Anda di halaman 1dari 16

1

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan atas berkah rahmat yang di berikan
Allah kepada saya,sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik
tanpa ada halangan yang berarti.

Makalah ini di susun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
Pendidikan anti Korupsi yang di berikan oleh ibu Arini SST.M.Keb terciptanya
makalah ini,tidak hanya hasil dari kerja keras saya,melainkan banyak pihak-pihak
yang memberikan dorongan-dorongan motivasi,untuk itu kami

Sekali lagi saya mengucapkan banyak-banyak terimakasih atas


terselesainya makalah ini,sebagai penulis, saya menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesan sempurna. Untuk itu mohon kritik dan saran yang
membangun untuk memperbaiki makalah ini di waktu mendatang.

Palu,29 sptember 2019

Penulis
2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................1


DAFTAR ISI.............................................................................................................2
BAB I ........................................................................................................................3
PENDAHULUAN .....................................................................................................3
A. Latar belakang ......................................................................................................... 3
B. Rumusan masalah ................................................................................................... 4
C. Tujuan ..................................................................................................................... 4
BAB II ......................................................................................................................5
PEMBAHASAN ........................................................................................................5
A.Kelebihan dan kekurangan KPK dalam pemberantasan korupsi .......................... 6
B.Perbandingan KPK indonesia dan negara lain ........................................................ 8
C.Arti penting ratifikasi konvensi anti korupsi bagi indonesia ................................ 13
BAB III ................................................................................................................... 15
PENUTUP .............................................................................................................. 15
A.Kesimpulan ............................................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 16
3

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Korupsi masih menjadi permasalahan yang terjadi di Indonesia.
Berdasarkan Indeks Persepsi Korupsi (IPK) tahun 2018 Indonesia menempati
posisi ke-89 dari 180 negara. Nilai yang didapatkan oleh Indonesia yakni 38
dengan skala 0-100, semakin rendah nilainya maka semakin korup negaranya,
begitu pun sebaliknya. Apabila dibandingkan dengan tahun 2017, Indonesia
menempati urutan ke-96 dengan nilai 37. Peningkatan 1 (satu) poin dalam IPK
tidak menjadikan penegakan hukum dalam pemberantasan korupsi maksimal
meskipun dari segi posisi meningkat. Kondisi ini perlu menjadi bahan evaluasi
bagi aparat penegak hukum dalam menyusun strategi pemberantasan korupsi.
Penegak hukum sebagai leading sector dalam upaya pemberantasan korupsi telah
diberikan fasilitas berupa infrastruktur serta anggaran oleh negara. Kepolisian
memiliki sekitar 535 kantor di seluruh Indonesia yang memiliki kewenangan
menindak kasus korupsi.1 Anggaran yang dikelola oleh Kepolisian untuk
menangani satu kasus korupsi yakni sebesar Rp 208 juta. Sedangkan Kejaksaan
memiliki sebanyak 520 kantor di seluruh Indonesia2 dengan pagu anggaran
sekitar Rp 200 juta dengan rincian: penyelidikan (Rp 25 juta), penyidikan (Rp 50
juta), penuntutan (Rp 100 juta), eksekusi penuntutan (Rp 25 juta).
Sementara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki satu
kantor dan mendapatkan pagu anggaran sekitar Rp 12 miliar untuk 85 perkara.3
Dengan fasilitas yang diberikan oleh negara dalam upaya pemberantasan korupsi,
masyarakat memiliki peran dalam mengawasi kinerja penegak hukum, mulai dari
kasus yang ditangani, tersangka yang ditetapkan hingga kerugian negara yang
ditemukan. Sebab pengawasan masyarakat diperlukan dan sejalan dengan
Peraturan Presiden Nomor 43 Tahun 2018 tentang Tata Cara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat dan Pemberian Penghargaan dalam Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
4

Kapasitas masyarakat dalam konteks pemberantasan korupsi perlu


diletakan sebagai upaya mengawal proses penanganan kasus dugaan korupsi
sehingga berjalan tuntas. Artinya penegak hukum wajib menyediakan saluran
informasi untuk memfasilitasi masyarakat mengetahui perkembangan penanganan
kasus. Berdasarkan Laporan Hasil Pemeringkatan yang dikeluarkan oleh Komisi
Informasi pada tahun 2016, Kepolisian dan Kejaksaan tidak masuk dalam
peringkat 10 besar yang pengelolaan informasinya terbuka. Sedangkan KPK
masuk dalam peringkat 10 besar yaitu kategori menuju informatif.4 Sayangnya
pada tahun 2017 lembaga penegak hukum sama sekali tidak masuk dalam
peringkat keterbukaan informasi yang informatif.5 Untuk mendorong agar
informasi penanganan kasus korupsi yang dilakukan oleh penegak hukum tersedia
bagi masyarakat, Indonesia Corruption Watch (ICW) melakukan penelusuran
informasi sebagai upaya memberikan gambaran kepada masyarakat mengenai
kasus korupsi yang terjadi di Indonesia selama tahun 2018. Hal ini memberikan
kanal bagi masyarakat agar dapat secara aktif melakukan pengawasan hingga
pengawalan kasus korupsi di penegak hukum apabila ada indikasi kasus yang
ditangani tidak berjalan lancar

B. Rumusan masalah
1. Apa kelemahan dan kelebihan Komisi Pemberantasan Korupsi?
2. Bagaimana perbandingan kelemahan dan kelebihan pemberantasan
anti korupsi di Indonesia dan di negara lain?
3. Bagaimanakah arti penting retifikasi konvensi anti –korupsi bagi
indonesia?

C. Tujuan
1. Mahasiswi diharapkan mampu mengetahui kelemahan dan kelebihan
Komisi Pemberantasan Korupsi
2. Mahasiswi diharapakan dapat mengetahui perbandingan kelemahan
dan kelebihan pemberantasan anti korupsi di Indonesia dan di negara
lain
3. Mahsiswi diharapakan mampu mengetahui dan menjelasakan arti
penting retifikasi konvensi anti korupsi
5

BAB II

PEMBAHASAN
Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya
busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik atau menyogok. Korupsi merupakan
fenomena sosial yang hingga kini masih belum dapat diberantas oleh manusia
secara maksimal. Pengertian korupsi berdasarkan ketentuan Undang-Undang no
31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi (pasal 2 ayat 1), adalah “Setiap
orang yang secara melawan hukum memperkaya diri sendiri atau orang lain,
atau suatu korporasi, yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara”. Dalam hal tentang pengertian yang merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, maka secara implicit, maupun eskplisit, terkandung
pengertian tentang keuangan atau kekayaan milik ‘pemerintah’, atau ‘swasta’,
maupun ‘masyarakat’, baik secara keseluruhan maupun sebagian, sebagai unsur
pokok atau elemen yang tidak terpisahkan dari pengertian negara (state)
Dampak korupsi bagi negara-negara dengan kasus korupsi berbeda-beda
bentuk, luasdan akibat yangditimbulkannya, walaupun dampak akhirnya adalah m
enimbulkan kesengsaraan rakyat. Di negara miskin korupsimungkin menurunkan
pertumbuhan ekonomi, menghalangi perkembangan ekonomi dan menggerogoti
keabsahan politik yang akibat selanjutnya dapat memperburuk kemiskinan dan
ketidakstabilan politik. Di negra maju korupsi tidak terlalu berpengaruh terhadap
perekonomian neggaranya ,tetapi menggorogoti politik dinegera demokrasi yang
maju industrinya .korupsi mempunyai pengaru terhadap negara-negara
berkembang seperti indonesia .apa bilah tidak segerah diatasi dapat menggorogoti
sebuah demokrasi yang berpengeruh terhadap perekonomian pasar.
Tindak pidana korupsi dapat terjadi bila terdapat kesempatan serta
kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang yang memungkinkannya melakukan
korupsi. Proses penyebaran korupsi tersebut disebut dengan continous
imitation (peniruan korupsi berkelanjutan). Proses ini bisa terjadi tanpa disadari
oleh masyarakat. Dalam keluarga misalnya, seringkali orang tua tanpa sengaja
telah mengajarkan perilaku korupsi kepada anaknya. Meskipun sebenarnya orang
6

tua tidak bermaksud demikian, namun kita tidak boleh lupa bahwa anak adalah
peniru terbaik, mereka meniru apapun yang dilakukan oleh orang-orang dewasa
disekitarnya.
A. Kelebihan dan kekurangan KPK dalam pemberantasan korupsi

Faktor kegagalan pemberantasan korupsi di Indonesia, dapat disebabkan beberapa


hal sebagai berikut ;

a) Belum adanya dukungan politik secara menyeluruh.


b) Penerapan hukum terhadap pelaku korupsi kurang efektif, ambigu bahkan
disinyalir dalam proses peradilan korupsi terdapat adanya mafia hukum
yang ”bermain”.
c) Upaya pemberantasan korupsi belum fokus, banyak tekanan, tidak ada
prioritas dan tidak didukung oleh struktur birokrasi antar lembaga
peradilan yang memadai.
d) Lembaga anti korupsi masih dianggap sebagai organisasi yang tidak
efektif dan efisien serta tidak sesuai harapan masyarakat.
e) Lembaga peradilan sering terlibat konflik kepentingan dengan lembaga
pemerintah lainnya, misalnya ijin presiden bagi pelaku korupsi dari
kalangan birokrat pemerintah menjadi penhabat penganang korupsi sacara
ceapat dan efektif.
A. .kekuranganya yaitu:
a. Kemampuan KPK untuk mendorong institusi-institusi
pemerintah agar merombak diri masih sangat terbatas
b. Terdapat persepsi bahwa KPK tidak menginvestigasi korupsi
kelas kakap dan pengaruh politik mempengaruhi siapa yang
menjadi target KPK
c. Kurangnya peningkatan hubungan dan kerjasama antara KPK,
Kejaksaan, Kepolisian.
d. KPK masih kurang agresif dalam menginvestigasi laporan
kekayaan pajak pemerintah
e. KPK tidak tegas dalam peraturan perundang –undangan
7

Faktor yang pemicu kegagalan


1. Tidak adanya komitmen politik
2. Kontra produktif terhadap pertumbuhan ekonom
3. Secara umum pemerintah gagal dalam membangun institusi
di negaranya
4. .Penerapan hukum terhadap korupsi yang kurang mendorong,
tidak efektif, dan ambigu
5. Tidak fokus, banyak tekanan, tidak ada prioritas dan tidak
punya struktur organisasi yang memadai
6. Lembaga pemberantas korupsi dianggap gagal ketika terlihat
sebagai organisasi yang tidak efisien dan efektif yang tidak
sesuai dengan harapan banyak pihak
7. Rendahnya kepercayaan publik

Kelebihan adanya KPK dalam negara yaitu:


1. Dapat terus mengingatkan/menekan pemerintah untuk
secara serius melakukan upaya pemberantasan korupsi
2. Menghasilkan lembaga dengan tingkat keahlian yang
khusus
3. Sebagai lembaga baru dapat membangun sistem baru yang
terbebas dari pengaruh korupsi
4. Dapat dijadikan contoh bagi lembaga lain, terutama
institusi penegak hukum, sehingga menjadi “trigger
mechanism” bagi lembaga penegak hukum yang telah ada
5. Mempunyai kredibilitas yang lebih besar
6. Dapat dilengkapi dengan sistem perlindungan keamanan
yang lebih baik dalam menjalankan fungsinya
7. KAK dapat melakukan recruitment secara obyektif untuk
mendapatkan sumber daya manusia dengan kualitas dan
integritas yang lebih baik
8

8. Dapat mendisain sendiri muatan pendidikan dan pelatihan


yang cocok dengan lingkungan yang dinamis
9. Lebih jelas dalam menilai perkembangannya, tingkat
kegagalan dan kesuksesannya

Faktor yang mendorong keberhasilan

1. Adanya dukungan politik


2. Lembaga anti korupsi berada dalam starategy anti korupsi yang
komprehensif dan mendapat support yang efektif dan komplementer dari
lembaga publik i
3. Ekonomi yang stabil dan program pembangunan selalu fokus pada
pengurangan kesempatan korupsi. Sebagai contoh : Mengelola program
privatisasi secara berhati- hati
4. Ditunjang oleh sumber keuangan yang baik dan staf terlatih
5. Memiliki visi dan misi yang jelas. Visi dan misi ini ditunjang pula oleh
perencanaan bisnis, pengelolaan anggaran dan pengukuran kinerja yang
baik
6. Punya kerangka hukum yang kuat termasuk ”rule of law”nya dan dibekali
oleh kekuatan hukum yang kuat yang dapat menunjang kegiatan
penindakan dan pencegahan
7. Bekerja secara independen dan bebas dari pengaruh segala kepentingan
Perbandingkan KPK diindonesia dan luar negeri
8. Semua staf dan pimpinan memiliki standar integritas yang tinggi
B. Perbandingan KPK indonesia dan negara lain

Masalah korupsi di Indonesia masih tetap memprihatinkan. Brunei,


Malaysia, Philipina jauh lebih baik. Sementara Singapura sudah sejajar dengan
negara-negara Barat papan atas. Demikian data peringkat Indeks Persepsi Korupsi
(IPK) 2013 yang dipublikasikan Transparency International (TI), sebuah lembaga
independen yang mengukur persepsi korupsi sektor publik, seperti dikutip pada
detikcom, Rabu (4/12/2013). Indonesia menempati ranking 114, berbagi posisi
9

bersama Mesir dengan nilai 32, alias stagnan atau sama dengan capaian tahun
sebelumnya (2012). Sebanyak 3 negara menduduki posisi 175 (nilai 8) yakni
Afghanistan, Korea Utara dan Somalia.
Di banding negara-negara ASEAN lainnya, ranking Indonesia jauh di
bawah negara-negara berikut ini berturut-turut dengan ranking dan nilai (dalam
kurung): Singapura 5 (86), Brunei 38 (60), Malaysia 53 (50), Philipina 94 (36),
dan Thailand 102 (35), namun masih di atas Vietnam 116 (31), Laos 140 (26),
Myanmar 157 (21), dan Kambodia 160 (20), Singapura di ranking 5 (nilai 86)
sejajar dengan negara-negara Barat lainnya. Sepuluh besar peringkat negara
terbersih adalah Denmark (91), Selandia Baru (91), Finlandia (89), Swedia (89),
Norwegia (86), Singapura (86), Swiss (85), Belanda (83), Australia (81), Kanada
(81). Transparency International (TI) menyusun peringkat tersebut terhadap 177
negara menurut nilai mulai dari 0 sampai 100, di mana nilai 100 berarti suatu
negara sepenuhnya bebas korupsi dan nilai 0 berarti negara tersebut sangat korup.
Meskipun demikian, dari pemeringkatan ini tidak ada negara yang meraih
nilai sempurna 100, sementara 60% dari negara-negara tersebut memperoleh nilai
di bawah 50. Transparency International (TI) menyatakan bahwa korupsi tetap
merupakan ancaman global. IPK 2013 ini disusun sebagai pengingat bahwa
penyalahgunaan kekuasaan, transaksi rahasia dan penyuapan terus merusak
masyarakat di seluruh dunia.
Korupsi yang terjadi di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan dan
berdampak buruk luar biasa pada hampir seluruh sendi kehidupan. Korupsi telah
menghancurkan sistem perekonomian, sistem demokrasi, sistem politik, sistem
hukum, sistem pemerintahan, dan tatanan sosial kemasyarakatan di negeri ini.
Dilain pihak upaya pemberantasan korupsi yang telah dilakukan selama ini belum
menunjukkan hasil yang optimal. Korupsi dalam berbagai tingkatan tetap saja
banyak terjadi seolah-olah telah menjadi bagian dari kehidupan kita yang bahkan
sudah dianggap sebagai hal yang biasa. Jika kondisi ini tetap kita biarkan
berlangsung maka cepat atau lambat korupsi akan menghancurkan negeri ini.
Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang
oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya.
10

Upaya pemberantasan korupsi – yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu
(1) penindakan, dan (2) pencegahan tidak akan pernah berhasil optimal jika hanya
dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh
karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa –sebagai salah satu bagian penting
dari masyarakat yang merupakan pewaris masa depan– diharapkan dapat terlibat
aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia. Ada yang mengatakan
bahwa upaya yang paling tepat untuk memberantas korupsi adalah menghukum
seberat-beratnya pelaku korupsi.

Dengan demikian, bidang hukum khususnya hukum pidana akan dianggap


sebagai jawaban yang paling tepat untuk memberantas korupsi. Merupakan
sebuah realita bahwa kita sudah memiliki berbagai perangkat hukum untuk
memberantas korupsi yaitu peraturan perundang-undangan. Kita memiliki
lembaga serta aparat hukum yang mengabdi untuk menjalankan peraturan tersebut
baik kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Kita bahkan memiliki sebuah lembaga
independen yang bernama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang
kesemuanya dibentuk salah satunya untuk memberantas korupsi. Namun apa yang
terjadi? Korupsi tetap tumbuh subur dan berkembang dengan pesat. Sedihnya lagi,
dalam realita ternyata lembaga dan aparat yang telah ditunjuk tersebut dalam
beberapa kasus justru ikut menumbuhsuburkan korupsi yang terjadi di Indonesia.

Ada pula pendapat yang mengatakan bahwa bekal pendidikan (termasuk


Pendidikan Agama) memegang peranan yang sangat penting untuk mencegah
korupsi. Benarkah demikian? Yang cukup mengejutkan, negara-negara yang
tingkat korupsinya cenderung tinggi, justru adalah negara-negara yang
masyarakatnya dapat dikatakan cukup taat beragama. Ada yang mengatakan
bahwa untuk memberantas korupsi, sistem dan lembaga pemerintahan serta
lembaga-lembaga negara harus direformasi. Reformasi ini meliputi reformasi
terhadap sistem, kelembagaan maupun pejabat publiknya. Ruang untuk korupi
harus diperkecil. Transparansi dan akuntabilitas serta akses untuk
mempertanyakan apa yang dilakukan pejabat publik harus ditingkatkan.
11

Penting pula untuk membentuk lembaga independen yang bertugas


mencegah dan memberantas korupsi. Lembaga ini harus
mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya kepada rakyat. Ruang gerak
serta kebebasan menyatakan pendapat untuk masyarakat sipil (civil society) harus
ditingkatkan, termasuk di dalamnya mengembangkan pers yang bebas dan
independen. Pada bagian atau bab ini, akan dipaparkan berbagai upaya
pemberantasan korupsi dan perbandingan kinerja kerja komisi pemberantasan
anti korupsi diindonesia dan luar negeri yang telah dipraktekkan di berbagai
negara. Ada beberapa bahan menarik yang dapat didiskusikan dan digali bersama
untuk melihat upaya yang dapat kita lakukan untuk memberantas korupsi.

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi

Berdedikasi, independen, dan bebas dari politisasi. Sebagaimana awal


kelahiran KPK, lembaga ICAC juga mendapat kecaman luas dari masyarakat di
Hong Kong. Namun dengan dedikasi luar biasa dan dengan melakukan kemitraan
bersama masyarakat akhirnya ICAC mampu melawan kejahatan korupsi secara
signifikan. Faktor-faktor keberhasilan yang dicapai oleh ICAC dalam
melaksanakan misinya adalah sebagai lembaga yang independen dia bertanggung
jawab langsung pada kepala pemerintahan. Hal ini menyebabkan ICAC bebas dari
segala campur tangan pihak manapun pada saat melakukan penyelidikan suatu
kasus. Prinsipnya pada saat lembaga ini mencurigai adanya dugaan korupsi maka
langsung melaksanakan tugasnya tanpa ragu atau takut (Nugroho : 2015).

ICAC memiliki kewenangan investigasi luas, meliputi investigasi di sektor


pemerintahan dan swasta, memeriksa rekening bank, menyita dan menahan
properti yang diduga hasil dari korupsi, memeriksa saksi, menahan dokumen
perjalanan tersangka melakukan cegah tangkal agar tersangka tidak melarikan diri
keluar negeri. ICAC merupakan lembaga pertama di dunia yang merekam
menggunakan video terhadap investigasi semua tersangka korupsi. Strategi yang
ditempuh ICAC Hongkong dalam memberantas korupsi dijalankan melalui tiga
cabang kegiatan, yaitu penyelidikan, pencegahan, dan pendidikan. Melalui
12

pendidikan diharapkan masyarakat semakin paham peran mereka bahwa


keikutsertaan mereka dalam memerangi korupsi merupakan kunci utama
keberhasilan pemberantasan korupsi (Nugroho : 2015).

Sebenarnya ada banyak kesamaan antara KPK dan ICAC di Hongkong.


Perbedaannya adalah pada sistem perekrutan pimpinan dan komisionernya.
Dengan sistem perekrutan yang ada saat ini, KPK menurut Hibnu Nugroho tidak
mampu membebaskan diri dari politisasi. Dengan perbedaan yang tipis ini,
ditambah komitmen pemerintah yang tidak kompak dalam memandang
pentingnya pemberantasan korupsi, ternyata output-nya sangat jauh berbeda.
Permasalahan perekrutan komisioner KPK melalui fit and proper test di DPR
membuka kemungkinan masuknya kepentingan dan politisasi. Penjaringan
melalui uji kelayakan di DPR pada satu sisi diharapkan mampu menemukan sosok
pejabat KPK yang tidak mudah grogi berhadapan dengan anggota DPR, namun di
sisi lain munculnya lobi-lobi politik menjadi terbuka (Nugroho : 2015).

Salah satu negara yang juga cukup menarik untuk dipelajari adalah Cina.
Walaupun diperintah dengan tangan besi oleh partai komunis, Cina dapat
dikatakan sukses memberantas korupsi. Negara lain di Asia yang bisa dikatakan
sukses memerangi korupsi adalah Singapura dan Hongkong. Kedua pemerintah
negara ini selama kurun waktu kurang lebih 50 tahun telah dapat membuktikan
pemberantasan korupsi dengan cara menghukum pelaku korupsi dengan efektif
tanpa memperhatikan status atau posisi seseorang. Di Indonesia, dari
pemeriksaan yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) selama kurun
waktu 5 tahun, KPK telah 100% berhasil menghukum atau memberikan

Cina dapat dikatakan sukses memberantas korupsi. Negara lain di Asia


yang bisa dikatakan sukses memerangi korupsi adalah Singapura dan Hongkong.
Kedua pemerintah negara ini selama kurun waktu kurang lebih 50 tahun telah
dapat membuktikan pemberantasan korupsi dengan cara menghukum pelaku
korupsi dengan efektif tanpa memperhatikan status atau posisi seseorang.
13

Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi pidana


pada pelaku tindak pidana korupsi. Bila dibandingkan dalam kurun waktu 20
tahun, Filipina dengan lembaga Ombudsman hanya berhasil menghukum
segelintir pejabat saja (Bhattarai: 2016).

C. Arti penting ratifikasi konvensi anti korupsi bagi indonesia

Bangsa Indonesia telah berupaya ikut aktif mengambil bagian dalam


masyarakat internasional untuk mencegah dan memberantas korupsi dengan
menandatangani Konvensi Anti Korupsi pada tanggal 18 Desember 2003. Pada
tanggal 18 April 2006, Pemerintah Indonesia dengan persetujuan DPR telah
meratifikasi konvensi ini dengan mengesahkannya di dalam Undang-Undang No.
7 Tahun 2006, LN 32 Tahun 2006 tentang Pengesahan United Nations Convention
against Corruption(UNCAC), 2003.Pada tanggal 21 Nopember 2007, dengan
diikuti oleh 492 peserta dari 93 negara, di Bali telah diselenggarakan konferensi
tahunan kedua Asosiasi Internasional Lembaga-Lembaga Anti Korupsi (the 2nd
Anual Conference and General Meeting of the International Association of Anti-
Corruption Authorities/IAACA). Dalam konferensi internasional ini, sebagai
presiden konferensi, Jaksa Agung RI diangkat menjadi executive member dari
IAACA. Dalam konferensi ini, lobi IAACA digunakan untuk mempengaruhi
resolusi negara pihak peserta konferensi supaya memihak kepada upaya praktis
dan konkrit dalam asset recovery melalui StAR (Stolen Asset Recovery) initiative.

Pada tanggal 28 Januari–1 Februari 2008, bertempat di Nusa Dua, Bali,


Indonesia kembali menjadi tuan rumah konferensi negara-negara peserta yang
terikat UNCAC. Dalam konferensi ini, Indonesia berupaya mendorong
pelaksanaan UNCAC terkait dengan masalah mekanisme review, asset
recovery dan technical assistance guna mendukung pemberantasan korupsi di
Indonesia. Selaku tuan rumah, Indonesia berupaya memberikan kontribusi secara
langsung yang dapat diarahkan untuk mendukung kepentingan Indonesia
mengenai pengembalian aset, guna meningkatkan kerjasama internasional dalam
pemberantasan korupsi termasuk mengembalikan hasil kejahatan (Supandji :
14

2009).Ratifikasi Konvensi Anti Korupsi merupakan petunjuk yang merupakan


komitmen nasional untuk meningkatkan citra bangsa Indonesia dalam percaturan
politik internasional. Dalam Penjelasan UU No. 7 Tahun 2006 ditunjukkan arti
penting dari ratifikasi Konvensi tersebut, yaitu:

 untuk meningkatkan kerja sama internasional khususnya dalam melacak,


membekukan, menyita, dan mengembalikan aset-aset hasil tindak pidana
korupsi yang ditempatkan di luar negeri

 meningkatkan kerja sama internasional dalam mewujudkan tata


pemerintahan yang baik

 meningkatkan kerja sama internasional dalam pelaksanaan perjanjian


ekstradisi, bantuan hukum timbal balik, penyerahan narapidana, pengalihan
proses pidana, dan kerja sama penegakan hukum

 mendorong terjalinnya kerja sama teknis dan pertukaran informasi dalam


pencegahan dan pemberantasan tindak pidana korupsi di bawah payung kerja
sama pembangunan ekonomi dan bantuan teknis pada lingkup bilateral,
regional, dan multilateral

 perlunya harmonisasi peraturan perundang-undangan nasional dalam


pencegahan dan pemberantasan korupsi.
15

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan
Keberadaan lembaga anti korupsi memiliki nilai yang sangat strategis dan politis
bagi pemerintahan suatu negara. Saat ini persoalan korupsi bukan hanya menjadi
isu lokal, melainkan menjadi isu internasional. Bagi negara-negara sedang
berkembang, keberhasilan menekan angka korupsi merupakan sebuah prestasi
tersendiri. Hal 92 Achmad Badjuri Jurnal Bisnis dan Ekonomi ini akan berdampak
pada arus investasi asing yang masuk ke negara tersebut. Negara-negara dengan
tingkat korupsi tinggi tentunya akan kehilangan daya saing untuk merebut modal
asing yang sangat dibutuhkan oleh negara yang sedang berkembang. Negara-
negara maju dan lembaga donor internasional sangat menaruh perhatian terhadap
peringkat korupsi yang dikeluarkan oleh lembaga survei internasional seperti
Transparancy International dan PERC. Oleh karena itu Pemerintah Indonesia
sangat memberi perhatian serius dalam upaya pemberantasan korupsi. Salah satu
upayanya adalah membentuk lembaga anti korupsi. Keberadaan KPK sebagai
lembaga anti korupsi, diharapkan dapat menekan dan mereduksi secara sistematis
kejahatan korupsi di Indonesia. Dengan adanya regulasi dan strategi pemerintah
serta dukungan masyarakat dalam pemberantasan korupsi diharapkan menjadi
amunisi KPK dalam bertindak dan berupaya secara efektif dalam upaya
pemberantasan korupsi. Satu hal terpenting lain, masyarakat sudah saatnya peka
dan terlibat dalam kontrol sosial.

hukum yang memberikan kewenangan penuh bagi lembaga anti korupsi untuk
bertindak merupakan faktor keberhasilan dalam pemberantasan korupsi.

B. Saran
Marilah kita melihat lingkungan sekeliling kita, bila ada aparat pemerintah yang
hidup dan mempunyai kekayaan diluar kewajaran, segera laporkan kepada pihak
berwenang.
16

DAFTAR PUSTAKA
Ali,Muhammad (2016),Kamus Lengkap Bahas Indonesia Modern,Jakarta:Pustaka
Amani

Hamzah,Andi(2017),Pemberantasan Korupsi ,Ditinjau Dari Hukum


Pidan,jakarta: Pernerbit Pusa Hukum Pidana Universitas Trisakti

Anda mungkin juga menyukai