Disusun Oleh:
DINI ( 11308502200003 )
IRAWAN ( 11308502200005 )
KELAS 3A
KOTA SINGKAWANG
2021/2022
KATA PENGANTAR
Segala puji kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan ilmu
kepada kita semua. Kami berterima kasih kepada Dosen Mata Pendidikan Anti
Korupsi yang telah memberikan kepercayaan kepada kami dalam menyusun
makalah ini serta teman-teman yang memberi dukungan kepada kami dalam
penyelesaikan makalah ini.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas Mata
Kuliah Pendidikan Anti Korupsi di Sekolah Tinggi Perguruan dan Ilmu Pendidikan
Singkawang. Makalah ini berjudul “ Upaya Pemberantasan Korupsi“ ini kami buat
agar pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khusunya dan
bagi pembaca pada umumnya. Sekian kata pengantar dari kami, atas perhatiannya
kami ucapkan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................ 1
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
parah pada praktek dan perilaku elit penguasa dan birokrasi
pemerintahan.
Pemerintahan Ibu Megawati mampu menghadirkan UU
pemberantasan korupsi, yaitu UU No. 30 Tahun 2002 tentang
Komisi Pemberantasan Korupsi. Sehingga keberadaan lembaga anti
koupsi mendapat tempat yang cukup berpengaruh dihadapan
masyarakat. KPK mempunyai trademark dan daya jual sendiri,
sehingga membawa dampak positif terhadap pembangunan
demokasi di Inodneisa. (Fauzi, 2018)
Kedua Presiden antara Ibu Megawati Soekarnoputi dan KH
Abdurrahman Wahid merupakan tonggak awal pelaksanaan
pemberantasan korupsi dengan massif dalam koridor prosedural
pemerintahan. Berbagai hambatan yang menghalangi bisa dilalui.
Birokrasi pemerintahan yang sudah terdoktrin dengan pola lama,
pelan-pelan bisa diperbaiki dengan membutuhkan waktu yang
cukup, sehingga KPK bisa berdiri tegak dan menjalankan tugas-
tugasnya.
2
B. RUMUSAN MASALAH
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
penyakit ‘kanker ganas’ yang sifatnya tidak hanya kronis tapi juga
akut. Ia menggerogoti perekonomian sebuah negara secara perlahan,
namun pasti. Penyakit ini menempel pada semua aspek bidang
kehidupan masyarakat sehingga sangat sulit untuk diberantas. Perlu
dipahami bahwa dimanapun dan sampai pada tingkatan tertentu,
korupsi memang akan selalu ada dalam suatu negara atau
masyarakat.
Sebelum melangkah lebih jauh membahas upaya
pemberantasan korupsi, berikut pernyataan yang dapat didiskusikan
mengenai strategi atau upaya pemberantasan korupsi (Fijnaut dan
Huberts : 2002):
It is always necessary to relate anti-corruption strategies to
characteristics of the actors involved (and the environment they
operate in). There is no single concept and program of good
governance for all countries and organizations, there is no ‘one
right way’. There are many initiatives and most are tailored to
specifics contexts. Societies and organizations will have to seek their
own solutions.
5
B. UPAYA PENANGGULANGAN KEJAHATAN ( KORUPSI )
DENGAN MENGGUNAKAN HUKUM PIDANA
6
mematuhi hukum maka diperlukan sanksi hukum. Sanksi hukum di
sini diartikan sebagai sarana untuk melindungi kepentingan individu
ataupun badan (jiwa, harta, hewan, dan badan) dengan
menganhukuman (sebagai sanksi) terhadap setiap pelanggar hukum.
Sanksi hukum ini juga menurut Charles (1984), dimaksudkan agar
peraturan tersebut dipatuhi oleh anggota masyarakat. Sanksi ini
kemudian dipertahankan oleh pemerintah untuk menjadikan anggota
masyarakat mematuhi sebagaimana dikehendaki oleh peraturan.
Sanksi pidana dalam UUPTPK memiliki karakter khusus
yang dimaksudkan agar dengan penerapan sanksi dapat lebih efektif
untuk mencegah dan memberantas tindak pidana korupsi yang
sangat masif kemunculannya. Ancaman pidana dimaksud terdiri atas
sanksi minimal dan sanksi maksimal. Selain itu sanksi pidana
tambahan yang berbeda dengan pidana tambahan dalam KUHP juga
diharapkan dapat mengembalikan kerugian negara (asset recovery).
Pengaturan yang demikian menjadi tidak berarti bilamana tidak
diikuti dengan penegakan hukum yang tegas dan konsisten terutama
dalam penjatuhan sanksi pidana sesuai politik hukum nasional.
Mahkamah Agung dengan terbentuknya sistem kamar (chamber
system) telah menyelenggarakan Rapat Kamar Pidana dengan salah
satu topik bahasannya adalah berkenaan dengan penerapan sanksi
hukum dalam perkara tindak pidana korupsi. Rumusan ini
diharapkan dapat dipahami dan dilaksanakan oleh jajaran
pengadilan di lingkungan Mahkamah Agung khususnya Pengadilan
Tipikor sehingga tercipta konsistensi, keadilan, dan kepastian
hukum dalam penanganan perkara Tipikor. (Prof. Dr. Mohammad
Askin, 2015)
Tindak Pidana korupsi pada UU No. 31 tahun 1999 diubah
menjadi tindak pidana korupsi dalam perundangundangan No. 31
tahun tindak pidana korupsi dalam aturan UU No. 31 tahun 1999
diubah dengan perundang-undangan No. 20 tahun 2001 tentang
7
pemberantasan tindak pidana korupsi (UUPTPK) tidak disebutkan
pengertian dari korupsi secara tegas. Aturan di Pasal 2 ayat (1)
bahwa: “setiap orang yang secara melawan hukum melakukan
perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu
korporasi yang dapat merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, akan dipidana dengan hukuman pidana di
penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat empat
tahun dan hukuman paling lama dua puluh tahun dan denda paling
sedikit Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak
Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah).”
Tindak pidana pencucian uang dikenal dengan money
laundering dimana kejahatan menyembunyikan uang kekayaan
tindak pidana korupsi dari pemerintah atau organisasi dengan cara
memasukan uang ke sistem keuangan sehingga uang tersebut terlihat
seperti berasal dari kegiatan legal, sedangkan tindak pidana suap
yaitu seseorang memberi, menjanjikan sesuatu kepada orang lain
melakukan suatu perbuatan yang melanggar kewenangannya dan
orangyang menerima suapan juga termasuk tindak pidana suap yang
dimana diatur dalam undang-undang.
Berdasarkan arti korupsi di Pasal 2 ayat (1) UUPTPK diatas,
ada beberapa unsur tindak pidana korupsi, tiga unsur adalah: secara
melawan hukumnya adalah melakukan perbuatan memperkaya diri
sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang bisa merugikan
negara/perekonomian negara; pasal 3 kemudian menyebutkan
bahwa tindak pidana korupsi dilakukan karena menguntungkan
pribadi diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang sudah
ada padanya karena adanya jabatan atau kedudukan yang merugikan
perekonomian negara; dan memberi hadiah atau janji-janji kepada
pegawai negeri dengan mengingat adanya kekuasaan yang melekat
pada jabatan atau kedudukan tersebut.
8
Pengembalian kerugian negara akibat tindak pidana korupsi,
juga dapat dijadikan sebagai upaya pemberantasan korupsi melalui
huku pidana. Dalam hal ini diperlukan upaya yang kompreherensif
untuk menanggulanginya yaitu melakukan upaya pengembangan
sistem hukum, karena pada dasarnya korupsi merupakan kejahatan
sistemik berhubungan erat adanya kekuasaan. UU Tipikor
khususnya di Pasal 2 dan Pasal 3 tidak menyebutkan secara eksplisit
mengenai siapa instansi atau pihak mana berwenang menentukan
penghitungan kerugian negara, dalam praktik hakim dan jaksa
memperhitungkan kerugian keuangan negara dalam perkara
korupsi. (Aisyah & Pohan, 2020)
Meningkatnya pelaku tindak pidana korupsi yang tidak bisa
dikendalikan bisa membawa bencana, tidak saja bagi kehidupan
perekonomian nasional, tapi juga kehidupan bernegara dan
berbangsa juga. Negara Indonesia korupsi pada tingkat korupsi
politik (Hartanti, 2012).
9
atau tidak bermoral terkait dengan kepemimpinannya
yang berhubungan dengan keuangan negara.
c. Mental sebagai pemimpin harus dijaga mulai awal sampai
akhir dari kepemimpinan. Menghindari pikiran “aji
mumpung” atau peluang besar karena sedang
berkesempatan berkuasa.
d. Memahami semua regulasi dan aturan sebagai kepala
daerah sehingga tidak terjebak atau dijebak sewaktu
proses pengadaan barang oleh anak buah atau pihak
ketiga.
e. Menghindari dari kepemimpinan individu yang egois. Ke-
aku-an seseorang cenderung membawa ke keras kepala
dan ingin dipuja, padahal seorang kepala daerah
seharusnya sudah tuntas dalam pencarian jati diri.
f. Meletakkan ambisi pribadi dan kelompok sebab sering
menjadikan seorang kepala daerah tidak adil karena sifat
berat sebelah.
Ketika hal tersebut dipedomani maka tidak terjadi praktik
tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh penguasa daerah. Tanpa
melakukan korupsi seorang kepala daerah tidak berubah menjadi
miskin. Dengan perilaku yang anti korupsi maka peluang untuk
terpilih lagi pada periode kedua semakin besar, sebaliknya jika dia
tertangkap sebagai koruptor maka nama dia seketika itu langsung
hilang meski belum tentu bersalah. Jika terbukti bersalah maka
kebaikannya selama ini terhapus dan tergantikan label koruptor. Hal
yang ironi seharusnya amanah kepala daerah menjadikan seseorang
hebat dan bermanfaat untuk rakyat namun bagi beberapa oknum
menjadikan jabatan tersebut mengantarkan ke penjara dan
berakhirnya arti sebuah kehidupan. (Fauzi, 2018)
Berikut akan dipaparkan berbagai upaya atau strategi yang
dilakukan untuk memberantas korupsi yang dikembangkan oleh
10
United Nations yang dinamakan the Global Program Against
Corruption dan dibuat dalam bentuk United Nations Anti-
Corruption Toolkit (UNODC : 2004) .
11
jumlah kekayaan setelah selesai menjabat. Kesulitan timbul
ketika kekayaan yang didapatkan dengan melakukan korupsi
dialihkan kepemilikannya kepada orang lain misalnya
anggota keluarga.
12
mengatur mengenai Pers yang bebas. Bagaimana mekanisme
masyarakat yang akan melaporkan tindak pidana korupsi dan
penggunaan electronic surveillance juga perlu diatur supaya
tidak melanggar privacy seseorang. Selain itu hak warga
negara untuk secara bebas menyatakan pendapatnya harus
pula diatur. Pasal-pasal yang mengkriminalisasi perbuatan
seseorang yang akan melaporkan tindak pidana korupsi serta
menghalang-halangi penyelidikan, penyidikan dan
pemeriksaan tindak pidana korupsi seperti pasal mengenai
fitnah atau pencemaran nama baik perlu dikaji ulang dan
bilamana perlu diamandemen atau dihapuskan. Hal ini
bertujuan untuk lebih memberdayakan masyarakat.
Masyarakat tidak boleh takut melaporkan kasus korupsi
yang diketahuinya. Selain itu, untuk mendukung
pemerintahan yang bersih, perlu instrumen Kode Etik atau
code of conduct yang ditujukan untuk semua pejabat publik,
baik pejabat eksekutif, legislatif maupun code of conduct
bagi aparat lembaga peradilan (kepolisian, kejaksaan dan
pengadilan).
5. Monitoring dan Evaluasi
Ada satu hal penting lagi yang harus dilakukan dalam
rangka mensukseskan pemberantasan korupsi, yakni
melakukan monitoring dan evaluasi. Tanpa melakukan
monitoring dan evaluasi terhadap seluruh pekerjaan atau
kegiatan pemberantasan korupsi, sulit mengetahui capaian
yang telah dilakukan. Dengan melakukan monitoring dan
evaluasi, dapat dilihat strategi atau program yang sukses dan
yang gagal. Untuk strategi atau program yang sukses,
sebaiknya dilanjutkan. Untuk yang gagal, harus dicari
penyebabnya.
6. Kerjasama Internasional
13
Hal lain yang perlu dilakukan dalam memberantas
korupsi adalah melakukan kerjasama internasional atau
kerjasama baik dengan negara lain maupun dengan
International NGOs. Sebagai contoh saja, di tingkat
internasional, Transparency Internasional (TI) misalnya
membuat program National Integrity Systems. OECD
membuat program the Ethics Infrastructure dan World Bank
membuat program A Framework for Integrity. Pembahasan
mengenai gerakan dan kerjasama internasional
pemberantasan korupsi akan diuraikan dalam bab
berikutnya.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
B. SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Mohammad Askin, S. (2015). Penerapan Hukum oleh Hakim dan
Strategi Pemberantasan Korupsi. Jakarta: Perpustakaan Mahkamah
Agung Republik Indonesia.
United Nations (2004), The Global Program Against Corruption : United Nations
Anti Corruption 2 Toolkit, Vienna: UNOD
17