OLEH :
171010506056
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PAMULANG
TANGERANG SELATAN
2021
1
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kamipanjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat,hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalahilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk
masyarakat.Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dariberbagai sumber dan berbagai aspek sehingga dapat memperlancar
pembuatanmakalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihakyang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah.Terlepas
dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekuranganbaik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengantangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami
dapatmemperbaiki. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang
PELANGGARAN KONSTITUSI (KASUS MEGAKORUPSI E-KTP) ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..................................................................................................................1
1. 2 Latar Belakang....................................................................................................1
1. 2 Identifikasi Masalah............................................................................................1
1. 2 Pembatasan Masalah.........................................................................................1
1. 3 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1. 4 Tujuan Pennulisan..............................................................................................2
2.2 Manfaat Penulisan.............................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN....................................................................................................................3
2.1 Pengertian Korupsi.............................................................................................3
2.2 Fenomena Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia............................................5
2.3 Solusi Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia.................................................10
BAB III...............................................................................................................................14
PENUTUP..........................................................................................................................14
3. 1 KESIMPULAN....................................................................................................14
3. 2 SARAN..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. 2 Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan sebagai suatu
proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek kehidupan
masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan terutama ditentukan oleh
dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni (orang-orang yang terlibat sejak
dari perencanaan samapai pada pelaksanaan) dan pembiayaan. Diantara dua faktor
tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya.Indonesia merupakan
salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber
daya alamnya. Tetapi ironisnya, Negara tercinta ini dibandingkan dengan negara
lain di kawasan Asia bukanlah merupakan sebuah negara yang kaya malahan
termasuk negara yang miskin. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas
sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan
atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya.
Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara
negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia dewasa ini sudah
merupakan patologi social (penyakit social) yang sangat berbahaya yang
mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Korupsi telah mengakibatkan kerugian materiil keuangan negara yang sangat
besar. Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan
pengurasankeuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota
legislatif dengan dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya di
luar batas kewajaran. Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara
4
demikian terjadi hampir di seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan
rendahnya moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap
kerakusan dan aji mumpung. Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas.
5
Tidak ada jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas.
Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi sampai
pada titik nadir yang paling rendahmaka jangan harap Negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah
negara yang maju. Karena korupsi membawa dampak negatif yang cukup luas dan
dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
1. 2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang diatas terdapat beberapa masalah dalam penelitian ini, adapun
masalah-masalah tersebut dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
1. 2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah di atas,
maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi bagaimana Fenomena Kasus
Megakorupsi E-KTP di Indonesia dapat terjadi dan solusi untuk Kasus
Megakorupsi E-KTP di Indonesia.
1. 3 Rumusan Masalah
2 Apa Yang Dimaksud Dengan Korupsi?
3 Bagaimana Fenomena Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia?
1
4 Bagaimana Solusi Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia?
1. 4 Tujuan Pennulisan
Penelitian ini bertujuan untuk :
Manfaat Praktis
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Korupsi
Kata “korupsi” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti
penyelewengan atau penggelapan (uang negara atau perusahaaan) dan sebagainya
untuk keuntungan pribadi atau orang lain. Perbuatan korupsi selalu mengandung
unsur “penyelewengan” atau dis-honest (ketidakjujuran). Sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 28Tahun 1999 tentang Penyelewengan Negara yang Bersih dan
Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dise-butkan bahwa korupsi adalah
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam ketentuan per-aturan perundang-
undangan yang mengatur tentang pidana korupsi.
Bidang
Dampak Korupsi
Kehidupan
Hukum a. Sistem hukum tidak lagi berdasarkan pada prinsip-prinsip
keadailan hukum
b. Besarnya peluang eksekutif mencampuri badan peradilan.
c. Hilangnya kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat
d. Sistem hukum dan peradilan dapat dikendalikan dengan
uang
e. Hilangnya perlindungan hukum terhadap rakyat terutama
rakyat miskin
f. Peradilan dan kepastian hukum menjadi bertele-tele
karena disalahgunakan oleh aparat penegak hukum.
Politik a. Terpusatnya kekuasaan pada pejabat negara tertentu
(pemeritah pusat)
3
b. Daerah dan pemerintah daerah sangat bergantung pada
pemerintah pusat.
c. Lemahnya sikap dan moralitas para penyelenggara negara
d. Terhambatnya kaderisasi dan pengembangan sumber daya
manusia indonesia.
e. Terjadinya ketidakstabilan politik karena rakyat tidak
percaya terhadap pemerintah.
f. Diabaikannya pembangunan nasional karena
penyelenggara negara disibukkan dengan membuat
kebijakan popilis bukan realistis.
Ekonomi a. Pembangunan dan sumber-sumber ekonomi dikuasai
orang yang berada di lingkaran kekuasaan.
b. Munculnya para pengusaha yang mengandalkan
kebijakan pemerintah bukan berdasarkan kemandirian.
c. Rapuhnya dasar ekonomi nasional karena pertumbuhan
ekonomi bukan didasarkan pada kondisi sebenarnya
d. Munculnya para konglomerat yang tidak memiliki basis
ekonomi kerakyatan.
e. Munculnya spekulan ekonomi yang menjatuhkan
ekonomi secara keseluruhan
f. Hilangnya nilai moralitas dalam berusaha, yakni
diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang sangat
merugikan pengusaha menengah dan kecil.
g. Terjadinya tindak pencucian uang
Sosial a. Hilangnya nilai-nilai moral sosial
Budaya b. Hilangnya figur pemimpin dan contoh teladan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara
c. Berkurangnya tindakan menjunjung tinggi hukum,
berkurangnya kepedulian dan kesetiakawanan
d. Lunturnya nilai-nilai budaya bangsa.
4
2.2 Fenomena Kasus Megakorupsi E-KTP di Indonesia.
Penjabaran Singkat Kasus Mega Korupsi E-KTP :
Kasus KTP elektronik alias e-KTP sudah lama bergulir. Kasus ini diduga
merugikan negara lebih dari Rp2 triliun. Bahkan, KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) menilai, kasus korupsi ini adalah kasus paling serius. Dua tersangka dari
Kementerian Dalam Negeri sudah ditetapkan sebagai tersangka. Konsorsium PT
PNRI memenangkan tender dengan penawaran harga Rp5,8 triliun. Padahal, para
pesaingnya mengajukan penawaran lebih rendah, antara Rp4,7 triliun - Rp4,9
triliun. KPK juga memeriksa banyak pihak. Termasuk para anggota Komisi II
DPR, periode 2009 - 2014.
5
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menyatakan ada
persekongkolan dalam tender penerapan KTP Berbasis NIK Nasional (e-KTP)
Tahun 2011-2012. Pelakunya, menurut KPPU adalah Panitia Tender, Percetakan
Negara Republik Indonesia (PNRI), dan PT Astra Graphia Tbk. Dalam putusan
tersebut, majelis KPPU membeberkan bentuk-bentuk persekongkolan yang
dilakukan antara PNRI dan Astra Graphia. Persengkokolan juga dijalin dengan
panitia lelang.
KPK mulai menelusuri dugaan korupsi pada 22 April 2014. Komisi
menetapkan “S”, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi
Kependudukan Ditjen Dukcapil Kemendagri sebagai tersangka. Enam bulan
selepas KPK masuk, MA dalam putusannya menolak kasasi KPPU tersebut.
Dua setengah tahun jadi tersangka, “S” baru ditahan pertengahan Oktober
lalu. Belakangan, KPK menetapkan “IR” yang juga pernah menjabat sebagai
Direktur Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai tersangka. Wakil
Ketua KPK, Basaria Panjaitan meyakini, kasus dugaan korupsi e-KTP tidak hanya
dilakukan oleh dua tersangka itu. Untuk mengusut kasus ini, tim penyidik KPK
telah memeriksa 110 orang yang dianggap mengetahui proses proyek e-KTP.
Banyak tokoh sudah diperiksa. Di antaranya mantan Menteri Dalam Negeri
Gamawan Fauzi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Bahkan, Ketua
DPR Setya Novanto juga bakal diperiksa.Wakil Ketua KPK lainnya, Laode M
Syarief menyatakan, kasus e-KTP merupakan salah satu kasus yang menjadi
fokus KPK saat ini.
6
2. Berdasarkan UU No 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan
Tindak Pidana Korupsi, seorang whistleblower bisa melaporkan indikasi
tindak pidana korupsi yang terjadi di dalam organisasi tempat dia bekerja
dan memiliki akses informasi yang memadai atas terjadinya indikasi
tindak pidana korupsi tersebut.
3. Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2001 juncto UU No. 31 Tahun 1999,
perbuatan korupsi diancam dengan pidana penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat empat tahun dan paling lama duapuluh
tahun dan denda paling sedikit Rp. 200 juta dan paling banyak Rp. 1
milyar. Mengenai penerapan pidana mati terhadap terdakwa korupsi
dilakukan dalam keadaan tertentu.
4. Berdasarkan penjatuhan pidana bagi perkara korupsi yang diakomodir
dalam RKUHP dalam BAB XXXI menganai tindak pidana jabatan (Pasal
661 – Pasal 687 ) dengan ancaman pidana paling singkat 5 tahun dan
paling lama 20 tahun dan denda paling banyak kategori V( Pasal 80 ayat 3
huruf e ,dengan denda sebesar Rp. 1.200.000.000,00).
5. Berdasarkan pada BAB XXXII mengenai tindak pidana korupsi ( Pasal
668 – Pasal 701 ) cukup bervariatif mulai dari pidana penjara paling
singkat satu tahun, lima tahun, tujuh tahun, sembilan tahun, dan paling
lam 15 tahun serta pemberatan pidana satu per tiga masa tahanan apabila
merugikan keuangan dan perekonomian negara ( Pasal 702 ). Dan denda
paling sedikit kategori I (Pasal 80 ayat 3 huruf a dengan denda sebesar
Rp.6.000.000 ) paling banyak kategori VI (Pasal 80 ayat 3 huruf f dengan
denda sebesar Rp. 12.000.000.00).
Analisis-Aspek Ekonomi:
KPK baru mengumumkan total kerugian negara dalam kasus ini pada
2016, yakni sebesar Rp 2,3 triliun. Dari angka tersebut, sebanyak Rp 250 miliar
dikembalikan kepada negara oleh 5 korporasi, 1 konsorsium, dan 14 orang. Nilai
kerugian negara dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Angkanya pun sangat fantastis yang lebih dari Rp 2 triliun.
7
Selaku pejabat pembuat komitmen (PPK), Sugiharto diduga melakukan
perbuatan melawan hukum dan atau penyalahgunaan wewenang yang
mengakibatkan kerugian negara terkait pengadaan proyek tersebut. Nilai proyek
tersebut mencapai Rp6 triliun dan saat itu diperkirakan kerugian negara sebesar
Rp1,12 triliun.
8
bahkan sampe berbulan-bulan e-KTP belom selesai. Pada tahun 2017 ini yang
sedang dilaksanakan pilkada serentak, banyak warga yang kehilangan hak suara
memilih pemimpin daerah karena tidak adanya e-KTP.
9
6. Lembaga-lembaga politik digunakan sebagai dwi aliansi, yaitu sebagai sektor
di bidang politik dan ekonomi-bisnis.
7. Kesempatan korupsi lebih meningkat seiring dengan semakin meningkatnya
jabatan dan hirarki politik kekuasaan.
Ada beberapa upaya yang dapat ditempuh dalam memberantas tindak korupsi
di Indone-sia, antara lain sebagai berikut :
10
1. Upaya pencegahan (preventif).
2. Upaya penindakan (kuratif).
3. Upaya edukasi masyarakat/mahasiswa.
4. Upaya edukasi LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
11
c. Dugaan korupsi dalam Proyek Program Pengadaan Busway pada Pemda
DKI Jakarta (2004).
d. Dugaan penyalahgunaan jabatan dalam pembelian tanah yang merugikan
keuang-an negara Rp 10 milyar lebih (2004).
e. Dugaan korupsi pada penyalahgunaan fasilitas preshipment dan placement
deposito dari BI kepada PT Texmaco Group melalui BNI (2004).
f. Kasus korupsi dan penyuapan anggota KPU kepada tim audit BPK
(2005).
g. Kasus penyuapan panitera Pengadilan Tinggi Jakarta (2005).
h. Kasus penyuapan Hakim Agung MA dalam perkara Probosutedjo.
i. Menetapkan seorang bupati di Kalimantan Timur sebagai tersangka dalam
kasus korupsi Bandara Loa Kolu yang diperkirakan merugikan negara
sebesar Rp 15,9 miliar (2004).
j. Kasus korupsi di KBRI Malaysia (2005).
12
a. Indonesia Corruption Watch (ICW) adalah organisasi non-pemerintah
yang meng-awasi dan melaporkan kepada publik mengenai korupsi di
Indonesia dan terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki komitmen
untuk memberantas korupsi me-lalui usaha pemberdayaan rakyat untuk
terlibat melawan praktik korupsi. ICW la-hir di Jakarta pd tgl 21 Juni 1998
di tengah-tengah gerakan reformasi yang meng-hendaki pemerintahan
pasca-Soeharto yg bebas korupsi.
b. Transparency International (TI) adalah organisasi internasional yang
bertujuan memerangi korupsi politik dan didirikan di Jerman sebagai
organisasi nirlaba se-karang menjadi organisasi non-pemerintah yang
bergerak menuju organisasi yang demokratik. Publikasi tahunan oleh TI
yang terkenal adalah Laporan Korupsi Global. Survei TI Indonesia yang
membentuk Indeks Persepsi Korupsi (IPK) In-donesia 2004 menyatakan
bahwa Jakarta sebagai kota terkorup di Indonesia, disu-sul Surabaya,
Medan, Semarang dan Batam. Sedangkan survei TI pada 2005, In-donesia
berada di posisi keenam negara terkorup di dunia. IPK Indonesia adalah
2,2 sejajar dengan Azerbaijan, Kamerun, Etiopia, Irak, Libya dan
Usbekistan, ser-ta hanya lebih baik dari Kongo, Kenya, Pakistan,
Paraguay, Somalia, Sudan, Angola, Nigeria, Haiti & Myanmar. Sedangkan
Islandia adalah negara terbebas dari korupsi.
Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika
ada niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai Negara hukum
adalah menjadikan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama. Serta peraturan
perundang-undangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia.
Suatu pemerintah dengan pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan
yang bersih (termasuk dari korupsi) dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan
pelanggaran hukum, sebuah tindak pidana. Hubungannya dengan Pancasila adalah
13
melanggar sila ke lima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena
korupsi itu menggerogoti kekayaan Negara yang ujung-ujungnya adalah
memiskinkan Negara dan juga rakyat.
BAB III
PENUTUP
3. 1 KESIMPULAN
3. 2 SARAN
Penanaman edukasi tentang korupsi harus diberikan sejak dini,
dengan demikian generasi penerus tidak akan melakukan tindakan yang
sama kedepannya, dan juga pemberian sanksi yang berat kepada para
pelaku korupsi dengan menitikberatkan pada efek jera. Begitu pula dalam
lembaga yang pemberantasannya harus secara detil hingga ke cabang
terluar agar supaya tidak ada lagi penyebaran korupsi yang bisa saja
menyebar luas kapan saja.
14
DAFTAR PUSTAKA
15