentifikasi saksi dan korban
g. Menemukan bukti hukum untuk pangadilan
 Kasus Yang Dapat DiInfestigasi
 Menyangkut masyarakat luas, dan ada indikasi kecurangan oleh pihak
tertentu
 Berkaitan dengan penggunaan dana dalam jumlah besar (contoh: kasus
BLBI, PLN, Bulogate, Suharto, BPPC)
 Berkaitan dengan peristiwa politik yang menyangkut kepentingan publik
(contoh: peristiwa
 tanjung priok, penyerbuan kantor PDI Pusat 1997, kasus Prabowo)
Menimbulkan silang pendapat antar beberapa pihak
 Golongan kuat yang selalu dominan dalam masyarakat (partai, keluarga
cendana)
 Kasus-kasus kriminal yang janggal (peristiwa
 Tahap Infestigasi
 Petunjuk awal Investigasi Awal Membentuk hipotesis berdasarkan
investigasi Mencari literatur untuk mempeluas pemahamanhipotesis
 Menemukan dokumen dan informan
 Pengorganisasian data
 Penulisan laporan dugaan korupsi
 Pembelaan Kasus (Case Advocacy)

2.2 INVESTIGASI PENGADAAN


Merupakan tanggung jawab pemerintah untuk memberdayakan perekonomian
(konteks dunia usaha) Merupakan tanggungjawab pemerintah untuk memberikan
pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat  Merupakan tanggungjawab pemerintah
untuk memastikan Berjalannya program pembangunan yang telah direncanakan Urgeni
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
Persoaalan Sistem Pengadaan barang/jasa secara konvensional tidak lagi mampu
menjawab kebutuhan akan efisiensi, efektifitas, transparansi, akuntabilitas dan persaingan
usaha yang sehat. Sehingga memunculkan berbagai penyimpangan dalam berbagai
bentuk, Konflik kepentingan, suap, pengaturan spesifikasi tender (persekongkolan),
konflik antar pengusaha favoritisme pemenang kontrak, Penunjukan langsung, penurunan
kualitas barang maupun penggelembungan harga barang, dll.
Pengadaan merupakan salah satu sumber korupsi terbesar dalam sektor keuangan
publik. Setiap tahun BPK dan BPKP melaporkan kasus pengadaan yang mengandung
unsur tindak pidana korupsi. Tidak banyak yang masuk ke persidangan pengadilan.Secara
luas, sistem pengadaan publik Indonesia diyakini merupakan sumber utama bagi
kebocoran anggaran yang memungkinkan korupsi dan kolusi yang memberikan
sumbangan besar terhadap kemerosotan pelayanan jasa bagi rakyat miskin di Indonesia.
Besarnya pengadaan pengadaan mengesankan skala potensial masalah tersebut.
Berdasarkan tingkat-tingkat pengeluaran publik pada masa prakrisis, suatu kajian Bank
Dunia memperkirakan bahwa Pemerintah dan BUMN-BUMN mengadakan sekitar USD
10 miliar setahun secara bersama-sama. Sekarang, dengan pengeluaran pembangunan
berjumlah sekitar USD 7 miliar, tingkat-tingkat pengadaan barangkali lebih rendah.
Namun, suatu sistem pengadaan efektif harus dipusatkan pada upaya untuk memastikan
bahwa dana publik dibelanjakan dengan baik guna meningkatkan efektivitas
pembangunan. Apabila suatu sistem pengadaan bergungsi dengan baik, dipastikan
pembelian barang akan bersaing dan efektif.  Supaya berfungsi efektif, suatu rezim
pengadaan perlu mencakup ciri-ciri berikut:
1. Kerangka hukum yang jelas, komprehensif, dan transparan yang antara lain
mewajibkan pemasangan iklan yang luas tentang kesempatan-kesempatan
penawaran, pengungkapan sebelumnya tentang kriteria untuk mendapatkan kontrak,
pemberian kontrak yang didasarkan atas kriteria yang objektif bagi penawar yang
dinilai paling rendah, pemaparan publik bagi penawaran-penawaran itu, ases
terhadap mekanisme peninjauan untuk keluhan penawar, pengngkapan publik dari
hasil-hasil proses pengadaan dan pemeliharaan catatan lengkap tentang seluruh
proses tersebut.
2. Kejelasan tentang tanggung jawab-tanggung jawab dan akuntabilitas fungsional
termasuk penunjukan tanggung jawab yang jelas atas pengelolaan proses pengadaan,
memastikan bahwa aturan-aturan ditaati dan mengenakan sanksi-sanksi jika aturan-
aturan itu dilanggar.
3. Suatu organisasi yang bertanggung jawab untuk kebijakan pengadaan dan
pengawasan penerapan tepat dari kebijakan tersebut.
4. Suatu mekanisme penegakan. Tanpa penegakan, kejelasan aturan, dan fungsi tidak
ada artinya.
5. Staff pengadaan yang terlatih baik, kunci untuk memastikan sistem pengadaan yang
sehat

2.3 Sistem Pengadaan Indonesia Tidak Berfungsi


Kajian pengadaan nasional bank dunia untuk Indonesia menyimpulkan bahwa
sistem pengadaan tidak berfungsi dengan baik, “Ia tidak dipacu oleh pasar, rentat
terhadap penyalahgunaan dan penyelewengan, dan menurunkan nilai yang dibayar dari
dana-dana publik”. Selain itu majalah mingguan Tempo juga mengungkapkan
pengaturan-pengaturan kolusif, dalam bentuk lingkaran penawar yang terorganisasi rapi,
yang menimbulkan kerugian-kerugian substansial bagi bendahara Pemerintah.
Aturan-aturan kolusif ini terjadi dengan keterlibatan aktif pejabat-pejabat
pemerintah. Kolusi tersebut merupakan bagian dari proses pengadaan, menggunakan
teknik-teknik seperti spesifikasi-spesifikasi yang membatasi, pemilahan paket kontrak,
prosedur penawaran tidak bersaing, pemasangan iklan secara terbatas, masa pengajuan
penawaran yang dipersingkat, dan pelanggaran kerahasiaan selama proses pengadaa
Mengapa Kerangka Akuntablitas Untuk Pengadaan Gagal
1. Kerangka Hukum Cacat
Para eksekutif dari legislatif pemerintah telah gagal menyediakan kerangka hukum
efektif untuk pengadaan publik. Tidak ada undang-undang pengadaan nasional selain
undang-undang konstruksi (UU No.18/1999). Keputusan Presiden yang mengatur
pengadaan diluar konstruksi Keppres No 18/2000)-walaupun merupakan perbaikan besar
dibanding kebijakan-kebijakan sebelumnya-tetap membatasi persaingan dengan menuntut
“persaingan adil” antara perusahaan-perusahaan yang “setara”. Hal ini memungkinkan
peluang dalam interpretasi tentang perusahaan-perusahaan yang setara. Peraturan
pelaksanaannya juga mencoba mementingkan usaha kecil dan menengah lokal untuk
kontrak-kontrak dibawah nilai tertentu, yang melanggar prinsip “satu negeri, satu pasar”
dan menghilangkan manfaat-manfaat bagi pemerintah dari persaingan nasional.
2. Pemerintah tidak terorganisasi untuk menangani pengadaan
Pemerintah tidak mengorganisasikan dirinya untuk pengadaan publik. pemerintah
tidak mempunyai badan yang jelas harus bertanggung jawab untuk kebijakan dan
pematuhan pengadaan publik. Karena badan tersebut tidak ada, Bappenas dan
Departemen Pemukiman dan Prasarana Wilayah berbagi tanggung jawab tersebut, tetapi
mereka tidak memilik mandat untuk menyandang tanggung jawab formal atas kebijakan
pengadaan dan pengawasannya.
3. Insentif-insentif terdistorsi
Akibat pamong praja yang dikelola dengan buruk dan peradilan yang lemah, kerangka
insentif melenceng jauh sehingga tidak ada imbalan untuk efisiensi dan kejujuran dan
tidak ada hukuman untuk korupsi. Baik pimpro maupun anggota panitia lelang
menghadapi insentif-insentif kuat untuk berpartisipasi dalam korupsi dan kolusi.
a. Bagian mereka dari hasil lingkaran kolusif yang mendominiasi pengadaan publik
mungkin sekali relatif sangat tinggi terhadap gaji dan tunjangan mereka.
b. Tidak adanya mekanisme keluhan yang tepat serta tidak adanya sanksi
administratif atau hukum apapun karena terlibat dalam kolusi membantu
mengabadikan sistem tersebut.
c. Anggota-anggota panitia lelang tidak mempunyai pelatihan untuk melakukan
tugas mereka dengan baik. Akibatnya, tinjauan penawaran berfokus pada
persyaratan administratif ketimbang pada persyaratan teknis.
d. Tidak ada jenjang karier jelas pimpro dan spesialis pengadaan.
e. Pemerintah gagal memberikan sumber daya-sumber daya kepada panitia lelang
untuk melakukan tugasnya dengan baik. Anggaran-anggaran untuk iklan,
mengetik dan mencetak dokumen-dokumen penawaran nyaris tidak memadai atau
tidak ada dan tidak dipungut biaya untuk membayar biaya penyusunan dan
pencetakan dokumen penawaran.
f. Tidak ada aturan dan undang-undang jelas yang memperkecil kebijaksanaan
memudahkan kolusi
4. Pengadaan dilakukan di Balik pintu Tertutup
Pengungkapan publik terbatas terhadap proses pengadaan memperkuat insentif-insentif
buruk tersebut. Sebagian besar proses tersebut berlangsung di balik pintu tertutup. Hasil-
hasil penawaran berikut pembenaran yang sesuai dengan pemenangan penawaran tidak
diumumkan. Mengikuti usul Bank Dunia, pemerintah telah menyetujui informasi ini
diumumkan bagi semua proyek Bank Dunia yang baru akan dicermintkan dalam
perjanjian-perjanjian sah dengan Bank Dunia.
5. Pengauditan Lemah
Sebagian besar proses audit-satu-satunya instrumen yang tersedia untuk menegakkan
aturan main dan ketentuan-ketentuan seperti telah dicatat-tidak efektif. Efektivitas untuk
menegakkan praktik-praktik pengadaan yang baik lebih lanjut disesuaikan oleh auditor
Pemerintah yang kurang mengenal aturan dan prinsip pengadaan. Walaupun sekiranya
pengauditan itu efektif sektor peradilan tidak berfungsi memastikan bahwa mereka yang
menyalahgunakan proses pengadaan tidak akan memikul akibat-akibatnya. Keengganan
untuk menerapkan sanksi-sanksi administratif terhadap pegawai negeri yang ketahuan
berkolusi dengan lingkaran-lingkaran penawar berarti bahwa secara efektif tidak ada
mekanisme penegak.

Ketentuan Perundang-Undangan
Para auditor keuangan negara dan investigator yang mendalami kasus-kasus
pengadaan barang dan jasa perlu mengetahu dan menguasai ketentuan perundang-
undangan yang berlaku mengenai pengadaan barang dan jasa. Tujuan dikeluarkannya
ketentuan perundangan tentunya sangat jelas. Namun karena banyaknya penyimpangan
yang terjadi, tidak ada salahnya mengutip kembali konsideransi dalam keppres 80/2003:
“Agar pengadaan barang/jasa pemerintah yang dibiayai dengan Anggara Pendapatan dan
Belanja Negara/Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah sehat, transparan, terbuka dan
perlakuan yang adil bagi semua pihak, sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan
baik dari segi fisik, keuangan maupun manfaatnya bagi kelancaran tugas Pemerintah dan
Pelayanan Masyarakat.”
Dalam proses pelaksanaan barang/jasa pemborongan/jasa lainnya yang memerlukan
penyedia barang/jasa dibedakan menjadi empat cara berikut :
 Pelelangan umum
 Pelelangan terbatas
 Pemilihan langsung
 Penunjukan langsung
Dua istilah yang muncul berulang-ulang dalam proses pelelangan umum: prakualifikasi
dan pascakualifikasi. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan
usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa sebelum
memasukkan penawaran.
Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta
pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barang/jasa setelah memasukkan
penawaran.
Secara umum proses prakualifikasi meliputi pengumuman prakualifikasi,
pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi, evaluasi
dokumen prakualifikasi, penetapan calon peserta pengadaan yang lulus prakualifikasi,
dan pengumuman hasil prakualifikasi.
Secara umum proses pasca-prakualifikasi meluputi pemasukan dokumen
kualifikasi bersamaan dengan dokumen penararan dan terhadap peserta yang diusulkan
untuk menjadi pemenang serta cadangan pemenang dievaluasi dokumen kualifikasinya.
Salah satu kewajiban dalam pengadaan barang dan jasa adalah penyusunan Harga
Perkiraan Sendiri (HPS). Pengguna barang/jasa wajib memiliki HPS yang dihitung
dengan pengetahuan dan keahlian mengenai barang/jasa yang ditenderkan dan
berdasarkan data yang dapat dipertanggungjawabkan. Berikut data yang digunakan
sebagai dasar penyusunan HPS.
a. Harga pasar setempat menjelang dilaksanakannya pengadaan
b. Informasi biaya satuan yang dipublikasikan secara resmi oleh badan pusat
statistik, asosiasi terkait, dan sumber data lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
c. Daftar biaya/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh agen tunggal/pabrikan
d. Biaya kontrak sebelumnya yang sedang berjalan dengan mempertimbangkan
faktor perubahan biaya apabila terjadi perubahan biaya.
e. Daftar biaya standar yang dikeluarkan oleh instansi yang berwaenang.
Pelanggaran terhadap ketentuan pengadaan barang dan jasa ini bisa berupa
sanksi admnistratif, tuntutan ganti rugi atau gugatan perdata dan pemrosesan
secara pidana. Berikut ini perbuatan atau tindakan penyedia barang/jasa yang
dapat dikenakan sanksi:
1. Berusaha mempengaruhi panitia pengadaan/pejabat yang berwenang dalam
bentuk dan cara apapun, baik langsung maupun tidak langsung guna memenuhi
keinginannya yang bertentangan dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan
dalam dokumen pengadaan/kontrak, dan/atau ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Melakukan persekongkolan dengan penyedia barang/jasa lain untuk emngatur
harga penawaran diluar prosedur pelaksana pengadaan barang/jasa sehingga
mengurangi/menghambat/memperkecil dan/atau meniadakan persaingan yang
sehat dan/atau merugikan pihak lain.
3. Membuat dan/atau menyampaikan dokumen dan/atau keterangan lain yang tidak
benar untuk memenuhi persyaratan pengadaan barang/jasa yang ditentukan dalam
dokumen pengadaan.
4. Mengundurkan diri dengan berbagai alasan yang tidak dapat dipertanggung
jawabkan dan/atau tidak dapat diterima oleh panitia pengadaan.
5. Tidak dapat menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan kontrak secara
bertanggung jawab.

Invetigasi Pengadaan
Cara-cara investigasi yang dijelaskan di bawah, diterapkan dalam pengadaan yang
menggunakan sistem tender atau penawaran secara terbuka. Dalam sistem ini, lazimnya
ada tiga tahapan besar berikut:
a. Tahap pretender
b. Tahap penawaran dan negosiasi
c. Tahap pelaksanaan dan penyelesaian administrative

Korupsi Birokrasi Dalam Pengaadaan


Korupsi Birokrasi adalah tindakan untuk mendapatkan keuntungan
pribadi/kelompok/kroni yang dilakukan oleh birokrasi berkaitan dengan pelaksanaan
fungsi birokrasi. Korupsi Birokrasi terkait erat dan tidak bisa dipisahkan dengan korupsi
politik. (birokrasi mudah dipengaruhi oleh politisi).
Korupsi Pengadaan Sebagai Bagian Dari Korupsi Politik Korupsi Politik adalah
penyelewengan kekuasaan yang dilakukan oleh politisi untuk keuntungan pribadi dengan
tujuan melanggengkan kekuasaan atau peningkatan kesejahteraan Politisi secara alamiah
berusaha untuk mempertahankan dan memperbesar kekuasaan dan otoritasnya.
Kekuasaan dan otoritas politik digunakan untuk memberikan peluang dan meningkatkan
posisi bisnis, sementara keuntungan yang diperoleh dari bisnis tersebut dipergunakan
untuk memperluas pengaruh dalam politik. Hubungan erat antara politik dan bisnis ini
menghasilkan kelompok yang disebut politico-business.
1. Jaminan Hukum Atas Peran Serta Masyarakat 15 Adanya regulasi yang mendorong
masyarakat ikut serta mengantisipasi/memberantas tindak pidana korupsi : UU 31/99
jo 20/2001 (pasal 41) tentang peran serta masyarakat
2. UU No 13 tahun 2006 tentang perlindungan saksi dan korban
3. UU No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik
4. SK Bareskrim No : B/345/III/2005 agar seluruh kapolda mendahulukan penanganan
kasus korupsi dibandingkan laporan pencemaran nama baik.
5. PP 71/2000 tentang tatacara pelaksanaan peran serta masyarakat dalam
pemberantasan tindak pidana korupsi.
6. Ratifikasi Konvensi UNCAC
Laporan audit BPK, Laporan masyarakat Pemberitaan media massa Gejala Sosial
yang Muncul di masyarakat. Memiliki jaringan/kontak person yang memadai untuk
menggali informasi lanjutan. Memiliki peta persoalan tentang kasus yang akan
diinvestigasi. Mengetahui secara umum kerangka hukum dari TPK.
Catatan Penting
a. Kuasai Ketentuan Umum Yang Berlaku Pada Kasus Yang Kita Investigasi (UU,
Keppres, PP, Perda, Dll)
b. Libatkan Pakar/Ahli Yang Sukarela Mau Membantu dan mengembangkan Kasus
c. Kuasai Masalah Yang Terkait Dengan Kasus (Modus, Jenis Korupsi, Aturan Main)
d. Susun Alur Sederhana Untuk Memudahkan Pemahaman Kasus
Klasifikasi Korupsi Merugikan Keuangan Negara 1 Konflik Kepentingan 2 7 3
KORUPSI Perbuatan Curang Suap Gratifikasi 6 4 Pemerasan 5 Sumber: UU 31/1999 jo
20/2001 Penggelapan dalam Jabatan Laporan tidak disertai analisis hokum Laporan tidak
disusun secara sistematis Laporan kasus penuh dengan opini. Data pendukung ada, tidak
ada analisis. Audit BPK merupakan data pendukung bukan merupakan bahan alat bukti
dalam pelaporan korupsi. (Kec ; Audit Investigatif) Kliping koran/media massa tidak
dapat dikategorikan sebagai dokumen pendukung laporan kasus korupsi. Dokumen yang
tebal bukan berarti bagus/berkualitas. Laporan kasus korupsi harus memenuhi unsur dan
dokumen pendukung adanya Tindak Pidana Korupsi

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbuatan korupsi tidak mungkin dihapus dari muka bumi ini hanya dengan
mengeluarkan sebuah peraturan, bahkan dengan ancaman pidana yang cukup berat,
yaitu pidana mati pun. Usaha pembentuk undang-undang melalui pembuatan paraturan
tersebut terbatas, apabila tidak dibarengi dengan pemberantasan korupsi ini dengan
tindakan-tindakan lain, seperti bidang politik, ekonomi, pendidikan, dan lainnya.
Gejala yang dialami oleh Indonesia tersebut juga muncul di negara-negara
berkembang yang lain di dunia.
Dampak yang diakibatkan oleh tindak pidana korupsi di segala bidang membuat
Indonesia semakin terpuruk karena banyak sekali terjadi kasus korupsi di Indonesia
yang merugikan baik pemerintah maupun masyarakat. Tindak pidana korupsi ini yang
membuat Indonesia semakin miskin.
Cara atau upaya memberantas tindak pidana korupsi yang paling utama adalah
gerakan “moral” yang secara terus menerus mensosialisasikan bahwa korupsi adalah
kejahatan besar bagi kemanusiaan yang melanggar harkat dan martabat manusia.
Melalui gerakan moral diharapkan tercipta kondisi lingkungan sosial masyarakat yang
sangat menolak, menentang, dan menghukum perbuatan korupsi dan akan menerima,
mendukung, dan menghargai perilaku anti korupsi
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan adalah keinginan penulis attas
partisipasi para pembaca ,agar sekirannya mau memberikan kritik dan saran yang
sehat dan bersifat membangun demi kemajuan penulisan makalah ini. Kami sadar
bahwa penulis bisa mengkoreksi diri dan menjadikan makalah kedepan menjadi
makalah yang lebih baik lagi dapat memberikan manfaat yang lebih bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.slideshare.net/Linkingpar/investigasi-tindak-pidana-korupsi-investigasi-pengadaan-
dan-komputer-forensik
http://roejha.blogspot.com/2016/12/investigasi-pengadaan.html

Anda mungkin juga menyukai