Anda di halaman 1dari 51

KASUS KORUPSI DI INDONESIA

DISUSUN OLEH :
NAMA : ANNISA THRI KURNIA
NIM : PO7131121027
KELAS : 1A D-III GIZI

DOSEN PENGAMPU :
1. MARDIANA, SE, M.Kes
2. KARNELI, S.Pd, M.Kes

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN PALEMBANG

PRODI D-III GIZI


2021/2022

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat, taufik
dan hidayah-Nya. Karena tanpa rahmat dan hidayah-Nya saya tidak dapat menyelesaikan
makalah ini dengan selesai tepat waktu. Penulisan makalah ini berjudul “Kasus Korupsi di
Indonesia”. Adapun tujuan dari penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi (PBAK).

Tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen saya yang terhormat Ibu
Mardiana, SE, M.Kes dan Bapak Karneli, S.Pd, M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah
Pendidikan Budaya Anti Korupsi dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan dalam pengerjaan tugas makalah ini.

Mungkin dalam pembuatan makalah ini terdapat kekurangan yang belum saya
ketahui. Maka dari itu saya mohon saran dan kritik dari dosen maupun teman-teman sekalian
yang bersifat membangun demi tercapainya makalah yang sempurna. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat menambah wawasan dan bermanfaat bagi para pembaca.

Palembang, 24 April 2022

Annisa Thri Kurnia

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................2
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Pengertian Korupsi.............................................................................................3
2.2 Ciri-Ciri Korupsi................................................................................................4
2.3 Jenis-Jenis Korupsi............................................................................................5
2.4 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi......................................................................7
2.4.1 Faktor Internal...........................................................................................8
2.4.2 Faktor Eksternal.......................................................................................10
2.5 Dampak Korupsi..............................................................................................13
2.6 Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.........................................................16
2.7 10 Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2019-2022........19
2.7.1 Kasus Korupsi Bupati Muara Enim Ahmad Yani (2019) ........................19
2.7.2 Kasus Korupsi Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun (2019) .........20
2.7.3 Kasus Korupsi Tamin Sukardi (2019) .....................................................22
2.7.4 Kasus Korupsi Komisioner KPU RI Wahyu Setiawan (2020) ................23
2.7.5 Kasus Korupsi Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo (2020) .................24
2.7.6 Kasus Korupsi Pembobolan BANK BNI Maria Pauline Lumowa (2021)
............................................................................................................................26
2.7.7 Kasus Korupsi Pejabat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Dadan
Ramdani (2021) .................................................................................................27
2.7.8 Kasus Korupsi 10 Anggota DPRD Muara Enim Tentang Suap Proyek
PUPR (2021) .....................................................................................................29
2.7.9 Kasus Korupsi Walikota Tanjungbalai M.Syahrial (2021) ......................30
2.7.10 Kasus Korupsi Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas'ud
(2022).................................................................................................................31
2.7.11 Kasus Korupsi Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Perdagangan, Indrasari Wisnu Wardhana (2022) .............................................33

iii
2.8 Kasus Korupsi Hakim PN Surabaya Itong Isnaeni Hidayat (2022) ................34
BAB III..................................................................................................................44
PENUTUP.............................................................................................................44
3.1 Kesimpulan..................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................45

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan negara hukum yang memiliki banyak lembaga hukum
yang menaungi permasalahan yang terjadi di Indonesia. Indonesia memiliki banyak
masalah yang semakin lama semakin meningkat, khususnya maraknya kasus korupsi
yang terjadi di Indonesia dan semakin megkhawatirkan.

Kasus Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang
sangat parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan
praktek korupsi dari tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah
kerugian keuangan negara maupun dari segi kualitas yang semakin sistematis, canggih
serta lingkupnya sudah meluas dalam seluruh aspek masyarakat. Meningkatnya tindak
pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana tidak saja terhadap
kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan berbangsa dan bernegara
pada umumnya. Maraknya kasus tindak pidana korupsi di Indonesia, tidak lagi
mengenal batas-batas siapa, mengapa, dan bagaimana. Tidak hanya pemangku jabatan
dan kepentingan saja yang melakukan tindak pidana korupsi, baik di sektor publik
maupun privat, tetapi tindak pidana korupsi sudah menjadi suatu fenomena.

Penyelenggaraan negara yang bersih menjadi penting dan sangat diperlukan


untuk menghindari praktek-praktek korupsi yang tidak saja melibatkan pejabat
bersangkutan, tetapi juga oleh keluarga, kroni, dan para pengusaha lainnya yang apabila
dibiarkan, maka rakyat Indonesia akan berada dalam posisi yang sangat dirugikan
sehingga dapat merusak sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta membahayakan eksistensi Negara. Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) sebagai pihak yang berkewajiban serta berperan penting dalam mencegah
terjadinya kasus korupsi di Indonesia senantiasa harus merancang strategi seefektif
mungkin untuk memberantas kasus korupsi terserbut.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Korupsi ?
2. Apa saja ciri-ciri Korupsi ?
3. Apa saja jenis-jenis Korupsi ?
4. Apa saja faktor penyebab tindakan Korupsi ?
5. Apa saja dampak yang ditimbulkan dari Korupsi?
6. Apa saja cara yang dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan dan pemberanta-san
kasus korupsi ?
7. Apa saja kasus Korupsi yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun
2019-2022 ?
8. Apa kasus korupsi yang dilakukan oleh Hakim PN Surabaya Itong Isnaeni Hidayat
pada tahun 2022 ini ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pemahaman tentang Korupsi
2. Untuk mengetahui ciri-ciri Korupsi
3. Untuk mengetahui jenis-jenis Korupsi
4. Untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya tindakan Korupsi
5. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari tindakan Korupsi
6. Untuk mengetahui bagaimana cara mencegah dan memberantas tindakan kasus
Korupsi
7. Untuk mengetahui 10 kasus Korupsi yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun
2019-2022
8. Untuk mengetahui kasus korupsi yang dilakukan oleh Mantan Menteri Kelautan
dan Perikanan Indonesia Edhy Prabowo yang terjadi di tahun 2020

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Korupsi


Korupsi atau rasuah. ( bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang
bermakna busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) adalah tindakan
pejabat publik, baik politisi maupun pegawai negeri, serta pihak lain yang terlibat
dalam tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidaklegal menyalahgunakan
kepercayaan publik yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak. Dalam arti yang luas, korupsi atau korupsi politis adalah penyalahgunaan
jabatan resmi untuk keuntungan pribadi. Semua bentuk pemerintah|pemerintahan rentan
korupsi dalam prakteknya. Beratnya korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan
dalam bentuk penggunaan pengaruh dan dukungan untuk memberi dan menerima
pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang diresmikan, dan sebagainya. Titik ujung
korupsi adalah kleptokrasi, yang arti harafiahnya pemerintahan oleh para pencuri,
dimana pura-pura bertindak jujur pun tidak ada sama sekali.

Korupsi yang muncul di bidang politik dan birokrasi bisa berbentuk sepele atau
berat, terorganisasi atau tidak. Walau korupsi sering memudahkan kegiatan kriminal
seperti penjualan narkotika, pencucian uang, dan prostitusi, korupsi itu sendiri tidak
terbatas dalam hal-hal ini saja. Untuk mempelajari masalah ini dan membuat solusinya,
sangat penting untuk membedakan antara korupsi dan kejahatan. Tergantung dari
negaranya atau wilayah hukumnya, ada perbedaan antara yang dianggap korupsi atau
tidak. Sebagai contoh, pendanaan partai politik ada yang legal di satu tempat namun
ada juga yang tidak legal di tempat lain.

 Menurut Undang - Undang :

Menurut Undang-Undang No.31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah :
“Setiap orang yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya
diri sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi, menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada
padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara
atau perekonomian negara.”

3
 Menurut Para Ahli :

Haryatmoko : Korupsi adalah upaya campur tangan menggunakan kemampuan


yang didapat dari posisinya untuk menyalahgunakan informasi, keputusan, pengaruh,
uang atau kekayaan demi kepentingan keuntungan dirinya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa korupsi adalah tindakan


menguntungkan diri sendiri dan orang lain yang bersifat busuk, jahat, dan merusakkan
karena merugikan negara dan masyarakat luas. Pelaku korupsi dianggap telah
melakukan penyelewengan dalam hal keuangan atau kekuasaan, pengkhianatan amanat
terkait pada tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepadanya, serta
pelanggaran hukum.

2.2 Ciri-Ciri Korupsi


Untuk pemahaman lebih lanjut, perlu Anda ketahui tentang ciri-ciri korupsi agar
dapat mengidentifikasi hal apa saja yang termasuk tindakan korupsi. Syed Hussein
Alatas, seorang sosiolog asal Malaysia, mengemukakan ciri-ciri korupsi sebagai berikut
:

1. Suatu pengkhianatan terhadap kepercayaan. Seseorang yang diberikan amanah


seperti seorang pemimpin yang menyalahgunakan wewenangnya untuk
kepentingan pribadi, golongan, atau kelompoknya.
2. Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta, atau masyarakat umumnya.
Usaha untuk memperoleh keuntungan dengan mengatasnamakan suatu lembaga
tertentu seperti penipuan memperoleh hadiah undian dari suatu perusahaan,
padahal perusahaan yang sesungguhnya tidak menyelenggarakan undian.
3. Dengan sengaja melalaikan kepentingan umum untuk kepentingan khusus.
Contohnya, mengalihkan anggaran keuangan yang semestinya untuk kegiatan
sosial ternyata digunakan untuk kegiatan kampanye partai politik.
4. Dilakukan dengan rahasia, kecuali dalam keadaan di mana orang-orang yang
berkuasa atau bawahannya menganggapnya tidak perlu. Korupsi biasanya
dilakukan secara tersembunyi untuk menghilangkan jejak penyimpangan yang
dilakukannya.
5. Melibatkan lebih dari satu orang atau pihak. Beberapa jenis korupsi melibatkan
adanya pemberi dan penerima.

4
6. Adanya kewajiban dan keuntungan bersama, dalam bentuk uang atau yang lain.
Pemberi dan penerima suap pada dasarnya bertujuan mengambil keuntungan
bersama.
7. Terpusatnya kegiatan korupsi pada mereka yang menghendaki keputusan yang
pasti dan mereka yang dapat memengaruhinya. Pemberian suap pada kasus yang
melibatkan petinggi Makamah Konstitusi bertujuan memengaruhi keputusannya.
8. Adanya usaha untuk menutupi perbuatan korup dalam bentuk pengesahan hukum.
Adanya upaya melemahkan lembaga pemberantasan korupsi melalui produk
hukum yang dihasilkan suatu negara atas inisiatif oknum-oknum tertentu di
pemerintahan.

2.3 Jenis-Jenis Korupsi


Beberapa istilah yang perlu dipahami terkait dengan jenis-jenis korupsi yaitu
adanya pemahaman tentang pengertian korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN). Istilah
KKN ini sempat populer menjelang jatuhnya rezim Orde Baru.

a. Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak


Pidana Korupsi, yang termasuk dalam tindak pidana korupsi adalah setiap orang
yang dikategorikan melawan hukum, melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri, menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan maupun kesempatan atau sarana yang ada padanya
karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara.
b. Kolusi merupakan sikap dan perbuatan tidak jujur dengan membuat kesepakatan
secara tersembunyi dalam melakukan kesepakatan perjanjian yang diwarnai
dengan pemberian uang atau fasilitas tertentu sebagai pelicin agar segala urusannya
menjadi lancar. Kolusi dapat didefinisikan sebagai pemufakatan secara bersama
untuk melawan hukum antar penyelenggara negara atau antara penyelenggara dan
pihak lain yang merugikan orang lain, masyarakat, dan negara.
c. Nepotisme yaitu setiap perbuatan penyelenggaraan negara secara melawan hukum
yang menguntungkan kepentingan keluarganya atau kroninya di atas kepentingan
masyarakat, negara, dan bangsa. Dalam istilah lain nepotisme adalah tindakan yang
hanya menguntungkan sanak saudara atau teman-teman sendiri, terutama dalam
pemerintahan walaupun objek yang diuntungkan tidak berkompeten.

5
Dalam suatu delik tindak pidana korupsi selalu adanya pelaku. Pelaku tindak
pidana korupsi menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 adalah setiap orang
dalam pengertian berikut :

a. Orang perseorangan: siapa saja, setiap orang, pribadi kodrati;


b. Korporasi: kumpulan orang atau kekayaan yang berorganisasi, baik merupakan
badan hukum maupun bukan badan hukum;
c. pegawai negeri: 1) pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
kepegawaian; 2) pegawai negeri sebagaimana dimaksud dalam KUHP; 3) orang
yang menerima gaji/upah dari keuangan negara/daerah; 4) orang yang menerima
gaji/upah dari suatu korporasi yang menerima bantuan dari keuangan
negara/daerah; 5) orang yang mempergunakan modal atau fasilitas dari
negara/masyarakat.

Beberapa ahli mengidentifikasi jenis korupsi, di antaranya Syed Hussein Alatas


yang mengemukakan bahwa berdasarkan tipenya korupsi dikelompokkan menjadi tujuh
jenis korupsi sebagai berikut :

1. Korupsi Transaktif (transactive corruption)


Menunjukkan kepada adanya kesepakatan timbal balik antara pihak pembeli dan pihak
penerima, demi keuntungan kedua belah pihak dan dengan aktif diusahakan tercapainya
keuntungan ini oleh kedua-duanya.

2. Korupsi Memeras (extortive corruption)


Jenis korupsi di mana pihak pemberi dipaksa untuk menyuap guna mencegah kerugian
yang sedang mengancam dirinya, kepentingannya atau orang-orang dan hal-hal yang
dihargainya.

3. Korupsi Investif (investive corruption)


Pemberian barang atau jasa tanpa ada pertalian langsung dari keuntungan tertentu,
selain keuntungan yang dibayangkan akan diperoleh di masa yang akan datang.

4. Korupsi Perkerabatan (nepotistic corruption)


Penunjukan yang tidak sah terhadap teman atau sanak saudara untuk memegang jabatan
dalam pemerintahan, atau tindakan yang memberikan perlakuan yang mengutamakan

6
dalam bentuk uang atau bentuk-bentuk lain, kepada mereka, secara bertentangan
dengan norma dan peraturan yang berlaku.

5. Korupsi Defensif (defensive corruption)


Perilaku korban korupsi dengan pemerasan, korupsinya adalah dalam rangka
mempertahankan diri.

6. Korupsi Otogenik (autogenic corruption)


Korupsi yang dilaksanakan oleh seseorang seorang diri.

7. Korupsi Dukungan (supportive corruption)


Korupsi tidak secara langsung menyangkut uang atau imbalan langsung dalam bentuk
lain.

Menurut Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Pidana


Korupsi yang diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 menetapkan 7
(tujuh) jenis Tindak Pidana Korupsi yaitu korupsi terkait kerugian keuangan negara,
suap-menyuap, penggelapan dalam jabatan, pemerasan, perbuatan curang, benturan
kepentingan dalam pengadaan, dan gratifikasi. Ketujuh jenis ini penting untuk Anda
ketahui sebagai upaya memahami korupsi sebagai tindak pidana yang mengandung
konsekuensi hukum.

2.4 Faktor-Faktor Penyebab Korupsi


Penyebab adanya tindakan korupsi sebenarnya bervariasi dan beraneka ragam.
Akan tetapi, penyebab korupsi secara umum dapat dirumuskan sesuai dengan
pengertian dari makna korupsi itu sendiri yang bertujuan mendapatkan keuntungan
pribadi/kelompok/keluarga/golongannya sendiri. Dalam teori yang dikemukakan oleh
Jack Boulogne atau sering disebut GONE Theory bahwa faktor-faktor umum yang
menyebabkan terjadinya korupsi sebagai berikut :

1. Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara


potensial ada di dalam diri setiap orang.
2. Opportunities (kesempatan): berkaitan dengan keadaan organisasi atau instansi
atau masyarakat yang sedemikian rupa sehingga terbuka kesempatan bagi
seseorang untuk melakukan kecurangan.
3. Needs (kebutuhan): berkaitan dengan faktor-faktor yang dibutuhkan oleh individu-
individu untuk menunjang hidupnya yang wajar.

7
4. Exposures (pengungkapan): berkaitan dengan tindakan atau konsekuensi yang
dihadapi oleh pelaku kecurangan apabila pelaku ditemukan melakukan kecurangan.
Faktor-faktor Greeds dan Needs berkaitan dengaan individu pelaku (aktor)
korupsi yaitu individu atau kelompok, baik dalam organisasi maupun di luar organisasi
yang melakukan korupsi dan merugikan pihak korban. Adapun faktor-faktor
Opportunities dan Exposures berkaitan dengan korban perbuatan korupsi, yaitu
organisasi, institusi, masyarakat yang kepentingannya dirugikan.

Menurut Sarwono, faktor penyebab seseorang melakukan tindakan korupsi yaitu


faktor dari dalam diri sendiri, seperti keinginan, hasrat, kehendak, dan sebagainya serta
faktor rangsangan dari luar, seperti dorongan dari teman-teman, kesempatan, kurang
kontrol, dan sebagainya.

2.4.1 Faktor Internal


Faktor ini merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri pelaku yang
dapat diidentifikasi dari hal-hal berikut :
1. Sifat Tamak/Rakus Manusia
Korupsi bukan kejahatan yang hanya kecil-kecilan karena membutuhkan
makan. Korupsi bisa terjadi pada orang yang tamak/rakus karena walaupun sudah
berkecukupan, tapi masih juga merasa kurang dan mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri. Korupsi berkaitan dengan perbuatan yang merugikan kepentingan
umum (publik) atau masyarakat luas untuk keuntungan pribadi atau kelompok tertentu
(Syarbaini, 2011).
Menurut Nursyam (2000) dalam Kemendikbud (2011) bahwa penyebab
seseorang melakukan korupsi adalah karena ketergodaannya akan dunia materi atau
kekayaan yang tidak mampu ditahannya. Ketika dorongan untuk menjadi kaya tidak
mampu ditahan, sementara akses ke arah kekayaan bisa diperoleh melalui cara
berkorupsi, maka jadilah seseorang akan melakukan korupsi.

2. Moral yang Kurang Kuat


Seorang yang moralnya tidak kuat cenderung mudah tergoda untuk melakukan
korupsi. Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahannya, atau pihak
yang lain yang memberi kesempatan untuk itu. Moral yang kurang kuat salah satu
penyebabnya adalah lemahnya pembelajaran agama dan etika.

8
Seseorang yang menjunjung tinggi etika atau moral dapat menghindarkan
perbuatan korupsi walaupun kesempatan ada. Akan tetapi, kalau moralnya tidak kuat
bisa tergoda oleh perbuatan korupsi, apalagi ada kesempatan. Sebetulnya banyak ajaran
dari orangtua kita mengenai apa dan bagaimana seharusnya kita berperilaku, yang
merupakan ajaran luhur tentang moral. Namun dalam pelaksanaannya sering dilanggar
karena kalah dengan kepentingan duniawi.

3. Penghasilan Kurang Mencukupi


Penghasilan seorang pegawai selayaknya memenuhi kebutuhan hidup yang
wajar. Apabila hal itu tidak terjadi, seseorang akan berusaha memenuhinya dengan
berbagai cara. Akan tetapi, apabila segala upaya yang dilakukan ternyata sulit
didapatkan, keadaan semacam ini akan mendorong tindak korupsi, baik korupsi waktu,
tenaga, maupun pikiran.
Menurut teori GONE dari Jack Boulogne, korupsi disebabkan oleh salah satu
faktor atau lebih dari: keserakahan, kesempatan, kebutuhan, dan kelemahan hukum.
Karena adanya tuntutan kebutuhan yang tidak seimbang dengan penghasilan, akhirnya
pegawai yang bersangkutan dengan keserakahannya akan melakukan korupsi.

4. Kebutuhan Hidup Mendesak


Dalam rentang kehidupan ada kemungkinan seseorang mengalami situasi
terdesak dalam hal ekonomi. Keterdesakan itu membuka ruang bagi seseorang untuk
mengambil jalan pintas, di antaranya dengan melakukan korupsi.
Kehilangan pekerjaan dapat menyebabkan seseorang terdesak dalam segi
ekonomi. Orang bisa mencuri atau menipu untuk mendapatkan uang. Di samping itu,
untuk mencukupi kebutuhan keluarga orang mungkin juga mencari pekerjaan dengan
jalan yang tidak baik. Untuk mencari pekerjaan orang menyuap karena tidak ada jalan
lain untuk mendapatkan pekerjaan kalau tidak menyuap, sementara tindakan menyuap
justru malah mengembangkan kultur korupsi (Wattimena, 2012).

5. Gaya Hidup Konsumtif


Kehidupan di kota-kota besar sering mendorong gaya hidup seseorang
konsumtif atau hedonis. Perilaku konsumtif apabila tidak diimbangi dengan pendapatan
yang memadai akan mendorong seseorang untuk melakukan berbagai tindakan guna
memenuhi hajatnya. Salah satu kemungkinan tindakan itu adalah dengan korupsi.

9
Menurut Yamamah (2009) dalam Kemendikbud (2011), ketika perilaku
materialistik dan konsumtif masyarakat serta sistem politik yang masih mendewakan
materi berkembang, hal itu akan memaksa terjadinya permainan uang dan korupsi.

6. Ajaran Agama yang Kurang Diterapkan


Indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius, yang tentu melarang tindak
korupsi dalam bentuk apa pun. Agama apa pun melarang tindakan korupsi seperti
agama Islam yang juga mengecam praktik korupsi. Istilah riswah terdapat dalam Islam
yang bermakna suap, lalu di Malaysia diadopsi menjadi rasuah yang bermakna lebih
luas menjadi korupsi.
Apa yang dikecam Islam bukan saja perilaku korupnya, melainkan juga setiap
pihak yang ikut terlibat dalam tindakan korupsi itu. Kenyataan di lapangan menunjukan
bahwa korupsi masih berjalan subur di tengah masyarakat. Situasi paradoks ini
menandakan bahwa ajaran agama kurang diterapkan dalam kehidupan.

2.4.2 Faktor Eksternal


Faktor eksternal merupakan faktor dari luar yang berasal dari situasi lingkungan
yang mendukung seseorang untuk melakukan korupsi. Berikut ini beberapa faktor
eksternal yang menyebabkan terjadinya korupsi :
A. Aspek Organisasi
1. Manajemen yang Kurang Baik Sehingga Memberikan Peluang Untuk Melakukan
Korupsi
Pengorganisasian adalah bagian dari manajemen, merupakan langkah untuk
menetapkan, menggolong-golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan,
menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang, dan pendelegasian wewenang oleh
pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan organisasi (Muninjaya, 2004).
Manajemen adalah sebuah konsep, yang harus dikembangkan oleh pimpinan
dan staf sehingga bisa mencapai tujuan organisasi. Tujuan organisasi yang tidak
dipahami dengan baik oleh pimpinan dan staf membuka ruang terjadinya
penyalahgunaan yang termasuk kegiatan korupsi, sehingga menimbulkan kerugian baik
materiil maupun immateriil. Seringkali pihak manajemen menutupi kegiatan stafnya
yang melakukan korupsi sebagai usaha mencegah ketidaknyamanan situasi yang
ditimbulkan.

10
2. Kultur Organisasi yang Kurang Baik
Korupsi di Indonesia sebagai kejahatan sistemik (Wattimena, 2012). Artinya,
yang korup bukan hanya manusianya, tetapi juga sistem yang dibuat oleh manusia
tersebut yang memiliki skala lebih luas, dan dampak lebih besar. Penyebab Korupsi 41
Latar belakang kultur Indonesia yang diwarisi dari kultur kolonial turut menyuburkan
budaya korupsi. Masyarakat Indonesia belum terbiasa dengan sikap asertif (terbuka)
atau mungkin dianggap kurang “sopan” kalau terlalu banyak ingin tahu masalah
organisasi. Budaya nepotisme juga masih melekat karena juga mungkin ada dorongan
mempertahankan kekuasaan dan kemapanan individu dan keluarga. Sikap ingin selalu
membalas budi juga bisa berujung korupsi, ketika disalahgunakan dengan melibatkan
wewenang atau jabatan. Sikap sabar atau ikhlas diartikan “nrimo”, apapun yang terjadi,
sehingga bisa memberikan peluang kepada pimpinan atau bagian terkait untuk
menyalahgunakan wewenangnya.

3. Lemahnya Controling/Pengendalian dan Pengawasan


Controlling/pengendalian, merupakan salah satu fungsi manajemen.
Pengendalian adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar
sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana (Earl P. Strong, dalam Hasibuan,
2010). Pengendalian dan pengawasan ini penting, karena manusia memiliki
keterbatasan, baik waktu, pengetahuan, kemampuan dan perhatian. Pengendalian dan
pengawasan sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing dengan SOP (Standard
Operating Procedure) yang jelas. Fungsi pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
penggunaan sumber daya dapat lebih diefisienkan, dan tugas-tugas staf untuk mencapai
tujuan program dapat lebih diefektifkan (Muninjaya, 2004). Masyarakat bisa juga
melakukan pengawasan secara tidak langsung dan memberikan masukan untuk
kepentingan peningkatan organisasi, dengan cara-cara yang baik dan memperhatikan
aturan.

4. Kurangnya Transparansi Pengelolaan Keuangan


Keuangan memegang peranan vital dalam sebuah organisasi. Dengan uang,
salah satunya, kegiatan organisasi akan berjalan untuk melaksanakan misi organisasi
dalam rangka mencapai visi yang telah ditetapkan. Pengelolaan keuangan yang baik
dan transparan menciptakan iklim yang kondusif dalam sebuah organisasi, sehingga

11
setiap anggota organisasi sesuai tugas pokok dan fungsinya masing-masing dapat ikut
bertanggung jawab dalam penggunaan anggaran sesuai perencanaan yang telah disusun.

B. Aspek Ekonomi
Gaya hidup yang konsumtif, menjadikan penghasilan selalu dianggap kurang.
Lingkungan pergaulan juga berperan mendorong seseorang menjadi lebih konsumtif
dan tidak dapat menetapkan prioritas kebutuhan.

C. Aspek Politik atau Tekanan Kelompok


Seseorang melakukan korupsi mungkin karena tekanan orang terdekatnya
seperti istri/suami, anak-anak, yang menuntut pemenuhan kebutuhan hidup. Korupsi
juga bisa terjadi karena tekanan pimpinan atau rekan kerja yang juga terlibat. Bahkan
korupsi cenderung dimulai dari pimpinan, sehingga staf terpaksa terlibat. “Power tends
to corrupt and absolute power corrupts absolutely”. Kekuasaan itu cenderung ke
korupsi, kekuasaan mutlak mengakibatkan korupsi mutlak. Perilaku korup juga
dipertontonkan oleh partai politik. Tujuan berpolitik disalahartikan berupa tujuan
mencari kekuasaan dengan menghalalkan berbagai cara. Perilaku korup seperti
penyuapan, politik uang merupakan fenomena yang sering terjadi.

D. Aspek Hukum
Subtansi hukum di Indonesia sudah menjadi rahasia umum, masih ditemukan
aturan-aturan yang diskriminatif, berpihak, dan tidak adil, rumusan yang tidak jelas
sehingga menjadi multitafsir, kontradiksi dan overlapping dengan peraturan lain (baik
yang sederajat maupun lebih tinggi). Penegakan hukum juga masih menjadi masalah.
Masyarakat umum sudah mulai luntur kepercayaan kepada aparat penegak hukum,
karena praktik-praktik penegakan hukum yang masih diskriminatif, dan tidak jelas
tujuannya. Masyarakat menganggap ketika terlibat masalah hukum pasti butuh biaya
yang tidak sedikit untuk aparat penegak hukum. Muncul lelucon, kalau hilang ayam,
lapor ke aparat hukum, jadi hilang sapi, karena biaya perkara yang mahal. Karena itu,
orang-orang yang banyak uang dianggap akan luput dari jerat hukum atau mungkin
hukumannya lebih ringan dan mendapatkan berbagai kemudahan.

12
2.5 Dampak Korupsi
Berbagai dampak masif korupsi yang merongrong berbagai aspek kehidupan
berbangsa dan bernegara akan diuraikan berikut ini :
A. Aspek Ekonomi
Dampak korupsi dari perspektif ekonomi adalah misallocation of resources,
sehingga perekonomian tidak optimal (Ariati, 2013). Berbagai dampak korupsi
terhadap aspek ekonomi, adalah sebagai berikut :
1. Menghambat Investasi dan Pertumbuhan Ekonomi
2. Melemahkan Kapasitas dan Kemampuan Pemerintah dalam Program
Pembangunan yang Meningkatkan Perekonomian
3. Meningkatkan Utang Negara
4. Menurunkan Pendapatan Negara
5. Menurunkan Produktivitas

B. Dampak Terhadap Pelayanan Kesehatan


Dampak korupsi di bidang kesehatan, antara lain tingginya biaya kesehatan,
tingginya angka kematian ibu hamil dan ibu menyusui, tingkat kesehatan masih buruk,
dan lain-lain. Angka mortalitas ibu hamil dan melahirkan pada tahun 2012, ternyata
masih tinggi yakni 359 per 100.000 kelahiran. Angka ini meningkat tajam dibanding
tahun 2007, yakni 228 per 100.000 kelahiran hidup. Secara makro, angka kematian ibu
hamil dan melahirkan, merupakan parameter kualitas kesehatan masyarakat pada suatu
negara (KPK, 2013).
Laksono Trisnantoro dalam Seminar Pencegahan Korupsi di Sektor Kesehatan
yang diselenggarakan oleh Keluarga Alumni Gadjah Mada Fakultas Kedokteran
Yogyakarta (Kagama Kedokteran) pada Rabu, 22 Mei 2013, secara khusus menyoroti
dampak korupsi terhadap sistem manajemen rumah sakit. Sistem manajemen rumah
sakit yang diharapkan untuk pengelolaan lebih baik menjadi sulit dibangun. Apabila
korupsi terjadi di berbagai level maka akan terjadi keadaan sebagai berikut :

1. Organisasi rumah sakit menjadi sebuah lembaga yang mempunyai sisi bayangan
yang semakin gelap;
2. Ilmu manajemen yang diajarkan di pendidikan tinggi menjadi tidak relevan;
3. Direktur yang diangkat karena kolusif (misalnya harus membayar untuk menjadi
direktur) menjadi sulit menghargai ilmu manajemen;

13
4. Proses manajemen dan klinis di pelayanan juga cenderung akan tidak seperti apa
yang ada di buku teks.
Akhirnya, terjadi kematian ilmu manajemen apabila sebuah rumah/ lembaga
kesehatan sudah dikuasai oleh kultur korupsi di sistem manajemen rumah sakit maupun
sistem penanganan klinis.

C. Dampak Sosial dan Kemiskinan Masyarakat


Korupsi berdampak merusak kehidupan sosial di dalam masyarakat, kekayaan
negara yang dikorup oleh segelintir orang dapat menggoncang stabilitas ekonomi
negara, yang berdampak pada kemiskinan masyarakat dalam negara. Dampak pada
aspek sosial di antaranya sebagai berikut :
1. Meningkatnya Kemiskinan
2. Tingginya Angka Kriminalitas
3. Demoralisasi

D. Dampak Birokrasi Pemerintahan


Upaya pemerintah mencanangkan clean government dalam upaya memberantas
korupsi di kalangan birokrasi pemerintahan, belum dapat menjamin menanggulangi
korupsi, berbagai jenis kebocoran keuangan negara masih saja terjadi, berdampak
pelayanan publik dapat terganggu.
Kebocoran keuangan negara yang paling besar di lingkungan lembaga negara
adalah melalui Pengadaan Barang dan Jasa, lemahnya pengawasan dan kurangnya
penerapan disiplin serta sanksi terhadap penyelenggara negara dalam melaksanakan
tugas-tugas negara berdampak birokrasi pemerintahan yang buruk.
Sementara itu, dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintah, sebagai pengampu kebijakan negara, dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi;
2. Korupsi menghambat negara melakukan pemerataan akses dan aset;
3. Korupsi juga memperlemah peran pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi
dan politik.
Dengan demikian, suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan
mengabaikan tuntutan pemerintahan yang layak. Kehancuran birokrasi pemerintah
merupakan garda depan yang berhubungan dengan pelayanan umum kepada

14
masyarakat. Korupsi menumbuhkan ketidakefisienan yang menyeluruh di dalam
birokrasi.

E. Dampak Terhadap Penegakan Hukum


Korupsi adalah penyakit moral dan kecenderungan semakin berkembang dengan
penyebab multifaktor, lemahnya penegakan hukum mendorong masyarakat lebih berani
melakukan tindakan korupsi, sebab hukuman yang diperoleh lebih ringan dibandingkan
nilai perolehan korupsi.
Pihak yudikatif, eksekutif, dan legislatif, yang seharusnya banyak berperan
dalam mendorong gerakan pemberantasan korupsi malah banyak terlibat dan ikut
berperan dalam KKN, sebagai dampak dari penegakan hukum yang lemah.

F. Dampak Terhadap Pertahanan dan Keamanan


Korupsi terhadap peluang-peluang penyalahgunaan uang negara, yang sangat
berpengaruh terhadap persepsi masyarakat terhadap realitas kehidupan, yang ujung-
ujungnya dapat menimbulkan rasa frustrasi, iri, dengki, gampang menghujat, tidak
menerima keadaan dan rapuh, dan pada ujungnya masyarakat dapat kehilangan arah
dan identitas diri serta menipisnya sikap bela negara dalam pertahanan dan keamanan.
Korupsi dapat berdampak pada lemahnya sistem pertahanan dan keamanan
nasional, negara yang korup dapat memiskinkan rakyat, dan rakyat yang miskin sangat
rapuh dan mudah diintervensi oleh pihak-pihak yang ingin merongrong pemerintahan.

G. Dampak Kerusakan Lingkungan


Dampak kerusakan lingkungan akibat perbuatan korupsi, sekarang ini sudah
terlihat di mana-mana, bukan saja lingkungan fisik, melainkan juga lingkungan sosial
budaya. Terhadap lingkungan fisik yakni penyimpangan terhadap anggaran
pembangunan sarana-prasarana dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dan
berdampak pada kemiskinan rakyat. Begitu pun penyalahgunaan pengelolaan hutan
lindung yang membuat ekosistem terganggu, menimbulkan banjir, longsor, berdampak
kerugian materi dan jiwa pada masyarakat. Penyalahgunaan wewenang yang
berdampak terhadap lingkungan kelautan juga terjadi, sebagai contoh adanya
penyalahgunaan perizinan pengelolaan potensi kelautan.
Kerusakan lingkungan akan menciptakan bencana yang sebenarnya dibuat oleh
manusia seperti banjir, banjir bandang, kerusakan tanah, kekeringan, kelangkaan air

15
dan menurunnya kualitas air dan udara, tingginya pencemaran di perairan sungai
sehingga sangat beracun, dan sebagaimana.

Dampak kerusakan lingkungan sosial dalam masyarakat makin memperlebar


strata sosial di masyarakat, yang kaya semakin kaya, yang miskin makin sulit
memperoleh kehidupan yang layak, bahkan kesulitan mendapatkan kebutuhan pokok
karena harganya yang mahal. Biaya pendidikan yang mahal, akibatnya masyarakat
dapat melakukan tindakan-tindakan yang anarkis kurang menghargai hak-hak asasi
manusia.

2.6 Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi


Pencegahan ditujukan untuk mempersempit peluang terjadinya tindak pidana
korupsi pada tata kepemerintahan dan masyarakat, menyangkut pelayanan publik
maupun penanganan perkara yang bersih dari korupsi. Berikut adalah berbagai upaya
pencegahan yang saat ini tengah dilaksanakan :
1. Pembentukan Lembaga Anti-Korupsi
a. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah eksis di negara kita sebagai sebuah
lembaga antikorupsi yang kokoh dan kuat sejak tahun 2003. Edukasi dan
kampanye yang dilakukan KPK merupakan bagian dari upaya pencegahan
memiliki peran strategis. Melalui edukasi dan kampanye KPK berusaha
membangun perilaku dan budaya antikorupsi. Program kampanye dilakukan KPK
melalui berbagai kegiatan yang melibatkan unsur masyarakat serta melalui
berbagai media cetak, elektronik dan online. Tujuan dari rangkaian kampanye
adalah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai korupsi dan dampak
buruknya. Ujungnya adalah menumbuhkan benih benih antikorupsi serta
perlawanan terhadap korupsi. Program edukasi dilakukan melalui berbagai
kegiatan termasuk meluncurkan produk antikorupsi, antara lain modul modul
pendidikan antikorupsi.
KPK melakukan kajian suatu sistem dan kebijakan pada berbagai
kementerian/lembaga maupun pemerintah daerah di Indonesia. Dalam kajian
tersebut KPK melakukan analisis data, observasi langsung dan walkthrough test.
Kajian dilakukan dalam rangka mengidentifikasi kelemahan-kelemahan sistem atau
kebijakan yang berpotensi korupsi. Setelah itu, KPK memberikan rekomendasi
perbaikan agar dilaksanakan oleh kementerian, lembaga, atau pemerintah daerah
bersangkutan.

16
b. Lembaga lain yang juga telah disediakan adalah lembaga Ombudsman yang
perannya adalah sebagai penyedia sarana bagi masyarakat yang hendak
mengadukan apa yang dilakukan oleh lembaga pemerintah dan pegawainya.
Lembaga ini juga berfungsi memberikan pendidikan pada pemerintah dan
masyarakat, mengembangkan standar perilaku serta code of conduct bagi lembaga
pemerintah maupun lembaga hukum.
c. Pada tingkat kementerian ditingkatkan kinerja lembaga Inspektorat Jenderal.
d. Reformasi birokrasi dan reformasi pelayanan publik penting dibenahi sehingga
tidak memberi peluang untuk melakukan pungutan liar.

2. Pencegahan Korupsi di Sektor Publik


Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan semua
pejabat publik untuk mengumumkan dan melaporkan kekayaan yang dimilikinya baik
sebelum maupun sesudah menjabat. Hal ini diperlukan agar publik mengetahui
kewajaran peningkatan jumlah kekayaan terutama sesudah menjabat. Hal ini diperlukan
agar publik mengetahui kewajaran peningkatan jumlah kekayaan terutama sesudah
menjabat dan mendorong transparansi penyelenggara negara KPK menerima laporan
LHKPN dan laporan adanya gratifikasi. Penyelenggara negara wajib melaporkan harta
kekayaannya, antara lain ketika dimutasi, mulai melaksanakan jabatan baru atau
pensiun.

3. Pencegahan Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat


a. Masyarakat hendaknya mempunyai akses untuk mendapatkan informasi. Karena
itu, harus dibangun sistem yang memungkinkan masyarakat dapat meminta
informasi tentang kebijakan pemerintah terkait kepentingan masyarakat. Hal ini
harus memberi kesadaran kepada pemerintah agar kebijakan dijalankan secara
transparan dan wajib menyosialisasikan kebijakan tersebut kepada masyarakat.
b. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap bahaya korupsi serta
pemberdayaan masyarakat adalah salah satu upaya yang sangat penting untuk
mencegah terjadinya korupsi. Untuk meningkatkan hal tersebut kegiatan yang
dapat dilakukan :
1) kampanye tentang bahaya korupsi,
2) sosialisasi mengenai apa itu korupsi dan dampaknya serta cara memerangi
korupsi.

17
c. Pemberdayaan masyarakat untuk ikut mencegah dan memerangi korupsi adalah
melalui penyediaan sarana bagi masyarakat untuk dapat dengan mudah melaporkan
kejadian korupsi kepada pihak yang berwenang secara bertanggung jawab.
Mekanisme pelaporan harus mudah dilakukan misalnya melalui telepon, internet,
dan sebagainya.

d. Kebebasan media baik cetak maupun elektronik dalam menginformasikan bahaya


korupsi adalah penting dalam pencegahan korupsi, selain berfungsi sebagai media
kampanye antikorupsi, media juga efektif untuk melakukan pengawasan terhadap
perilaku pejabat publik.

e. Keberadaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau NGOs yang berfungsi


melakukan pengawasan terhadap perilaku pejabat pemerintah maupun parlemen,
juga merupakan hal yang sangat penting dalam mencegah terjadinya korupsi. Salah
satu contoh adalah Indonesia Corruption Watch (ICW), yakni sebuah LSM lokal
yang bergerak khusus dalam pemberantasan dan pencegahan korupsi.

4. Pembuatan Instrumen Hukum

Instrumen hukum dalam bentuk Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana


Korupsi yang telah ada juga telah didukung dengan instrumen hukum lainnya.
Contohnya, Undang-Undang Tindak Pidana Money Laundering, Undang-Undang
Perlindungan Saksi dan Korban, undang undang yang mengatur kebebasan Pers,
undang-undang yang mengatur mekanisme pelaporan korupsi oleh masyarakat yang
menjamin keamanan pelapor, dan lain-lain. Selain daripada itu untuk dapat mencegah
korupsi diperlukan produk hukum berupa Kode Etik atau Code of Conduct agar tercipta
pejabat publik yang bersih baik pejabat eksekutif, legislatif ataupun aparat lembaga
peradilan (kejaksaan, kepolisian, dan pengadilan).

Pasca-reformasi pemberantasan korupsi telah menjadi fokus utama pemerintah.


Berbagai upaya ditempuh baik untukmencegah maupun untuk menindak tindak pidana
korupsi secara serentak oleh pemegang kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Di dalam Rencana Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi,


ada 6 strategi nasional yang telah dirumuskan guna mewujudkan tata kepemerintahan
yang bersih dari korupsi dengan didukung kapasitas pencegahan dan penindakan serta
penanaman nilai budaya yang berintegritas. Strategi tersebut adalah :

18
1. Pencegahan;
2. Penegakan hukum;
3. Harmonisasi peraturan perundang-undangan;
4. Kerja sama internasional dan penyelamatan aset hasil tindak pidana korupsi;
5. Pendidikan budaya antikorupsi;
6. Mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi.
Komisi Pemberantasan Korupsi dalam bukunya mengenai panduan
memberantas korupsi dengan mudah dan menyenangkan, mengelompokkan strategi
pemberantasan korupsi tersebut ke dalam 3 strategi berikut :

1. Strategi Represif
Strategi ini adalah strategi penindakan tindak pidana korupsi di mana seseorang
diadukan, diselidiki, disidik, dituntut, dan dieksekusi berdasarkan saksi-saksi dan alat
bukti yang kuat.
2. Strategi Perbaikan Sistem
Perbaikan sistem dilakukan untuk mengurangi potensi korupsi. Caranya dengan
kajian sistem, penataan layanan publik melalui koordinasi, supervisi, pencegahan, serta
mendorong transparansi penyelenggara negara.
3. Strategi Edukasi dan Kampanye
Strategi ini merupakan bagian dari upaya pencegahan yang memiliki peran
strategis dalam pemberantasan korupsi. Melalui strategi ini akan dibangun perilaku dan
budaya antikorupsi. Edukasi dilakukan pada segenap lapisan masyarakat sejak usia
dini. Ketiga strategi tersebut harus dilaksanakan secara bersamaan.

2.7 10 Kasus korupsi yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2019-2022


2.7.1 Kasus Korupsi Bupati Muara Enim Ahmad Yani (2019)

19
KPK menangkap Bupati Muara Enim, Sumsel, Ahmad Yani, saat melakukan
transaksi haram pada 2 September 2019. Ahmad kemudian dijerat sebagai tersangka
bersama Kepala Bidang pembangunan jalan dan PPK di Dinas PUPR Kabupaten Muara
Enim, Elfin Muhtar, dan pemilik PT Enra Sari, Robi Okta Fahlefi.

Ahmad dan Elfin diduga menerima suap dari Robi sebesar USD 35 ribu. Suap
itu diduga terkait proyek jalan di Kabupaten Muara Enim. Belakangan, KPK
mengidentifikasi bahwa Ahmad diduga sudah pernah menerima suap sebelumnya.
Total suap yang diduga diterima Ahmad senilai Rp 13,4 miliar.

Kasus ini bermula ketika Dinas PUPR Kabupaten Muara Enim melaksanakan
pengadaan proyek pembangunan jalan untuk Tahun Anggaran 2019. Dalam lelang itu,
diduga ada syarat pemberian commitment fee sebesar 10% sebagai syarat terpilihnya
kontraktor pekerjaan.

Robi kemudian diduga memberikan suap kepada Ahmad melalui Elfin.


Pemberian diduga terkait 16 paket pekerjaan di Kabupaten Muara Enim yang
dimenangkan perusahaan Robi.

2.7.2 Kasus Korupsi Gubernur Kepulauan Riau Nurdin Basirun (2019)

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjelaskan kronologi tangkap tangan


terkait suap izin prinsip dan lokasi pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah
pesisir dan pulau-pulau kecil Kepulauan Riau 2018/2019. "Dalam kegiatan tangkap
tangan ini, KPK mengamankan tujuh orang," kata Wakil Ketua KPK Basaria Panjaitan
saat jumpa pers di gedung KPK, Jakarta, Kamis.

20
Tujuh orang yang diamankan itu, yakni Gubernur Kepri 2016-2021 Nurdin
Basirun (NBA), Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kepri Edy Sofyan
(EDS), Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Kepri Budi Hartono (BUH), dan Abu Bakar (ABK) dari unsur swasta.

Selanjutnya Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Riau NWN, Staf


Dinas Kelautan dan Perikanan Kepulauan Riau MSL, dan Staf Dinas Kelautan dan
Perlkanan Kepulauan Riau ARA. Basaria menjelaskan bahwa tim KPK menerima
informasi akan ada penyerahan uang di Pelabuhan Sri Bintan Tanjungpinang, Rabu
(10/7).

"Setelah dilakukan pengecekan di lapangan dan diketahui adanya dugaan


penyerahan uang, tim KPK mengamankan ABK di Pelabuhan Sri Bintan
Tanjungpinang sekitar pukul 13.30 WIB," ucap Basaria. Kemudian, tim lain
mengamankan Budi pada waktu yang sama saat akan keluar dari area pelabuhan
tersebut.

"Dari tangan BUH, KPK mengamankan uang sejumlah 6.000 dolar Singapura.
Setelah itu, KPK membawa ABK dan BUH ke Kepolisian Resor Tanjungpinang, untuk
pemeriksaan lanjutan," tuturnya.

Nurdin diduga menerima 11 ribu dolar Singapura dan Rp45 juta terkait suap izin
prinsip dan lokasi pemanfaatan laut, proyek reklamasi di wilayah pesisir dan pulau-
pulau kecil Kepulauan Riau Tahun 2018/2019.

Nurdin diduga menerima uang dari Abu Bakar baik secara langsung maupun
melalui Edy Sofyan dalam beberapa kali kesempatan.

Adapun rincian yang diterima Nurdin, yaitu pada 30 Mei 2019 sebesar 5.000
dolar Singapura dan Rp45 juta. Kemudian pada 31 Mei 2019 terbit izin prinsip
reklamasi untuk Abu Bakar untuk luas area sebesar 10,2 hektare. Kemudian pada 10
Juli 2019, Abu Bakar memberikan tambahan uang sebesar 6.000 dolar Singapura
kepada Nurdin melalui Budi Hartono.

21
2.7.3 Kasus Korupsi Tamin Sukardi (2019)

Mantan Direktur Utama PT Erni Putra Terari, Tamin Sukardi divonis enam
tahun penjara serta denda Rp 300 juta subsider tiga bulan kurungan oleh majelis hakim
Pengadilan Negeri Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Kamis (4/4). Tamin
terbukti memberikan suap sebesar SGD 280 ribu atau sekitar Rp 2,9 miliar kepada
hakim Pengadilan Negeri Medan.

Majelis hakim menilai, Tamin terbukti memberikan uang senilai SGD 280 ribu
untuk diberikan kepada dua hakim. Yakni kepada Sontan Merauke Sinaga selaku hakim
anggota sebesar SGD 130 ribu dan kepada Merry Purba sebagai hakim ad hoc sebesar
SGD 150 ribu. Untuk melancarkan aksinya, Tamin menggunakan jasa panitera
pengganti PN Medan, Helpandi yang membantu memberikan uang itu kepada dua
hakim tersebut.

Ketika itu hakim menyebut Tamin berstatus terdakwa terkait perkara pengalihan
tanah negara/milik PTPN II kepada pihak lain seluas 106 hektare, eks HGU PTPN II
Tanjung Morawa di Pasar IV Desa Helvetia, Kabupaten Deli Serdang.

Perkara itu diadili di PN Medan dengan susunan majelis Wahyu Prasetyo


Wibowo sebagai ketua majelis dan dua hakim anggota atas nama Sontan Merauke
Sinaga dan Merry Purba, serta panitera pengganti Wahyu Probo Julianto dan Helpandi.

22
Tamin kemudian meminta Hadi Setiawan untuk bertemu Helpandi dengan
menyerahkan uang SGD 280 ribu dalam amplop cokelat. Helpandi memberikan uang
itu kepada Merry Purba dan Sontan Merauke setelah putusan dibacakan pada 27
Agustus 2018.

Tamin terbukti melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 31


Tahun 1999 sebagaimana diubah dalam UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat (1) KUHP.

2.7.4 Kasus Korupsi Komisioner Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, Wahyu
Setiawan (2020)

Mantan Komisioner Komisi Pemilihan Umum Wahyu Setiawan mengakui


bersalah menerima suap pergantian antar-waktu (PAW) anggota Dewan Perwakilan
Rakyat dan gratifikasi. Dia berujar menerima Sin$ 15 ribu dari pengurusan PAW dan
gratifikasi Rp 500 juta terkait seleksi anggota KPUD Papua.

"Dengan penuh kesadaran, saya mengakui bersalah telah menerima uang,"


kata Wahyu saat membacakan pleidoi melalui telekonferensi di Pengadilan Tindak
Pidana Korupsi Jakarta, Senin, 10 Agustus 2020.

Wahyu meminta maaf karena perbuatan itu. Ia mengatakan telah kooperatif


selama proses hukum yang dijalaninya. Ia mengklaim tak berusaha menutup-nutupi

23
perbuatannya. Ia juga mengembalikan uang sebanyak Sin$ 15 ribu serta Rp 500 juta
melalui Komisi Pemberantasan Korupsi. Ihwal sisa uang suap PAW sebanyak Sin$
38.350, Wahyu mengaku tak pernah menerimanya. Sebab, uang itu masih disimpan
Agustiani Tio Fredelina, orang yang didakwa menjadi perantara suap untuk Wahyu.

Sebelumnya, jaksa KPK menuntut Wahyu 8 tahun penjara dalam kasus suap
pergantian antarwaktu anggota DPR. Wahyu dihukum membayar denda Rp 400 juta
subsider 6 bulan kurungan. Jaksa juga menuntut hukuman tambahan agar hak politik
Wahyu dicabut selama 4 tahun setelah menjalani pidana pokok.

Jaksa menuturkan Wahyu terbukti menerima suap Rp 600 juta dari kader PDIP
Saeful Bahri. Suap diberikan agar Wahyu mengusahakan KPU memilih caleg PDIP
kala itu, Harun Masiku menjadi anggota DPR lewat pergantian antarwaktu.

Selain suap, jaksa menyatakan Wahyu terbukti menerima gratifikasi sebanyak


Rp 500 juta terkait seleksi anggota KPU Daerah Papua Barat periode 2020-2025.
Uang diberikan melalui Sekretaris KPU Provinsi Papua Barat Rosa Muhammad
Thamrin Payapo. Uang diduga diberikan agar Wahyu mengupayakan orang asli Papua
terpilih menjadi anggota KPUD.

2.7.5 Kasus Korupsi Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo (2020)

Mantan Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo divonis 4,5 tahun penjara
ditambah denda sebesar Rp200 juta subsider 6 bulan kurungan karena terbukti

24
menerima suap sejumlah Rp2,2 miliar dari sejumlah pengusaha terkait pekerjaan di
lingkungan Pemerintah daerah Kabupaten Banggai Laut pada tahun 2020.

"Mengadili, menyatakan terdakwa I Wenny Bukamo bersama-sama terdakwa II


Recky Suhartono Godiman dan terdakwa III Hengky Thiono terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana korupsi. Menjatuhkan pidana terhadap
terdakwa I Wenny Bukamo berupa pidana penjara selama 4 tahun dan 6 bulan dan
denda sebesar Rp200 juta subsider 6 bulan kurungan," kata ketua majelis hakim M
Djamir di pengadilan Tindak Pidana Korupsi Palu pada Jumat (3/9).

Majelis hakim juga mewajibkan Wenny untuk membayar uang pengganti


sebesar Rp500 juta dengan ketentuan bila paling lama 1 bulan sesudah putusan
berkekuatan hukum tetap tidak dibayar maka harta bendanya akan disita jaksa. elain itu,
majelis hakim juga memutuskan mencabut hak politik Wenny.

"Menjatuhkan pidana tambahan kepada terdakwa I Wenny Bukamo berupa


pencabutan hak untuk dipilih dan menduduki jabatan publik selama 2 tahun dan 6 bulan
setelah terpidana selesai menjalani pidana yang sudah berkekuatan hukum tetap,"
ungkap hakim Djamir. Vonis tersebut lebih rendah dibandingkan tuntutan Jaksa
Penuntut Umum (JPU) KPK yang menuntut agar Wenny Bukamo divonis 5 tahun
penjara ditambah denda sebesar Rp250 juta subsider 6 bulan kurungan. Selain terhadap
Wenny, hakim juga menjatuhkan vonis kepada dua rekan Wenny yaitu Recky
Suhartono Godiman dan Hengky Thiono.

Pekerjaan yang diperoleh Hedy Thiono adalah peningkatan jalan Dungkean-


Bonebone senilai Rp17.724.518.000 menggunakan PT. Trio Sepakat Makmur dan jalan
ruas Keak-panapat senilai Rp6.968.203.000 menggunakan CV Menara Dinamika
Selaras; lanjutan pembangunan stadion olahraga senilai Rp2.980.384.000 menggunakan
PT Bangun Bangkep Persada; peningkatan jalan akses masuk pekuburan Islam Adean
senilai Rp1.988.603.000 menggunakan CV Karya Muda Mandiri serta peningkatan
jalan akses stadion senilai Rp697.311.000 menggunakan CV Menara Dinamika Selaras.

25
2.7.6 Kasus Korupsi Pembobolan BANK BNI Maria Pauline Lumowa (2021)

Pengendali PT Sagared Team dan Gramarindo Group, Pauliene Maria Lumowa,


divonis 18 tahun penjara ditambah denda Rp800 juta subsider 4 bulan kurungan serta
wajib membayar uang pengganti sebesar Rp185,822 miliar.

Maria dinyatakan terbukti melakukan korupsi pencairan L/C (letter of credit


atau surat utang) memakai dokumen fiktif ke Bank BNI 46 sehingga menyebabkan
kerugian negara senilai Rp1,214 triliun dan tindak pidana pencucian uang.

"Mengadili, menyatakan terdakwa Pauline Maria Lumowa alias Erry alias Maria
Pauliene Lumowa terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak
pidana sebagaimana dakwaan pertama primair dan kedua primair," kata ketua majelis
hakim Saifuddin Zuhri di Pengadilan Tind Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta, Senin
(24/5) malam. Putusan itu lebih rendah dibanding tuntutan jaksa penuntut umum
Kejaksaan Agung yang meminta agar Maria divonis 20 tahun penjara ditambah denda
Rp1 miliar subsider 6 bulan kurungan.

Dalam perkara ini, Maria terbukti melakukan dua dakwaan, yaitu pertama Pasal
2 Ayat (1) juncto Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana diubah dengan UU No. 20/2001 Jo
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP Jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Maria terbukti menggunakan

26
perusahaan lain untuk mencairkan L/C dalam mata uang USD dan euro dengan
dokumen fiktif dalam beberapa tahap dan seluruhnya disetujui.

Perusahaan itu ada dalam Gramarindo Group, yaitu PT Gramindo Mega


Indonesia, PT Magentiq Usaha Esa Indonesia, PT PAN Kifros, PT Bhinekatama
Pasific, PT Metrantara, PT Basomasindo, dan PT Trinaru Caraka Pasific. Maria
menempatkan orang-orang kepercayaannya sebagai direktur di perusahaan-perusahaan
itu.

Selanjutnya, Maria meminta para direktur itu mengajukan pencairan L/C dengan
melampirkan dokumen ekspor fiktif ke BNI 46 Kebayoran Baru sehingga seolah-olah
perusahaan mengadakan kegiatan ekspor.

Dakwaan kedua adalah Pasal 3 ayat (1) huruf a UU Nomor 15/2002 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana diubah
dengan UU No 25/2003. Maria dinilai terbukti melakukan pencucian uang dengan
menempatkan dana pada penyedia jasa keuangan, yaitu PT Aditya Putra Pratama
Finance dan PT Infinity Finance. Dana itu berasal dari korupsi atas pengkreditan senilai
Rp1,214 triliun.

2.7.7 Kasus Korupsi Pejabat Ditjen Pajak Kementerian Keuangan Dadan


Ramdani (2021)

27
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) akhirnya menahan eks Kepala
Subdirektorat Kerjasama dan Dukungan Pemeriksaan pada Direktorat Jenderal
Pajak Dadan Ramdani (DR). Dadan telah dijadikan tersangka dalam kasus dugaan suap
terkait dengan pemeriksaan perpajakan tahun 2016 dan tahun 2017 pada Direktorat
Jenderal Pajak Kementerian Keuangan sejak Februari 2021.

"Untuk kepentingan penyidikan, dilakukan upaya paksa penahanan oleh tim


penyidik untuk 20 hari ke pertama terhitung sejak tanggal 13 Agustus 2021 sampai
dengan 1 September 2021 di Rutan KPK Kavling C1," kata Wakil Ketua KPK Nurul
Ghufron di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat (13/8/2021)

Atas perbuatannya, Dadan disangkakan melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal


12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas
UndangUndang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUH Pidana.

Pada tahun 2017 sampai dengan 2019, Dadan mengusulkan pemeriksaan pajak
terhadap tiga wajib pajak yaitu PT Gunung Madu Plantations, PT Bank Pan Indonesia
Tbk atau Bank Panin, dan PT Jhonlin Baratama untuk tahun pajak 2016 dan 2017
kepada Angin. Usulan tersebut disetujui oleh Angin untuk dilakukan pemeriksaan
pajak. Selama dilakukannya proses pemeriksaan pajak terhadap tiga wajib pajak
tersebut, atas perintah dan persetujuan Angin serta kesepakatan bersama Dadan, maka
khusus untuk penghitungan pajak atas ke tiga wajib pajak dimaksud tidak dilakukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Diantaranya memenuhi dan menyesuaikan nilai dari jumlah kewajiban pajak


sebagaimana keinginan dan usulan dari wajib pajak atau pihak yang mewakili wajib
pajak. Atas persetujuan penetapan nilai jumlah kewajiban pajak untuk Gunung Madu
Plantations, Bank Panin, dan Jhonlin Baratama, Dadan dan Angin diduga menerima
sejumlah uang sejumlah Rp7,5 miliar dan 2 juta dolar Singapura.

28
2.7.8 Kasus Korupsi 10 Anggota DPRD Muara Enim Suap Proyek PUPR (2021)

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan 10 Anggota DPRD Muara


Enim 2019-2023 menjadi tersangka kasus suap. Mereka diduga menerima suap yang
berhubungan dengan proyek di Kabupaten Muara Enim. "KPK melakukan
penyelidikan dan meningkatkan status perkara ini ke tahap penyidikan pada bulan
September 2021," kata Wakil Ketua KPK Alexander Marwata di kantornya, Jakarta,
Kamis, 30 September 2021.

Sepuluh tersangka itu, yakni :


1. Indra Gani
2. Ishak Joharsah
3. Ari Yoca Setiadi
4. Ahmad Reo Kusuma
5. Marsito
6. Mardiansyah
7. Muhardi
8. Fitrianzah
9. Subahan
10. Piardi
KPK menyatakan untuk mendapat proyek di Dinas PUPR Kabupaten Muara
Enim tahun 2019, pengusaha Robi Okta Fahlevi dan Elfin MZ Muhtar menemui
Ahmad Yani yang saat itu menjabat Bupati. Ahmad Yani menyuruh berkoordinasi
dengan Elfin. Namun, ada komitmen fee sebanyak 10 persen dari nilai proyek.

29
Komitmen itu akan diberikan kepada pejabat di Muara Enim, termasuk anggota
DPRD.
Di tahun 2019, Robi mendapatkan nilai proyek Rp 129 miliar. Dari nilai itu,
Robi memberikan Rp 1,8 miliar ke Ahmad Yani. Untuk para anggota DPRD itu, Robi
diduga memberikan total Rp 5-6 miliar. Tiap anggota dewan memperoleh Rp 50 juta
sampai Rp 500 juta.

KPK menduga Robi memberikan uang itu agar tidak ada gangguan dari DPRD
terhadap program pengadaan di Dinas PUPR Muara Enim. KPK menduga para
anggota dewan itu menggunakan uang untuk kampanye Pemilihan Legislatif DPRD
Muara Enim.

Setelah pengumuman tersangka ini, KPK langsung menahan para tersangka.


Mereka ditahan di tiga rutan berbeda, yaitu Rutan KPK Cabang Gedung Merah Putih,
cabang C1 dan Rutan Pomdam Jaya Guntur.

2.7.9 Kasus Korupsi Walikota Tanjungbalai M. Syahrial (2021)

KPK menetapkan Wali Kota Tanjungbalai M Syahrial sebagai tersangka kasus


dugaan korupsi lelang jabatan di Pemerintah Kota (Pemkot) Tanjungbalai pada 2019.
KPK juga sekaligus menahan tersangka lainnya, yakni Sekretaris Daerah Yusmada
(YM). "Setelah mengumpulkan berbagai bahan keterangan dugaan tindak pidana
dimaksud, selanjutnya melakukan penyelidikan, kemudian ditemukan adanya bukti
permulaan yang cukup, maka KPK meningkatkan status perkara ini ke tahap
penyidikan pada April 2001 dengan menetapkan yang pertama adalah MS Wali Kota

30
Tanjungbalai periode 2016 sampai dengan 2021, yang kedua adalah YM, Sekretaris
Daerah Kota Tanjungbalai," kata Deputi Penindakan KPK Karyoto dalam konferensi
persnya di gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Jumat (27/8/2021).

M Syahrial selaku penerima disangkakan melanggar Pasal 12 huruf A atau Pasal


12 huruf b atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1
KUH Pidana Pasal 64 ayat 1 KUH Pidana. Diketahui, Wali Kota Tanjungbalai M
Syahrial ditetapkan sebagai tersangka karena diduga memberi suap kepada eks
penyidik KPK dari Polri AKP Stepanus Robin Pattuju. Suap itu diduga diberikan agar
Robin mengurus perkara dugaan korupsi yang menyangkut Syahrial, yakni terkait
dengan jual-beli jabatan di kasus ini.

KPK juga menetapkan Maskur Husain sebagai tersangka karena juga ikut
terlibat dalam kasus suap tersebut. Syahrial diduga menjanjikan duit Rp 1,5 miliar
kepada AKP Robin. Dari jumlah itu, AKP Robin diduga telah menerima Rp 1,3 miliar.
Saat ini, persidangan M Syahrial masih berjalan di Pengadilan Tipikor Medan.
Sementara itu, untuk AKP Robin, KPK telah menyatakan berkas perkaranya lengkap
dan akan segera disidangkan di Pengadilan Tipikor Jakarta Pusat.

2.7.10 Kasus Korupsi Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas’ud (2022)

31
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mentapkan Bupati Penajam Paser Utara
(PPU), Kalimantan Timur Abdul Gafur Mas'ud sebagai tersangka suap terkait dengan
kegiatan pekerjaan pengadaan barang dan jasa serta perizinan di Kabupaten Penajam
Paser Utara, Kalimantan Timur tahun 2021-2022.

Abdul Gafur Mas'ud diamankan bersama 10 orang yang terdiri dari aparatur
sipil negara (ASN) dan pihak swasta dalam operasi tangkap tangan (OTT) di Jakarta
dan Kalimantan Timur pada Rabu (12/1/2022).

“KPK melakukan penyelidikan yang kemudian ditemukan adanya bukti


permulaan yang cukup, sehingga KPK meningkatkan status perkara ini ke tahap
penyidikan dengan mengumumkan tersangka,” ujar Wakil Ketua KPK Alexander
Marwata di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Kamis (13/1/2022)

Selain itu, Abdul Gafur Mas'ud diduga juga menerima sejumlah uang atas
penerbitan beberapa perizinan antara lain perizinan untuk HGU lahan sawit di
Kabupaten PPU dan perizinan Bleach Plant (pemecah batu) pada Dinas Pekerjaan
Umum dan Tata Ruang PPU.

“Tersangka AGM diduga bersama tersangka NAB (Nur Afifah Balqis)


menerima dan menyimpan serta mengelola uang-uang yang diterimanya dari para
rekanan didalam rekening bank milik NAB yang berikutnya dipergunakan untuk
keperluan AGM,” ucap Alex. “Di samping itu AGM juga diduga telah menerima uang
tunai sejumlah Rp1 Miliar dari Tersangka AZ (Achmad Zuhdi alias Yudi) yang
mengerjakan proyek jalan dengan nilai kontrak Rp 64 Miliar di Kabupaten Penajam
Paser Utara,” tutur dia.

32
2.7.11 Kasus Korupsi Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Perdagangan, Indrasari Wisnu Wardhana (2022)

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan


(Dirjen Daglu Kemendag) Indrasari Wisnu Wardhana resmi ditetapkan sebagai
tersangka oleh Kejaksaan Agung (Kejagung). Indrasari terjerat kasus mafia minyak
goreng, yakni dugaan tindak pidana korupsi terkait pemberian fasilitas ekspor Crude
Palm Oil (CPO) dan turunannya pada bulan Januari 2021 sampai dengan Maret 2022.
Dugaan korupsi yang menjerat Indrasari Wisnu Wardhana itu disebut menjadi salah
satu penyebab kelangkaan minyak goreng di Indonesia.

Selain Indrasari, Kejagung juga menetapkan tiga tersangka lainnya, sehingga


total ada empat tersangka yang ditetapkan Kejagung dalam kasus minyak goreng ini.
"Tersangka ditetapkan empat orang. Yang pertama pejabat eselon I pada Kementerian
Perdagangan bernama IWW, Direkrut Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian
Perdagangan," tutur Jaksa Agung ST Burhanuddin di Kejagung, Jakarta Selatan, Selasa
(19/4/2022).

Para tersangka diduga melanggar Pasal 54 ayat (1) huruf a dan ayat (2) huruf a b
e dan f Undang-undang Nomor 7 tahun 2014 tentang Perdagangan. Kemudian, tiga
ketentuan BAB 2 huruf a angka 1 huruf b jo bab 2 huruf c angka 4 huruf c Peraturan
Ditjen Perdagangan Luar Negeri Nomor 2 Perdagangan Luar Negeri per 1 2022 tentang

33
petunjuk teknis pelaksanaan kebijakan dan pengaturan ekspor CPO. “Keputusan
Menteri Perdagangan Nomor 129 Tahun 2022 jo Nomor 170 Tahun 2022 tentang
penetapan jumlah untuk distribusi kebutuhan dalam negeri dan harga penjualan di
dalam negeri,“ ujar Burhanuddin.

2.8 Kasus Korupsi Hakim PN Surabaya Itong Isnaeni Hidayat (2022)

 Kronologi Kasus Dugaan Suap Hakim PN Surabaya Itong Isnaeni Hidayat


Hingga Keciduk KPK
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menjelaskan kronologi operasi tangkap
tangan (OTT) terkait kasus dugaan korupsi berupa suap pengurusan perkara di
Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Jawa Timur. Dalam kasus tersebut, KPK telah
menetapkan tiga orang tersangka, yaitu hakim PN Surabaya Itong Isnaeni Hidayat (IIH)
dan Panitera Pengganti Pengadilan Negeri Surabaya Hamdan (HD) selaku penerima
suap serta pengacara atau kuasa hukum PT Soyu Giri Primedika (SGP) Hendro
Kasiono (HK) selaku pemberi suap.

"Terkait kronologi tangkap tangan, KPK menerima informasi mengenai adanya


dugaan penyerahan sebagian uang kepada hakim terkait penanganan perkara dari pihak
kuasa hukum pemohon, yaitu Hendro Kasiono (HK)," ujar Wakil Ketua KPK Nawawi
Pomolango dalam jumpa pers, di Gedung KPK, Jakarta, Jumat (21/1/2022) dini hari
WIB.

34
Kemudian, kata Nawawi, pada Rabu (19/1/2022) sekitar pukul 13.30 WIB, KPK
mendapatkan informasi bahwa ada penyerahan sejumlah uang dalam bentuk tunai dari
Hendro Kasiono kepada Hamdan sebagai representasi Itong Isnaeni Hidayat.
Penyerahan uang itu dilakukan di salah satu area parkir Kantor PN Surabaya.

"Tidak berapa lama kemudian, tim KPK langsung mengamankan Hendro


Kasiono dan Hamdan beserta sejumlah uang yang sebelumnya telah diterima Hamdan,
dan kemudian dibawa ke Polsek Genteng Surabaya untuk dilakukan pemeriksaan," ujar
Nawawi.

Secara terpisah, tim KPK juga langsung mencari dan mengamankan Itong
Isnaeni Hidayat, Direktur PT SGP Achmad Prihantoyo, dan Dewi (DW) selaku
Sekretaris Hendro Kasiono. Lalu, mereka ikut pula dibawa ke Polsek Genteng guna
dimintai keterangan. Dari Polsek Genteng, pihak-pihak terkait kasus dugaan korupsi itu
beserta barang bukti berupa uang sejumlah Rp140 juta segera dibawa menuju ke
Jakarta.

Selanjutnya, mereka diperiksa secara lebih lanjut di Gedung Merah Putih KPK,
Jakarta. Terkait barang bukti berupa uang itu, Nawawi mengatakan Rp140 juta tersebut
merupakan tanda kesepakatan awal bahwa Itong Isnaeni Hidayat akan memenuhi
keinginan Hendro Kasiono.

"Uang yang berhasil diamankan sebesar Rp140 juta merupakan tanda jadi awal
bahwa Itong Isnaeni Hidayat nantinya akan memenuhi keinginan Hendro Kasiono
terkait permohonan pembubaran PT SGP," kata Nawawi.

Berdasarkan hasil pemeriksaan terhadap para pihak yang ditangkap tangan dan
barang bukti yang diamankan, KPK pun menetapkan tiga orang tersangka dalam kasus
tersebut.

Di sisi lain, Itong Isnaini Hidayat tidak terima telah ditetapkan sebagai
tersangka kasus suap pengurusan perkara di lembaga peradilan Kota Pahlawan.
Penolakan itu disampaikan di tengah-tengah konferensi pers KPK.

35
"Saya tidak pernah menjanjikan apapun. Itu omong kosong," teriak Itong Isnaini
Hidayat memotong kegiatan penetapan dirinya sebagai tersangka di Jakarta, Kamis
(20/1/2022).

Interupsi tersebut dilakukan tersangka Hakim Itong saat Wakil Ketua KPK,
Nawawi Pomolango membacakan putusan penetapan status tersangka terhadap tiga
orang. Ketiganya merupakan para pihak yang diamankan dalam operasi tangkap tangan
(OTT) oleh tim satuan tugas KPK, Rabu (19/1/2022) lalu.

 Fakta-Fakta di Balik OTT Kasus Dugaan Suap Hakim PN Surabaya Itong


Isnaeni Hidayat
1. Dugaan Suap

Kasus ini bermula saat Hendro mengajukan permohonan pembubaran PT SGP.


Permohonan ini disidangkan oleh Itong selaku hakim tunggal. Demi permohonannya
dikabulkan, Hendro menjanjikan uang sebesar Rp 1,3 miliar. Sebagai langkah awal
realisasi komitmen fee, Hendro menemui Hamdan dan meminta agar hakim memutus
sesuai keinginan Hendro. Putusan yang diinginkan oleh Hendro di antaranya agar PT
SGP dinyatakan dibubarkan dengan nilai aset yang bisa dibagi sejumlah Rp 50 miliar.

Hamdan menyampaikan keinginan Hendro tersebut kepada Itong yang


kemudian bersedia dengan adanya imbalan sejumlah uang. Kemudian, pada 19 Januari
2022, uang diserahkan oleh Hendro kepada Hamdan sejumlah Rp 140 juta yang
diperuntukkan bagi Itong.

36
Sebagai penerima, Itong dan Hamdan disangka melanggar Pasal 12 huruf c atau
Pasal 11 UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU Nomor 31 Tahun 1999
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat 1 ke 1 KUHP.

Sementara sebagai pemberi, Hendro disangka melanggar Pasal 6 ayat (1) huruf
a atau Pasal 13 UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) ke 1
KUHP.

2. Uang Rp140 Juta Disiapkan di Tempat Parkir

KPK mengamankan uang tunai Rp140 juta. Uang tersebut diduga sebagai tanda
jadi awal bahwa Isnaeni nantinya akan memenuhi keinginan Hendri Kasiono terkait
permohonan pembubaran PT SGP. Uang suap tersebut diserahkan di halaman parkir
PN Surabaya.
"Pada Rabu 19 Januari 2022 sekitar pukul 13.30 mendapat informasi ada
penyerahan sejumlah uang dalam bentuk tunai dari harta kepada hadir sebagai
representasi salah satu area parkir Kantor Pengadilan Negeri Surabaya," kata Wakil
Ketua KPK Nawawi Pomolango dalam konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta, Kamis
(20/01/2022) malam. Nawawi melanjutkan, tim KPK kemudian mengamankan
pengacara Hendro Kasiono dan panitera PN Surabaya Hamdan atas penyerahan uang
tersebut. Keduanya kemudian digelandang menuju Polsek Genteng, Surabaya untuk
dilakukan pemeriksaan.

37
3. Uang Pelicin Rp1,3 Miliar Disiapkan untuk Urus Perkara

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan hakim Pengadilan Negeri


Surabaya Itong Isnaeni Hidayat (IIH) dan panitera Hamdan (HD) sebagai tersangka
suap. Uang yang disiapkan untuk pengurusan perkara itu sebesar Rp1,3 miliar.
"Diduga uang yang disiapkan untuk mengurus perkara ini sejumlah sekitar
Rp1,3 miliar. Dimulai dari tingkat putusan pengadilan negeri sampai tingkat putusan
Mahkamah Agung," kata Wakil Ketua KPK Nawawi Pomolango dalam konferensi pers
di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (20/1/2022), malam.

4. KPK Punya Bukti Kuat

38
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Nawawi Pomoloango
menjawab tudingan hakim Pengadilan Negeri Surabaya Itong Isnaeni Hidayat yang
menyebut penetapan dirinya sebagai tersangka hanya omong kosong. Menurut Nawawi,
KPK memiliki bukti yang cukup untuk menetapkan seseorang sebagai tersangka.

"Bagi kami silakan mau bereskpresi seperti apa saja. Mau teriak mau apa. KPK
memiliki kecukupan bukti untuk menetapkan yang bersangkutan sebagai tersangka
dalam perkara ini," kata Nawawi di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (20/1/2022) malam.

Nawawi mengatakan, KPK tidak mempermasalahkan ekspresi yang


disampaikan tersangka. Nawawi yang juga mantan hakim ini menegaskan KPK
bertindak atas dasar alat bukti yang cukup. Diberitakan sebelumnya, Itong Isnaeni
Hidayat memotong pembicaraan Nawawi saat menyampaikan keterangan dalam
konferensi pers.

5. Dijadikan Tersangka

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan Hakim Pengadilan Negeri


(PN) Surabaya Itong Isnaeni Hidayat sebagai tersangka kasus dugaan suap pengurusan
perkara di PN Surabaya.

Selain Itong, lembaga antirasuah itu juga menjerat dua tersangka lain, yakni
panitera pengganti PN Surabaya Hamdan serta Hendro Kasino selaku pengacara dan
Kuasa dari PT Soyu Giri Primedika (SGP).

39
"KPK kemudian melakukan penyelidikan dan ditemukan adanya bukti
permulaan yang cukup, maka KPK meningkatkan status perkara ini ke tahap
penyidikan dengan mengumumkan tersangka," ujar Wakil Ketua KPK Nawawi
Pomolango dalam jumpa pers di Gedung KPK, Kamis (20/1/2022). Mereka bertiga
dijerat usai terjaring operasi tangkap tangan (OTT) tim penindakan KPK pada Rabu, 19
Januari 2022.

6. Ditahan Untuk 20 Hari Kedepan

Setelah berstatus tersangka, Itong dan dua tersangka lainnya akan ditahan di tiga
rutan berbeda untuk 20 hari ke depan. Tepatnya hingga 8 Februari 2022. "Para
tersangka saat ini dilakukan penahanan Rutan selama 20 hari pertama terhitung sejak
tanggal 20 Januari 2022 sampai dengan 8 Februari 2022," ujar Wakil Ketua KPK
Nawawi Pomolango dalam jumpa pers di Gedung KPK, Kuningan, Jakarta Selatan,
Kamis (20/1/2022).

Hakim Itong rencannya akan ditahan di Rutan KPK pada Kavling C1, Jakarta.
Sementara yang lainnya seperti, Hamdan ditahan di Rutan Polres Jakarta Timur, dan
Hendro ditahan di Rutan Polres Metro Jakarta Pusat.

40
7. MA Berhentikan Sementara Itong Isnaeni Hidayat

Mahkamah Agung (MA) mengambil langkah tegas terhadap hakim dan panitera
Pengadilan Negeri (PN) Surabaya yang menjadi tersangka penerima suap. MA
memberhentikan sementara Itong Isnaeni Hidayat dan Hamdan.
"Oleh karena oknum hakim dan panitera yang menjadi objek tangkap tangan ini
telah ditetapkan KPK sebagai tersangka, dengan tetap menjunjung asas praduga tak
bersalah, maka yang bersangkutan telah diberhentikan sementara," kata Plt Kepala
Badan Pengawasan MA, Dwiarso Budi Santiarto dalam konferensi pers di Gedung
KPK, Jakarta, Kamis (20/1/2022) malam. Dwiarso mengatakan, pemberhentian
sementara keduanya langsung ditandatangani Ketua MA. Dia menunjukkan surat itu
kepada wartawan dalam konferensi pers. "Jadi sudah ditandatangani SK-nya," tutur
Dwiarso.

 Proses Kelanjutan Hukum Penahanan Itong Isnaeni Hidayat

41
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memperpanjang penahanan
hakim nonaktif Pengadilan Negeri (PN) Surabaya, Itong Isnaini Hidayat. Itong
merupakan tersangka kasus dugaan suap pengurusan perkara di PN Surabaya
bersama panitera pengganti PN Surabaya, Hamdan, dan pengacara PT Soyu Giri
Primedika, Hendro Kasiono.

"Tim penyidik kembali melakukan penahanan lanjutan untuk tersangka IIH


(Itong Isnaini Hidayat) dkk selama 30 hari,” kata Pelaksana Tugas Juru Bicara KPK Ali
Fikri, dalam sebuah keterangan tertulis, Selasa (22/3/2022).

Perpanjangan penahanan tiga tersangka itu, ujar Ali, dilakukan selama 30 hari
ke depan terhitung sejak 21 Februari 2022 sampai dengan 19 April 2022 berdasarkan
penetapan penahanan pertama dari ketua Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor)
pada PN Surabaya.

Itong Isnaini Hidayat ditahan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) KPK pada
Kavling C1, Hamdan ditahan di Rutan Polres Jakarta Timur, dan Hendro
Kasiono ditahan di Rutan Polres Metro Jakarta Pusat.

“Penjadwalan pemanggilan saksi-saksi akan terus dilakukan oleh tim penyidik


untuk melengkapi pemberkasan perkara tersangka IIH dkk dimaksud,” kata Ali. Ketiga
tersangka dalam perkara itu ditangkap KPK dalam kegiatan tangkap tangan di Surabaya
pada 19 Januari 2022.

KPK menduga para tersangka terlibat kongkalikong untuk mengurus perkara


pembubaran PT PT Soyu Giri Primedika. Dalam konstruksi perkara dijelaskan, Hendro
yang ditunjuk sebagai pengacara PT Soyu Giri Primedika menghubungi Hamdan guna
menawarkan uang jika hakim dalam persidangan memutuskan untuk membubarkan
perusahaan kliennya.

Dalam konstruksi perkara dijelaskan, Hendro yang ditunjuk sebagai pengacara


PT Soyu Giri Primedika menghubungi Hamdan guna menawarkan uang jika hakim
dalam persidangan memutuskan untuk membubarkan perusahaan kliennya. Tujuannya,
agar aset PT Soyu Giri Primedika senilai Rp 50 miliar bisa dibagi. Untuk menjalankan
keinginan itu, KPK menduga Hendro dan PT Soyu Giri Primedika telah menyiapkan
dana senilai Rp 1,3 miliar.

42
Dana itu akan dialokasikan untuk memberi suap para hakim mulai dari
pengadilan tingkat pertama hingga Mahkamah Agung (MA). Itong sebagai hakim di
tingkat pertama diduga menyetujui tawaran itu. Kemudian Hendro bermaksud memberi
uang muka senilai Rp 140 juta pada Itong melalui Hamdan. Saat penyerahan uang itu
dilakukan, KPK melakukan tangkap tangan terhadap keduanya dan melanjutkan
penangkapan terhadap Itong.

43
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Korupsi adalah tindakan pejabat
public baik politisi maupun pegawai negeri serta pihak lain yang terlibat dalam
tindakan itu yang secara tidak wajar dan tidak legal menyalahgunakan kepercayaan
public/masyarakat yang dikuasakan kepada mereka untuk mendapatkan keuntungan
sepihak.

Saat ini banyak sekali kasus-kasus korupsi di Indonesia. Hal tersebut


menyebabkan Indonesia menjadi salah satu Negara terkorup di dunia. Latar belakang
terjadinya tindakan korupsi beraneka ragam mulai dari lemahnya tertib hukum, profesi
hukum, masih rendahnya gaji pegawai, adanya kampanye-kampanye yang
mengeluarkan uang berlebihan sehingga timbul rasa untuk mengembalikan uang
tersebut dengan jalan melakukan korupsi. Beberapa contoh kasus korupsi yang terjadi
di Indonesia pada uraian di atas mencerminkan adanya seorang pemimpin yang tidak
bertanggung jawab dan amanah terhadap jabatannya. Pemimpin yang ideal seharusnya
memiliki beberapa sifat yaitu diantaranya jujur, cerdas, amanah, dan komunikatif.

Berbagai kaus korupsi tersebut melemahkan Indonesia dalam berbagai bidang


yaitu demokrasi, ekonomi, dan kesejahteraan umum Negara. Oleh karena itu, perlu
adanya peran pemerintah yang lebih maksimal dalam menangani kasus-kasus korupsi
di Indonesia.

44
DAFTAR PUSTAKA

Adwirman, Andi Parellangi, Nelly Yardes, and Herman, Hendrik Damping. 2014. Bahan
Ajar Pendidikan Budaya Anti Korupsi. ed. Bambang Trim. Jakarta Selatan: Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan.

Cahya, Cun. Indrasari Wisnu Wardhana, Dirjen Perdaglu Kemendag Tersangka Korupsi
Minyak Goreng. April 19, 2022. https://www.suaramerdeka.com/nasional/pr-
043234716/indrasari-wisnu-wardhana-dirjen-perdagangan-luar-negeri-kemendag-
tersangka-korupsi-minyak-goreng (diakses April 24, 2022).

Hidayat, Faieq. Fakta Kasus Suap Hakim PN Surabaya, Nomor 3 Uang Pelicin Miliaran
Rupiah. Januari 21, 2022. https://www.inews.id/news/nasional/fakta-kasus-suap-
hakim-pn-surabaya-nomor-3-uang-pelicin-miliaran-rupiah/2 (diakses April 24, 2022).

Hidayat, Ferry. Begini Kronologi OTT Gubernur Nurdin Basirun. Juli 19, 2019.
https://www.wartaekonomi.co.id/read236127/begini-kronologi-ott-gubernur-nurdin-
basirun (diakses April 24, 2022).

Kaleidoskop 2019: 5 Kasus Korupsi dengan Nilai Terbesar. Desember 2019, 2019.
https://kumparan.com/kumparannews/kaleidoskop-2019-5-kasus-korupsi-dengan-
nilai-terbesar-1sWzDbLTGiv (diakses April 23, 2022).

Kasus Pembobolan BNI Rp1,2 Triliun, Maria Lumowa Dihukum 18 Tahun Penjara. Mei 24,
2021. https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-pembobolan-bni-rp12-triliun-maria-
lumowa-dihukum-18-tahun-penjara.html (diakses April 24, 2022).

Kompas.com. BREAKING NEWS: Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas'ud
Tersangka KPK. Januari 13, 2022.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/13/23280881/breaking-news-bupati-
penajam-paser-utara-abdul-gafur-masud-tersangka-kpk?page=all (diakses April 24,
2022).

45
KPK Perpanjang Lagi Penahanan Hakim Itong. Maret 22, 2022.
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/22/21064001/kpk-perpanjang-lagi-
penahanan-hakim-itong (diakses April 24, 2022).

Cahya, Cun. Indrasari Wisnu Wardhana, Dirjen Perdaglu Kemendag Tersangka Korupsi
Minyak Goreng. April 19, 2022. https://www.suaramerdeka.com/nasional/pr-
043234716/indrasari-wisnu-wardhana-dirjen-perdagangan-luar-negeri-kemendag-
tersangka-korupsi-minyak-goreng (diakses April 24, 2022).

Hidayat, Faieq. Fakta Kasus Suap Hakim PN Surabaya, Nomor 3 Uang Pelicin Miliaran
Rupiah. Januari 21, 2022. https://www.inews.id/news/nasional/fakta-kasus-suap-
hakim-pn-surabaya-nomor-3-uang-pelicin-miliaran-rupiah/2 (diakses April 24, 2022).

Hidayat, Ferry. Begini Kronologi OTT Gubernur Nurdin Basirun. Juli 19, 2019.
https://www.wartaekonomi.co.id/read236127/begini-kronologi-ott-gubernur-nurdin-
basirun (diakses April 24, 2022).

Kaleidoskop 2019: 5 Kasus Korupsi dengan Nilai Terbesar. Desember 2019, 2019.
https://kumparan.com/kumparannews/kaleidoskop-2019-5-kasus-korupsi-dengan-
nilai-terbesar-1sWzDbLTGiv (diakses April 23, 2022).

Kasus Pembobolan BNI Rp1,2 Triliun, Maria Lumowa Dihukum 18 Tahun Penjara. Mei 24,
2021. https://www.merdeka.com/peristiwa/kasus-pembobolan-bni-rp12-triliun-maria-
lumowa-dihukum-18-tahun-penjara.html (diakses April 24, 2022).

Kompas.com. BREAKING NEWS: Bupati Penajam Paser Utara Abdul Gafur Mas'ud
Tersangka KPK. Januari 13, 2022.
https://nasional.kompas.com/read/2022/01/13/23280881/breaking-news-bupati-
penajam-paser-utara-abdul-gafur-masud-tersangka-kpk?page=all (diakses April 24,
2022).

KPK Perpanjang Lagi Penahanan Hakim Itong. Maret 22, 2022.


https://nasional.kompas.com/read/2022/03/22/21064001/kpk-perpanjang-lagi-
penahanan-hakim-itong (diakses April 24, 2022).

Liputan6.com. Fakta-Fakta di Balik OTT Hakim PN Surabaya Itong Isnaeni Hidayat. Januari
20, 2022. https://jatim.liputan6.com/read/4864955/fakta-fakta-di-balik-ott-hakim-pn-
surabaya-itong-isnaeni-hidayat (diakses April 24, 2022).

46
Mantan Bupati Banggai Laut Wenny Bukamo Divonis 4,5 Tahun Penjara. September 3,
2021. https://www.merdeka.com/peristiwa/mantan-bupati-banggai-laut-wenny-
bukamo-divonis-45-tahun-penjara.html (diakses April 24, 2022).

Pratama, Ilham Rian. KPK Tahan Eks Pejabat Ditjen Pajak Dadan Ramdani. Agustus 21,
2021. https://www.tribunnews.com/nasional/2021/08/13/kpk-tahan-eks-pejabat-
ditjen-pajak-dadan-ramdani (diakses April 24, 2022).

Ramadhan, Azhar Bagas. KPK Tetapkan Walkot Tanjungbalai Jadi Tersangka Lelang
Jabatan. Aguastus 27, 2021. https://news.detik.com/berita/d-5699178/kpk-tetapkan-
walkot-tanjungbalai-jadi-tersangka-lelang-jabatan (diakses April 24, 2022).

Simanjuntak, Jonathan. Begini Kronologi Kasus Dugaan Suap Hakim Itong Isnaeni Hidayat
hingga Keciduk KPK. Januari 19, 2022.
https://nasional.sindonews.com/read/662851/13/begini-kronologi-kasus-dugaan-suap-
hakim-itong-isnaeni-hidayat-hingga-keciduk-kpk-1642694495 (diakses April 24,
2022).

Solehudin, Imam. Pengusaha Tamin Sukardi Divonis 6 Tahun Penjara. April 4, 2019.
https://www.jawapos.com/nasional/hukum-kriminal/04/04/2019/pengusaha-tamin-
sukardi-divonis-6-tahun-penjara/ (diakses April 24, 2022).

Wibowo, Eko Ari. KPK Tetapkan 10 Anggota DPRD Muara Enim Tersangka Suap Proyek
PUPR. September 21, 2021. https://nasional.tempo.co/read/1512371/kpk-tetapkan-10-
anggota-dprd-muara-enim-tersangka-suap-proyek-pupr (diakses April 24, 2022).

Wibowo, Kukuh S. Eks Komisioner KPU Wahyu Setiawan Akui Bersalah Menerima Suap
PAW. Agustus 20, 2020. https://nasional.tempo.co/read/1374365/eks-komisioner-kpu-
wahyu-setiawan-akui-bersalah-menerima-suap-paw (diakses April 2022, 2022).

47

Anda mungkin juga menyukai