Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“DAMPAK KORUPSI TERHADAP SELURUH ASPEK


KEHIDUPAN”
Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas kelompok Mata Kuliah Pendidikan
Anti Korupsi

Dosen Pengampu:
Muhammad Faizin, S.Pd, M.Pd

Kelompok 4:
Sania Vikasari 1910631120084
Sasti Febriyanti 1910631120085

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya Kami dapat menyelesaikan tugas kelompok mata kuliah Manajemen
Pendidikan Anti Korupsi. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan
kepada junjungan besar kita, Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan
kepada kita semua jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna dan
menjadi anugrah terbesar bagi seluruh alam semesta. Kami sangat bersyukur
karena dapat menyelesaikan tugas kelompok ini dengan tepat waktu.
Demikian yang dapat Kami sampaikan, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca. Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap
makalah ini agar kedepannya dapat kami perbaiki. Karena Kami sadar, makalah
yang Kami buat ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Karawang, 27 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Isi
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan...........................................................................................................2
BAB II......................................................................................................................3
PEMBAHASAN......................................................................................................3
A. Dampak Korupsi di Bidang Ekonomi...........................................................3
B. Dampak Korupsi di Bidang Pemerintahan....................................................5
C. Dampak Korupsi di Bidang Penegak Hukum...............................................5
D. Dampak Korupsi pada Kerusakan Lingkungan............................................6
E. Dampak Korupsi terhadap Nilai Pancasila...................................................8
F. Dampak Korupsi di Bidang Pendidikan.....................................................10
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
A. Kesimpulan.................................................................................................13
B. Saran............................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan
keberhasilannya dalam melaksanakan pembangunan. Pembangunan
sebagai suatu proses perubahan yang direncanakan mencakup semua aspek
kehidupan masyarakat. Efektifitas dan keberhasilan pembangunan
terutama ditentukan oleh dua faktor, yaitu sumber daya manusia, yakni
(orang-orang yang terlibat sejak dari perencanaan samapai pada
pelaksanaan) dan pembiayaan (Husaini, 2017). Diantara dua faktor
tersebut yang paling dominan adalah faktor manusianya. Faktor manusia
yaitu peran serta warga negara dalam pemberdayaan masyarakat yang
sudah muncul sejak diberlakukannya UU 1945 dan secara konstitusional
telah memiliki acuan yang jelas dan merupakan kewajiban bagi siapapun
yang terlibat dalam pengelolaan sumberdaya alam di Indonesia. Namun
peran serta Warga Negara dalam pembangunan di era reformasi ini masih
memperlihatkan kecenderungan belum berjalan dengan sempurna (Alvian,
2021).
Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia dilihat dari
keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara
tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah
merupakan sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang
miskin. Mengapa demikian? Salah satu penyebabnya adalah rendahnya
kualitas sumber daya manusianya. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi
pengetahuan atau intelektualnya tetapi juga menyangkut kualitas moral
dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari
aparat penyelenggara negara menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di
Indonesia dewasa ini sudah merupakan patologi social (penyakit sosial)
yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Korupsi telah mengakibatkan
kerugian materiil keuangan negara yang sangat besar (Astuti & Chariri,
2015). Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya
perampasan dan pengurasan keuangan negara yang dilakukan secara
kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan dalih studi banding, THR,
uang pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran. Bentuk
perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di
seluruh wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya
moralitas dan rasa malu, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan
dan aji mumpung. Kondisi semacam ini akan membawa konsekuensi yang

1
2

tidak baik terhadap perkembangan hukum di Indonesia saat ini maupun


masa yang akan datang (Ash-shidiqqi, 2021).
Persoalannya adalah dapatkah korupsi diberantas? Tidak ada
jawaban lain kalau kita ingin maju, adalah korupsi harus diberantas. Jika
kita tidak berhasil memberantas korupsi,atau paling tidak mengurangi
sampai pada titik nadir yang paling rendah maka jangan harap Negara ini
akan mampu mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk
menjadi sebuah negara yang maju (Widiastuti, 2009). Karena korupsi
membawa dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke
jurang kehancuran.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:
1. Apa saja dampak korupsi terhadap ekonomi?
2. Apa saja dampak korupsi pada bidang pemerintahan?
3. Apa saja dampak korupsi pada bidang penegak hukum?
4. Bagaimana dampak korupsi terhadap kerusakan lingkungan?
5. Bagaimana dampak korupsi terhadap nilai-nilai pancasila?
C. Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka tujuan
penelitian ini ialah untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan dari
korupsi terhadap aspek kehidupan seperti pada bidang ekonomi,
pemerintahan, penegak hukum, masyarakat dan nilai-nilai pada pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Dampak Korupsi di Bidang Ekonomi


Korupsi memiliki berbagai efek penghancuran yang hebat (an
enermous destruction effects) terhadap berbagai sisi kehidupan bangsa dan
negara, khususnya dalam sisi ekonomi sebagai pendorong utama
kesejahteraan masyarakat (Arief, 2015). Pada sektor ekonomi, korupsi
mempersulit pembangunan ekonomi dimana pada sektor privat, korupsi
meningkatkan biaya karena adanya pembayaran ilegal dan resiko
pembatalan perjanjian atau karena adanya penyidikan (Hariyani &
Priyarsono, Dominicus Savio, Asmara, 2016). Namun, ada juga yang
menyebutkan bahwa korupsi mengurangi biaya karena mempermudah
birokrasi yaitu adanya sogokan yang menyebabkan pejabat dapat membuat
aturan baru dan hambatan baru. Dengan demikian, korupsi juga bisa
mengacaukan perdagangan. Perusahaan yang berada pada lingkup
pemerintahan akan terlindungi dari persaingan, hal tersebut menyebabkan
perusahaan menjadi tidak efisien. Berbagai macam permasalahan ekonomi
lain akan muncul secara alamiah apabila korupsi sudah merajalela dan
berikut ini adalah hasil dari dampak ekonomi yang akan terjadi adalah
sebagai berikut
Pertama, lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi. Korupsi
bertanggung jawab terhadap lesunya pertumbuhan ekonomi dan investasi
dalam negeri. Dalam sektor privat, korupsi meningkatkan ongkos niaga
karena kerugian dari pembayaran ilegal, ongkos manajemen dalam
negosiasi dengan pejabat korup, dan resiko pembatalan perjanjian atau
karena penyelidikan. Penanaman modal yang dilakukan oleh pihak dalam
negeri (PMDN) dan asing (PMA) yang semestinya bisa digunakan untuk
pembangunan negara menjadi sulit sekali terlaksana, karena permasalahan
kepercayaan dan kepastian hukum dalam melakukan investasi, selain
masalah stabilitas (Makhfudz, 2016). Kondisi negara yang korup akan
membuat pengusaha multinasional meninggalkannya, karena investasi di
negara yang korup akan merugikan dirinya karena memiliki ‘biaya
siluman’ yang tinggi. Berbagai organisasi ekonomi dan pengusaha asing di
seluruh dunia menyadari bahwa suburnya korupsi di suatu negara adalah
ancaman serius bagi investasi yang ditanam.
Kedua, penurunan produktifitas. Dengan semakin lesunya
pertumbuhan ekonomi dan investasi, maka tidak dapat disanggah lagi,
bahwa produktifitas akan semakin menurun. Hal ini terjadi seiring dengan

3
4

terhambatnya sektor industri dan produksi untuk bisa berkembang lebih


baik atau melakukan pengembangan kapasitas. Program peningkatan
produksi dengan berbagai upaya seperti pendirian pabrik-pabrik dan usaha
produktif baru atau usaha untuk memperbesar kapasitas produksi untuk
usaha yang sudah ada menjadi terkendala dengan tidak adanya investasi.
Penurunan produktifitas ini juga akan menyebabkan permasalahan yang
lain, seperti tingginya angka PHK dan meningkatnya angka pengangguran
(ME et al., 2013). Ujung dari penurunan produktifitas ini adalah
kemiskinan masyarakat.
Ketiga, rendahnya kualitas barang dan jasa. Korupsi menimbulkan
berbagai kekacauan di dalam sektor publik dengan mengalihkan investasi
publik ke proyek-proyek lain yang mana sogokan dan upah tersedia lebih
banyak. Pejabat birokrasi yang korup akan menambah kompleksitas
proyek tersebut untuk menyembunyikan berbagai praktek korupsi yang
terjadi. Pada akhirnya korupsi berakibat menurunkan kualitas barang dan
jasa bagi publik dengan cara mengurangi pemenuhan syarat-syarat
keamanan bangunan, syarat-syarat material dan produksi, syarat-syarat
kesehatan, lingkungan hidup, atau aturan-aturan lain. Korupsi juga
mengurangi kualitas pelayanan pemerintahan dan infrastruktur dan
menambahkan tekanan-tekanan terhadap anggaran pemerintah (I Ketut
Patra, 2018).
Keempat, menurunnya pendapatan negara dari sektor pajak.
Sebagian besar negara di dunia ini mempunyai sistem pajak yang menjadi
perangkat penting untuk membiayai pengeluaran pemerintahnya dalam
menyediakan barang dan jasa publik. Pajak berfungsi sebagai stabilisasi
harga sehingga dapat digunakan untuk mengendalikan inflasi, di sisi lain
pajak juga mempunyai fungsi redistribusi pendapatan, di mana pajak yang
dipungut oleh negara selanjutnya akan digunakan untuk pembangunan,
dan pembukaan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan
menyejahterakan masyarakat. Kondisi penurunan pendapatan dari sektor
pajak diperparah dengan kenyataan bahwa banyak sekali pegawai dan
pejabat pajak yang bermain untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan
memperkaya diri sendiri.
Kelima, meningkatnya hutang negara. Kondisi perekonomian dunia
yang mengalami resesi dan hampir melanda semua negara termasuk
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa (Sihono, 2012), memaksa
negaranegara tersebut untuk melakukan hutang untuk mendorong
perekonomiannya yang sedang melambat karena resesi dan menutup biaya
anggaran yang defisit, atau untuk membangun infrastruktur penting.
5

Korupsi yang terjadi di Indonesia akan meningkatkan hutang luar negeri


yang semakin besar.
B. Dampak Korupsi di Bidang Pemerintahan
1) Etika Sosial yang Mati
Dengan adanya tindakan korupsi dari satu anggota kelompok maka
anggota lain akan menutupi tindakan tersebut dengan berbagai cara. Hal
ini merugikan masyarakat dan negara. Tentunya sangat mengecewakan
karena wakil rakyat malah menutupi kasus tindakan korupsi yang dapat
merugikan masyarakat. Banyak pejabat negara yang tidak merasa malu
dan salah ketika ia melakukan tindakan korupsi. Inilah arti etika sosial
yang mati. Orang yang memiliki kedudukan tinggi tidak merasa salah
mengambil hak masyarakat yang lebih membutuhkan. Tidak ada kejujuran
dan keadilan bagi masyarakat.
2) Birokrasi Tidak Efisien
Birokrasi memiliki tujuan untuk memberikan pelayanan kepada
publik. Namun bagaimana jika pelayanannya sangat sulit dan berbelit-
belit. Tentunya masyarakat akan merasa kesulitan jika ingin mengurus
dokumen-dokumennya. Belum lagi jika untuk mempercepat pelayanan
masyarakat diharuskan untuk membayar, inilah yang dinamakan pungli.
Birokrasi pemerintahan seharusnya gratis untuk masyarakat dan tidak
mempersulit. Seharusnya birokrasi pemerintahan ini mengedepankan
kepentingan masyarakat, bukan kepentingan pribadi dan kelompok saja.
Jika banyak pungli dan suap negara tidak akan maju, korupsi terus akan
terjadi di mana-mana.
3) Hilangnya Fungsi Pemerintah
Korupsi memiliki dampak kepada pemerintah karena tidak mampu
menjalankan fungsi yang sebenarnya. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan
karena yang ditakutkan korupsi semakin banyak terjadi, namun
pemerintah semakin lunak. Korupsi yang bersifat personal juga dapat
mencoreng nama baik organisasi
C. Dampak Korupsi di Bidang Penegak Hukum
Penegak hukum adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan
keseriusan tinggi, komitmen dan semangat menegakkan keadilan yang
utuh. Penegak hukum akhirnya bukanlah seorang yang sekedar digerakkan
oleh pasal-pasal dalam perundang-undangan, tetapi harus
mengkontekstualisasi dan mengobyektifikasi nilai-nilai yang ada dalam
teks terhadap fakta-fakta yang berkembang sehingga keberadaan teks yang
mati tersebut selaras dengan semangat konteks yang selalu dinamis, hidup
dan tidak bermakna tunggal (Ash-shidiqqi, 2020).
6

Korupsi dapat menimbulkan berbagai dampak dalam penegakan


hukum, diantaranya adalah sebagai berikut. Pertama, menimbulkan fungsi
pemerintahan mandul. Pada dasarnya, isu korupsi lebih sering bersifat
personal. Namun, dalam manifestasinya yang lebih luas, dampak korupsi
tidak saja bersifat personal, melainkan juga dapat mencoreng kredibilitas
organisasi tempat si koruptor bekerja (Salama, 2014). Pada tataran
tertentu, imbasnya dapat bersifat sosial. Korupsi yang berdampak sosial
sering bersifat samar, dibandingkan dengan dampak korupsi terhadap
organisasi yang lebih nyata. Selanjutnya masyarakat cenderung meragukan
citra dan kredibilitas suatu lembaga yang diduga terkait dengan tindak
korupsi.
Di sisi lain lembaga politik sering diperalat untuk menopang
terwujudnya kepentingan pribadi dan kelompok. Ini mengandung arti
bahwa lembaga politik telah dikorupsi untuk kepentingan yang sempit
(vested interest). Dampak korupsi yang menghambat berjalannya fungsi
pemerintahan, sebagai pengampu kebijakan negara, dapat terjadi karena
korupsi menghambat peran negara dalam pengaturan alokasi, menghambat
negara melakukan pemerataan akses dan asset dan memperlemah peran
pemerintah dalam menjaga stabilitas ekonomi dan politik. Oleh karena itu
suatu pemerintahan yang terlanda wabah korupsi akan mengabaikan
tuntutan pemerintahan yang layak. Hal ini dapat mencapai titik yang
membuat orang tersebut kehilangan sensitifitasnya dan akhirnya
menimbulkan bencana bagi rakyat.
Kedua, hilangnya kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara.
Korupsi yang terjadi pada lembaga-lembaga negara seperti yang terjadi di
Indonesia dan marak diberitakan di berbagai media massa mengakibatkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga tersebut hilang (Natalia, 2019).
Banyak informasi melalui berbagai media tentang bobroknya penegakan
hukum di Indonesia, seperti kasus Gayus Tambunan sampai perang
kepentingan di Kepolisian RI dalam menindak praktek mafia hukum.
Seharusnya suatu sistem hukum diciptakan oleh otoritas pemerintah atas
dasar kepercayaan masyarakat, dengan harapan bahwa melalui kedaulatan
pemerintah (government sovereignty), hak-hak mereka dapat dilindungi.
Dengan demikian, pemerintah menciptakan keteraturan dalam kehidupan
berbangsa serta bernegara. Sudah menjadi tugas dari lembaga-lembaga
tersebut untuk melaksanakannya, bukan sebaliknya.
D. Dampak Korupsi pada Kerusakan Lingkungan
1. Menurunnya Kualitas Lingkungan
7

Menurut laporan yang dibuat oleh State of World Forest dan FAO
Indonesia sebagai negara ke lima terbesar yang mempunyai hutan alam,
menempati urutan ke dua dalam laju kerusakan hutan yang terjadi
(http://www.berfingultom.com/worldpress/category/serbaserbi, 26 Mei
2011).
Kerusakan lingkungan hidup ini dipicu oleh berbagai sebab, seperti
kepentingan ekonomi, di mana hasil hutan yang ada di eksplotasi besar-
besaran untuk mendapatkan keuntungan. Eksploitasi ini dianggap paling
mudah dan murah untuk mendapatkan keuntungan, namun di lain sisi
eksploitasi yang dilakukan tidak dibarengi dengan upaya penanaman
kembali (reboisasi) yang baik dan terencana, sehingga hasil eksploitasi
hutan ini meninggalkan kerusakan yang parah bagi lingkungan.
Kerusakan ini juga diakibatkan oleh lemahnya penegakan hukum.
Penegakan hukum hanya menjangkau pelaku yang terlibat di lapangan
saja, tapi belum bisa menjangkau aktor di balik perusakan tersebut yang
disinyalir melibatkan pejabat tinggi, penegak hukum dan pengusaha besar
nasional. Pembalakan-pembalakan liar (illegal loging) disinyalir adalah
faktor utama kerusakan hutan dan mengakibatkan kerusakan lingkungan
yang parah tidak pernah terungkap kasusnya secara tuntas. Semua berjalan
seperti tidak ada hukum yang berlaku.
2. Menurunnya Kualitas Hidup
Lingkungan hidup yang telah rusak akan bukan saja akan
menurunkan kualitas lingkungan itu sendiri, namun lebih jauh akan
berdampak terhadap menurunnya kualitas hidup manusia yang ada di
dalamnya, serta kualitas hidup global.
Kerusakan hutan hujan tropis yang akut akan mengurangi
persediaan oksigen bukan hanya untuk wilayah tersebut namun juga
oksigen untuk bumi secara keseluruhan. Artinya dengan kerusakan hutan
hujan tropis, kita akan membuat kualitas udara yang kita hirup menjadi
berkurang. Sementara itu asap hasil pembakaran kendaraan bermotor dan
industri terus diperoduksi dalam jumlah masal, dimana oksigen yang
dihasilkan oleh hutan tidak cukup untuk menggantikan kerusakan yang
terjadi. Berkurangnya kualitas udara tentunya juga akan berakibat pada
menurunnya kualitas kesehatan manusia yang menghirupnya.
Belum lagi masalah bencana yang dihasilkan oleh kerusakan hutan,
seperti banjir bandang, erosi, tanah longsor dan kekeringan. Di sisi lain,
kerusakan hutan akan mengurangi kuantitas dan kualitas air tanah dan
8

sungai yang bias digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum. Air
minum ini sangat vital bagi kehidupan manusia, dengan semakin
menurunnya kualitas air minum maka semakin menurun juga kualitas
kehidupannya. Akibat negatif untuk masyarakat adalah mengeluarkan
uang ekstra besar untuk mendapatkan air layak minum, yang seharusnya
bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang lain. Sekali lagi kualitas hidup
dipertaruhkan.
Kerusakan yan terjadi di perairan seperti pencemaran sungai dan
laut, juga mengakibatkan menurunnya kualitas hidup manusia. Seperti
yang terjadi di Teluk Jakarta. Setiap hari tidak kurang dari 14.000 kubik
sampah, limbah pabrik dan rumah tangga masuk ke Teluk Jakarta dari 13
anak sungai yang bermuara di teluk tersebut. Kondisi ini mengakibatkan
teluk Jakarta menjadi sangat tercemar dan beracun, tak urung budi daya
laut merosot tajam hingga tinggal 38%
(www.vivanews.com/http://ikanlautindonesia.blogspot.com/...,17 Agustus
2011). Tragedi Minamata bukan tidak mungkin, bisa terjadi di Teluk
Jakarta karena ikan dan hasil laut yang didapatkan oleh nelayan
mengandung racun mercuri dalam jumlah tinggi, yang apabila dikonsumsi
oleh manusia akan mengakibatkan berbagai penyakit dan cacat janin.
Belum lagi kerusakan tanah yang mengakibatkan kesuburan tanah
berkurang bahkan tidak bisa ditanami lagi karena sudah menjadi gurun
pasir. Hal ini mengakibatkan merosotnya hasil pertanian yang berimbas
kepada menyusutnya bahan makanan yang tersedia yang memicu
tingginya harga bahan pangan. Hal ini tentunya akan berakibat yang sangat
signifikan bagi kesehatan manusia khususnya bayi dan balita yang
akhirnya tidak mendapatkan kecukupan pangan dan gizi. Kondisi ini akan
berdampak negatif di kemudian hari, seperti kemerosotan daya pikir,
lemahnya fisik, rentan terhadap penyakit dan sebagainya yang juga berarti
kemunduran sebuah generasi.
E. Dampak Korupsi terhadap Nilai Pancasila
Korupsi memiliki dampak yang begitu luas dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Korupsi sangat merugikaan bangsa
khususnya dampak terhadap ideologi bangsa (Pancasila). Berikut ini
adalah dampak yang dapat di timbulkan oleh korupsi terhadap sila sila
yang ada dalam pancasila :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dengan melakukan korupsi berarti sudah melanggar sila yang pertama,
karena dalam menjalan kan sesuatu pekerjaan harus selalu mengingat
9

kekuasaan yang lebih besar yaitu Tuhas Yang Maha Esa, apabila seorang
melakukan korupsi berarti dia sudah tidak mengingat akan kebesaran
Tuhan dan dibutakan oleh kekuasaan dan harta.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
Korupsi sudah pasti melanggar sila yang kedua karena korupsi lebih
mementingkan diri sendiri dari pada kepentingan orang lain, lebih memilih
menggunakan kekuasaan nya untuk kepentingan pribadi bukan untuk
kepentingan umum.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan yang sudah terbentuk di Indonesia sejak lama dapat terpecah
belah oleh korupsi, dalam kasusus nya , korupsi membuat orang yang
sudah mengetahui bagaimana Indonesia dewasa ini akan selalu waspada
dan selalu curiga terhadap orang lain sehingga tidak adanya rasa percaya
terhadap orang lain sehingga membuat kerja tidak bagus, apalagi dengan
adanya saling menuduh akan menimbulkan konflik bahkan pertikaikan
antar dua kubu yang berbeda.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan
Dalam mejalankan kekuasaannya koruptor dalam memberikan perintah
lebih mementingkan kepentingan dan keuntungan diri sendiri.dan dalam
pengambilan keputusan tidak melakukan musyawarah kepada wakil
rakyat/rakyat terlebih dahulu , melainkan langsung memberikan intruksi
untuk melakukan sesuatu yang dapat merugikan masyarakat dan
menguntungkan diri sendiri.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Korupsi yang dilakukan oleh pejabat sangat bedampak pada kehidupan
sosial rakyat Indonesia, misalnya korupsi membuat kulitas pendidikan
menurut karena dana yang seharusnya digunakan perbaikan kualitas
pendidikan dan kesehatan di korupsi oleh pejabat-pejabat untuk
kepentingan diri sendiri. Contoh lainnya terhadap kebutuhan sehari hari
yang terus naik karena biaya yang seharusnya untuk subsidi harunya di
berikan kepada masyarakat dikorupsi oleh para pejabat pemerintahan yang
tidak memikirkan apa yang mereka lakukan.
Selain itu dapat menyebabkan masyarakat tidak percaya dengan
pemerintahan sehingga dapat menimbukan gejolak perekonomian yang
dapat merugikan pertumbuhan dan kesetabilan masyarakat Indonesia.
10

F. Dampak Korupsi di Bidang Pendidikan

Korupsi sepertinya sudah membudaya dalam kehidupan bangsa


Indonesia, perbuatan-perbuatan yang kita anggap biasa seperti
memberikan sesuatu kepada orang yang kita hormati dapat digolongkan
tindak korupsi. Ketika telah menjadi budaya maka pemberantasan korupsi
juga harus terstruktur dalam pendidikan, karena pendidikan merupakan
saluran dari  proses pembudayaan warga negara. tetapi ketika bidang
pendidikan terjadi tindakan-tindakan korup maka proses pembudayaan
masyarakat anti korupsi seperti menanam benih di padang pasir yang
tandus.

Perbuatan korupsi di bidang pendidikan akan berdampak langsung


pada peserta didik sebagai orang yang pertama mendapatkan dampak dari
perbuatan korup ini. Karena tindak korupsi di bidang pendidikan dapat
saja melanggar Hak Asasi Manusia para peserta didik untuk mendapatkan
pendidikan yang berkualitas.

1. Kualitas Pendidikan

Kualitas pendidikan menjadi hal pertama yang diserang oleh tindak


kourpsi dalam bidang pendidikan. Merosotnya kualitas penddidikan
ditandai dengan tidak adanya atau rendahnya perlengkapan yang
berkaualitas, adanya ukuran-ukuran mutu yang rendah dan adanya
kandidat yang berkualifikasi dan/atau bermotivasi rendah yang terpilih
(atau membeli posisi) untuk guru dan jabatan laiinya (Kesuma. Et. al
2009:33). Hal ini jelas berdampak, pengisian jabatan baik guru dan kepala
sekolah yang dilakukan dengan proses korup akan menempatkan para
koruptor baru dalam jabatan guru dan kepala sekolah.

Ketika jabatan guru dan kepala sekolah sudah disisi dengan orang-
orang berjiwa korup maka kualitas pendidikan akan jauh panggang dari
api, karena orientasi mereka bukan lagi meningkatkan kualitas pendidikan
tapi bagaiman dengan berbagai cara mengumpulkan materi utuk pribadi
mereka. Sehingga mereka akan mengadakan program-program fiktif dan/
atau program-program tidak mendasar atau mengada-ada yang tidak
berdampak sama sekali untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Akan
muncul para pembuat proyek fiktif, pungutan liar dan sebagainya yang
penting dapat mengembalikan modal dan mendapatkan keuntungan yang
terlah mereka tanam ketika mereka membeli jabatan tersebut.  Kualitas
11

pendidikan akan semakin rapuh ketika dalam bidang pendidikan tumbuh


subur tindak pidana  korupsi.

2. Kerugian Finansial

Kerugian finansial jelas menjadi salah satu dampak dari prilaku


korup para pemegang jabatan publik dalam dunia pendidikan. Walau jika
dilihat secara oknum nominalnya tidak besar sehingga tidak dapat di
tindak dengan KPK tetapi jika diakumulasikan maka akan muncul jumlah
yang sangat besar. Hal ini harusnya mendapat perhatian khusu dari aparat
penegak hukum dalam tipikor selain KPK yaitu Polisi dan Jaksa untuk
mampu menyeret para koruptor dalam bdaing pendidikan.

Dengan Anggaran 20% dari APBN dan APBD dan dana yang
besar itu dipecah menjadi bagian-bagian kecil lalu bagian-bagian kecil itu
ternayata dikorupsi maka kerugian finansia akan langsung terasa kepada
negara.

Selain itu kerugian finansial akan juga berdampak kepada


masyarakat umum dengan pungutan-pungutan liar yang terjadi disekolah.
Walau dari tiap orang tua nominalnya kecil tetapi bila dijumlahkan maka
akan menjadi nominal  yang cukup besar. Sebagai contoh 1 orang siswa
dipungli Rp.10.000 dikali jumlah seluruh siswa yang ada disekolah
tersebut contoh 1000 siswa maka 10.0000 x 1000 maka terkumpul dana
Rp 10.000.000  dan dikalikan semua sekolah yang ada di Indonesia maka
akan terakumulasi jumlah dana yang sangat besar.

3. Ketidakadilan sosial

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan sila ke-


lima dari Pancasila. melalui perilaku pengisian jabatan guru dan kepala
seklah selannjutnya perilaku korups dalam penerimaan siswa baru dan
undangan dari PTN akan menciderai rasa keadilan dari seluruh warga
negara Indonesia. Semua warga negara Indonsia berhak mendapatkan
pendidikan yang berkualitas.

Ketika terjadi tindak pidana korupsi dalam bidang pendidikan akan


mematikan potensi dari warga negara muda karen mereka akan kehilangan
pendidikan yang berkualitas, dan kesempatan untuk mengabdi kepada
negara.
12

4. Pengurangan tingkat partisipasi

Partisipasi warga negara dalam pendidikan merupakan usaha agar


mewujudkan warga negara yng terdidik. Semakin banyak partisipasi maka
semakin banyak pula warga negara yang terdidik dan hal ini merupakan
modal utama negara dalam pembangunan. Tetapi ketika sarana dan
prasanara tidak tersedia yang diakibatkan dari tindak korupsi, maka akan
menurunkan jumlah partispasi warga negara dalam pendidikan dan ini
jelas menguarangi potensi warga neagra terdidik.

5. Hilangnya akhlak mulia

Pendidikan Indonesia bukan merupakan pendidikan yang sekuler,


yang memisahkan agama dalam mebentuk warga negara yang baik.
Tindak Pidana korupsi dalam bidang pendidikan menjadikan peserta didik
kehilangan teladan bahkan kepercayaan terhdap sekolah dalam mebentuk
mereka. Sehingga muncul generasi yang memiliki akhlak yag sejalan
dengan pejabat dibidang pendidikan.

Benar juga pepatah yang mengatakan “guru kencing berdiri, murid


kencing berlari”ketika jiwa korup sudah meuncul dari pejabat-pejabat
dalam bidang pendidikan bahkan termasuk kepala sekolah dan guru. Maka
siswa juga akan muncul jiwa korup karena mendapatkan teladan langusng
dari kepala sekolah dan guru.

Pendidikan Anti Kourpsi harus didasari keimanan terhadap Tuhan


YME, warga negara yang cerdas, beriman dan bertakwa merupakan modal
utama dari jiwa anti korupsi. Oleh karena itu, sekolah harus menjadi
lingkungan yang anti korupsi sehingga tidak terjadi pendekatan
formaslistik dalam pendidikan Anti korupsi tetapi pendekatan
pembudayaan anti korupsi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa korupsi tidak hanya berdampak
terhadap satu aspek kehidupan saja. Korupsi menimbulkan efek domino
yang meluas terhadap eksistensi bangsa dan negara. Meluasnya praktik
korupsi di suatu negara akan menimbulkan lesunya pertumbuhan ekonomi
dan investasi, penurunan produktifitas, menurunnya pendapatan negara
dari sektor pajak, meningkatkan hutang negara, memperburuk kondisi
ekonomi bangsa, misalnya harga barang menjadi mahal dengan kualitas
yang buruk, akses rakyat terhadap pendidikan dan kesehatan menjadi sulit,
keamanan suatu negara terancam, kerusakan lingkungan hidup, dan citra
pemerintahan yang buruk di mata internasional sehingga menggoyahkan
sendi-sendi kepercayaan pemilik modal asing, krisis ekonomi yang
berkepanjangan, dan negara pun menjadi semakin terperosok dalam
kemiskinan. Adapun dampak korupsi lainnya adalah menimbulkan
pemerintah tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dan hilangnya
kepercayaan rakyat terhadap lembaga negara.

B. Saran
Semua dinas/instansi pemerintah hendaknya membuat program
pembinaan untuk meningkatkan kesadaran para pegawainya untuk
berperilaku anti korupsi dan malu melakukan korupsi, baik melalui
penataran, penyuluhan, seminar, loka karya dan sebagainya secara
berkesinambungan. Masing-masing dinas/instansi dalam melakukan
kegiatan programnya diharuskan melibatkan atau mengikutsertakan unsur
organisasi kepemudaan dan keagamaan setempat sesuai dengan hirarki
masing-masing, guna lebih menjamin objektifitas pemeriksaan keuangan
negara dan pembangunan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Alvian, M. (2021). Peran Serta Warga Negara Dalam Pemberdayaan


Masyarakat. Amnesti: Jurnal Hukum, 3(3), 18.
Arief, M. O. H. Z. (2015). Tindak Pidana Korupsi Penghambat Laju Ekonomi.
Jurnal Jendela Hukum, 2(2), 23–27.
Ash-shidiqqi, E. A. (2020). Meneropong Ilmu Hukum Profetik : Penegakan
Hukum yang Berketuhanan. Amnesti: Jurnal Hukum, 2(1), 38.
Ash-shidiqqi, E. A. (2021). Rule of Law Dalam Perspektif Critical Legal Studies.
Amnesti: Jurnal Hukum, 3(1), 31.
Astuti, C. A., & Chariri, A. (2015). Penentuan Kerugian Keuangan Negara yang
Dilakukan Oleh BPK dalam Tindak Pidana Korupsi. Diponegoro Journal of
Accounting, 4(3), 1–12.
Hariyani, H. F., & Priyarsono, Dominicus Savio, Asmara, A. (2016). Analisis
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Korupsi Di Kawasan Asia Pasifik. Ekonomi
Dan Kebijakan Pembangunan, 5(2).
I Ketut Patra, J. (2018). Korupsi, Pertumbuhan Ekonomi Dan Kemiskinan Di
Indonesia. Riset Akuntansi Dan Keuangan Indonesia, 3(1), 71–79.
https://doi.org/10.23917/reaksi.v3i1.5609

14

Anda mungkin juga menyukai