Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STATISTIKA

MASALAH-MASALAH KORUPSI DI INDONESIA

Dosen Pengampu :
Johni Paul Karolus Pasaribu, SE, MM

Nama Kelompok :

1. Desni Wahyu Safitri (8080220060)


2. Fakriyyah (8080220097)
3. Firda Novita (8080220124)
4. Putri Ayu (8080220126)
5. Rita Nur Fajri (8080220068)

FAKULTAS ILMU MANAJEMEN DAN BISNIS

JURUSAN MANAJEMEN

UNIVERSITAS DINAMIKA BANGSA 2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat - Nya maka
penulisdapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Masalah-masalah korupsi
di Indonesia”.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Johni Paul Karolus Pasaribu, SE, MM
pada mata kuliah Statistika di Universitas Dinamika Bangsa.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak - pihak yang membantu dalam menyelesaikan penyusunan makalah
ini. Dalam penyusunan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan - kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.

Akhir kata , tidak ada karya manusia yang sempurna selain dari karya-Nya. Demikian
pula dengan makalah ini masih jauh dari apa yang kita harapkan Bersama. Oleh karena itu,
segala kritik dan saran demi kebaikan bersama sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi atau
revisi dari makalah ini.

Jambi, Rabu 10 Mei 2023

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................2
C. TUJUAN MASALAH....................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
A. Korupsi............................................................................................................................3
B. Penanggunan Kerugian Negara Akibat Tindak Pidana Korupsi.....................................3
C. Tingkat Tertinggi Korupsi di Indonesia..........................................................................5
D. Korupsi Sulit di Berantas Karena Lemahnya Integritas..................................................6
E. Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi...........................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
PENUTUP................................................................................................................................10
A. Kesimpulan...................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Salah satu indicator perekonomiaan suatu negara atau wilayah adalah


pertumbuhan ekonomi yang menggambarkan dampak dari aktivitas perekonomiaan
terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dalam suatu periode tertentu.

Korupsi adalah penyalahgunaan untuk keuntungan pribadi. Korupsi menjadi


sebuah fenomena global yang mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan sosial
dan ekonomi. Saat ini Indonesia mengalami titik nadir terkait dengan masalah
pertumbuhan ekonomi dan tingkat korupsi yang terus berkembang dan seakan-akan
tidak pernah berhenti. Salah satu penyebabnya adalah rendahnya kualitas sumber daya
manusia. Kualitas tersebut bukan hanya dari segi pengetahuan atau intelektualnya
tetapi juga menyangkut kualitas moral dan kepribadiannya. Rapuhnya moral dan
rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara menyebabkan
terjadinya korupsi.

Korupsi yang terjadi di Indonesia saat ini, sudah dalam posisi yang sangat
parah dan begitu mengakar dalam setiap sendi kehidupan. Perkembangan korupsi dari
tahun ke tahun semakin meningkat, baik dari kuantitas atau jumlah kerugian keuangan
negara maupun dari segi yang semakin sistematis, canggih serta lingkupnya sudah
meluas dalam seluruh aspek masyarakat

Korupsi diindonesia dewasa ini sudah merupakan patologi sosial yang sangat
berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Korupsi telah mengakibatkan kerugian materi keuangan negara yang
sangat besar. Berdasarkan laporan pemberantasan korupsi Kwik Kian Gie yang
dimuat diharian Kompas 25 Oktober 2003, Jumlahnya mencapai Rp 400 triliun.

iv
Persoalan nya adalah dapatkah korupsi di berantas? Tidak ada jawaban lain
jika kita ingin maju. Jika kita tidak berhasil memberantas korupsi atau paling tidak
mengurangi sampai titik nadir yang paling rendah maka jangan harap negara ini akan
mampu mengejar ketertinggalan di bandingkan negara lain untuk menjadi sebuah
negara yang maju. maka korupsi membawa dampak negative dan cukup luas dan
dapat membawa ke jurang kehancuran.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Langkah-langkah untuk menimalisir terjadianya korupsi ?


2. Siapa yang menanggung kerugian negara akibat tindak pidana korupsi ?
3. Dimana korupsi paling umum terjadi ?
4. Kapan tingkat tertinggi korupsi di Indonesia terjadi ?
5. Mengapa korupsi di Indonesia sulit sekali untuk dihilangkan ?
6. Bagaimana peran mahasiswa dalam pemberantasan korupsi di Indonesia ?

C. TUJUAN MASALAH

Makalah ini dibuat untuk mencerdaskan pembaca dan penulis agar mengerti mengenai
korupsi dan mengetahui bagaimana upaya untuk mencegah terjadinya korupsi di
Indonesia. Dan juga melalui penulisan ini untuk membangun kesadaran masyarakat
khususnya kalangan birokrasi untuk berprilaku anti korupsi sehingga tercipta apartur
negara yang bersih dari korupsi.

Dengan demikian maka pelaksanaan pembangunan bisa berjalan baik, pelayanan


public meningkat dan kemiskinan berkurang. Selain itu, dengan pelaksanaan
pembangunan yang meningkat maka kesejahteraan masyarakat dapat meningkat, serta
martabak negara dimata dunia internasional akan lebih baik dan pembangunan pun
dapat berkelanjutan.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. Korupsi

Adalah suatu bentuk kejujuran atau tindak pidana yang dilakukan oleh
seseorang atau suatu organisasi yang dipercayakan dalam suatu jabatan
kekuasaan, untuk memperoleh keuntungan yang haram atau penyalahgunaan
kekuasaan untuk keuntungan pribadi seseorang. Menurut icw, pelaku korupsi
terbanyak umumnya berasal dari kalangan pejabat atau pegawai kementrian dan
pemerintah daerah. Arifianto (2004) menegaskan ada 3 teori yang dapat
menjelaskan terjadinya korupsi di Indonesia, yaitu mainstream economic theory,
patrimonialism theory, and kleptocratic state theory.
Pertama, teori ini menjelaskan bahwa negara ini sering bertindak monopoli
terhadap aktifitas ekonomi negara. Kedua, teori ini berpendapat bahwa korupsi
dapat berperan sebagai cara untuk meningkatkan integrasi politis diantara suku
bangsa, partai dan fraksi dalam pemerintahan. Ketiga, teori ini menyatakan bahwa
korupsi endemic berada dalam rezim yang dikendalikan oleh pimpinan negara
yang memiliki tujuan melalui posisinya hanya untuk memperkaya diri.
Berikutnya adapun Langkah-langkah untuk menimalisir terjadinya tindakan
korupsi yaitu :
 Membangun generasi mudah yang paham tentang pentingnya mencegah
tindak korupsi.
 Membuat pusat layanan pengaduan tindak korupsi.
 Memberikan hukuman yang dapat menimbulkan efek jera agar tindak
korupsi tidak terulang Kembali pada masa yang akan datang.
 Memperbaiki sistem anti korupsi dan pantang terlibat tindak pidana korupsi
 Melaporkan tindak pidana korupsi

B. Penanggunan Kerugian Negara Akibat Tindak Pidana Korupsi

vi
Arti kerugian keuangan negara yang terdapat dalam Penjelasan Pasal 32
ayat (1) UU Pemberantasan Korupsi :
“ Yang dimaksud dengan “secara nyata telah ada kerugian keuangan negara”
adalah kerugian yang sudah dapat dihitung jumlahnya berdasarkan hasil temuan
instansi yang berwenang atau akuntan public yang ditunjuk ”.

Dalam Penjelasan Pasal 59 ayat (1) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004


tentang Perbendaharaan Negara (“ UU Perbendaharaan Negara”) dikatakan bahwa
kerugian negara dapat terjadi karena pelanggaran hukum atau bukan bendahara
dalam rangka pelaksanaan kewenangan administratif atau oleh bendahara dalam
rangka pelaksanaan kewenangan kebendaharaan. Penyelesaian kerugian negara
perlu segera dilakukan untuk mengembalikan kekayaan negara yang hilang atau
berkurang serta meningkatkan disiplin dan tanggung jawab para pegawai
negeri/pejabat negara pada umumnya, dan para pengelola keuangan pada
khususnya. Salah satu jenis tindak pidana korupsi adalah tindak pidana yang
mengakibatkan kerugian keuangan negara.
Lalu ke mana uang hasil korupsi yang dilakukan oleh koruptor itu? Siapa yang
menanggung kerugian keuangan negara akibat ulah koruptor?
Hal ini berkaitan dengan sanksi pidana yang dijatuhkan hakim terhadap terdakwa
kasus korupsi. Pada dasarnya, terdakwa yang terbukti secara sah dan meyakinkan
melalukan tindak pidana korupsi akan dijatuhkan sanksi pidana sesuai dengan
yang berlaku dalam UU Pemberantasan Tipikor tergantung pada jenis tindak
pidana yang ia lakukan. Adapun pasal- pasalnya antara lain adalah Pasal 2, Pasal
3, Pasal 5 sampai dengan Pasal 14 UU Pemberantasan Tipikor.

Kemudian uang hasil korupsi digunakan oleh terpidana korupsi tergantung


pada pelaku itu. Bisa dengan cara dibelanjakan dalam bentuk barang bergerak
yang berwujud atau yang tidak berwujud atau barang tidak bergerak. Uang hasil
korupsi yang ia gunakan tersebut wajib dikembalikan oleh terpidana korupsi
berupa uang pengganti yang jumlahnya sama dengan harta benda yang diperoleh
dari tindak pidana korupsi. Hal ini juga dapat dilihat dari Pasal 4 Pemberantasan
Tipikor, yang secara implisit mengatakan adanya pengembalian kerugian
keuangan negara dalam tindak pidana korupsi. Akan tetapi pengembalian kerugian
keuangan negara atau perekonomian negara tersebut hanya merupakan salah satu
factor yang meringankan, tidak menghilangkan sanksi pidana.

vii
Jika terpidana tidak membayar uang pengganti paling lama dalam waktu 1
bulan sesudah putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap,
maka harta bendanya dapat disita oleh jaksa dan dilelang untuk menutupi uang
pengganti tersebut (Pasal 18 ayat (20) UU Pemberantasan Tipikor). Selain
ruang korupsi yang perlu diganti oleh terpidana korupsi, barang-barang miliki
terpidana korupsi yang diperoleh dari tindak pidana korupsi juga dirampas oleh
negara sebagaimana disebut dalam Pasal 18 ayat (1) UU Pemberantasan Tipikor.

Jadi, dari sini kita dapat mengetahui bahwa kerugian negara itu ditanggung
sendiri oleh terpidana korupsi yang telah terbukti melakukan tindak pidana
korupsi melaui sanksi pidana yang dijatuhkan kepadanya. Hakimlah yang
menentukan berapa jumlah uang pengganti yang harus terpidana korupsi bayar
dan hukuman lainnya untuk mengembalikan kekayaan negara yang dirugikan
akibat tindak pidana korupsi melalui putusannya.

C. Tingkat Tertinggi Korupsi di Indonesia

Korupsi masih menjadi salah satu permasalahan laten di Indonesia.


Berdasarkan data komisi pemberantasan korupsi (KPK), ada 1261 kasus korupsi
yang terjadi sepanjang 2004 hingga 3 Januari 2022.
Berdasarkan wilayahnya, korupsi paling banyak terjadi dipemerintah pusat,yakni
409 kasus.Posisinya disusul oleh Jawa Barat dengan 118 kasus rasuah.
Sebanyak 109 kasus korupsi terjadi di Jawa Timur. Kemudian, ada 84 kasus
korupsi yang terjadi di Sumatra Utara. Kasus korupsi yang terjadi di Riau dan
Kepulauan Riau serta DKI Jakarta masing masing sebanyak 68 kasus dan 64
kasus. Lalu, ada 55 kasus korupsi yang terjadi di Sematra selatan. Sementara,
Jawa Tengah menduduki posisi ke 8 dalam daftar ini. Tercatat ada 53 kasus
korupsi yang ditangani KPK di Jawa Tengah.
Badan pusat statistik (BPS) mencatat,sepanjang 2021 ada 364 kasus korupsi yang
dilaporkan diseluruh provinsi/wilayah kerja kepolisian daerah (Polda Indonesia).
Laporan korupsi itu berkurang 3,19% dibanding 2020 yang jumlahnya 376 kasus.
Pada 2021 laporan kasus korupsi paling banyak masuk ke Polda Sulawesi
Tenggara dan Kalimantan Barat, jumlahnya masing masing 28 kasus.

viii
Berikut Dafrat 10 provinsi/wilayah Polda yang paling banyak menerima laporan
kasus korupsi sepanjang 2021 :
1. Sulawesi Tenggara : 28 kasus
2. Kalimantan Barat :28 kasus
3. Bengkulu : 25 kasus
4. Aceh : 21 kasus
5. Riau : 21 kasus
6. Kalimantan Timur : 18 kasus
7. Jawa Timur : 18 kasus
8. Sulawesi Selatan : 17 kasus
9. Jawa Tengah : 17 kasus
10. Papua : 16 kasus

Dalam periode sama, di DKI Jakarta atau wilayah Polda Metro Jaya hanya
terdapat 6 laporan kasus korupsi. Sementara di Jambi, DI Yogyakarta dan
Kalimantan Utara tidak ada laporan sama sekali.

D. Korupsi Sulit di Berantas Karena Lemahnya Integritas

Praktik korupsi di Indonesia sulit diberantas sampai habis karena lemahnya


integritas dan kesadaran diri sejumlah pejabat dan sebagian masyarakat,
Dalam sesi lokakarya, Menurut Guru Besar Ilmu Hukum Universitas Gajah Mada
(UGM) itu menerangkan perbedaan antara kesadaran hukum otonom dan
heteronom. Kesadaran hukum otonom merupakan pemahaman yang datang dari
dalam diri, termasuk di antaranya nurani. Sebaliknya, kesadran hukum heteronom
datang dari factor di luar diri, antara lain aturan dan sanksi-sanksi yang diatur oleh
peraturan perundang-undangan atau hukum lainnya. Ia berpendapat kesadaran
antikorupsi di Indonesia masih heteronom. Oleh sebab itu, apabila hukum yang
mengatur korupsi dicabut, maka praktik-praktik rusuah akan terus berjalan.
Dalam kesempatan yang sama, ia mencontohkan masyarakat Jepang yang
sebagian besar dari mereka punya kesadran hukum otonom. “Orang Jepang,
seandainya aturan korupsi dicabut, maka mereka tetap tidak akan melakukan
tindakan korupsi”, sebut Eddy Hiariej. Oleh karena itu, kesadaran antikorupsi di

ix
Indonesia perlu dibangun lewat penguatan integritas, transparansi, dan
akuntabilitas, sebut Prof. Eddy.
“Integritas adalah kunci utama memerangi korupsi”, kata Prof. Eddy.
“Ketika berbicara mengenai integritas berarti kita berbicara mengenai sumber
daya manusia. Integritas jadi sangat penting, karena integritas akan melahirkan
kesadaran hukum yang otonom, bukan heteronom” terang dia. Kemudian, katanya
integritas perlu didampingi oleh transparansi dan akuntabilitas.
“Tiga kata kunci hari ini yakni, integritras, transparansi, dan akuntabilitas adalah
keniscayaan bagi kementrian maupun lembaga jika hendak membangun Zona
Integritas dalam rangka Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih
Melayani (WBBM)”, kata wamenkumham.
Lokakarya Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari
Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani merupakan rangkaian peringatan
Hari Darma Karya Dhika Kementrian Hukum dan HAM 2021. Kegiatan itu
merupakan persiapan bagi 477 satuan kerja yang telah diusulkan oleh
Kemenkumham untuk mengikuti evaluasi tim penilai nasional yang dipimpin oleh
Kementrian Pandayagunaann Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.

Selain karena lemahnya integritas adapun penyebab lain mengapa korupsi


di Indonesia sulit untuk di berantaskan yaitu :
1) Faktor Internal, merupakan factor pendorong korupsi yang berasal dari
dalam diri setiap individu. Faktor interdal dapat diperinci menjadi :
a) Sifat tamak/rakus manusia
Merupakan sifat yang berasal dari dalam diri setiap individu. Hal
itu terjadi Ketika seseorang mempunyai hasrat besar untuk
memperkaya diri dan tidak pernah merasa puas terhadap apa yang
telah dimilikinya.

b) Gaya hidup konsumtif


Misalnya membeli barang-barang mewah dan mahal atau
mengikuti tren kehidupan perkotaan yang serba glamor. Korupsi
jika seseorang melalukan gaya hidup ini namun tidak diimbangi
dengan pendapatan yang memadai.

c) Moral yang lemah


Aspek lemah moral misalnya lemahnya keimanan, kejujuran atau
rasa malu melakukan tindakan korupsi. Seseorang yang
mempunyai moral lemah cenderung mudah tergoda untuk
melakukan tindakan korupsi.

x
Godaan itu bisa berasal dari atasan, teman setingkat, bawahan, atau
pihak lain yang memberikan kesempatan untuk melakukan korupsi.

2) Faktor Eksternal, merupakan factor pemicu terjadinya tindakan korupsi


yang berasal dari luar diri pelaku. Faktor eksternal dapat dibagi menjadi 4
yaitu :
a) Faktor Politik
Politik merupakan salah satu sarana untuk melakukan korupsi.
Hal ini dapat dilihat ketika terjadi intrabilitas politik atau
Ketika politis mempunyai Hasrat untuk mempertahankan
kekuasannya.

b) Faktor Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua
sisi, disatu sisi dari aspek perundang-undangan, dan disisi lain
dari lemahnya penegak hukum. Hal lain yang menjadikan
hukum sebagai sarana korupsi adalah tidak baiknya substansi
hukum, mudah ditemukan aturan-aturan yang diskriminatif dan
tidaka adil, rumusan yang tidak jelas dan tegas sehingga
menimbulkan multi tafsir, serta terjadinya kontradiksi dan
overlapping dengan antara lain.

c) Faktor Ekonomi
Faktor ini salah satu penyebab terjadinya korupsi. Hal itu dapat
dilihat Ketika tingkat pendapat atau gaji yang tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhannya, maka seseorang akan mudah
untuk melakukan tindakan korupsi demi terpenuhinya semua
kebutuhan.

d) Faktor Organisasi
Organisasi dalam hal ini adalah organisasi dalam arti yang luas,
tidak hanya organisasi yang ada dalam suatu lembaga, tetapi
juga sistem pengorganisasian yang ada di dalam lingkungan
masyarakat. Faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi dari
sudut pandang organisasi meliputi :
1. Kurang adanhya teladan dari pemimpin
2. Tidak adanya kultur organisasi yang benar
3. Sistem akuntabilitas di instansi pemerintah kurang
memadai
4. Manajemen cenderung menutupi korupsi di dalam
organisasi
5. Lemahnya pengawasan

E. Peran Mahasiswa dalam Pemberantasan Korupsi

xi
Memberantas korupsi haruslah berawal dari kita sendiri, contohnya selalu
berlaku jujur dalam setiap keadaan, melaporkan setiap transaksi mencurigakan
yang kita ketahui para pejabat secara pasti untuk dilaporkan kepada KPK. Upaya
pembekalan mahasiswa dapat ditepuh dengan berbagai cara antara lain : Kegiatan
sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan. Pendidikan anti korupsi bagi
mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup tentang seluk
beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai anti korupsi.
Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya anti korupsi dikalangan
mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan aktif dalam upaya
memberantas korupsi di Indonesia.

Untuk dapat berperan secara optimal dalam pemberantasan korupsi adalah


pembenahan terhadap diri dan kampusnya. Dengan kata lain, mahasiswa harus
mendemostrasikan bahwa diri dan kampusnya harus bersih dan jauh dari
perbuatan korupsi. Untuk mewujudkan hal tersebut, upaya pemberantasan korupsi
dimulai dari awal masuk perkuliahan. Pada masa ini merupakan masa penerimaan
mahasiswa, dimana mahasiswa diharapkan mengkritisi kebijakan internal kampus
dan sekaligus melakukan pressure kepada pemerintah agar Undang-undang yang
mengatur Pendidikan tidak memberikan peluang terjadinya korupsi. Disamping
itu, mahasiswa melakukan control terhadap jalannya penerimaan mahasiswa baru
dan melaporkan kepada pihak-pihak yang berwenang atas penyelewangan yang
ada. Selain itu, mahasiswa melakukan upaya edukasi terhadap rekan-rekannya
ataupun calon mahasiswa untuk menghindari adanya praktik-praktik yang tidak
sehat dalam proses penerimaan mahasiswa.

Selanjutnya adalah pada proses perkuliahan. Dalam masa ini, perlu


penekanan terhadap moralitas mahasiswa dalam berkompetisi untuk memperoleh
nilai yang setinggi-tingginya , tanpa melalui cara-cara yang curang. Upaya
preventif yang dapat dilakukan adalah dengan jalan membentengi diri dari rasa
malas belajar.

xii
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Korupsi merupakan suatu bentuk psikologi sosial yang bertentangan dengan


sikap moral, hukum dan agama. Dampak yang dapat ditimbulkan dari korupsi tersebut
antara lain adalah : 1). Merugikan keuangan negara, 2). Menciptakan ekonomi biaya
tinggi, 3). Merendahkan martabat manusia, bangsa dan negara, 4). Menghambat
pelaksaan pembangunan, 5). Menimbulkan kemiskinan, 6). Merusak tatanan sosisal,
dan 7). Melemahkan birokrasi pemerintahan.
Upaya penanggulangan atau pemberantasan korupsi dapat dilakukan
melalui dua cara, yaitu pencegahan dan penindakan. Upaya pencegahan adalah
mencakup keseluruhan usaha yang dilakukan untuk mencegah korupsi, baik dilakukan
melalui pendidikan maupun pengawasan. Sedangkan upaya penindakan adalah usaha
yang dilakukan untuk menindak pelaku korupsi sesuai ketentuan hukum yang berlaku
serta menyelamatkan keuangan negara. Dalam menindak para pelaku korupsi, yang
harus diutamakan adalah agar seluruh uang yang dikorupsi harus dikembalikan serta
ditambah dengan hukuman denda serta hukuman penjara yang seberat-beratnya.
Upaya pemberantasan korupsi yang dilakukan selama ini masih cenderung
kearah penindakan dan masih kurang pada upaya pencegahan melalui upaya
meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya aparatur negara untuk berprilaku anti
korupsi dan malu mealakukan korupsi. Akibatnya dukungan masyarakat secara luas
sangat kurang. Untuk itu, maka upaya pemberantasan korupsi hendaknya lebih
banyak diarahkan pada upaya meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya
kalangan pegawai negeri sipil, organisasi kepemudaan dan keagamaan untuk
berprilaku anti korupsi dan malu melakukan korupsi. Sehingga dapat terciptanya
masyarakat (aparatur negara) yang bebas korupsi. Upaya tersebut dapat dilakukan
melalui penataan atau penyuluhan, seminar, lokakarya dan sebaginya.

B. Saran
Untuk pemerintahan hendaknya lebih tegas dalam upaya pemberantasan korupsi,
tidak hanya untuk para petinggi negara tetapi juga untuk semua lapisan masyarakat
yang melakukan tindakan korupsi.

xiii
Untuk mahasiswa sebaliknya dalam menyampaikan aspirasi tidak dengan tindakan
anarkis yang berlebihan yang nantinya malah menggangu ketertiban umum dan
aspirasi yang mereka usung tidak tersampaikan.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Antari, L. P. (2022). Peran Mahasiswa Dalam Upaya pencegahan Korupsi. Jurnal Hukum
Saraswati(JHS),Volume. 04, Nomor 01, , 70.

Darwin Damanik, M. S. (2023). KORUPSI, INFLASI, DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DI ASEAN. Jurnal
Ekonomi Dan Pembangunan Vol.5 No.1, 494.

Junaidi, K. P. (2017). KORUPSI, PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KEMISKINAN DI INDONESIA.


corruption,accounting,religiosity, 15.

Nawatmi, S. (2013). KORUPSI DAN PERTUMBUHAN EKONOMI-STUDI EMPIRIS 33 PROVINSI DI


INDONESIA. Dinamika Akuntansi,Keuangan,dan Perbankan, 66-81.

xv

Anda mungkin juga menyukai